PENDAHULUAN
Tinjauan Teori
2.2 Pengertian
2.3 Klasifikasi
1. Klasifikasi berdasarkan penyebabnya yaitu
a. Batuk darah idiopatik adalah batuk darah yang tidak diketahui
penyebabnya insiden 0,5-58%. Dimana perbandingannya antara pria
dan wanita 2:1. Biasanya terjadti pada umur 30-50 tahun kebanyakan
40-60 tahun dan berhenti spontan dengan suportif terapi
b. Batuk darah sekunder penyebabnya dapat di pastikan bersal dari
- Saluran nafas yang sering adalah tuberculosis, bronkiestasis, tumor
paru, pneumonia dan abses paru
- Menurut Banet (82-86) batuk darah disebabkan oleh tuberculosis
paru, karsinoma paru dan bronkiektasis. Yang jarang di jumpai adalah
penyakit jamur (aspergilus), silikolisis, penyakit oleh cacing
- System kardiovaskuler yang sering adalah stenosis mitral dan
hipertensi. Yang jarang kegagalan jantung, infark paru, aneurisma
aorta
- Lain-lain, disebabkan oleh benda asing, ruda paksa, penyakit darah
seperti hemophilia, hemosiderosis, erimatous lupus sistemikdiatesis
hemoragik dan pengobatan dengan antikoagulan
2. Di dasarkan dari perkiraan jumlah darah yang di batukkan
a. Bercak (Streaking)
Darah bercampur dengan sputum merupakan hal yang sering terjadi,
paling umum pada bronchitis. Volume darah kurang dari 15-20 ml/jam
Hemoptisis
b. Hemoptisis dipastikan ketika total volume darah di batukkan 20-600mL di
dalam 24 jam. Walaupun tidak spesifik untuk penyakit tertentu, hal ini
berarti perdarahan dari pembuluh darah lebih besar dan biasanya karena
kanker paru, pneumonia (necroctizing pneumonia), TB paru atau emboli
paru
c. Hemoptisis massif
Darah yang di batukkan dalam waktu 24 jam lebih dari 600 mL biasanya
kanker paru, kavitas pada TB paru atau bronkiektasis. Batuk darah
massif adalah batuk darah lebih dari 100mL, hingga lebih dari 600,L
darah dalam 24 jam.
Kriteria hemoptasis massif menurut RS. Persahabatn
- Batuk darah sedikitnya 600 mL/ 24 jam
- Batuk darah < 600mL/ 24 jam, tapi >250 ml/ 24 jam , Hb < 10 g% dan
masih terus berlangsung
- Batuk darah < 600mL/ jam, tapi 250 mL/jam, Hb > 10g%, dalam 48
jam perdarahan belum berhenti
d. Pseudohemoptisis
Pseudohemoptisis adalah batuk darah dari struktur saluran napas bagian
atas (diatas laring) atau dari saluran cerna atas (gastrointestinal) atau hal
ini dapat berupa perdarahan buatan (factitious).Perdarahan yang terakhir
biasanya karena luka di sengaja di mulut, faring atau rongga hidung.
(Dwi,2014)
3. Klasifikasi menurut Pusel:
a + : batuk dengan perdarahan yang hanya dalam bentuk garis-garis
dalam sputum
b ++ : batuk dengan perdarahan 1 – 30 ml
c +++ : batuk dengan perdarahan 30 – 150 ml
d ++++ : batuk dengan perdarahan>150 ml
Positif satu dan dua dikatakan masih ringan, positif tiga hemoptisissedang,
positif empattermasuk di dalam kriteria hemoptisis masif.
