Suspension
Flotasi
Sedimentasi
-dispersed air - Thickener
-dissolved air -clarifier
-electrolytic
Sentrifigasi
-Fixed wall
(hidrocyclones)
-Rotating wall
Cake filtration
-vacuum
-pressure
-centrifugal
Deep bed
Screening
filtration -dewatering
-sand
-vibrating screen
-cake
Ukuran butir padatan dan konsentrasi padatan dalam slurry dapat digunakan
sebagai dasar pemilihan alat pemisah yang sebaiknya digunakan. Alat pemisah
padat-cair yang sebaiknya digunakan, dipilih berdasarkan ukuran partikel dan
konsentrasi padatan digambarkan secara skematis pada Gambar 3.
Ukuran butir
Konsentrasi rendah
Alat
5 < d < 50
d < 5 flokulasi
tinggi
thickener
tinggi
d > 50
rendah rendah
tinggi
thickener
Cake filtration
R V filters
Pressure filters
Plate and frame filters
Settling tanks
Centrifuges
Hydrocyclones
Screens
filtering
Centrifuges
SEDIMENTASI
adalah salah satu operasi pemisahan campuran padatan dan cairan (slurry) menjadi
cairan bening dan sludge (slurry yang lebih pekat konsentrasinya) pemisahan
dapat berlangsung karena gaya grafitasi yang terjadi pada butiran tersebut.
Operasi sedimentasi termasuk pada kelompok pemisahan liquid constrainedparticles free, karena walaupun fluidanya bergerak kecepatan gerak butiran relatif
lebih cepat dibandingkan kecepatan gerak fluidanya.
Operasi sedimentasi dapat digunakan pada pemisahan butir padatan dengan
berbagai ukuran, tetapi dapat bekerja optimum pada konsentrasi padatan yang
relatif rendah. Karena pada konsentrasi padatan yang tinggi kecepatan
sedimentasi menjadi lambat. Pada keadaan ini waktu sedimentasi yang dibutuhkan
menjadi sangat lama, sehingga sebaiknya dipilih alat pemisah yang lain, misalnya
filtrasi.
Fenomena gerakan butir padatan dalam cairan dapat juga diterapkan pada
jenis alat pemisah yang lain misalnya elutriasi dan flotasi, oleh sebab itu pada
topik bahasan ini juga dibicarakan alat-alat pemisah tersebut.
Banyak sekali tipe alat pemisah yang didasarkan atas operasi sedimentasi,
pada pembicaraan ini sedimentasi dikelompokan menjadi tiga fenomena tipe
sedimentasi, seperti yang dituliskan dalam Tabel I.
Diskripsi
Penggunaan
Fluida
diam
F = G Ka Fd
(1)
dengan
G = gaya berat
Ka = gaya keatas
Fd = gaya gesek
F = gaya neto yang diterima butir padatan
G
Persamaan (1) bila dijabarkan dapat dituliskan sebagai berikut:
m
dv
g - Fd
=mgs
dt
(2)
Gaya Gesek
Selama butir padatan bergerak dalam cairan akan terjadi gaya gesek antara padatan
dan cairan. Butir padatan bergerak dengan kecepatan v dalam fluida yang diam
atau fluida yang bergerak dengan kecepatan vf (tetapi vf lebih kecil dari v), karena
ada beda kecepatan antara butir padatan dan fluida maka akan terjadi transpor
momentum dari butir padatan ke fluida. Sedangkan yang dimaksud dengan gaya
gesek yaitu perubahan momentum tiap satuan waktu;
Gaya gesek = Fd = perubahan momentum terhadap waktu =
Fd =
dmu
dt
=m
du
dt
+u
dmu
dt
(3)
dm
dt
(4)
Dengan
Fd = gaya gesk yang terjadi pada fluida
m = massa fluida
u = kecepatan maksimum fluida yang dipengaruhi oleh gerakan padatan u=f(v).
