Anda di halaman 1dari 10

SENI BATIK

A.

SEJARAH BATIK
Istilah Batik berasal dari bahasa Jawa "amba"
yang berarti menulis dan nitik yang berarti memberi
titik-titik. Batik merupakan kain yg dihias motif dengan
proses
tutup
celup.
Proses
penutupannya
menggunakan malam atau lilin sebagai bahan
perintang warna, dengan menggunakan canting atau
cap.
Batik disebut juga "wax-resist dyeing".
( wax = malam,
dye= zat pewarna, resist =
perintang/menahan)
Tradisi membatik telah berkembang pesat pada
masa Kerajaan Mataram yang kemudian terpecah
menjadi Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan
Surakarta. Pada masa dahulu Batik merupakan tradisi
turun temurun dan hanya digunakan oleh golongan
tertentu. Hal ini dikarenakan pada masa itu Bahan dan
Alat untuk membuat Batik masih sulit didapatkan,
khususnya untuk Kain yang harud diimpor dari manca
negara. Sehingga seringkali Batik hanya menjadi
konsumsi kaum Bangsawan saja dan seolah sakral
dengan lingkungan keraton.
Dalam tradisi Batik bahkan ada beberapa motif
yang hanya boleh dipakai oleh orang atau kaum di
lingkungan Keraton sehingga motif batik bisa menjadi
penanda gelar kebangsawanan seseorang di kala itu.
Batik pada awal perkembangannya merupakan
suatu tradisi yang sakral bagi sebagian besar orang
Jawa. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang
melatarbelakangi proses pembuatan batik tersebut.
Miaslnya Raja harus bersemedhi dahulu untuk
menemukan petunjuk yang kemudaian ada kalanya
digambar sendiri dan adakalanya meminta Juru
Sungging Kerajaan untuk menggambarnya. Pada proses

pelaksanaanya, orang-orang yang terlibat alam proses


Batik biasanya berpuasa agar mendapat ketenangan
dan konsistensi pikiran sehingga karya Batik yang
dihasilkan merupakan karya yang sakral dan sebagai
simbol harapan.
Seseorang yang sedang menorehkan malam pada
kain yang telah digambari harus dalam keadaan tenang
dan penuh penghayatan. Sehingga kualitas goresan
menjadi stabil dan terkontrol dengan baik. Hal inilah
yang menyebabkan pembuatan satu buah kain Batik
bisa memakan waktu berbulan-bulan tergantung detail
kerumitan gambar dan pewarnaanya.
Beberapa motif Batik
terkandung di dalamnya:

dan

makna

yang

a)

Motif Parang.

Ada beberapa motif Parang yaitu:


- Parang Barong merupakan parang yang paling besar
dan agung yang hanya boleh digunakan untuk Raja.
- Parang Rusak yang biasa digunakan prajurit setelah
perang, untuk memberitahu Raja bahwa mereka telah
memenangkan peperangan.

>> Parang sendiri merupakan simbol dari ombak


samudera, menggambarkan semangat dan energi yang
tiada henti. Dulu, motif ini hanya boleh untuk kasta
prajurit dan adipati ke atas. <<
b)

Motif Truntum

kain ini biasa digunakan orang tua pengantin pada


saat pesta pernikahan
>> melambangkan harapan agar orang tua mampu
menuntun atau memberi contoh kepada putraputrinya dalam memasuki kehidupan berumah
tangga dan mencapai ketenteraman hidup.
- Ditemukan oleh: Istri dari Pakubuwana V .
Suatu malam tatkala beliau memandang langit ,
beliau menyaksikan kumpulan bintang yang ada di
angkasa, bintang-bintang tersebut kemudian menjadi
inspirasi motif Truntum.
c)

Cakar Ayam

yang melambangkan agar setelah berumah tangga


sampai keturunannya nanti dapat mencari nafkah
sendiri atau hidup mandiri.

d) Kain Batik Grompol

grompol atau grombol, dalam Bahasa Jawa berarti


berkumpul atau bersatu. Kain batik dengan motif ini
biasa dikenakan pada saat upacara pernikahan oleh
orang tua mempelai, baik calon mempelai pria atau
calon mempelai wanita.

e)

Motif Sidamukti

dipakai oleh pasangan pengantin Jawa.