4. Klasifikasi menurut Johnson berdasarkan darah yang di keluarkan
a Single hemoptysis yaitu perdarahan berlangsung kurang dari 7 hari
b Repeated hemoptysis yaitu perdarahan berlangsung lebih dari 7
haridengan interval 2-3 hari
c Frank hemoptysis yaitu bila yang keluar darah saja tanpa dahak
2.4 Etiologi
1. Asfiksia
Walaupun presentase kematian akibat asfiksia belum diketahui dengan pasti,
namun kematian yang disebabkan oleh asfiksia cukup tinggi dan dapat dibagi
dalam empat hal :
a. Pengaruh perdarahan yang terjadi
b. Pengaruh susunan saraf pusat
c. Pengaruh pada respirasi
d. Perubahan pada tekanan darah
2. Aspirasi
Aspirasi adalah suatu keadaan dimana masuknya bekuan darah maupun
sisa-sisa darah ke dalam jaringan paru bersamaan dengan inspirasi, dimana
mempnyai sifat-sifat sebagai berikut :
a. Meliputi bagian yang luas dari paru
b. Terjadi pada bagian percabangan bronkus yang lebih halus
c. Selain darah dapat pula disebabkan oleh masuknya cairan lambung ke
dalam paru oleh karena penutupan epiglotis yang tidak sempurna
d. Dapat diikuti dengan infeksi sekunder
3. Rejatan Hipovolemik
Rejatan hipovolemi adalah salah satu bentuk daripada rejatan hemoragik
yang disebabkan oleh perubahan metabolisme sebagai berikut :
a. Asidosis metabolik, dimana kadar asam laktat meningkat lebih dari nilai
normal
b. Terjadinya penurunan kecepatan filtrasi glomerulus yang disebabkan
oleh kontraksi dari vasa aferen dan vasa eferen, dimana ditandai dengan
retensi natrium dari tingginya ureum darah
c. Terdapatnya vasokontriksi sebagai usaha untuk memobilisasi darah
d. Pada jangka panjang dapat terjadi reaksi kompensasi
Mekanisme terjadinya batuk berdarah adalah sebagai berikut :
- Radang mukosa
Pada trakeobronkitis akut atau kronis, mukosa yang kaya pembuluh
darah menjadi rapuh, sehingga trauma yang ringan sekalipun sudah
cukup untuk menimbulkan batuk darah
- Infrak paru
Biasanya disebabkan oleh emboli paru atau invasi mikroorganisme
pada pembuluh darah seperti infeksi coccus, virus dan infeksi oleh
jamur
- Pecahnya pembuluh darah akibat kenaikan tekanan darah
intraluminar seperti pada dekompensasi cords kiri akut dan mitral
stenosis
- Kelainan membran alveolokapiler
Akibat adanya reaksi antibodi terhadap mebran, seperti pada
goodpasture’s syndrom
- Perdarahan kavitas tuberkulosis
Pecahnya pembuluh darah dinding kavitas tuberkulosis yang dikenal
dengan aneurisma Rasmussen, pemekaran pembuluh darah ini
berasal dari cabang pembuluh darah bronkial. Perdarahan pada
bronkiestasis disebabkan pemekaran bronkial. Diduga hal ini
terjadidisebabkan adanya anastomosis pembuluh darah bronkial dan
pulmonal. Pecahnya pembuluh darah pulmonal dapat menimbulkan
hemoptisis masif
- Invasi tumor ganas
- Cedera dada
Akibat benturan dinding dada, maka jaringan paru akan mengalami
transudasi kedalam alveoli dan keadaan ini akan memacu terjadinya
batuk darah
2.7 Pathway
Infeksi
Berlangsung <terpajaninformasi
Menghalangi proses difus oksigen
secara terus
menerus Deficit pengetahuan
Edema/ hiperventilasi antara kapiler
Penurunan & alveoli
Kekuranga jumlah cairan Mekanisme individu
Alveoli pecah
n volume intravaskuler koping tidak efektif
cairan
dalam jumlah
Perdarahanjaringan intra alveoli
yang banyak Gelisah
1. Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan darah tepi lengkap. Peningkatan hemoglobin dan
hematokrit menunjukkan adanya kehilangan darah yang akut. Jumlah sel
darah putih yang meninggi mendukung adanya infeksi. Trombositopenia
mengisyaratkan kemungkinan koagulopati, trombositosis
mengisyaratkan kemungkinan kanker paru.
Kajian koagulasi, pemeriksaan hemostase berupa waktu protombin (PT)
dan waktu tromboplastin parsial (aPTT) dianjurkan apabila dicurigai
adanya koagulopati atau apabila pasien tersebut menerima warfarin/
hepatin
Analisis gas darah arterial harus diukur apabila sesak yang jelas dan
sianosis
Pemeriksaan dahak. Pasien dengan darah yang bercampur dengan
dahak, pewarnaan gram, BTA atau preparasi kalium hidroksida dapat
mengungkapkan penyebabinfeksi dan pemeriksaan sitopatologik untuk
kanker
2. Pencitraan Imaging
Radiografi dada akan menunjukkan adanya kelainan pada pleura
misalnya massa paru, pneumonia, penyakit paru kronis, atelaktasis, lesi
kavitas atau infiltrate yang mungkinmenjadi sumber perdarahan dan
penyebab perdarahan. Keuntungannya pengguanaan lebih cepat,
murah dan mudah
Arteriografi bronchial selektif dilakukan bila bronkoskopi tidak dapat
menunjukkan lokasi perdarahan massif. Emboli arteri bronchial selektif
untuk mengendalikan perdarahan dapat berfungsi sebagai terapi yang
definitive atau sebagai tindakan antara hingga torakotomi dapat
dilakukan.