Jika v tetap maka u juga tetap atau du/dt = 0, sehingga Fd dapat dituliskan menjadi
dm
dt
(5)
= Av
(6)
Fd = u
dm
dt
Substitusi antara pesamaan (5) dan (6) dapat disusun menjadi persamaan berikut:
Fd = u A v
(7)
Fd = fd A
vr
2
(8)
(9)
Vr = V
(10)
U
Fluida bergerak dengan kecepatan U
Kecepatan relatif pada keadaan ini yaitu Vr = V U
(11)
(12)
.v.Dave
), ordinat nilai f D ,
.v.De
), ordinat nilai
fD ,
Gambar 4. Hubungan antara faktor gesek vs bilangan Reynolds dan jenis padatan
(Brown, 1955)
Contoh 1
(C1.1)
De
D 2
2D=
4
6
(C1.2)
De= D 3 3
(C1.3)
De2
D 2 (3) 2 / 3
2
0,832
2 4 D DL 12 D 2 2 D 2
(C1.4)
(13)
atau
fd =
C
Re
(14)
Untuk butir berbentuk bola nilai C = 24, sehingga nilai faktor friksi untuk butir
yang berbentuk bola dan pada kedaan laminer f
fd =
24
Re
(15)
dv
=
dt
2mg ( )
f A
s
(17)
(18)
D
m=
6
3
fd =
24
Re
(19)
(20)
gD ( )
vr maksimun =
18
2
(21)
Re =
gD 2 ( s ) 1000.(0,2) 2 .(8 1)
cm
=
= 15,5
det ik
18
18.100
.v r .D
1(15,5)(0,2)
3,1 atau Re > 1 sehingga kondisi turbulen,
=
4 gD ( s )
=
3 fd
vr maksimun =
Re = Re =
4.1000.0,2.(8 1)
43,2
3 . f D .1
fD
(C2.1)
.v r .D
1.v r .(0,2)
=
= 0,2 vr
(C2.2)
(C2.3)
Persamaan (C2.1), (C2.2), dan (C2.3) merupakan persamaan simultan sehingga penyelesaiannya
secara coba-coba.
fD
Vm
Re
fD
C2.1
C2.3
C2.2
cocokan bila belum cocok ulang
fD coba-coba
Vm
Re
fD hasil hitungan
1
43,2
8,64
4,3
4.3
20,8
4,16
8
10
13,6
2,72
12,5
25
8,64
1,73
19
17
10,45
2,09
17 cocok
Jadi kecepatan terminal butir padatan di atas adalah 10,45 cm/detik
b. Keadaan transient (proses untuk mencapai kecepatan maksimum)
Butir berbentuk bola
dv
= g (1 ) - fd vr2
dt
s
A
m
vr
= g (1 ) - fd
s
2
D2
D3
6
s
3vr
dv
= g (1 ) - fd
= Fv
s
dt
4D s
2
dt
1
Fv
dv
dt
0
v 8
v 0
1
Fv
dv
v 8
Jarak = s = v dt =
v 0
V
0
1
2
3
4
5
6
7
8
1
Fv
Re
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1.0
1,2
1.4
1,6
fD
~
120
70
48
40
30
25
22
18
1/Fv
0
1,2 10-3
1,34 10-3
1,5 10-3
1,74 10-3
1,9 10-3
2,2 10-3
2,7 10-3
3 10-3
V 1/Fv
0
1,2 10-3
2,68 10-3
4,5 10-3
6,8 10-3
9,5 10-3
13,2 10-3
18,9 10-3
24 10-3
1
Fv
v F1v
v
1
1
versus v dan v
versus v
FV
FV
1 1
1
1
1 1
...
)
Waktu = t = v(
2 Fvo Fv1 Fv 2
2 Fv 8
1
1
3
3
3
t =1( 0 1,2.10 1,34.10 ... 3.10 ) = 0,014 detik
2
2
1
1
1
1
1
1
v
v
... .v
)
2 Fvo
Fv1
Fv 2
2 Fv8
1
1
t =1( 0 1,2.10 3 2,68.10 3 ... .2410 3 ) = 0,068 cm.
