Anda di halaman 1dari 12

Padaperawatanmasakehamilanmencegahatausekurangkurangnyabersiapsiaga

pada kasuskasus yang disangka akan terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan
pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin tetapi sudah dimulai sejak ibu hamil
dengan melakukan antenatal care yang baik. Menangani anemia dalam kehamilan adalah
penting,ibuibuyangmempunyaipredisposisiatauriwayatperdarahanpostpartumsangat
dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit. Persiapan persalinan di rumah sakit diperiksa
keadaanfisik,keadaanumum,kadarHb,golongandarah,danbilamemungkinkansediakan
donordarahdandititipkandibankdarah.Pemasangancateterintravenadenganlobangyang
besar untuk persiapan apabila diperlukan transfusi. Untuk pasien dengan anemia berat
sebaiknya langsung dilakukan transfusi. Sangat dianjurkan pada pasien dengan resiko
perdarahanpostpartumuntukmenabungdarahnyasendiridandigunakansaatpersalinan. Saat
persalinansetelahbayilahir,lakukanmassaeuterusdenganarahgerakancircularataumaju
mundursampaiuterusmenjadikerasdanberkontraksidenganbaik.Massaeyangberlebihan
atauterlalukerasterhadaputerussebelum,selamaataupunsesudahlahirnyaplasentabisa
mengganggu kontraksi normal myometrium dan bahkan mempercepat kontraksi akan
menyebabkan kehilangan darah yang berlebihan dan memicu terjadinya perdarahan
postpartum.
Kalatigadankalaempat, uterotonicadapatdiberikansegerasesudahbahudepan
dilahirkan. Study memperlihatkan penurunan insiden perdarahan postpartum pada pasien
yangmendapatoxytocinsetelahbahudepandilahirkan,tidakdidapatkanpeningkataninsiden
terjadinya retensio plasenta. Hanya saja lebih baik berhatihati pada pasien dengan
kecurigaan hamil kembar apabila tidak ada USG untuk memastikan. Pemberian oxytocin
selamakalatigaterbuktimengurangivolumedarahyanghilangdankejadianperdarahan
postpartum sebesar 40%. Pada umumnya plasenta akan lepas dengan sendirinya dalam
5menitsetelahbayilahir.Usahauntukmempercepatpelepasan tidakadauntungnyajustru
dapatmenyebabkankerugian. Pelepasanplasentaakanterjadiketikauterusmulaimengecil
dan mengeras, tampak aliran darah yang keluar mendadak dari vagina, uterus terlihat
menonjol keabdomen, dantaliplasenta terlihatbergerak keluar darivagina.Selanjutnya
plasentadapat dikeluarkandengancaramenariktalipusatsecrahatihati. Segerasesudah
lahirplasentadiperiksaapakahlengkapatautidak.Untukmanualplasentaadaperbedaan
pendapat waktu dilakukannya manual plasenta. Apabila sekarang didapatkan perdarahan
adalahtidakada alas an untukmenunggupelepasan plasenta secara spontan danmanual

plasentaharusdilakukantanpaditundalagi.Jikatidakdidapatkanperdarahan,banyakyang
menganjurkan dilakukan manual plasenta 30 menit setelah bayi lahir. Apabila dalam
pemeriksaanplasentakesantidaklengkap,uterusterusdieksplorasiuntukmencaribagian
bagiankecildarisisaplasenta.
Lakukanpemeriksaansecaratelitiuntukmencariadanyaperlukaanjalanlahiryangdapat
menyebabkanperdarahandenganpeneranganyangcukup.Lukatraumaataupunepisiotomy
segeradijahitsesudahdidapatkanuterusyangmengerasdanberkontraksidenganbaik
Tujuan utama pertolongan pada pasien dengan perdarahan postpartum adalah
menemukan dan menghentikan penyebab dari perdarahan secepat mungkin.Terapi pada
pasien dengan hemorraghe postpartum mempunyai 2 bagian pokok.
Resusitasi dan manajemen yang baik terhadap perdarahan pasien dengan hemorraghe
postpartum memerlukan penggantian cairan dan pemeliharaan volume sirkulasi darah ke
organ organ penting. Pantau terus perdarahan, kesadaran dan tanda-tanda vital pasien.
Pastikan dua kateler intravena ukuran besar untuk memudahkan pemberian cairan dan darah
secara bersamaan apabila diperlukan resusitasi cairan cepat. Pemberian cairan : berikan
normal saline atau ringer lactate. Transfusi darah : bisa berupa whole blood ataupun packed
red cell. Evaluasi pemberian cairan dengan memantau produksi urine (dikatakan perfusi
cairan ke ginjal adekuat bila produksi urin dalam 1jam 30 cc atau lebih)
Manajemen penyebab hemorraghe postpartum dan penatalaksanaan perdarahan pasca
persalinan
Penyebab
Atonia

Penatalaksanaan
Tergantungpadabanyaknyaperdarahandanderajatatoniauteri,dibagi

uteri

dalam3tahap:
TahapI

perdarahanyangtidakbegitubanyakdapatdiatasidengancarapemberian

TahapII

uterotonika,mengurutrahim(massage)danmemasanggurita
Bilaperdarahanbelumterhentidanbertambahbanyak,selanjutnyaberikan
infusedantransfusedarahdandapatdilakukan:
perasat(maneuver)Zangemeister
perasat(maneuver)Fritch
kompresibimanual
kompresiaorta

tamponadeuterovaginal:walaupunsecarafisiologistidaktepat,hasilnyama

memuaskanterutamadidaerahperdesaandimanafasilitasnyasangatminimal

atautidakada
jepitanarteriuterinedengancaraHenkel
TahapIII

Bilasemuaupayadiatastidakmenolongjuga,makausahaterakhiradalah
menghilangkansumberperdarahan,dapatditempuhduacarayaitudengan
meligasiarterihipogastrikaatauhisterektomi.

Periksaukurandantonusuterusdenganmeletakkansatutangandi
fundusuteridanlakukanmassaseuntukmengeluarkanbekuandarah
diuterusdanvagina.Apabilaterusterabalembekdantidak
berkontraksidenganbaikperludilakukanmassaseyanglebihkeras

danpemberianoxytocin.
Pengosongankandungkemihbisamempermudahkontraksiuterus

danmemudahkantindakanselanjutnya.
Lakukankompresbimanualapabilaperdarahanmasihberlanjut,
letakkansatutangandibelakangfundusuteridantanganyang
satunyadimasukkanlewatjalanlahirdanditekankanpadafornix
anterior.

Gambar3:Kompresi Bimanual Internal

Gambar4:kompresi
bimanualeksternal

Pemberianuterotonicajenislaindianjurkanapabilasetelah
pemberianoxytocindankompresibimanualgagalmenghentikan
perdarahan,pilihanberikutnyaadalahergotamine.

Sisa
plasenta

Apabilakontraksiuterusjelekataukembalilembeksetelahkompresi
bimanualataupunmassasedihentikan,bersamaanpemberian

uterotonicalakukaneksplorasi.Beberapaahlimenganjurkan
eksplorasisecepatnya,akantetapihalinisulitdilakukantanpa

generalanestesikecualipasienjatuhdalamsyok.
Janganhentikanpemberianuterotonicaselamadilakukaneksplorasi.
Setelaheksplorasilakukanmassasedankompresibimanualulang

tanpamenghentikanpemberianuterotonica.
Pemberianantibioticspectrumluassetelahtindakanekslorasidan

manualremoval.
Apabilaperdarahanmasihberlanjutdankontraksiuterustidakbaik

bisadipertimbangkanuntukdilakukanlaparatomi.
Pemasangantamponadeuterrovaginaljugacukupbergunauntuk
menghentikanperdarahanselamapersiapanoperasi

Trauma

jalanlahir

Perlukaanjalanlahirsebagaipenyebabpedarahanapabilauterus
sudahberkontraksidenganbaiktapiperdarahanterusberlanjut.
Lakukaneksplorasijalanlahiruntukmencariperlukaanjalanlahir

denganpeneranganyangcukup.
Lakukanreparasipenjahitansetelahdiketahuisumberperdarahan,
pastikanpenjahitandimulaidiataspuncaklukadanberakhirdibawah
dasarluka.Lakukanevaluasiperdarahansetelahpenjahitanselesai.

Hematomjalanlahirbagianbawahbiasanyaterjadiapabilaterjadilaserasi
pembuluhdarahdibawahmukosa,penetalaksanaannyabisadilakukanincise
dandrainase.Apabilahematomsangatbesarcurigaisumberhematomkarena
Gangguan

pecahnyaarteri,caridanlakukanligasiuntukmenghentikanperdarahan.
Jikamanualeksplorasitelahmenyingkirkanadanyaruptureuteri,sisa

pembekuan

plasentadanperlukaanjalanlahirdisertaikontraksiuterusyangbaik

darah

makkecurigaanpenyebabperdarahanadalahgangguanpembekuan
darah.
Lanjutkandenganpemberianproductdarahpengganti
(trombosit,fibrinogen).

Terapi pembedahan
Laparatomipemilihanjenisirisanverticalataupunhorizontal(Pfannenstiel)adalah
tergantung operator. Begitu masuk bersihkan darah bebas untuk memudahkan

mengeksplorasiuterusdanjaringansekitarnyauntukmencaritempatruptureuteriataupun
hematom. Reparasi tergantung tebal tipisnya rupture. Pastikan reparasi benar benar
menghentikanperdarahandantidakadaperdarahandalamkarenahanyaakanmenyebabkan
perdarahan keluar lewat vagina. Pemasangan drainase apabila perlu. Apabila setelah
pembedahan ditemukan uterus intact dan tidak ada perlukaan ataupun rupture lakukan
kompresibimanualdisertaipemberianuterotonica. Ligasiarteri,ligasiuteriuterineprosedur
sederhana dan efektif menghentikan perdarahan yang berasal dari uterus karena uteri ini
mensuplai90%darahyangmengalirkeuterus.Tidakadagangguanaliranmenstruasidan
kesuburan.ligasiarteriovarii mudahdilakukantapikurangsebandingdenganhasilyang
diberikan. Ligasiarteriiliacainternaefektifmengurangiperdarahanyanybersumberdari
semuatraktusgenetaliadenganmengurangitekanandarahdancirculasidarahsekitarpelvis.
Apabilatidakberhasilmenghentikanperdarahan,pilihanberikutnyaadalahhisterektomi.

Ligaseuteri
Histerektomimerupakantindakancurativedalammenghentikanperdarahanyangberasaldari
uterus.Totalhisterektomidianggaplebihbaikdalamkasusiniwalaupunsubtotal
histerektomilebihmudahdilakukan,halinidisebabkansubtotalhisterektomitidakbegitu
efektifmenghentikanperdarahanapabilaberasaldarisegmenbawahrahim,servix,fornix
vagina

Histrektomi

Referensipemberianuterotonica:
1.Pitocin
a.Onsetdalam35menit
b.Intramuscular:1020unit
c.Intravena:40units/literat250cc/jam
2.Ergotamine(Methergine)
a.Dosis:0.2mgIMatauPOsetiap68jam
b.Onsetdalam25menit
c.Kontraindikasi
Hipertensi
PregnancyInducedhypertention
hipersensitivitas
3.Prostaglandin(Hemabate)
a.Dosis:0.25mgIntramuscularatauintramyometrium
b.Onset<5menit
c.ulangisetiap15menitsampaimax2mg
4.Misoprostol600mcgPOorPR

Banyak faktor potensial yang dapat menyebabkan hemorrhage postpartum, faktorfaktor yang menyebabkan hemorrhage postpartum adalah atonia uteri, perlukaan jalan lahir,
retensio plasenta, sisa plasenta, kelainan pembekuan darah.

Atonia uteri terjadi ketika myometrium tidak dapat berkontraksi. Pada perdarahan
karena atonia uteri, uterus membesar dan lembek pada palpasi. Atonia uteri juga dapat timbul
karena salah penanganan kala III persalinan, dengan memijat uterus dan mendorongnya
kebawah dalam usaha melahirkan plasenta, sedang sebenarnya bukan terlepas dari uterus.
Atonia uteri merupakan penyebab utama perdarahan postpartum. Disamping menyebabkan
kematian, perdarahan postpartum memperbesar kemungkinan infeksi puerperal karena daya
tahan penderita berkurang. Beberapa hal yang dapat mencetuskan terjadinya atonia meliputi :
manipulasi uterus yang berlebihan, general anestesi (pada persalinan dengan operasi ), uterus
yang teregang berlebihan (kehamilan kembar, fetal macrosomia ( berat janin antara 4500
5000 gram), polyhydramnion),

kehamilan lewat waktu, portus lama, grande multipara

( fibrosis otot-otot uterus ), anestesi yang dalam, infeksi uterus ( chorioamnionitis,


endomyometritis, septicemia ), plasenta previa, solutio plasenta
Faktor jaringan misalkan pada retensio plasenta apabila plasenta belum lahir setengah
jam setelah janin lahir, hal itu dinamakan retensio plasenta. Hal ini bisa disebabkan karena :
plasenta belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas akan tetapi belum
dilahirkan. Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perarahan, tapi apabila
terlepas sebagian maka akan terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk
mengeluarkannya.Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena :kontraksi uterus kurang
kuat untuk melepaskan plasenta ( plasenta adhesiva ) dan plasenta melekat erat pada dinding
uterus oleh sebab vilis komalis menembus desidva sampai miometrium sampai dibawah
peritoneum ( plasenta akreta perkreta ). Dalam situasi retensio plasenta, plasenta yang
sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar disebabkan oleh tidak adanya usaha
untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III. Sehingga terjadi lingkaran konstriksi
pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta ). Sisa
plasenta yang tertinggal merupakan penyebab 20-25 % dari kasus perdarahan postpartum.
Penemuan Ultrasonografi adanya masa uterus yang echogenic mendukung diagnosa retensio
sisa plasenta. Hal ini bisa digunakan jika perdarahan beberapa jam setelah persalinan ataupun
pada late postpartum hemorraghe. Apabila didapatkan cavum uteri kosong tidak perlu

dilakukan dilatasi dan curettage. Adanya placenta akreta: bila implantasi menembus desidua
basalis dan Nitabuch Layer, placenta inkreta: bila plasenta sampai menembus myometrium,
placenta perkreta: bila vili korialis sampai menembus perimetrium
Sekitar 20% kasus hemorraghe postpartum disebabkan oleh trauma jalan lahir: Ruptur
uterus spontan uterus jarang terjadi, faktor resiko yang bisa menyebabkan antara lain: repture
uterus sering terjadi akibat jaringan parut section secarea sebelumnya. Laserasi dapat
mengenai uterus, cervix, vagina, atau vulva, dan biasanya terjadi karena persalinan secara
operasi ataupun persalinan pervaginam dengan bayi besar, terminasi kehamilan dengan
vacuum atau forcep, walau begitu laserasi bisa terjadi pada sembarang persalinan. Laserasi
pembuluh darah dibawah mukosa vagina dan vulva akan menyebabkan hematom, perdarahan
akan tersamarkan dan dapat menjadi berbahaya karena tidak akan terdeteksi selama beberapa
jam dan bisa menyebabkan terjadinya syok. Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan yang
berlebihan jika mengenai artery atau vena yang besar, jika episitomi luas, jika ada penundaan
antara episitomi dan persalinan, atau jika ada penundaan antara persalinan dan perbaikan
episitomi. Perdarahan yang terus terjadi ( terutama merah menyala ) dan kontraksi uterus baik
akan mengarah pada perdarahan dari laserasi ataupun episitomi. Pada inversion uteri bagian
atas uterus memasuki kovum uteri, sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol kedalam
kavum uteri. Peristiwa ini terjadi tiba-tiba dalam kala III atau segera setelah plasenta keluar.
Inversio uteri dapat dibagi : Fundus uteri menonjol kedalam kavum uteri tetapi belum keluar
dari ruang tersebut, korpus uteri yang terbalik sudah masuk kedalam vagina, uterus dengan
vagina semuanya terbalik, untuk sebagian besar terletak diluar vagina. Perlukaan serviks,
vaginadanperineumdapatmenimbulkanperdarahanbanyakjikatidakdireparasisegera.
Vaginalhematombiasanyaterdapatpadadaerahyangmengalamilaserasiataupadajahitan
perineum.
Kelainan pembekuan darah bisa berupa penyakit keturunan ataupun didapat, hal ini
terdiagnosis jika ketiga faktor yang lain normal atau tidak ada gangguan dari ketiga faktor
yang telah dijelaskan
Perdarahan postpartum dapat berupa perdarahan yang hebat dan menakutkan sehingga
dalam waktu singkat ibu dapat jatuh ke dalam keadaan syok. Atau dapat berupa perdarahan
yang berlagsung secara gradual sehingga akhirnya menjadi banyak dan menyebabkan ibu
lemas ataupun jatuh ke dalam syok. Antara gejala klinis pada perdarahan postpartum adalah
seperti berikut: perdarahan yang tidak dapat dikontrol, penurunan tekanan darah, peningkatan
denyut nadi, dan pembengkakan dan nyeri pada jaringan daerah vagina dan sekitar perineum.