Pemeriksaan ct scan dapat memberikan informasi yang jelas dari foto
thoraks, misalnya gambaran bronkiektasis atau karsinoma bronkus yang
berukuran kecil. Pemeriksaan ct scan dengan resolusi tinggi merupakan
metode pilihan dalam diagnosis bronkoskopi, kecuali dalam keadaan
kegawat daruratan.
3. Pemeriksaan bronkoskopi
Pemeriksaan broncoskopi digunakan untuk membantu
mengidentifikasi perdarahan aktif dan memeriksa saluran perdarahan pada
penderita hemoptisis massif. Bronkoskopi ini bersifat kaku peranannya
dalam hemoptosis massif untuk mempertahankan patensi jalan nafas.
Pemeriksaan bronkoskopi sebaiknya dilakukan sebelum perdarahan
berhenti, karena dengan demikian sumber perdarahan dapat diketahui.
Adapun indikasi bronkoskopi pada batuk darah adalah :
- Bila radiologik tidak didapatkan kelainan
- Batuk darah yang berulang – ulang
- Batuk darah masif : sebagai tindakan terapeutik
2.9 Penatalaksanaan
Hemoptisis non-masif
Tujuan terapi adalah mengendalikan penyakit dasar. Penyebab tersering
hemoptisis non massif terutama yang terjadi akut adalah bronchitis, risiko
pasien ringan dengan gambaran radiologi yang normal. Penatalaksanaan
kondisi pasien seperti ini dapat dengan monitoring airway, breathing, dan
circulation serta pengobatan terhadap penyebabnya misalnya dengan
pemberian antibiotic bila diperlukan, tetapi bila batuk darah ini cenderung
makin lama, berlangsung terus atau sulit dijelaskan dianjurkan untuk evaluasi
oleh ahli paru.
1. Terapi dasar.
Pasien harus istirahat total, dengan posisi paru yang mengalami
perdarahan di bawah. Refleks batuk harus di tekan dengan kodein fosfat
30 – 60 mg intramuskular setiap 4 – 6 jam selama 24 jam.
2. Terapi spesifik.
Terapi spesifik adalah pengobatan atas penyakit dasar penyebab
perdarahan tersebut.
Hemoptisis massif
Prinsip penatalaksanaan hemoptisis massif terdiri dari beberapa langkah
yaitu menjaga jalan nafas dan stabilisasi penderita, menentukan lokasi
perdarahan dan memberikan terapi. Langkah pertama merupakan prioritas
tindakan awal. Setelah penderita lebih stabil, langkah kedua ditujukan untuk
mencari sumber dan penyebab perdarahan. Langkah ketiga dimulai setelah
periode perdarahan akut telah teratasi, dan ditujukan untuk mencegah
berulangnya hemoptisis dengan memberikan terapi spesifik sesuai
penyebabnya, bila memungkinkan. Penderita dengan hemoptisis massif
harus di monitor dengan ketat di instalasi perawatan intensif.
Jika penderita telah stabil, perlu dicari sumber dan penyebab perdarahan
secepat dan setepat mungkin. Lokasi perdarahan dan penyebabnya perlu
diketahui untuk dapat memberikan terapi spesifik. Langkah ini dapat
dilakukan dengan pemeriksaan radiologi ( foto thoraks, ct-scan, angiografi)
dan dengan bronkoskopi (BSOL maupun bronkoskop kaku).
Langkah IIIPemberian Terapi Spesifik
1. Bronkoskopi terapeutik
a) Bilas bronkus dengan larutan garam fisiologis dingin (iced saline
lavage) pemberian larutan garam fisiologis dingin dimaksudkan untuk
meningkatkan hemostasis dengan menginduksi vasokontriksi. Suatu
study tanpa kontrol mengamati 23 penderita yang diberi pembilasan
dengan aliquot 50ml sekuansial dengan suhu 40c (total 500ml) melalui
bronkoskop kaku. Ternyata kontrol perdarahan dicapai pada 21
penderita.
b) Pemberian obat topical
Pemberian epinefrin topikal dengan konsentrasi 1/20.000
dimaksudkan untuk vasokontriksi pembuluh darah, namun
efektifitasnya masih dipertanyakan. Terutama pada hemoptisis masif.