2
2
Jarak = s = v( .v
Kesimpulan yang dapat diambil dari contoh kasus ini adalah, waktu dan jarak tempuh butiran
pada kedaan transient (yang dibutuhkan untuk mencapai keadaan kecepatan terminal) adalah
sangat kecil, sehingga dapat diabaikan pengaruhnya. Oleh sebab itu pada perancangan alat yang
menggunakan dasar gerakan butir padatan dalam fluida, dasar perhitungan yang digunakan
adalah kecepatan terminalnya.
2.
Bila kecepatan terminal butir padatan pada fluida tersebut (Vm) lebih besar dari
kecepatan aliran fluida ke atas (Uf), pada keadaan ini partikel bergerak ke
bawah dengan kecepatan Vm - Uf
Bila kecepatan terminal butir padatan pada fluida tersebut (V m) sama dengan
kecepatan aliran fluida ke atas (Uf), pada keadaan ini partikel akan stasioner Vm
= Uf
9
Bila kecepatan terminal butir padatan pada fluida tersebut (V m) lebih kecil dari
kecepatan aliran fluida ke atas (Uf), pada keadaan ini partikel bergerak ke atas
dengan kecepatan Uf Vm
MEKANIKA GERAK PARTIKEL PADA KONDISI INI DIMANFAATKAN
UNTUK PEMISAHAN PADATAN SECARA ELUTRIASI, KLASIFIKASI,
SIZING, DAN SORTING.
3.
Elutriasi = adalah pemisahan padatan menjadi dua fraksi atau lebih yang
berdasarkan perbedaan kecepatan terminalnya dalam fluida yang bergerak ke atas.
Klasifikasi = adalah pemisahan padatan menjadi dua fraksi atau lebih yang
berdasarkan perbedaan kecepatan terminalnya dalam fluida.
Sizing = adalah pemisahan padatan yang sama densitasnya, tetapi berbeda
ukurannya dengan menggunakan kecepatan aliran fluida.
Sorting = adalah pemisahan padatan yang sama bentuk dan ukurannya tetapi
berbeda densitasnya, dengan menggunakan kecepatan aliran fluida.
Pada pemisahan ini yang memegang peran penting adalah perbedaan
densitas padatan ( ) dan ukuran padatan (D). Bila dijumpai campuran padatan A
dan B dengan A B tetapi jika DB > DA ada kemungkinan campuaran padatan
tersebut tidak dapat terjadi pemisahan dengan sempurna. Oleh sebab itu perlu
ditentukan batas kisaran ukuran campuran padatan yang dapat memberikan
pemisahan yang sempurna.
V A max
VB max
4 gD A ( A )
3 f DA
4 gD B ( B )
3 f DB
3 f DA
4 gD A ( A )
3 f DA
4 gD B ( B )
3 f DB
4 gDB ( B )
3 f DB
DA
B
Pada kedaan laminer f D maka
DB
A
DA
0,5
( B
)
DB
A
f DA f DB maka
DA
B
DB A
10
Nilai n= 0,5 untuk keadaan laminer, nilai 0.5< n <1 untuk keadaan transisi, dan n =
1 untuk keadaan turbulen.
