BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Hemoptisis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Hemoptisis
1. Definisi
Hemoptisis (batuk darah) merupakan suatu gejala atau tanda dari
suatu penyakit infeksi. Secara umum, pengertian hemoptisis adalah
membatukkan darah dari paru atau ekspektorasi darah akibat perdarahan
pada saluran napas di bawah laring, atau perdarahan yang keluar melalui
saluran napas bawah laring (Davey, 2002; Rasin, 2009).
2. Etiologi dan Faktor Risiko
Sumber perdarahan hemoptisis dapat berasal dari sirkulasi pulmoner
atausirkulasi bronkial. Hempotisis masif sumber perdarahan umumnya berasal
dari sirkulasibronkial ( 95 % ). Sirkulasi pulmoner memperdarahi alveol dan
duktus alveol, sistemsirkulasi ini bertekanan rendah dengan dinding pembuluh
darah yang tipis. Sirkulasibronkial memperdarahi trakea, bronkus utama sampai
bronkiolus dan jaringan penunjangparu, esofagus, mediastinum posterior dan vasa
vasorum arteri pulmoner. Sirkulasibronkial ini terdiri dari arteri bronkialis dan
vena bronkialis. Asal anatomis perdarahanberbeda tiap proses patologik tertentu:
(a). bronkitis akibat pecahnya pembuluh darahsuperfisial di mukosa,(b) TB paru
akibat robekan atau ruptur aneurisma arteri pulmoner (dinding kavitianeurisma
Rassmussen). atau akibat pecahnya anastomosis bronkopulmoner atauproses
Kepaniteraan Ilmu penyakit Dalam
Rumah Sakit Sulianti Saroso
Periode 13 April 2015 20 Juni 2015Page 2
Hemoptisis
erosif pada arteri bronkialis, (c) infeksi kronik akibat inflamasi sehingga
terjadipembesaran & proliferasi arteri bronchial misal : bronkiektasis, aspergilosis
atau fibrosiskistik,(d) kanker paru akibat pembuluh darah yg terbentuk rapuh
sehingga mudah berdarah.
Penyebab batuk darah sangat beragam antara lain :
1. Infeksi : tuberkulosis, staphylococcus, klebsiella, legionella), jamur, virus
2. Kelainan paru seperti bronchitis, bronkiektasis, emboli paru, kistik fibrosis,
emfisema bulosa
3. Neoplasma : kanker paru, adenoma bronchial, tumor metastasis
4. Kelainan hematologi : disfungsi trombosit, trombositopenia, disseminated
intravascular coagulation (DIC)
5. Kelainan jantung : mitral stenosis, endokarditis tricuspid
6. Kelainan pembuluh darah : hipertensi pulmoner, malformasi arterivena,
aneurisma aorta
7. Trauma : jejas toraks, rupture bronkus, emboli lemak
8. Iatrogenik : akibat tindakan bronkoskopi, biopsi paru, kateterisasi swan-ganz,
limfangiografi
9. Kelainan sistemik : sindrom goodpasture, idiopathic pulmonary hemosiderosis,
systemic lupus erytematosus, vaskulitis (granulomatosis wagener, purpura
henoch schoenlein, sindrom chrug-strauss)
10. Obat / toksin : aspirin, antikoagulan, penisilamin, kokain
11. Lain-lain : endometriosis, bronkiolitiasis, fistula bronkopleura, benda asing,
hemoptisis kriptogenik, amiloidosis
Kepaniteraan Ilmu penyakit Dalam
Rumah Sakit Sulianti Saroso
Periode 13 April 2015 20 Juni 2015Page 3
Hemoptisis
b.
Sering (1-4%)
1) Bronkiektasis
2) Kanker paru atau tumor paru non-maligna, terutama karsinoma
bronkus
3) Emboli paru
4) Hemoptisis palsu (mimisan, penyakit mulut, hematemesis).
Perdarahan hidung yang berat atau muntahan darah dari lambung
dapat menyebabkan masuknya darah ke trakea. Darah kemudian
dibatukkan dan muncul sebagai hemoptisis.
c.
Hemoptisis
4) Kondisi
inflamasi
granulomatosis,
atau
microscopic
autoimun
(lupus,
polyangitis,
Wegeners
Churg-Strauss
syndrome)
5) Trauma, seperti pada luka tembakan atau kecelakaan.
Faktor risiko hemoptisis adalah riwayat merokok dan usia lebih
dari 40 tahun (Mason et al., 2010).
3. Patofisiologi
Asal anatomis perdarahan dan patofisiologi hemoptisis berbeda tiap
proses patologik tertentu (Rasin, 2009):
a.
b.
c.
d.
4. Klasifikasi
Didasarkan dari perkiraan jumlah darah yang dibatukkan :
Hemoptisis
Batuk darah ringan apabila jumlah darah yang dikeluarkan kurang dari
25 ml/24 jam.
b.
c.
Batuk darah > 600 ml/24 jam dan dalam pengamatan batuk darah
tidak berhenti.
Hemoptisis
Batuk darah < 600 ml/24 jam tetapi > 250 ml/24 jam dan pada
pemeriksaan hemoglobin < 10 gr% sedang batuk darah masih
berlangsung.
Batuk darah < 600 ml/24 jam tetapi > 250 ml/24 jam dan pada
pemeriksaan hemoglobin >10 gr% dan pada pengamatan selama 48
jam
dengan
pengobatan
konservatif,
batuk
darah
masih
berlangsung.
Pseudohemoptisis adalah batuk darah dari struktur saluran napas
bagian atas (di atas laring) atau dari saluran cerna atas (gastrointestinal)
atau hal ini dapat berupa perdarahan buatan (factitious) (Marleen et al.,
2009).
5. Diagnosis Banding
Diagnosis
banding
penyebab
hemoptisis
sangat
banyak,
Hemoptisis
bronkus
kecil,
sedangkan
bronkus
besar
umumnya
jarang
(Rahmatullah, 2007).
b. Bronkitis
Bronkitis adalah inflamasi dari pembuluh bronkus yang
menyebabkan bengkak pada permukaannya, mempersempit pembuluh
dan menimbulkan sekresi dan cairan inflamasi.
Bronkitis akut adalah batuk yang tiba-tiba terjadi karena
infeksi virus yang melibatkan jalan napas yang besar. Bronkitis akut
pada umumnya ringan. Berlangsung singkat (beberapa hari sampai
beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan, namun
adakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada
terasa berat, dan batuk berkepanjangan.
Bronkitis kronis didefinisikan sebagai adanya batuk produktif
yang belangsung 3 bulan dalam 1 tahun selama 2 tahun berturut-turut.
Diagnosis bronkitis kronis biasanya terkait dengan riwayat merokok
(Marleen et al., 2009).
c. Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium
tuberculosis
complex
yang
ditandai
dengan
Hemoptisis
kinis
pneumonia
didefinisikan
sebagai
suatu
jamur,
parasit).
Pneumonia
yang
disebabkan
oleh
6. Diagnosis
Kepaniteraan Ilmu penyakit Dalam
Rumah Sakit Sulianti Saroso
Periode 13 April 2015 20 Juni 2015Page 9
Hemoptisis
Hal utama yang penting adalah memastikan apakah darah benar- benar
bukan dari muntahan dan tidak berlangsung saat perdarahan hidung. Hemoptisis
sering mudah dilacak dari riwayat. Dapat ditemukan bahwa pada hematemesis
darah berwarna kecoklatan atau kehitaman dan sifatnya asam. Darah dari
epistaksis dapat tertelan kembali melalui faring dan terbatukkan yang disadari
penderita serta adanya darah yang memancar dari hidung.
Untuk menegakkan diagnosis, seperti halnya pada penyakit lain perlu
dilakukan urutan-urutan dari anamnesis yang teliti hingga pemeriksaan fisik
maupun penunjang sehingga penanganannya dapat disesuaikan.
1. Anamnesis
Untuk mendapatkan riwayat penyakit yang lengkap sebaiknya diusahakan untuk
mendapatkan data-data :
- Jumlah dan warna darah
- Lamanya perdarahan
- Batuknya produktif atau tidak
- Batuk terjadi sebelum atau sesudah perdarahan
- Sakit dada, substernal atau pleuritik
- Hubungannya perdarahan dengan : istirahat, gerakan fisik,
posisibadan dan batuk
- Wheezing
- Riwayat penyakit paru atau jantung terdahulu.
- Perdarahan di tempat lain serempak dengan batuk darah
Kepaniteraan Ilmu penyakit Dalam
Rumah Sakit Sulianti Saroso
Periode 13 April 2015 20 Juni 2015Page 10
Hemoptisis
Hemoptisis
Hematemesis
Rasa tidak enak di Mual,
stomach
tenggorokan,
2. Onset
batuk
Darah
ingin distress
dibatukkan, Darah
dimuntahkan
dapat
3.
Penampilan Berbuih
darah
4. Warna
5. Isi
Merah segar
Lekosit,
disertai
batuk
Tidak berbuih
Merah tua
Sisa makanan
mikroorganisme,
makrofag,
hemosiderin
6. Reaksi
Alkalis (pH tinggi)
Asam (pH rendah)
7.
