Anda di halaman 1dari 44

1

A. PENDAHULUAN
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah radang akut saluran
pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau
bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru
(Alsagaff dan ukty, !""#)$ ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah,
bersin, udara pernafasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang
sehat ke saluran pernafasannya$ Infeksi saluran pernafasan bagian atas terutama
yang disebabkan oleh virus dan sering terjadi pada %ua%a dingin$ Infeksi
saluran pernapasan akut disebabkan oleh virus atau bakteri$ Penyakit ini
diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala seperti tenggorokan
sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak$ Sebagian besar dari
infeksi saluran pernafasan hanya bersifat ringan, namun demikian ISPA pada
anak akan menderita pneumonia hingga kematian bila infeksi paru ini tidak
diobati dengan antibiotik, perbaikan gi&i dan lingkungan yang bersih$
Penyakit infeksi ini dapat menyerang semua umur, tetapi balita
merupakan kelompok paling rentan untuk terinfeksi penyakit ini$ enurut
World Health Organization ('()), penyakit ISPA merupakan penyakit yang
paling sering menyebabkan kematian pada anak balita, sehingga ISPA masih
merupakan penyakit yang mengakibatkan kematian %ukup tinggi$ *ingkat
kematian balita se%ara global mengalami penurunan sebesar +1,, dari tingkat
estimasi -. kematian per 1""" kelahiran hidup pada tahun 1//" menjadi 01
kematian per 1""" kelahiran hidup pada tahun !"11 ('(), !"1!a)$ World
Health Organization ('()) memperkirakan insidensi ISPA di negara
berkembang ",!/, (101 juta jiwa) dan negara industri ","0, (0 juta jiwa)
('(), !"1!b)$
Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering dijumpai di negara1
negara berkembang, seperti di Indonesia maupun di negara maju$ 2ematian
akibat ISPA tersebut sebagian besar disebabkan oleh pneumonia$ Sebagai
kelompok penyakit, ISPA juga merupakan penyebab utama kunjungan pasien
ke sarana kesehatan yakni sebanyak +", 1 #", kunjungan berobat di
puskesmas dan 10, 1 3", kunjungan berobat di rumah sakit (4epkes 5I,
!""!)$
!
ISPA menempati urutan pertama penyakit yang diderita pada kelompok
bayi dan balita di Indonesia$ enurut hasil 5iskesdas (!"13) lima provinsi di
Indonesia dengan kasus ISPA tertinggi adalah 6usa *enggara *imur (+1,.,),
Papua (31,1,), A%eh (3",",), 6usa *enggara 7arat (!-,3,), dan 8awa *imur
(!-,3,)$ (asil 5iskesdas pada tahun !"". juga menunjukkan bahwa 6usa
*enggara *imur sebagai provinsi tertinggi dengan ISPA$ Period prevalence
ISPA Indonesia menurut 5iskesdas tahun !"13 (!0,",) tidak jauh berbeda
dengan hasil pada tahun !"". (!0,0,)$ 2arakteristik penduduk dengan ISPA
yang tertinggi terjadi pada kelompok umur 11+ tahun (!0,-,)$ 4ilihat menurut
jenis kelamin, penderita ISPA tidak berbeda antara laki1laki dan perempuan
(2emenkes, !"13)$
7erdasarkan Profil 2esehatan 8awa *engah (!"1!), persentase penemuan
dan penanganan balita penderita pneumonia pada balita adalah sebesar /,1",$
'ilayah 2abupaten Purbalingga yang memiliki !! puskesmas, dari seluruh
kasus ISPA pada balita tahun !"1!, terdapat ISPA dengan pneumonia sebanyak
!,. , dan ISPA bukan pneumonia /.,3 , (Program P! ISPA 422
Purbalingga, !"1!)$ *er%atat juga di P24 2alitinggar bahwa balita penderita
ISPA dalam kurun waktu Agustus !"1319ebruari !"1+ ada sebanyak 1"! orang$
elihat prevalensi ISPA yang masih tinggi, maka diperlukan upaya untuk
menangani kasus ISPA dari berbagai pihak yang terlibat dalam bidang
kesehatan, termasuk institusi pendidikan dalam bidang kesehatan$
*erjadinya Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dapat dipengaruhi
atau ditimbulkan oleh tiga hal yaitu adanya kuman (terdiri dari lebih dari 3""
jenis bakteri, virus, dan riketsia), keadaan daya tahan tubuh (status nutrisi,
imunisasi) dan keadaan lingkungan (rumah yang kurang ventilasi, lembab,
basah, dan kepadatan penghuni)$ 9aktor risiko yang se%ara umum dapat
menyebabkan terjadinya ISPA adalah keadaan sosial ekonomi menurun, gi&i
buruk, pen%emaran udara dan asap rokok (4epkes, !""!)$ *risnawati (!"1!)