Jika nilai fluida yang bertugas sebagai media pemisah nilainya sama atau
mendekati nilai B sehingga nilai B 0 atau mendekati nol. Bila keadaan ini
terjadi pemisahan dapat berlangsung sempurna pada sembarang perbandingan
ukuran butir A dan B. Untuk mendapatkan fluida pemisah yang mempunyai
densitas tinggi dapat dilakukan dengan:
1. Melarutkan soluble materian ke dalam cairan.
2. Mendispersikan padatan berukuran halus ke dalam cairan.
charcoal 0,8
Padatan umpan
Udara
ft
30,48cm
cm
x
304,8
det ik
ft
det ik
Vm
77,046
0.018.10 2
4 gD( s )
304,8
3 fD
fD= f(Re)
KEADAAN TURBULEN
4.1000.D(0.8 1,3.10 3 )
D = 0,11341 fD
3 f D 1,3.10 3
Gambar
11
Re
VD 1,3.10 3.304,8.D
2201,33D
0.018.10 2
Re terhitung
1000
437,5
Re grafik
35
430 cocok
2mg ( s b )
f d b s A
gD 2 ( s b )
vr maksimun =
18 b
(22)
(23)
volume.total
100
(24)
12
2. Untuk butir berbentuk bola, pendekatan yang lain yang dapat digunakan
untuk menentukan kecepatan maksimum pada keadaan hindered settling adalah
dengan persamaan berikut:
Vhindered settling = Fs (Vdiscrete paticle) (25)
Atau
Vh = Fs Vrmaksimum
(26)
Dengan nilai Fs dapat ditentukan dari Gambar (6) atau ditentukan dengan
persamaan berikut:
Fs =
X2
101,82 (1 X )
Fs =
0,123
X3
(1 X )
(27)
(28)
dengan
VH
0,123(1 a ) 2
a 3
(x
)
Vm
1 x
1 a
(29)
4. Pengaruh dinding
Pengaruh dinding tempat penampung (container) tidak dapat diabaikan
pengaruhnya, bila nilai
DC
D
DC
D
kurang dari
20.
dengan Dc = diameter container
13
Faktor.koreksi 1 (
DC 2, 25
)
D
DC 1, 5
)
D
(30)
(31)
FDv
FDh
Vh
Vv
Vr
G
Gambar 7. Skema gaya yang bekerja pada padatan ke arah vertikal dan horisontal
Neraca gaya arah vertikal
FV = G KA - FDV
FV = G KA - FD sin
(32)
(33)
AV r2 Vv
dVv
m
mg
g f D
m
dt
s
2 Vr
(34)
AV r VV
dVv
g (1
) fD
dt
s
2m
(35)
Fh = - FDh
Fh = - FD cos
(36)
(37)
AV r2 Vh
dVh
f
m
D
dt
2 Vr
AV r Vh
dVh
dt
fD
(38)
(39)
2m
dengan
Vr
(Vh2 Vv2 )
f D f (Re, )
Vr D
Re
(40)
(41)
(42)
C
C
C
V
D
Re
Vr D
r
(43)
14
AV r VV C
dVv
g (1
)
V r D
dt
s
2m
dVv
CAVV
g (1
)
dt
s
2mD
AV r Vh C
dVh
fD
V r D
dt
2m
(44)
(45)
(46)
dVh
CAV h
dt
2mD
(47)
FLUIDA
YANG
BERGERAK
Gambar 8. Skema gaya yang bekerja pada padatan pada fluida yang bergerak
horisontal
FV = G KA - FDV
FV = G KA - FD sin
AV r2 Vv
dVv
m
mg
f
m
D
dt
s
2 Vr
AV r VV
dVv
dt
g (1
) fD
2m
15
dengan
Vr {(U f Vh )2 Vv2}
f D f (Re, )
Vr D
Re
dVv
dVh
0 dan
0
dt
dt
AV r (U f Vh )
fD
2m
sehingga
Vh max U f
Vr {(U f U f )2 Vv2}
atau
Vr max Vv max
g (1
AV r max VV max
) fD
0
s
2m
Vv max
sehingga
g (1
) 2m
f D A
4 gD ( s )
3 fD
16
Gambar. Peralatan dalam industri kimia yang didasarkan atas gerak padatan
dalam fluida yang bergerak ke atas (Brown ,1955 )
Contoh soal 4
1.Gravity settling tank digunakan untuk membersihkan air limbah dari oil refinery. Limbah cair
itu mengandung 1% minyak dengan specific gravity = 0,87, Ukuran butirnya terdistribusi antara
10 m sampai 50 m . Berapa panjang gravity settling tank yang harus dirancang bila diketahui
debit air limbah yang mengandung minyak sebanyak 0,63 liter per detik, lebar dan tinggi gravity
settling tank tersebut ditentukan sebesar 3 meter dan 2 meter. Untuk kasus ini gravity settling
tank berfungsi sebagai flotator karena densitas minyak lebih kecil dari densitas minyak ( s ).