>> Sidamukti sendiri melambangakan sebuah
harapan sepasang pengantin yang ingin mencapai
kehidupan baru yang berhasil lahir batin atau dalam
bahasa jawa disebut mukti.

f)

Kain Batik Wahyu Tumurun

kain batik ini sering pula dipilih sebagai busana pada


upacara pernikahan adat Jawa Gaya Yogyakarta. Dari
arti katanya, wahyu memiliki pengertian sebagai
kebahagiaan anugrah Tuhan.
g)

Kain Batik Sido Asih

Sido berarti jadi, asih berarti sayang,


ragam hias ini mempunyai makna agar hidup
berumah tangga selalu penuh kasih sayang.
h)

Motif Sido drajad

dipakai oleh besan ketika upacara pernikahan


---------------------------------- CARA PEMAKAIAN BATIK
-----------------------------------

Cara pemakaian batik juga memiliki nilai


pendidikan tersendiri, berikut adalah beberapa uraian
dari cara pemakaian kain batik.
1. Bagi anak-anak batik dipakai dengan cara
sabuk wolo. Pemakaian jenis ini memungkinkan
anak-anak untuk bergerak bebas. Secara filosofis
pemakaian sabuk wolo diartikan bebas moral,
sesuai dengan jiwa anak-anak yang masih bebas
dan belum dewasa dan belum memiliki
tanggungjawab moral di dalam masyarakat.
2. Ketika beranjak remaja maka seseorang tidak
lagi mengenakan batik dengan cara sabuk wolo
melainkan dengan jarit. Panjang jarit yang
dipakai memiliki arti tersendiri. Seamakin pajang
jarit maka semakin tinggi derajad seseorang
dalam masyarakat semakin pendek jarit maka
semakin rendah pula strata sosial orang tersebut
dalam masyarakat.
3. Bagi dewasa pemakaian batik memiliki pakem
tersendiri antara laki-laki dan perempuan. Pada

laki-laki wiru diletakkan di sebelah kiri.


Sedangkan pada wanita wiru diletakkan di
sebelah kanan, yang berarti nengeni. Artinya
seorang putri tidak boleh melanggar kehendak
suami.
Kini dunia mengakui batik sebagai produk budaya
Indonesia. Unesco telah mengukuhkan batik ke dalam
daftar representatif budaya tak benda warisan manusia
atau Representative List of Intangible Cultural Heritage.
Sesuatu yang patut menjadi kebanggaan bangsa
Indonesia.
B. MACAM-MACAM BATIK
1.

2.

3.

Batik Tulis adalah batik yang dikerjakan oleh


tangan dengan menggunakan alat berupa canting
tulis dalam menorehkan malam
Batik Cap adalah batik yang proses penorehan
malamnya menggunakan canting cap di buat dari
tembaga. Dalam batik cap ini prosesnya hampir
sama dengan batik tulis,
perbedaannya hanya pada alat untuk menerapkan
lilin pada media, batik tulis dengan menggunakan
canting, sedangkan batik cap dengan menggunakan
canting cap.
Batik Jumputan adalah batik yang dikerjakan
dengan cara ikat celup, diikat dengan tali di celup
dangan warna. Batik ini tidak menggunakan malam
tetapi kainnya diikat atau dijahit dan dikerut dengan
menggunakan tali.
Dua teknik membuat batik jumputan:

a) teknik ikatan adalah Bagian yang ikat kencang itu


pada saat dicelup tidak terkena warna, sehingga
setelah ikatannya dilepas akan terbentuk gambarnya,
b) teknik jahitan adalah kain diberi pola terlebih dahulu
lalu dijahit dengan menggunakan tusuk jelujur pada

garis warnanya dengan menggunakan banang, lalu


benang ditarik kuat sehingga kain berkerut serapat
mungkin. Pada waktu dicelup benang yang rapat akan
menghalangi warna masuk ke kain, benang yang
dipakai sebaiknya benang yang tebal dan kuat seperti
benang plastik / sintesis, benang jins, atau benang
sepatu. Hasil jumputan teknik jahitan ini berupa
titik-titik yang agak menyambung membentuk
gambar.