Pada perdarahan post partum karena atoni uteri, dapat timbul manifestasi klinis berikut:
perdarahan pervaginam ialah perdarahan yang terjadi pada kasus atonia uteri sangat banyak
dan darah tidak merembes. Yang sering terjadi adalah darah keluar disertai gumpalan, hal ini
terjadi karena tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti pembeku darah.
Konsistensi rahim lunak,

gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang

membedakan atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya. Fundus uteri naik disebabkan
adanya darah yang terperangkap dalam cavum uteri dan menggumpal. Terdapat tanda-tanda
syok seperti tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, pucat,
gelisah, mual dan lain-lain.

Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan sejak periode


antenatal. Kadar hemoglobin di bawah 10 g/dL berhubungan dengan hasil kehamilan yang
buruk. Pemeriksaan golongan darah dan tes antibodi harus dilakukan sejak periode antenatal.
Perlu dilakukan pemeriksaan faktor koagulasi seperti waktu perdarahan dan waktu
pembekuan.
Pemeriksaan radiologi: onset perdarahan post partum biasanya sangat cepat. Dengan
diagnosis dan penanganan yang tepat, resolusi biasa terjadi sebelum pemeriksaan
laboratorium atau radiologis dapat dilakukan. Berdasarkan pengalaman, pemeriksaan USG
dapat membantu untuk melihat adanya jendalan darah dan retensi sisa plasenta. USG pada
periode antenatal dapat dilakukan untuk mendeteksi pasien dengan resiko tinggi yang
memiliki faktor predisposisi terjadinya perdarahan post partum seperti plasenta previa.
Pemeriksaan USG dapat pula meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas dalam diagnosis
plasenta akreta dan variannya.3,4

Pemeriksaan Laboratorium

Golongan darah: menentukan Rh, ABO, dan percocokan silang.


Hitung darah lengkap: menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan jumlah sel

darah putih, perhatikan adanya trombositopenia.


Kultur uterus dan vagina: mengesampingkan infeksi pasca partum.
Urinalisis: memastikan kerusakan kandung kemih.
Profil koagulasi: peningkatan degradasi, kadar produk fibrin/produk split fibrin
(FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen: masa tromboplastin partial diaktivasi, masa
tromboplastin partial (APT/PTT).1,3,5

Pemeriksaan Radiologi

USG dapat membantu untuk melihat adanya gumpalan darah dan retensi sisa plasenta.
USG pada periode antenatal dapat dilakukan untuk mendeteksi pasien dengan resiko
tinggi yang memiliki faktor predisposisi terjadinya perdarahan post partum seperti
plasenta previa. Pemeriksaan USG dapat pula meningkatkan sensitivitas dan
spesifisitas dalam diagnosis plasenta akreta dan variannya.1,3,5