Penyelesaian
Seperti diketahui bersama bahwa keadaan transient gerakan butir padat dalam fluida relatif
singkat, sehingga yang digunakan untuk dasar perancanagan suatu alat yaitu kondisi terminal.
Vh max U f
Vv max
g (1
) 2m
f D A
4 gD(1
3 fD
f D f (Re, )
Vr max D
Re
17
Q Q
630 cm det il
0,0105 cm det ik
A wxh 300cmx200cm
3
Vh max U f =
Vv max
4 gD (1
3 fD
3 fD
fD
3
Vr D 1.Vv max .10
Vv max
0,17333
sehingga Vvmax = 240
=
Vv max
cm
det ik
10 2
tinggi.gravity.settling . tan k
200cm
Waktu tinggal fluida dalam tangki sama dengan waktu yang diperlukan butir terkecil sampai
dipermukaan cairan.
Jadi panjang gravity setling tank (L) yang seharusnya dibuat adalah:
L = Uf x waktu tinggal
L = 0,0105 cm det ik x 2,77 105 detik = 29 m.
18
dimasukkan dalam tabung kaca berskala dengan diameter sekitar 10 cm (agar pengaruh dinding
dapat diabaikan dan tidak mudah patah) dan tingginya sekitar 40 cm, keadaan ini dinyatakan
sebagai waktu mula-mula (t=0). Perubahan tinggi bidang batas antara lapisan bening dan keruh
untuk waktu-waktu tertentu dicatat, pengamatan dihentikan bila lapisan jernih dan keruh tidak
berubah lagi. Skema sedimentasi secara batch dinyatakan pada skema berikut ini.
Pemodelan matematis untuk kondisi hindered settling ini sulit dilakukan, oleh sebab itu
kecepatan sedimentasi ditentukan berdasarkan hasil pengamatan laboratorium dalam percobaan
secara batch untuk jenis slurry tertentu. Bila jenis slurry tertentu maka nilai , , s , D, , g
tetap, maka kecepatan sedimentasi hanya merupakan fungsi konsentrasi saja atau v f (C )
.Sehingga dalam perancangan thickener untuk pemisahan campuran padat-cair jenis tertentu
diperlukan data hubungan antara kecepatan pengendapan fungsi konsentrasi dari percobaan batch
dalam laboratorium untuk campuran tersebut.
Sedimentasi batch
Data yang menyatakan hubungan antara kecepatan sedimentasi dan konsentrasi untuk
suatu jenis slurry tertentu diperoleh dari percobaan laboratorium yang dilakukan secara batch.
19
Adapun pelaksanaannya sebagai berikut. Slurry dengan konsentrasi tertentu diaduk agar uniform
dimasukkan dalam tabung kaca berskala dengan diameter sekitar 10 cm (agar pengaruh dinding
dapat diabaikan dan tidak mudah patah) dan tingginya sekitar 40 cm, keadaan ini dinyatakan
sebagai waktu mula-mula (t=0). Perubahan tinggi bidang batas antara lapisan bening dan keruh
untuk waktu-waktu tertentu dicatat, pengamatan dihentikan bila lapisan jernih dan keruh tidak
berubah lagi. Skema sedimentasi secara batch dinyatakan pada skema berikut ini.
H
Hi
HL
tL
Hi H L
, dengan HI adalah
tL
intersep garis singgung. Dengan cara yang sama dapat ditentukan kecepatan sedimentasi pada
berbagai titik dalam kurva tersebut.