Tsukomoto dkk melakukan study pemberian trombin topikal dan
larutan fibrinogen –trombin namun terapi masih perlu penelitian lebih
lanjut.
c) TamponadeEndobronkial
Isolasi pendarahan menggunakan kateter balon tamponade dapat
mencegah aspirasi darah keparuh kontra lateral dan menjadi
pertukaran gas pada hemoptisis masif
d) Fotokoagulasi laser (Nd-YAG Laser)
Fototerapi menggunakan laser neodimium-yetrium-aluminium-garnet
(Nd-YAD) telah digunakan sebagai terapi paliatif dengan hasil
bervariasi pada penderita hemoptisis masif. Terapi ini digunakan
pada penderita dengan pendarahan endobronkial karna kemampuan
koagulasinya
2. Terapi non Bronkoskopi
a) Pemberian terapi medicamentosa
b) Fasopresin iv merupakan vasokonstriktor sistemik dengan dosis 0,2-
0,4 unit per menit telah digunakan untuk mengatasi hemoptisis masif
c) Pemberian asam traneksamat (anti fibrinolitik) untuk mengahambat
aktivasi plasminogen dilaporkan dapat mengontrol hemoptisis pada
penderita fibrosis kistik yang tidak dapat terkontrol oleh embolisasi
arteri bronkial
d) Pemberian kosteroit sistemik dengan obat sitotoksik dan
plasmaveresis mungkin dapat bermanfaat pada penderita hemoptisis
masif akibat pendarahan alveolar penyakit autoimun.
e) Pemberian gonadotropin relesing hormon agonis ( GnRH) atau
danasol mungkin bermenfaat pada terapi jangka panjang penderita
hemoptisis katamenial
f) Hemoptisis karena penyakit infeksi TB,infeksi jamur atau kuman lain
maka diberikan anti tuberkolosis, anti jamur ataupun antibiotik.
g) Radioterapi untuk mengatasi hemoptisis masif dilaporkan penderita
astergiloma yang gagal terapi dengan embolisasi. Mekanisme adalah
melalui mengurangi pembekakan dan induksi nekrosis sumber
perdarahan sehingga menghasilkan trombisis vaskuler dan kompresi
edema perivaskuler.
infiltrat:mulai antibiotik
penyakit pembuluh
darah:aneurisma,
PE,malformasi arteri
2.10 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi merupakan kegawatan dari hemoptoe, yaitu ditentukan
oleh tiga faktor :
1. Terjadinya asfiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah dalam saluran
pernapasan.
2. Jumlah darah yang dikeluarkan selama terjadinya hemoptoe dapat
menimbulkan renjatan hipovolemik.
3. Aspirasi,yaitu keadaan masuknya bekuan darah maupun sisa makanan ke
dalam jaringan paru yang sehat bersama inspirasi.
2.11 Prognosis
Hemopthosis merupakan suatu gejala dari suatukelainan
dasar.Kebanyakan penderta memiliki prognosisyang baik. Namun penderita
hemoptosis akibat keganasan dan gangguan pembekuan darah memiliki
prognosis yang lebih buruk.
Keberhasilan terapi diartikan sebagai berhentinya perdarahan dan tidak
terjadi kekambuhan. Hasil terapi konservatif mengalami perbaikan sejak
berkembangnya teknik pengendalian perdarahan secara endobrakial dan
emboli artei. Angka kekambuhan pada embolisasi arteri setelah 6 bulan
pengamatan di dapat sebesar 23 %.
Pengamatan terapi konservatif yang pernah di lakukan di RS
Persahabatan Jakarta adalah terapi noninvasive (medikamentosa). Kematian
akibat asfiksia terjadi pada 16 penderita dari 18 orang penderita yang
meninggal, sedangkan 2 penderita lainnya mengalami perdarahan yang hebat.
