Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP MEDIS
2.

Pengertian
Apendisitis merupakan peradangan pada apendik periformis. Apendik periformis

merupakan saluran kecil dengan diameter kurang lebih sebesar pensil dengan panjang 26 inci. Lokasi apendik pada daerah illiaka kanan, di bawah katup iliocaecal, tepatnya
pada dinding abdomen di bawah titik Mc Burney.
3.

Patofisiologi
Penyebab utama appendisitis adalah obstruksi penyumbatan yang dapat

disebabkan oleh hiperplasia dari folikel limfoid merupakan penyebab terbanyak, adanya
fekalit dalam lumen appendiks. Adanya benda asing seperti cacing, stiktura karena
fibrosis akibat peradangan sebelumnya, sebab lain misalnya keganasan (karsinoma
karsinoid).
Massa/Tinja/Benda Asing

Obstruksi lumen apendiks

Peradangan

Sekresi mukus tidak dapat keluar


Pembengkakan jaringan limfoid

Peregangan apendiks

Tekanan intra-luminal
Suplai darah terganggu

Hipoksia jaringan

Nyeri

Obstruksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa


terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan dinding
appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan peritonium viseral. Oleh karena
itu persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X maka rangsangan itu
dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus.
Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah, kemudian
timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu, peradangan yang
timbul meluas dan mengenai peritomium parietal setempat, sehingga menimbulkan rasa
sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut dengan appendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut
dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu pecah,
dinamakan appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang berdekatan dapat
mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan timbul suatu masa lokal,
keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses. Pada anak anak karena omentum
masih pendek dan tipis, apendiks yang relatif lebih panjang , dinding apendiks yang
lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih kurang, demikian juga pada orang tua
karena telah ada gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi lebih cepat. Bila
appendisitis infiltrat ini menyembuh dan kemudian gejalanya hilang timbul dikemudian
hari maka terjadi appendisitis kronis (Junaidi ; 1982).
4.

Etiologi
1. Ulserasi pada mukosa
2. Obstruksi pada colon oleh fecalit (faeses yang keras)
3. Pemberian barium
4. Berbagai macam penyakit cacing
5. Tumor
6. Striktur karena fibrosis pada dinding usus

5.

Insiden
Apendisitis sering terjadi pada usia tertentu dengan range 20-30 tahun. Pada

wanita dan laki-laki insidennya sama kecuali pada usia pubertas dan usia 25 tahun
wanita lebih banyak dari laki-laki dengan perbandingan 3 : 2

6.

Pencegahan
Pencegahan pada apendisitis yaitu dengan menurunkan resiko obstruksi atau

peradangan pada lumen apendik. Pola eliminasi klien harus dikaji, sebab obstruksi oleh
fecalit dapat terjadi karena tidak adekuatnya diit serat, diit tinggi serat.
Perawatan dan pengobatan penyakit cacing juga meminimalkan resiko.
Pengenalan yang cepat terhadap gejala dan tanda apendiksitis meminimalkan resiko
terjadinya gangren, perforasi, dan peritonitis.
-

ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
2.1.1

Anamnese
1) Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau jam masuk rumah
sakit, nomor register, diagnosa, nama orang tua, alamat, umur pendidikan,
pekerjaan, pekerjaan orang tua, agama dan suku bangsa.
2) Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan post appendiktomy mempunyai keluhan utama nyeri yang
disebabkan insisi abdomen.
3) Riwayat penyakit dahulu
Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien seperti hipertensi, operasi
abdomen yang lalu, apakah klien pernah masuk rumah sakit, obat-abatan yang
pernah digunakan apakah mempunyai riwayat alergi dan imunisasi apa yang
pernah diderita.
4) Riwayat penyakit keluarga
Adalah keluarga yang pernah menderita penyakit diabetes mellitus, hipertensi,
gangguan jiwa atau penyakit kronis lainnya uapaya yang dilakukan dan bagaimana
genogramnya.
5) Pola Fungsi Kesehatan

Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat


Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan
olah raga (lama frekwensinya), bagaimana status ekonomi keluarga kebiasaan
merokok dalam mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.

Pola Tidur dan Istirahat


Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga dapat
mengganggu kenyamanan pola tidur klien.

Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhioleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri luka
operasi, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest berapa waktu lamanya
setelah pembedahan.

Pola hubungan dan peran


Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa melakukan peran
baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat, penderita mengalami emosi
yang tidak stabil.

Pola sensorik dan kognitif


Ada

tidaknya

gangguan

sensorik

nyeri,

penglihatan,

pearaan

serta

pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi terhadap


orang tua, waktu dan tempat.

Pola penanggulangan stress


Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah.

Pola tata nilai dan kepercayaan


Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana cara klien
mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.