V V
V
20
Gambar
Kalau ditinjau titik (posisi) dengan konsentrasi tetap C seolah-olah posisi itu bergerak ke atas
dengan kecepatan VZ.
Neraca massa padatan pada zone yang mempunyai konsentrasi tetap C C+ C
A(V V VZ )C A(V VZ )(C C )
VZ C
dV
V
dC
dV
juga tetap, ,maka VZ tetap,
dC
ZL
tL
Misal zone yang mempunyai konsentrasi CL bergerak ke atas dengan kecepatan VZ yang
tetap, mula-mula zone tersebut berada di dasar tabung. Pada waktu t=0 (pada keadaan awal)
semua partikel berada di atas zone dengan konsentrasi CL yang beradadi dasar tabung. Pada
waktu tertentu (tL) saat CL berada di zone paling atas maka semua padatan berada di bawah zone
tersebut. Jadi pada waktu tL semua partikel melewati zone tersebut, atau dapat dituliskan dengan
persamaan berikut:
A(V L VV )C L t L AZ 0 C 0
CL
Z 0C0
(V L VZ )t L
CL
Z 0C0
(V L t L Z L )
Z 0 C0
Z
(V L L )t L
tL
Sedimentasi kontinyu
21
Gambar
dengan
F, V, dan L adalah debit umpan, hasil atas (beningan) dan hasil bawah (sludge), (l/jam)
C F , CV , danCU adalah konsentasi padatan dalam umpan, hasil atas, dan hasil bawah.
Bila dikehendaki beningan bebas padatan ( CV 0) maka persamaan (??) dapat dituliskan
menjadi
FC F LCU
Ada dua dasar pertimbangan yang digunakan untuk menentukan luas penampang
thickener yang dibutuhkan, yaitu didasarkan atas hasil beningan dan hasil sludge.
Dasar perancangan 1
Tidak ada butiran padat yang bergerak ke atas terikut aliran hasil atas, oleh sebab itu luas
penampang harus cukup luas. Butiran tidak bergerak ke atas bila kecepatan terminal butir padat
lebih besar dari kecepatan aliran cairan ke atas ( Vm V f ). Oleh sebab itu luas pemampang
minimum yang harus dirancang didapatkan dari persamaan berikut :
Vm V f
debit.aliran.beningan
Q
A min imum
Q
Vm
Dasar perancanagan 2
Luas penampang harus cukup untuk melewatkan gerakan padatan ke bawah. Jumlah total
padatan yang bergerak (FL) ke bawah terdiri dari padatan yang dibawa aliran ke bawah
(terangkut oleh bulk flow) dan padatan yang kebawah karena mempunyai kecepatan
pengendapan, atau dapat dituliskan dengan persamaan berikut:
FL L.C A.V .C
FL f (C )
nilai FL f (C ) berubah terhadap posisi dalam ketinggian thickener. Total padatan yang ada
dalam thickener adalah sama dengan padatan yang ada dalam arus umpan ( FC F ) sehingga bila
nilai FL FC F maka batasan di atas sudah terpenuhi. Luas penampang minimum yang
22
dibutuhkan adalah bila FL FC F , sehingga luas penampang minimum yang dibutuhkan yang
didasarkan atas batasan ini dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
FL FC F L.C Amin imum .V .C
atau
F .C F L.C
V .C
karena nilai CdanV berubah pada setiap posisi ketinggian thickener maka akan diperoleh
beberapa nilai A minimum. A minimum yang dipilih sebagai dasar perancangan adalah A
minimum yang nilainya paling besar.
Amin imum
Kedalaman thickener
Salah satu dasar pertimbangan untuk menentukan kedalaman thickener ditentukan
berdasarkan kecepatan aliran hasil bawah. Dasar perancangan kedalaman thickener adalah waktu
tinggal slurry dalam thickener.
Volume
Massa
Waktu tinggal = volume
= massa
waktu
waktu
Waktu tinggal rata-rata padatan pada bagian bawah= u
Sehingga H
HAC u
FC F
FC F U
ACU
AC o H o
C H
o o
ACU
CU
Contoh soal:
Suatu industri mempunyai slurry dengan kandungan padatan yang sanagt rendah yaitu
5% berat. Untuk menadapatkan cairan yang bebas padatan dan slurry yang pekat dengan
konsentrasi padatan 30%berat dipilih cara sedimentasi dalam thickener. Tentukan luas dan
kedalaman thickener teoritis yang sebaiknya dibuat, bila industri tersebut mempunyai slurry
23
36.0.05 V .0 L.0.3 L = 6
ton
jam
ton 1000000 g
1 jam
g
10.000
ton
3600 det ik
det ik
ton
g
L = 6 jam =1666,7
det ik
F = 36 jam
Hi H L
Z 0C0
17 x 0.05
dan C L
=
tL
(V L t L Z L ) (V L t L Z L )
Q
, nilai Vm pada keadaan ini dapat ditentukan berdasarkan data batch H vs t
Vm
pada kedaan awal yang nilainya masih tetap, pada kondisi ini sering disebut dengan free settling
atau kondisi dimana konsentrasi padatan belum berpengaruh. Sedangkan Q adalah flow rate
beningan.
Amin bagian bawah (bagian sedimentasi)
Amin imum
glart
gpdt
x 0,05
1666.7 xC
det il
glart
500 1666,7C
=
cm
glart
gpdt
1,2VC
V
x1,2
xC
3
det ik
glart
cmlart
10.000
F .C F L.C
V lart .C
(A)
Hasil perhitungan disajikan pada tabel berikut ini
HL, cm
tL, detik
Hi
16
11
8
4
20.5
32
17
16.1
15.9
VL,cm/deti
k
0.25
0.25
0.246
24
7
6
5
4.7
4.5
4.25
4
3.5
3.2
3
35.5
40
45
47.5
50
55
63.5
83
130
131
15.55
14.7
13
10.1
8.35
6.05
5.9
4.8
4.4
3
0.241
0.218
0.1789
0.114
0.077
0.033
0.030
0.016
0.0106
0.001
0.0546
0.0578
0.0653
0.0841
0.1018
0.1405
0.144
0.177
0.193
0.293
25901,9
26696,7
28044,4
31276,6
35118,2
47779,1
50154,3
60322,5
72642,1
33181,3
A min imum
Vm
g
det ik
1666,7
g
g
=8333,3
det ik
det ik
cm
det ik
g air
cm 3
x1 air
det ik
g air
33333,2cm 2
cm
0,25
det ik
8333,3
Luas penampang minimum teoritis yang sebaiknya digunakan adalah Amin yang paling besar
yang ditentukan berdasarkan Amin pada seksi klarifikasi dan seksi sedimentasi. Pada hasil
perhitungan ini digunakan Amin teoritis sebesar = 72642,1 cm2.
Kedalam thickener
Kedalam thickener ditentukan beradsarkan persamaan berikut:
HU =
C o H o 17 x0.05
2,8333
=
CU
0.3
U 69,5 det ik
Kedalan thickener bila dihitung berdasarkan kelaman seksi sedimentasi sangat kecil, oleh sebab
itu kelaman thickener ditentukan berdasarkan kedalaman beningan (3 ft sampai10 ft) yang
seharusnya dirancang dengan dasar pertimbangan agar pengambilan beningan betul terbebas dari
padatan, juga kemiringan dasar thickener dengan pertimbangan kemudahan pengambilan
padatan. Kedalaman total thickener biasa sekitar 10 ft sampai 15 ft.