Bab III
Case Study
3.1 Kasus
Seorang pasien laki-laki berusia 17 tahun datang ke RSPAD dengan keluhan
sejak empat hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh batuk
berdarah dan mimisan. Batuk disertai dahak yang bercampur dengan darah
bewarna merah segar. Batuk disertai dengan nyeri dada sehingga pasien terasa
sulit bernafas. Nyeri dada terasa diseluruh bagian dada dan tidak dapat
ditunjuk. Nyeri datang tiba-tiba dan membaik dengan sendirinya dengan skala
nyeri 6 dari 10.Awalnya pasien datang dengan mengeluh batuk kering sekitar
satu bulan sebelumnya.Batuk kering disertai dengan demam dan pilek. Demam
dirasakan naik turun dan lebih panas bila malam hari. Demam terjadi setiap hari
disertai dengan menggigil dan keringat malam membaik bila diberi obat penurun
panas.Pasien sudah berobat ke puskesmas tetapi keluhan tidak kunjung
membaik.Menurut pasien tidak ada keluarga yang memiliki seperti ini karena
ibunya dan keluarganya hanya memiliki riwayat tekanan darah tinggi, hanya
saja ada salah satu guru disekolahnya memiliki riwayat batuk lama dengan
tubuh kurus, tetapi pasien tidak mengetahui penyakit yang diderita gurunya.
Untuk keluhan mimisan dimulai sejak lima hari sebelum masuk rumah sakit.
Awalnya mimisan hanya pada hidung sebelah kanan, Kemudian menjadi
kedua hidung, darah yang keluar berupa darah segar disertai dengan gumpalan
darah. Pasien sering mengeluh hidungnya tersumbat, ketika mencoba
mengeluarkan ingus terdapat gumpalan darah kemudian terjadi mimisan.
Mimisan terjadi 4-5 hari, dalam sehari darah keluar kira-kira ¼ gelas aqua yang
keluar setiap kali mimisan.Pasien kelihatan cemas menghadapi keadaannya,
pasien mengatakan tidak mengerti mengapa beberapa hari ini mudah
mimisandan merasa lemah. Sebelumnya padahal tidak pernah mengalami
mimisan .
Penangung jawab pasien adalah ibunya yang berusia 40 tahun, pekerjaan
sebagai ibu rumah tangga yang beragama islam. Menurut ibu pasien
pasienmengalami penurunan berat badan . Awalnya berat badan pasien 39 kg
sekarang 38 kg mengalami penurunan 1 kg selama sakit dan memiliki riwayat
trauma pada bagian perut saat latihankarate satu minggu sebelum masuk
rumah sakit. Selain itu saat pasien lahir pernah terdiagnosa memiliki kelainan
septum, tetapi menutup dengan sendirinya sehingga tidak dilakukan tindakan
operasi.Dari pemeriksaan di dapat data sebagai berikut keadaan umum : lemah
TD: 130/100 mmhg,suhu 39,3 c, N: 115x/ menit, nafas : 28x/menit. CRT > 2
detik. Pemeriksaan terfokus Hidung : Inspeksi : simetris, deviasi septum (-),
nafas cuping hidung (+), perdarahan (+), secret (-), penciuman normal, Mulut :
Inspeksi : simetris, bibir : sianosis (-), stomatitis angularis (-), pursed lips
breathing (+), gusi : hiperemis (-), perdarahan (-), lidah : glositis (-), atrofi papil
lidah (-), gigi : caries (-), mukosa normal, Thorax : Inspeksi : bentuk dan ukuran
dada normal, pergerakan dinding dada kiri tertinggal, fossa intra dan
supraklavikul cekung simetris, fossa jugularis normal permukaan dinding dada :
massa (-), scar(-), iga dan sela iga tak tampak kelainan, iga dan sela iga tak
tampak kelainan, otot bantu pernapasan tidak aktif, respiratory ratenya, palpasi :
edema (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-), massa (-), denyutan (-), posisi
mediastinum di tengah, ictus cordis teraba di ICS V midclavicula sinistra,
pengembangan dinding dada tidak simetris, kiri tertinggal, vocal veremitus dada
kiri menurun, perkusi : sonor lapang paru kanan, perkusi redup pada paru kiri
setinggi ICS 2-3, batas paru kanan : ICS II parasternal dextra , batas paru kiri
ICS V midclavicula sinistra, batas paru hepar : ekspirasi ICS VI, inspirasi ICS
VII, auskultasi: cor : S1 S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-), pulmo :
vesicular (+/+), ronki (-), wheezing (-) Pemeriksaan lab : Uji tuberlin positif
dengan ukuran 2x1,5cm, pemeriksaan BTA sputum negative
Sesak
Penggunaan otot-otot
bantu pernapasan
Inspeksi : tampak
Kolaps arteri dan kapiler
gelisah
Batuk darah
System s.simpatis
merespon keadaan ini
Menstimulus hormone
adrenalin
TD ↿, nadi ↿
ansietas
Penutup
4.1 Kesimpulan
Hemoptoe/ hemoptysis/ batuk darah adalah ekspektorasi darah yang
berasal dari saluran pernapasan bawah (paru, percabangan bronkus) atau
saluran cerna yang menunjukkan tanda gejala dari suatu penyakit infeksi.