Ada beberapa hal penting yang perlu ditanyakan pada saat anamnesis yaitu Identitas:
sering terjadi pada ibu usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun. Keluhan utama:
perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, limbung, keluar keringat dingin, kesulitan nafas,
pusing, pandangan berkunang-kunang.
Riwayat kehamilan dan persalinan: riwayat hipertensi dalam kehamilan, preeklamsia /
eklamsia, bayi besar, gamelli, hidroamnion, grandmulti gravida, primimuda, anemia,
perdarahan saat hamil. Persalinan dengan tindakan, robekan jalan lahir, partus precipitatus,
partus lama/kasep, chorioamnionitis, induksi persalinan, manipulasi kala II dan III.
Riwayat kesehatan: kelainan darah dan hipertensi pada kasus ditemukan seorang wanita
telah melahirkan seorang bayi laki-laki yaitu anaknya yang ketiga pada jam 15.30.
Persalinannya berjalan lancar. Jam 16.10, pasien berada dalam keadaan kurang sadar dan
pucat. Pemeriksaan fisik mendapatkan hasil tekanan darah 90/70 mmHg, nadi 100x/menit,
pernafasan 20x/menit, dan suhu 37C. Fundus uteri setinggi pusat, konsistensi kenyal. Dari
vagina tampak mengalir darah. Pada kasus ini, anamnesis dilakukan dengan cara
alloanamnesis, yaitu secara tidak langsung dengan pasien, melalui suami atau keluarga
terdekat. Hal ini karena pasien berada dalam keadaan kurang sadar. Di antara hal-hal yang
harus ditanyakan pada anamnesis adalah seperti berikut.
Waktu persalinan dan durasi persalinan: Apakah bayi besar?, Apakah melahirkan bayi
kembar?, Apakah persalinan dibantu dengan alat seperti vakum dan/atau forseps?, Apakah
plasenta telah keluar lengkap?, Riwayat persalinan sebelumnya, status GPA (Gravid, Partus,
Abortus), Riwayat perdarahan postpartum pada persalinan dahulu Apakah ada komplikasi
selama kehamilan seperti hidramnion, Riwayat keluarga dengan kelainan pembekuan darah.
.

Pemerikasan tanda tanda vital: pemeriksaan suhu badan, suhu biasanya meningkat
sampai 38C dianggap normal. Setelah satu hari suhu akan kembali normal ( 36 37C ),
terjadi penurunan akibat hipovolemia. Nadi, denyut nadi akan meningkat cepat karena nyeri,
biasanya terjadi hipovolemia yang semakin berat. Tekanan darah, biasanya stabil
(memperingan hipovolemi). Pernafasan, bila suhu dan nadi tidak normal pernafasan juga
menjadi tidak normal.

Pada pemeriksaan khusus dilakukan observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda
tanda komplikasi dengan mengevaluasi system dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi: nyeri /
ketidaknyamanan dan nyeri tekan uterus ( fragmen fragmen plasenta tertahan ). Sistem
vaskuler: perdarahan diobservasi setiap 2 jam selama 8 jam 1, kemudian tiap jam berikutnya,
tensi diawasi setiap 8 jam, apakah ada tanda tanda thrombosis (kaki sakit, bengkak dan
merah), haemorroid diobservasi, konjungtiva anemis / sub anemis, defek koagulasi
congenital, idiopatik trombositopeni purpura. Sistem reproduksia: uterus diobservasi tiap 30
menit selama empat hari postpartum, kemudian tiap 8 jam selama 3 hari meliputi tinggi
fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya. lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari
terhadap warna, banyak dan bau. Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda
tandainfeksi, luka jahitan dan apakah ada jahitan yang lepas. Vulva dilihat, apakah ada edema
atau tidak. Payudara dilihat kondisi aerola, konsistensi dan kolostrum. Tinggi fundus atau
badan terus gagal kembali pada ukuran danfungsi sebelum kehamilan ( sub involusi ).
Traktus urinarus: diobservasi tiap 2 jam hari pertama.Meliputi miksi lancer atau
tidak,spontan dan lain lain.Traktur gastro intestinal: observasi terhadap nafsu makan dan
obstipasi. Integritas ego : mungkin cemas, ketakutan dan khawatir.
PEMERIKSAAN GINEKOLOGIK
Pada saat pemeriksaan ginekologi posisi pasien dalam posisi litotomi, dimana diperlukan
meja ginekologik dengan penyangga bagi kedua tungkai. pasien berbaring diatasnya sambil
lipat lutut diletakkan pada penyangga dan tungkainya dalam fleksi santai, sehingga penderita
berbaring dalam posisi mengangkang. Maka, vulva, anus dan sekitarnya tampak jelas dan
pemeriksaan bimanual dapat dilakukan sebaiknya serta pemeriksaan dengan speculum sangat
mudah untuk dikerjakan. Pemeriksa berdiri atau duduk depan vulva. Pemeriksaan inspekulo
dilakukan sambil duduk, sedang pemeriksaan bimanual sebaiknya dengan berdiri. Alat dan
perlengkapan berupa: sarung tangan, speculum cocor-bebek atau sims, Tampontang untuk
membersihkan vagina dan porsio uteri, gunting, mikrokuret, sonde uterus, kogeltang, kapas.

Pemeriksaan

organ

genitalia

eksterna:

inspeksi

memperhatikan

bentuk,

warna,

pembengkakan, dan sebagainya dari genitalia eksterna, perineum, anus,dan sekitarnya;


apakah ada darah atau fluor albus. Apakah hymen masih utuh dan klitoris normal?
Pertumbuhan rambut perlu diperhatikan. Apakah ada peradangan, iritasi kulit, eksema, dan
tumor. Apakah orificium uretra eksternum merah dan ada nanah, apakah ada karunkula atau
polip. Apakah ada benda menonjol dari introitus vagina (prolapsus uteri, mioma yang sedang
dilahirkan, polypus servisis yang panjang), apakah glandula Bartholini membengkak dan
meradang, apakah ada parut di perineum.
Pemeriksaan organ genitalia interna dengan menggunakan speculum diperiksa dinding bagina
(rugae vaginalis, sinoma, fluor albus) dan porsio vaginalis servisis uteri (bulat, terbelah
melintang, mudah berdarah, erosion, peradangan, polip, tumor atau ulkus terutama pada
karsinoma). Diperlukan lampu penerang yang cukup, sebaiknya lampu sorot yang
ditempatkan di belakang pemeriksa agak ke samping, diarahkan ke porsio.
Pemeriksaan genitalia interna dilakukan dengan kedua tangan (bimanual), dua jari atau satu
jari dimasukkan ke dalam vagina atau satu jari ke dalam rectum, sedangkan tangan lain
(biasanya empat jari) diletakkan di dinding perut. Perabaan vagina dan dasar panggul: apakah
introitus vagina dan vagina sempit atau luas, fistula, polip, tumor, benda asing, perabaan
kavum douglasi, melihat apakah ada penonjolan forniks posterior . Perabaan serviks;
kemanakah menghadap, bentuknya bulat atau melintang, besar dan konsistensinya, apakah
turun ke bawah. Perabaan korpus uteri; pada uterus dalam anteversiofleksio lebih mudah
diraba berbanding retroversiofleksio, perlu ditentukan letak, bentuk besar dan konsistensi,
permukaan dan gerakannya. Perabaan parametrium dan adneksum: jari-jari perlu dimasukkan
sedalamnya, jika perlu perineum didorong ke dalam sehingga jari bisa capai 2-5cm lebih
dalam. Pemeriksaan sebaiknya dimulai dari sisi yang tidak nyeri atau tidak ada tumor.
Parametrium dan tuba normal tidak teraba. Jika ada tahanan atau tumor di daerah di samping
uterus atau di atas, selalu ditentukan apakah ada hubungan dengan uterus, bagaimana sifat
hubungan. Kelainan di daerah samping uterus terutama disebabkan peradangan dan
neoplasma. kesulitan bimanual dapat dialami jika pasien gemuk, tidak tenang, menegangkan
perut dan kandung kemih yang penuh.

Anda mungkin juga menyukai