Contoh ukuran thickener untuk bentuk rectangular dan sirkular yang sering
dijumpai pada pemisahan primer pada pengolahan limbah (Reynolds, 1982)
Uraian
Kisaran
Nilai umum
nilai
Rectangular
-Kedalaman, ft
10 15
12
-Panjang,ft
50 300
80 130
-Lebar.ft
10 80
16 32
-Kecepatan
flight, 2 4
3
ft/menit
Circular
-Kedalaman, ft
-Diameter, ft
-Kemiringan dasar, in/ft
Kecepatan flight, rpm
10 15
10 200
-2
0,02 0,05
12
40 150
1
0,03
25
26
27
v=
waktu.untukRt.tertentu
t
Untuk lebih memahami cara perhitungan pada peristiwa ini dibicarakan contoh
perancangan tangki koagulasi sebagai berikut:
Contoh soal
Kedalaman,
ft
2
4
6
8
t=10
menit
264
308
343
682
Konsentrasi padatan,mg/l
t=20
t=30
t=45
t=60
menit
menit
menit
menit
236
162
122
100
272
225
198
144
297
252
213
205
765
810
881
942
t=10
menit
0,34
0,23
0,142
-
Percent removal
t=20
t=30
t=45
menit
menit
menit
0,41
0,59
0,70
0,32
0,44
0,51
0,257
0,37
0,47
-
t=60
menit
0,82
0,64
0,49
-
Data ini digambarkan dengan koordinat waktu (menit) vs kedalaman (ft) dengan parameter
percent removal, sebagai berikut:
Berdasarkan gambar tersebut kemudian ditentukan overall removal (Rt) dan kecepatan
pengendapan (Vo) sebagai berikut:
28
Kurva 20%
T= 16,5 menit = 0,275 jam
Vo
8 ft
1440menit
16,5menit
hari.
Rt=20+
7,48 gal
gal
5222,5
3
ft
hari. ft 2
6
30 20 3,05 (40 30) 1,55 50 40 0,85 60 50 0,4 70 60
8
8
8
8
8
Rt = 34,82
Kurva 30%
T= 30 menit = 0,5 jam
Vo
8 ft 1440menit
30menit
hari.
Rt = 30+
7,48 gal
gal
2872,32
3
ft
hari
. ft 2
6,3
3,5
(40 30)
50 40 2 60 50 1,15 70 60
8
8
8
8
Rt = 47,68
Kurva 40%
T= 43 menit = 0,7166 jam
Vo
8 ft 1440menit
43menit
hari.
Rt = 40+
7,48 gal
gal
2154,24
3
ft
hari. ft 2
5,85
50 40 3,2 60 50 2,2 70 60
8
8
8
Rt = 54,06
Kurva 50%
T= 70 menit = 1,166 jam
Vo
8 ft 1440menit
70menit
hari.
Rt = 50+
7,48 gal
gal
1230,994
3
ft
hari. ft 2
7,15
60 50 5,45 70 60
8
8
Rt = 65,75
Kurva 60%
T= 85 menit = 1,416 jam
Vo
8 ft 1440menit
95menit
hari.
Rt = 60+
7,48 gal
gal
1013,76
3
ft
hari. ft 2
7, 2
70 60
8
Rt = 69
Dari hasil perhitungan ini dibuat grafik hubungan antara waktu vs overall removal dan grafik
hubungan antara kecepatan pengendapan vs overall removal, sebagai berikut:
29
Berdasarkan gambar tersebut untuk total pengendapan 60% dapat ditentukan waktu pengendapan
selama 0,94 jam dan kecepatan pengendapan 1625(gal/hari/ft2), data ini digunakan sebagai dasar
perancangan bak koagulasi.
Debit air limbah ayang akan dipisahkan padatannya =
m 3 24 jam 1000l 1gal
gal
634,082
Q = 100
jam hari
hari
m 3 3,785l
Q
634,082
2
Luas penampang bak koagulasi yang dibutuhkan =A= Vox 0,65 1625 x0,65 600 ft
Q.xtx1,75
=
A
30