Riwayat Menderita kelainan Gangguan
Penyakit
Dahulu
8. Anemi
9. Tinja
paru
lambung, kelainan
Kadang-kadang
Warna tinja normal
hepar
Selalu
Tinja
berwarna
bisa
hitam,
Hemoptisis
kaki dan presacral daerah harus teraba untuk pitting edema (menyarankan
gagal jantung).
Pemeriksaan perut harus fokus pada tanda-tanda hepatik atau massa, yang
bisa menyarankan kanker atau hematemesis dari potensi esophageal
varices.
Kulit dan selaput lendir harus diperiksa untuk ecchymoses, petechiae,
telangiectasia, gingivitis, atau bukti perdarahan dari mukosa mulut atau
hidung. (6)
Kepaniteraan Ilmu penyakit Dalam
Rumah Sakit Sulianti Saroso
Periode 13 April 2015 20 Juni 2015Page 12
Hemoptisis
3.Pemeriksaan nasofaring
Untuk mencari sumber perdarahan dan pada hemoptisis masif untuk
memastikan bahwa saluran nafas masih paten. . (3)
4.Pemeriksaan jantung
Untuk mengevaluasi hipertensi paru akut (terdapat peninggian komponen
paru suara jantung kedua), kegagalan ventrikel kiri akut (adanya
summation gallop) atau penyakit katup jantung seperti stenosis
mitral.Endokarditis sebelah kanan dapat dideteksi dengan adanya bunyi
desiran karena insufisiensi trikuspid,sering pada penyalah guna obat
intravena,dan dapat menyebabkan hemoptisis karena emboli septik. . (3)
5.Pemeriksaan dinding dan rongga dada.
-Trauma dinding dada,mencari adanya memar parenkim paru atau laserasi
bronkial.
-Ronki setempat,berkurangnya suara napas dan perkusi redup menunjukan
adanya
Konsolidasi (disebabkan pneumonia,infark paru atau atelktasis pasca
obstruksi dari benda asing atau kanker paru) . (3)
-Pleura firction rub
-Kardiomegali kemungkinana edem paru kardiogenik.
6. Laboratorium
Hemoptisis
-pemeriksaan
darah
tepi
lengkap.peningkatn
hb
dan
hematokir
menunjukan adanya
Kehilangan darah yang akut.
-Jumlah sel darah putih meninggi mendukung adanya infeksi.
-Trombositopenia menunjukan kemungkinan koagulopati,trombositosis
kemungkinan
Kanker paru.
-Pemeriksaan PT dan aPTT dicurigai bila adanya koagulopati atau pasien
menerima
Warfarin/heparin
-AGD bila pasien sesak dan sianosis
-Pemeriksaan dahak,pasien dengan darah bercampur dahal,pewarnaan
gram,BTA. (3)
8. Pemeriksaan penunjang
Diagnostik modalitas untuk mempelajari hemoptysis termasuk radiografi
dada (CXR), bronchoscopy, MDCT Angiography (MDCTA).
-Foto toraks akan menunjukan adanya massa paru,kavitas atau infiltrat
yang akan menjadi sumber perdarahan (3) pencitraan modalitas untuk
mengevaluasi pasien dengan hemoptysis.Ini cepat, murah, dan mudah
tersedia. CXR dapat membantu mengungkapkan fokus atau menyebar
keterlibatan paru-paru. CXR dapat mendeteksi mendasari parenchymal
dan kelainan pleura , seperti massa, radang paru-paru, penyakit paru-paru
Kepaniteraan Ilmu penyakit Dalam
Rumah Sakit Sulianti Saroso
Periode 13 April 2015 20 Juni 2015Page 14
Hemoptisis
MDCTA
-
DSA
-
-Bronkoskopi
Sebaiknya dilakukan sebelum perdarahan berhenti, karena dengan
demikian sumber perdarahan dapat diketahui. Tindakan bronkoskopi
merupakan sarana untuk menentukan diagnosis, lokasi perdarahan,
maupun
persiapan
melakukannya
operasi,
merupakan
namun
pendapat
waktu
yang
yang
masih
tepat
untuk
kontroversial,
Hemoptisis
visual.
Gumpalan
darah
besar
kadang-kadang
Hemoptisis
mencari
endobronchial
lesi
yang
mungkin
sumber
pendarahan
tidak
mudah
jelas
selama
inspeksi
Hemoptisis
sumber
perdarahan
dengan
embolisasi
transkateter.