Klasifikasi berdasarkan penyebabnya yaitu batuk darah idiopatik, batuk darah
sekunder. Di dasarkan dari perkiraan jumlah darah yang di batukkan : bercak
(Streaking), Hemoptisis dipastikan ketika total volume darah di batukkan 20-
600mL di dalam 24 jam. Hemoptisis massif darah yang di batukkan dalam
waktu 24 jam lebih dari 600 mL biasanya kanker paru, pseudohemoptisis,
Klasifikasi menurut Pusel: + : batuk dengan perdarahan yang hanya dalam
bentuk garis-garis dalam sputum, ++ : batuk dengan perdarahan 1 – 30 ml,
+++ : batuk dengan, Klasifikasi menurut Johnson berdasarkan darah yang di
keluarkan : Single hemoptysis repeated hemoptysis, Frank hemoptysis. Untuk
etiologinya bisa disebabkan dari pembuluh darah kecil, besar , jamur dll.
Manifestasi Klinis :batuk darah keluar bersama riak (bukan bersama
makanan), warna darah merah segar, tampak bercampur lendir dan tampak
berbusa karena adanya gelembung-gelembung udara,kuantitas mungkin
berbeda dengan jumlah yang kecil karena iritasi tenggorokan atau jumlah yang
besar dalam kasus kanker, jika batuk disertai dengan demam tinggi, sesak
napas, pusing, nyeri dada dan darah dalam urin atau feses, pasien harus
mendapatkan perhatian medis yang mendesak tanpa penundaan.
Pemeriksaan Penunjang : pemeriksaan Lab, pemeriksaan radiologi ,
pemeriksaan bronkoskopi. Untuk penanganannya ada yang menggunakan
terapi konsevasi, penanganan awal hempotoe.
Komplikasi yang terjadi merupakan kegawatan dari hemoptoe, yaitu ditentukan
oleh tiga faktor :Terjadinya asfiksia, renjatan hipovolemik, aspirasi,yaitu
keadaan masuknya bekuan darah maupun sisa makanan ke dalam jaringan
paru yang sehat bersama inspirasi.
4.2 Saran
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa askep ini jauh dari kata sempurna
oleh sebab itu, kami membutuhkan saran dan kritik yang membangun agar
askep selanjutnya bisa lebih baik.Kami harap dengan askep ini pembaca
khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti dan memahami serta
menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan Hemoptoe.
Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih banyak kepada bapak Abdul
Qodir.S.Kep selaku dosen Emergency Nursing yang telah membantu kami
dalam penyusunan tugas ini untuk memenuhi tugas kelompok Emergency
Nursing yang berjudul Asuhan Keperawatan Hemoptoe.
Daftar Pustaka
- Dwi,Mulya.2014.ReferatHemoptisis.https://www.scribd.com/doc/249394028
- Arief,Nirwan.2009.Kegawatan Paru. Departemen Pulmonologi dan Ilmu
Kedokteran Respirasi FKUI RS PERSAHABATAN. Universitas Indonesia.
- Irfa,Intan et all.2014.Gambaran Kejadian Hemoptisis pada Pasien di Bangsal
Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari 2011 – Desember 2012. Jurnal
Kesehatan Andalas
- Eddy,Baptiste. 2005.Management of Hemoptysis in the Emergency
Departement. NY : Hospital Physician
- Ana,Larici.2014. Diagnosis and Management of Hemoptysis.USA: turkish society
of radiologi
- M, Rasmin.2009.Journal Hemoptisis.
- Marleen, Fitriah Sherly et.al.2011.Embolisasi Arteri Bronkial pada Hemoptisis.
Tugas Emergency
Di susun oleh :