A.

MEDIA BERKARYA BATIK


1. PENGENALAN ALAT DAN BAHAN
1) Alat

2) Bahan
Bahan yang digunakan membatik adalah:
a. Kain
Kain yang bisa di gunakan untuk proses
pembatikan adalah kain mori, Kain mori dapat
digolongkan sebagai berikut:
1) Mori Primissima adalah mori yang paling halus,
digunakan untuk batik tulis yang halus, dan sering
dipakai untuk batik cap yang halus pula.
2) Mori Prima adalah mori yang tergolong halus kedua
dan dapat digunakan untuk kain-kain batik tulis halus,
sedang dan cap pula
3) Mori Biru (medium) adalah kualitas ke tiga setelah
mori primissima dan prima biasanya digunakan untuk
batik jenis kasar dan sedang.

4) Mori blaco (grey) termasuk golongan paling rendah


kualitasnya dan banyak mengandung kanji sehingga
sangat kaku.
Dalam batik tulis juga dapat menggunakan berbagai
jenis kain diantaranya santung, sutera, jean dan drill.
Lilin / Malam
Lilin adalah bahan yang digunakan untuk membatik
dan juga berfungsi sebagai bahan yang dipakai
untuk
menutup
bagian-bagian
yang
tidak
terkena larutan warna dalam proses pewarnaan.
Lilin untuk proses pembatikan bermacam-macam
kualitasnya, kualitas lilin /malam berpengaruh terhadap
daya serap warna kain batik.
>> Berikut merupakan jenis-jenis lilin:
1) Lilin putih (Lilin parapin) yang berfungsi untuk
menutup kain supaya menimbulkan hasil pecah-pecah,
berasal dari minyak latung buatan pabrik
2) Lilin kuning (Lilin batik klowong) berasal dari
minyak latung buatan pabrik
3) Lilin hitam (lilin batik tembok), bersasal dari
minyak latung buatan pabrik
4) Lilin tawon, berasal dari sarang lebah
5) Lilin klanceng berasal dari sarang lebah klanceng.
b.

Pewarna
Pewarnaan bertujuan untuk memberi warna pada kain
batik sehingga menghasilkan suatu gabungan warna
yang baik. Proses pewarnaan dapat dilakukan dengan
cara celupan, coletan, dan kuasan, sebelum proses
pewarnaan
dilakukan
terlebih
dahulu
harus
mempersiapkan alat dan bahan.
Bahan-bahan yang digunakan dalam mewarna batik
yaitu :
c.

1) Zat pewarna alam

Zat
pewarna
alam
ini
berasal
daritumbuhtumbuhandapat dilakukan melalui sistem ekstrasi.
Ekstrasi adalah proses yang paling sederhana dilakukan
dengan cara konvensional yaitu dengan merebus
tumbuh-tumbuhan tersebut, bahan yang direbus
adalah: bagian daun, batang, buah, kulit buah, kulit
akar, dan bunga. Bahan tumbuh-tumbuhan yang dapat
dijadikan zat pewarna alami diantaranya:
1) Daun Mangga yang menghasilkan
warna hijau
2) Daun alpokat
3) Kulit mahoni/ daun mahoni
4) Kunyit + kapur sirih
5) Daun jati muda
6) Daun jarak kepyar
7) Kulit bawang merah dll.

Anda mungkin juga menyukai