9. Penanganan
Pada umumnya hemoptoe ringan tidak diperlukan perawatan khusus dan
biasanya berhenti sendiri. Yang perlu mendapat perhatian yaitu hemoptisis yang
masif.
Hemoptisis
terapi
yang
utama
adalah
memberikan
suport
Hemoptisis
Hemoptisis
1. Apabila pasien mengalami batuk darah lebih dari 600 cc / 24 jam dan
dalam pengamatannya perdarahan tidak berhenti.
2. Apabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 600 cc / 24 jam dan
tetapi lebih dari 250 cc / 24 jam jam dengan kadar Hb kurang dari 10 g
%, sedangkan batuk darahnya masih terus berlangsung.
Sebelum pembedahan dilakukan, sedapat mungkin diperiksa faal paru dan
dipastikan asal perdarahannya, sedang jenis pembedahan berkisar dari
segmentektomi, lobektomi dan pneumonektomi.Pasien dengan perkiraan volume
expirasi paksa waktu 1 detik paska operasi <800 ml tidak dapat mentolirir
pneumonektomi. (3)
Penting juga dilakukan usaha-usaha untuk menghentikan perdarahan. Metode
yang mungkin digunakan adalah (5) :
- Dengan memberikan cairan es garam yang dilakukan dengan bronkoskopi
serat lentur dengan posisi pada lokasi bronkus yang berdarah.
Masukkan larutan NaCl fisiologis pada suhu 4C sebanyak 50 cc,
diberikan selama 30-60 detik. Cairan ini kemudian dihisap dengan
suction.
- Dengan menggunakan kateter balon yang panjangnya 20 cm penampang
8,5 mm.
B. Hemoptisis ringan
1.Terapi dasar.pasien istirahat total dengan posisi paru yang mngalami
perdarahan
Hemoptisis
10. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi merupakan kegawatan dari hemoptisis, yaitu
ditentukan oleh tiga faktor (5) :
1. Terjadinya asfiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah dalam saluran
pernapasan.
2. Jumlah darah yang dikeluarkan selama terjadinya hemoptisis dapat
menimbulkan renjatan hipovolemik.
3. Aspirasi, yaitu keadaan masuknya bekuan darah maupun sisa makanan ke
dalam jaringan paru yang sehat bersama inspirasi.
2.9 Prognosis
Pada hemoptisis idiopatik prognosisnya baik kecuali bila penderita
mengalami hemoptisis yang rekuren.
Sedangkan pada hemoptisis sekunder ada beberapa faktor yang
menentukan prognosis :
1. Tingkatan hemoptisis : hemoptisis yang terjadi pertama kali mempunyai
prognosis yang lebih baik.
2. Macam penyakit dasar yang menyebabkan hemoptisis.
3. Cepatnya kita bertindak, misalnya bronkoskopi yang segera dilakukan
untuk menghisap darah yang beku di bronkus dapat menyelamatkan
penderita.
Kepaniteraan Ilmu penyakit Dalam
Rumah Sakit Sulianti Saroso
Periode 13 April 2015 20 Juni 2015Page 22
Hemoptisis
Daftar Pustaka
Alsagaff H, Mukty A. 2002. Dasar-dasar ilmu penyakit paru. Surabaya: Airlangga
Press
Bidwell JL, Pachner RW. 2005. Hemoptysis: Diagnosis and management. Am
Fam Physician; 72(7):1253-60
Davey P. 2002. Sesak napas, batuk, dan hemoptisis, dalam: At a glance medicine.
Jakarta, Erlangga Medical Series; pp: 23
Marleen FS, Swidarmoko B, Rogayah R, Pandelaki J. 2009. Embolisasi arteri
bronkial
pada
hemoptisis.
Hemoptisis
M.
2009.
Hemoptisis.
http://jurnalrespirologi.org/jurnal/April09/HEMOPTISIS%20editorial.pdf
diunduh Juni 2013
Web
MD.
2013.
Coughing
up
blood
(hemoptysis).
Hemoptisis
1. http://journals.lww.com/bronchology/Fulltext/2002/01000/Managing_a_Pa
tient_with_Hemoptysis.13.aspx
2. www.dirjournal.org/sayilar/69/buyuk/299-309.pdf
3. Sudoyo, Aru W. 2007. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Ed.4. Jakarta:
Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
4. Woodley M. Whelan A. 1995. Pedoman Pengobatan. (Manual of Medical
Therapeutics). Andi offset. Yogyakarta.
5. Rab T. 1996. Prinsip Gawat Paru. ed.2. Jakarta. EGC.
6. https://www.merckmanuals.com/professional/pulmonarydisorders/symptoms-of-pulmonary-disorders/hemoptysis
Hemoptisis