2.1.2

Pemeriksaan Fisik
1) Status kesehatan umum
Kesadaran biasanya kompos mentis, ekspresi wajah menahan sakit tanpa sakit ada
tidaknya kelemahan.
2) Integumen
Ada tidaknya oedem, sianosis, pucat, pemerahan luka pembedahan pada abdomen
sebelah kanan bawah.
3) Kepala dan Leher
Ekspresi wajah kesakitan pada konjungtiva lihat apakah ada warna pucat.
4) Thoraks dan Paru
Apakah bentuknya simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, gerakan cuping
hidung maupun alat Bantu nafas frekwensi pernafasan biasanya normal (16 20
kali permenit). Apakah ada ronchi, whezing, stridor.
4

5) Abdomen
Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya pristaltik pada usus ditandai
dengan distensi abdomen, tidak flatus dan mual, apakah bisa kencing spontan atau
retensi urine, distensi supra pubis, periksa apakah produksi urine cukup, keadaan
urine apakah jernih, keruh atau hematuri jika dipasang kateter periksa apakah
mengalir lancar, tidak ada pembuntuan serta terfiksasi dengan baik.
6) Ekstremitas
Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri yang hebat, juga
apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.
2.1.3

Pemeriksaan Penunjang.
1) Pemeriksaan Laboratorium
Darah

: Ditemukan leukosit 10.000 18.0000 mn.

Urine

: Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit .

2) Pemeriksaan Radiologi
BOF, tampak distensi sekum pada appendisitis akut.
2.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
No
1.

Diagnosa Keperawatan

Tujuan/Kriteria

Intervensi

Nyeri abdomen berhu- Nyeri berkurang.

Kaji tanda vital

bungan dengan obstruksi Kriteria :

Kaji keluhan nyeri, tentukan

dan peradangan apen- Klien

mengungkapkan

lokasi, jenis dan intensitas

diks.

rasa sakit berkurang.

nyeri. Ukur dengan skala 1-

Subyektif :

Wajah dan posisi tubuh

10.

Nyeri daerah pusar tampak rileks


menjalar ke daerah
perut kanan bawah.
Tungkai kanan tidak
dapat diluruskan.

Jelaskan penyebab rasa sakit,


cara mengurangi.
Beri posisi duduk untuk
mengurangi penyebaran infeksi pada abdomen.
Ajarkan tehnik relaksasi.

Obyektif :
Nyeri tekan di titik

Kompres es pada daerah


sakit

untuk

mengurangi

Mc Burney.
5

nyeri.
Anjurkan klien untuk tidur
pada posisi nyaman (miring
dengan

menekuk

lutut

kanan).
Puasa makan minum apabila
akan dilakukan tindakan.
Ciptakan lingkungan yang
tenang.
Laksanakan program medik.
Pantau efek terapeutik dan
non terapeutik dari pemberian analgetik.

2.

Resiko kekurangan vo Cairan dan elektrolit da- Observasi tanda vital suhu,
lume cairan berhubung lam keadaan seimbang.

nadi, tekanan darah, perna-

an dengan mual, mun- Kriteria :

pasan tiap 4 jam.

tah, anoreksia dan diare.

Turgor kulit baik.


Cairan yang keluar dan
masuk seimbang.

Observsi cairan yang keluar


dan yang masuk.
Jauhkan makanan/bau-bauan
yang merangsang mual atau
muntah.
Kolaborasi pemberian infus
dan pipa lambung

3.

pengetahuan Setelah diberikan penje- Jelaskan prosedur persiapan

Kurang

tentang prosedur per- lasan klien memahami


siapan

dan

operasi.

operasi.

sesudah tentang prosedur per- pemasangan infus.


siapan dan sesudah puasa makan &

Subyektif

operasi

Klien / keluarga bertanya tentang prosedur Kriteria

minum

sebelumnya 6 - 8 jam.
cukur daerah operasi.
Jelaskan

situasi

dikamar
6

persiapan dan sesudah Klien kooperatif dengan

bedah.

persiapan Jelaskan aktivitas yang perlu

operasi

tindakan

Obyektif

operasi maupun sesudah

dilakukan setelah operasi.

Klien tidak kooperatif operasi.

Latihan batuk efektif.

terhadap tindakan per- Klien

mobilisasi

siapan operasi.

mendemonstrasikan

dini

secara

pasif dan aktif bertahap.

latihan yang diberikan.


4.

Kerusakan integritas ku- Luka

insisi

sembuh Pantau luka pembedahan dari

lit berhubungan dengan tanpa ada tanda infeksi.

tanda-tanda

luka pembedahan.

demam, kemerahan, bengkak


dan

cairan

peradangan:
yang

keluar,

warna jumlah dan karakteristik.


Rawat luka secara steril.
Beri

makanan

berkualitas

atau dukungan klien untuk


makan. Makanan mencukupi
untuk mempercepat proses
penyembuhan.
Beri

antibiotika

sesuai

program medik.

DAFTAR PUSTAKA :
Carpenito, L.J. (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.
Doengoes, M.E. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.
Rothrock, J.C. (2000), Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif, EGC, Jakarta.
Sjamsuhidajat, R. & Jong, W.D. (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. Revisi, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai