Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENSTRUASI DENGAN TINGKAT

KECEMASAN PADA REMAJA PUTRI


Ayesha Riandra1
I Made Wiguna2
1

Progam Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Bagian Ilmu Penyakit Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Alamat korespondensi:
1

Jalan H. Niman No. 27, Lebak bulus 4, Cilandak, Jakarta Selatan. Email: Ayesha.Riandra@yahoo.com

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jalan Kyai Tapa, Grogol, Jakarta Barat. Email: fk@trisakti.ac.id

ABSTRAK
LATAR BELAKANG: Kecemasan merupakan suatu kondisi psikologis yang sering dijumpai pada remaja putri.
Salah satu cara untuk mengurangi angka kecemasan terhadap datangnya menstruasi pertama (menarche) khususnya
di tingkat sekolah menengah pertama adalah dengan meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang menstruasi.
METODE: Penelitian menggunakan studi observasional dengan desain potong lintang yang mengikutsertakan 60
siswi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 226, Pondok Labu, Jakarta Selatan. Data dikumpulkan dengan
wawancara menggunakan kuesioner dengan menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), kuesioner
pengetahuan tentang menstruasi dan karakteristik responden. Analisis data dengan menggunakan SPSS 17.0 dan
tingkat kemaknaan yang digunakan besarnya 0,05. HASIL: Analisis uji Spearmans menunjukkan terdapat
hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan pada remaja putri di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 226 (p=0.045). Selain itu, hasil analisis juga menunjukan bahwa terdapat korelasi postif antara usia dan
tingkat kecemasan terhadap datangnya menarche (p=0.000). Namun tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara karakteriktik responden (tingkat penghasilan orang tua, tingkat pendidikan) dengan tingkat kecemasan yang
dianalisis dengan uji Spearmans. KESIMPULAN: Dapat disimpulkan terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan tentang menstruasi dengan tingkat kecemasan pada remaja putri di SMPN 226.

Kata kunci: Remaja putri, Kecemasan, Tingkat Pengetahuan, Sekolah Menengah Pertama.

ABSTRACT
BACKGROUND: Anxiety is a common psychological condition, especially among young girls. One of the ways
to pull down the incidence of anxiety towards first menstruation (menarche), is by developing their knowledge
about menstruation, specifically for girls in junior high school. METHODS: A cross sectional observational study
was conducted and a total of 60 participants were included at SMP Negeri 226, Jakarta Selatan. Data were
collected by interview using Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) questionnaire, information about
menstruation and the characteristics of the respondents questionnaire. Data were analyzed using SPSS (version
17.0) for windows and significance level used as 0.05. RESULTS: Spearmans analysis demonstrated a significant
association between level of knowledge with anxiety towards menarche at SMP Negeri 226, Pondok Labu, Jakarta
Selatan (p=0.045). In addition, according to Spearmans analysis, age and anxiety considered to have a significant
correlation (p=0.000). However, there is no significant relationship between characteristics of the respondents
(economic and education levels) with level of anxiety were analyzed with the Spearmans test. CONCLUSION:
There is a significant association between level of knowledge and anxiety towards menarche in girls at SMP Negeri
226, Jakarta Selatan .

Keywords: Girls, Anxiety, Knowledge, Junior High School.

PENDAHULUAN
3

Masa remaja merupakan masa transisi dalam rentang kehidupan manusia menghubungkan masa kanak-kanak
dan masa dewasa. Transisi dari masa kanak-kanak hingga dewasa melibatkan perubahan yang besar meliputi
perubahan pada aspek fisik, seksual, psikologis dan perkembangan sosial, yang terjadi dalam waktu yang
bersamaan. Selain merupakan saat yang baik untuk berkembang, transisi ini menimbulkan risiko terhadap
kesehatan dan kesejahteraan remaja.1,2 Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode
pubertas terlebih dahulu, pada fase inilah akan terjadi percepatan pertumbuhan dan perkembangan fisik dari anakanak menjadi dewasa serta mengalami kematangan organ reproduksi seksual. 3 Pubertas pada anak perempuan
ditandai dengan membesarnya ukuran payudara (thelarche) pada usia delapan sampai tiga belas tahun dan diikuti
dengan peristiwa menarche dua sampai tiga tahun setelahnya. 4,5 Menarche adalah peristiwa menstruasi yang
pertama kali dialami wanita, dimana secara fisik ditandai dengan keluarnya darah dari vagina akibat peluruhan
lapisan endometrium. Usia menarche bervariasi dari rentang umur 10-16 tahun, akan tetapi usia menarche dapat
dikatakan normal apabila terjadi pada usia 12-14 tahun.3 Pada remaja putri datangnya menarche dapat
menimbulkan reaksi yang positif maupun negatif, reaksi negatif seperti berkurangnya rasa percaya diri, malu,
merasa bersalah dan memiliki persepsi keliru bahwa menstruasi merupakan hal yang menjijikan sehingga
menganggap hal ini sebagai penyakit. Masalah yang sering muncul adalah kecemasan dan ketakutan serta
keinginan remaja putri untuk menolak proses fisiologis tersebut. 6,7 Hal tersebut diperkuat oleh hasil penelitian yang
menunjukan bahwa anak perempuan cenderung lebih rentan terhadap sindroma depresi dan kecemasan selama
periode pubertas.8
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu.9 Pengetahuan merupakan domain yang kuat untuk terbentuknya tindakan dan sikap
(behaviour) seseorang terhadap suatu keadaan.10 Berdasarkan hasil riset yang dilakukan Departemen Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah pada tahun 2008 di Jawa Barat, terdapat korelasi yang signifikan
antara tingkat pengetahuan tentang menstruasi dengan kecemasan dalam menghadapinya. Artinya semakin baik
tingkat pengetahuan tentang menstruasi pada anak perempuan maka semakin rendah derajat kecemasan yang
dirasakan dalam menghadapi menarche. Kecemasan diartikan sebagai kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu
4

yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak berdaya terkait
datangnya menstruasi.11 Saat ini prevalensi kecemasan pada remaja mencapai 4.0% sampai 25.0% dengan rata-rata
8% di seluruh dunia.12
Berdasarkan fakta serta pemikiran-pemikiran tersebut diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang
hubungan antara tingkat pengetahuan tentang menstruasi dengan tingkat kecemasan pada remaja putri dalam
menghadapi menarche.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan studi potong silang (cross-sectional) analitik untuk mengetahaui hubungan tingkat
pengetahuan tentang menstruasi dengan tingkat kecemasan terhadap menarche. Penelitian dilaksanakan pada
bulan November 2013 di SMP Negeri 226, Pondok Labu, Jakarta Selatan. Populasi penelitian ini merupakan siswi
SMP Negeri 226. Kriteria inklusi sampel penelitian ini adalah siswi berusia 10-14 tahun ketika dilakukan
pengumpulan data belum mendapatkan menstruasi pertamanya, bersedia mengikuti penelitian, dan menandatangani
lembar informed consent. Untuk kriteria ekslusi adalah siswi SMP yang menolak mengikuti penelitian dan telah
mendapatkan menstruasi pertamanya pada saat penelitian dilaksanakan. Pemilihan sampel diambil dengan cara non
random sampling. Berdasarkan hasil perhitungan, sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah 113 orang,
namun pada penelitian ini hanya 60 orang yang memenuhi kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Data yang
diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan teknik wawancara kuesioner. Kuesioner ini memuat
pertanyaan yang terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama merupakan karakteristik demografi responden yaitu inisial
responden, umur, tingkat penghasilan orang tua, tingkat pendidikan. Bagian kedua merupakan pertanyaan terkait
pengetahuan menstruasi. Bagian ketiga merupakan pertanyaan terkait kecemasan dengan menggunakan Hamilton
Anxiety Rating Scale (HARS). Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini, menggunakan program software
SPSS versi 17.0 untuk windows. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan kecemasan terkait
menstruasi pada remaja putri digunakan uji statistik Spearmanss, dilakukan dalam batas kepercayaan ( = 0,05)

yang artinya apabila diperoleh nilai p 0,05 berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas dan
variabel tergantung.
ANALISIS DATA
Setelah didapatkan data hasil penelitian, data dimasukan dan kemudian dianalisis menggunakan SPSS versi
17.0 untuk Windows. Analisis univariat dilakukan untuk setiap variabel bebas dan tergantung dalam bentuk nilai
minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi untuk data berskala rasio, serta nilai jumlah dan presentase untuk
data berskala ordinal. Untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan tergantung dilakukan analisis bivariat
uji Spearmans.
HASIL PENELITIAN
Distribusi karakteristik responden
Tabel 1. Distribusi karakteristik responden

Frekuensi
Usia
10 tahun

11 tahun

12 tahun

33

13 tahun

19

14 tahun

Minimum

Mean

Maximum

11

12.433

14

Standart
deviation
0.72174

Tabel 2. Distribusi karakteristik responden


Karakteristik

Jumlah

Presentase
(%)

Tingkat Penghasilan Orang


Tua :
<UMR

24

40
6

>UMR

36

60

Kelas VII

45

75

Kelas VIII

11

18.3

Kelas IX

6.7

Pengetahuan Kurang

6.7

Pengetahuan Baik

56

93.3

Tingkat Pendidikan :

Tingkat Pengetahuan :

Berdasarkan tabel 1 dan 2, didapatkan distribusi usia responden dalam penelitian yang terbesar adalah usia
14 tahun dengan jumlah 5 orang dan yang terendah adalah usia 11 tahun dengan jumlah 3 orang. Distribusi tingkat
penghasilan orang tua menunjukkan sebagian besar sampel memiliki orang tua dengan tingkat penghasilan diatas
UMR (upah minimum regional), yaitu sebanyak 36 orang (60%), sedangkan siswi dengan penghasilan orang tua
dibawah UMR sebanyak 24 orang (40%). Untuk tingkat pendidikan, mayoritas sampel yang belum pernah
mengalami menstruasi merupakan siswi dari kelas VII, yaitu sebesar 45 orang (75%) dan yang terendah adalah
siswi dari kelas IX sejumlah 4 orang (6.4%). Untuk tingkat pengetahuan, mayoritas sampel masuk ke dalam
kategori pengetahuan baik, yaitu sebanyak 56 orang (93.3%) dan sebanyak 4 orang (6.7%) untuk siswi dengan
pengetahuan tentang menstruasi yang tergolong kurang.
Tabel 3. Prevalensi kecemasan siswi
Frekuensi

Presentase (%)

Tidak Ada Kecemasan

19

31.7

Kecemasan Ringan

15

25

Kecemasan Sedang

15

25

Kecemasan Berat

11

18.3

Hamilton Anxiety Rating Scale

Kecemasan Sangat Berat

Dari tabel 3, dapat dilihat bahwa sebanyak 19 siswi (31.7%) tidak mengalami kecemasan terkait datangnya
menstruasi, sementara 41 siswi lainnya mengalami kecemasan masing masing sebesar 25% untuk kategori
kecemasan ringan, 25% untuk kecemasan sedang, serta 18.3% untuk kategori kecemasan berat.
Analisis hubungan usia, tingkat penghasilan orang tua, tingkat pendidikan, dan tingkat pengetahuan
terhadap kecemasan akan datangnya menstruasi pertama (menarche)
Tabel 4. Hubungan karakteristik sosiodemografi responden dengan kecemasan pada remaja putri
Kecemasan
Spearman's rho
Usia
Correlation Coefficient
-.453**
Sig. (2-tailed)
.000
N
60
Penghasilan
Correlation Coefficient
.124
Sig. (2-tailed)
.344
N
60
Tingkat Pendidikan
Correlation Coefficient
-.193
Sig. (2-tailed)
.140
N
60
Pengetahuan
Correlation Coefficient
.260*
Sig. (2-tailed)
.045
N
60
Uji korelasi Spearmans di atas menunjukkan bahwa usia memiliki hubungan dengan kecemasan, ini dilihat
dari nilai Sig. (2-tailed) (0.000) yang kurang dari alpha (0.05). Nilai koefisien korelasi -0.453 menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang berlawanan arah, artinya Semakin bertambah Usia remaja putri maka tingkat Kecemasan
terkait menstruasi akan semakin rendah. Nilai yang mendekati -0.5 juga menandakan hubungan yang cukup kuat
antara Usia dan kecemasan. Pengetahuan juga memiliki hubungan dengan kecemasan, ini dilihat dari nilai Sig. (2tailed)

(0.045) yang kurang dari alpha (0.05). Nilai koefisien korelasi 0.260 menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang searah, artinya Semakin tinggi pengetahuan remaja putri tentang menstruasi maka tingkat
Kecemasan terkait menstruasi akan semakin tinggi. Sementara untuk penghasilan dan Tingkat pendidikan tidak
berhubungan dengan Kecemasan terkait menstruasi karena nilai nilai Sig. (2-tailed) >alpha (0.05).
PEMBAHASAN
8

Pada penelitian ini, didapatkan hasil analisis yang menunjukan bahwa terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan tentang menstruasi dengan kecemasan dalam menghadapi menarche di SMP Negeri 226, Pondok
Labu, Jakarta Selatan dengan nilai p (0.045)< (0,05). Hasil analisis menunjukan bahwa semakin baik tingkat
pengetahuan siswi SMP Negeri 226 tentang menstruasi, maka akan semakin berat kecemasan yang dirasakan. Hasil
ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Fifi, et al. di SMP Muhammadiyah, Gembong, Jawa Barat
pada siswi kelas VII dan kelas VIII dalam rentang usia 10-15 tahun, serta belum pernah mengalami menstruasi.
Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa terdapat korelasi positf antara pengetahuan tentang menstruasi dan
kecemasan dalam menghadapinya, dimana siswi dengan pengetahuan cukup baik umumnya mengalami kecemasan
yang tergolong berat.11 Hasil yang serupa didapatkan pula pada analisis hubungan antara usia dengan kecemasan
dalam menghadapi menarche dengan nilai p (0.00)< (0,05), nilai koefisien korelasi -0.453 juga menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang berlawanan arah, artinya semakin bertambah usia remaja putri maka tingkat
kecemasan terkait menstruasi akan semakin rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ninawati
dan Kuryadi di Jakarta sebelumnya, dimana usia dikatakan berhubungan dengan kecemasan karena semakin muda
usia seorang anak perempuan, maka semakin rendah pula tingkat kesiapannya dalam menghadapi datangnya
menstruasi pertama (menarche).13
Kecemasan merupakan suatu kondisi psikologis yang ditandai dengan perasaan yang tidak menyenangkan
atau mengancam diri sendiri dan obyek kecemasan tersebut bersifat samar-samar (tidak jelas), sehingga
menimbulkan rasa khawatir, takut, was-was, tidak tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Berbagai
faktor diketahui dapat mempengaruhi timbulnya kecemasan secara umum. Salah satu faktor tersebut adalah kondisi
sosial dan ekonomi.13,14
Faktor ekonomi yang dapat mempengaruhi kecemasan pada penelitian ini digambarkan oleh tingkat
penghasilan orang tua yang dikategorikan baik apabila melebihi UMR (upah minimum regional), dan
dikategorikan rendah apabila tidak mencapai UMR yang telah ditetapkan. Namun, hasil penelitian ini menunjukan
korelasi negatif antara tingkat penghasilan orang tua dengan tingkat kecemasan yang dialami terkait peristiwa
menarche dengan nilai p (0.344)> (0,05). Artinya, kecemasan dalam menghadapi menarche bagi remaja putri di
9

SMP Negeri 226, tidak dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi. Hasil ini bertolak belakang dengan penelitian yang
pernah dilakukan sebelumnya oleh Layla, et al. di Eropa Timur. Penelitian dengan sampel sejumlah 586 wanita
mendapatkan hasil bahwa terdapat korelasi positif antara faktor sosial dan ekonomi dengan reaksi dalam
menghadapi menstruasi pertama (menarche).15
Pada penelitian ini, didapatkan hasil analisis yang menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara
tingkat pendidikan siswi SMP Negeri 226 usia 10-14 tahun dengan kecemasan dalam menghadapi menarche. Uji
statistik dengan nilai p value 0.14 lebih besar dari 0,05 membuktikan hal tersebut. Tidak seperti yang diharapkan,
tingkat pendidikan tidak signifikan berhubungan dengan kecemasan, berbeda dengan hasil penelitian oleh Maria
pada tahun 2006 di Mexico yang mendapatkan hasil tingkat pendidikan seorang wanita signifikan berhubungan
dengan reaksi emosional yang timbul terkait datangnya menarche.16
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut:1) Sebanyak 41 siswi di SMP Negeri 226 mengalami kecemasan. Dengan proporsi kecemasan ringan 15
orang (25%), kecemasan sedang 15 orang (25%), dan kecemasan berat 11 orang (18.3%) namun tidak ada yang
mengalami kecemasan berat. Sedangkan yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 19 orang (31.7%); 2)
Sebanyak 56 orang (93.3%) siswi di SMP Negeri 226 memiliki pengetahuan baik; 3) Tidak ada hubungan antara
kategori penghasilan orang tua dan tingkat pendidikan dengan kecemasan dalam menghadapi menarche pada siswi
SMPN 226; 4) Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang menstruasi dan usia terhadap kecemasan
dalam menghadapi menarche. Hasil penelitian menunjukan semakin tinggi tingkat pengetahuan remaja putri
tentang menstruasi, maka semakin besar kecemasan yang timbul terkait menarche yang akan dihadapi. Dari hasil
penelitian juga didapatkan bahwa semakin besar usia remaja putri, maka semakin rendah tingkat kecemasan yang
dirasakan dalam menghadapi menarche; 5) Pemberian informasi yang memadai tentang menstruasi dapat menjadi
salah satu solusi untuk mengurangi angka kecemasan bagi remaja putri.
Melihat prevalensi kecemasan dalam menghadapi menarche di seluruh dunia, sebaiknya banyak dilakukan
penelitian yang berhubungan dengan hal tersebut. Untuk penelitian mendatang, sebaiknya diambil responden yang
10

lebih bervariatif, dengan latar belakang pendidikan, keluarga dan sosial ekonomi yang beragam, serta letak
demografis yang berbeda-beda agar dapat membandingkan pengaruh pengetahuan tentang menstruasi terhadap
kecemasan dalam menghadapi menarche pada berbagai remaja putri dengan latar belakang kehidupan yang
berbeda.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sawyer SM, Afifi RA, Bearinger LH, Blakemore S, Dick B, Ezeh AC, et al. Adolescent Health 1:
Adolescence: a foundation for future health. The Lancet 2012 ;379(9826):1630-40. DOI:10.1016/S01406736(12)60531-5.

11

2. World Health Organization. Adolescent Health and Development, Adolescent Health. [Internet]. [New Delhi]:
[cited 2013 June 22]. Available from:
http://www.searo.who.int/entity/child_adolescent/topics/adolescenthealth/en/index.html.
3. Susanti AV, Sunarto. Faktor risiko kejadian menarche dini pada remaja di SMP N 30 Semarang. Journal of
Nutrition College 2012;1(1):115-126.
4.

Brmswig J, Dbbers A. Disorders of Pubertal Development. Dtsch Arztebl Int 2009; 106(17): 295304.
DOI: 10.3238/arztebl.2009.0295.

5. Greiner MV, Kerrigan JR. PUBERTY: Timing is Everything. Pediatr Ann 2006;35(12):917-22.
6. Badriyah, Sulastri. Pengaruh status gizi terhadap terjadinya menarche pada siswi kelas VIII SMP
Muhammadiyah 5 Pucang Surabaya.Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 2012;3(1):16-22.
7. Hagikhani Golchin NA, Hamzehgardeshi Z, Fakhri M, Hamzehgardeshi L. The experience of puberty in
Iranian adolescent girls: a qualitative content analysis. BMC Public Health 2012;12:698. DOI: 10.1186/14712458-12-698.
8. Vogt Yuan A,S. Gender Differences in the Relationship of Puberty with Adolescents' Depressive Symptoms:
Do Body Perceptions Matter? Sex Roles 2007;57(1-2):69-80. DOI 10.1007/s11199-007-9212-6.
9. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta; 2007. p. 26-30.
10. Orisatoki RO, Oguntibeju OO. Knowledge and Attitudes of Students at a Caribbean Offshore Medical School
Towards Sexually Transmitted Infections and Use of Condoms. West Indian Med J 2010; 59(2): 171
11. Pancawati F, Ummah BA, Herniyatun. Hubungan tingkat pengetahuan tentang menstruasi dengan kecemasan
di SMP Muhammadiyah Gembong. Jurnal ilmiah Kesehatan keperawatan 2008;4(1):22-7.
12. Deb S, Chatterje P, Walsh K. Anxiety among high school students in India: Comparisons across gender,
school type, social strata and perceptions of quality time with parents. Australian Journal of Educational &
Developmental Psychology 2010;10:18-31.
13. Ninawati, Kuryadi J. Hubungan antara sikap terhadap menstruasi dan kecemasan terhadap menarche. Jurnal
Psikologi 2006;4(1):38-51.
14. Bateson M, Brilot B, Nettle D. Anxiety: An Evolutionary Approach. Canadian Journal of Psychiatry 2011
12;56(12):707-15.
15. Minimol G. Preparing girls for menarche. Nursery Journal India 2003 03;94(3):54-6.
16. evirme AS, virme H, Karaoglu L, Ugurlu N, Korkmaz Y. The Perception Of Menarche And Menstruation
Among Turkish Married Women: Attitudes, Eexperience, And Behaviors. Social Behavior and Personality
2010;38(3):381-393.

12

13

Anda mungkin juga menyukai