juga menjelaskan pada penelitiannya bahwa se%ara umum terdapat tiga faktor
risiko terjadinya ISPA, yaitu faktor lingkungan, faktor individu anak serta
faktor perilaku$ 9aktor lingkungan meliputi pen%emaran udara dalam rumah
(asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak dengan
3
konsentrasi yang tinggi), ventilasi rumah, kepadatan hunian, dan status sosial
ekonomi$ 9aktor individu anak meliputi umur, berat badan lahir, status gi&i,
vitamin A dan status imunisasi$ 9aktor perilaku meliputi perilaku pen%egahan
dan penanggulangan ISPA pada balita atau peran aktif keluarga:masyarakat
dalam menangani penyakit ISPA$
ISPA merupakan penyakit yang dapat disebabkan oleh kondisi
lingkungan sekitar$ ;ingkungan yang tidak sehat akan memudahkan terjadinya
penyakit ISPA$ ;ingkungan yang paling ke%il lingkupnya adalah rumah$
2ondisi rumah yang tidak sehat akan mempengaruhi terjadinya ISPA$
7erdasarkan hasil survei pendahuluan pada kegiatan P7; I, faktor lingkungan
yang dapat menjadi faktor risiko kejadian ISPA di 4esa 2alitinggar, yaitu
pemakaian atap asbes pada sebagian rumah warga (!3,3,) dan pengelolaan
sampah dengan %ara dibakar (-!,#,)$ Asbes yang %ukup banyak digunakan
sebagai atap rumah juga menjadi faktor penyebab penyakit ISPA$ 4ebu asbes
yang berjatuhan dan terhirup oleh anggota keluarga dapat menggangu
pernafasan dan menyebabkan ISPA$ Pembakaran sampah yang menjadi
kebiasaan warga juga dapat menjadi pemi%u timbulnya ISPA$
Status gi&i juga mempengaruhi terjadinya ISPA$ 7alita dengan status gi&i
yang kurang akan lebih mudah terserang ISPA dibandingkan balita dengan gi&i
normal karena faktor daya tahan tubuh yang kurang$ 4ata Puskesmas
Padamara (!"1!) menunjukkan bahwa tidak ada balita yang mengalami gi&i
buruk, namun demikian terdapat 3/ balita mengalami gi&i kurang dari total
3$-#+ jumlah balita yang ada$ (al tersebut juga didukung oleh data P24
2alitinggar bahwa terdapat balita dengan gi&i kurang sebesar 0,$
*idak hanya lingkungan dan status gi&i, namun faktor perilaku juga turut
mempengaruhi kejadian ISPA$ (asil survei pendahuluan P7; I di 4esa
2alitinggar menunjukkan bahwa terdapat persentase yang %ukup besar (.0,#,)
untuk banyaknya perilaku merokok dalam keluarga$ 7erdasarkan penjelasan di
atas dapat diketahui faktor risiko tetinggi kejadian ISPA pada balita di 4esa
2alitinggar adalah faktor lingkungan (atap dan pengelolaan sampah), status
gi&i kurang dan faktor perilaku merokok dalam keluarga$
+
8urusan 2esehatan asyarakat <niversitas 8enderal Soedirman
mengadakan Praktik 7elajar ;apangan II (P7; II) yang merupakan kegiatan
lanjutan dari Praktik 7elajar ;apangan I (P7; I)$ elalui kegiatan P7; II ini,
diharapkan mahasiswa dapat mengetahui faktor1faktor masalah kesehatan dari
prioritas masalah kesehatan di P7; I$ 7erdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan
P7; I di 4esa 2alitinggar, serta melalui metode =<A dan Focus Group
Discussion didapatkan prioritas utama masalah kesehatan yaitu Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA)$ 7erdasarkan hasil penetapan prioritas masalah melalui
=<A dan 9>4, melalui kegiatan P7; II ini mahasiswa diharapkan dapat
mengetahui faktor1faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA dan alternatif
peme%ahan masalahnya di 4esa 2alitinggar, 2e%amatan Padamara, 2abupaten
Purbalingga$
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
*ujuan umum dari P7; II adalah untuk memgetahui faktor yang
mempengaruhi kejadian ISPA pada balita di 4esa 2alitinggar beserta
alternatif1alternatif peme%ahan masalahnya$
2. Tujuan Khusus
a$ endeskripsikan karakteristik responden meliputi usia, pendidikan,
pekerjaan, dan pendapatan$
b$ endeskripsikan karakteristik balita meliputi usia, jenis kelamin, dan
berat badan saat lahir$
%$ endeskripsikan tingkat pengetahuan ibu, perilaku merokok dalam
rumah, perilaku membakar sampah keluarga, status gi&i balita, pemberian
ASI ?ksklusif, jenis atap rumah, luas ventilasi rumah, tingkat kepadatan
hunian, jenis bahan bakar memasak, dan jenis obat anti nyamuk$
d$ engetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian
ISPA pada balita$
e$ engetahui hubungan antara perilaku merokok dalam rumah dengan
kejadian ISPA pada balita$
0
f$ engetahui hubungan antara perilaku membakar sampah dengan
kejadian ISPA pada balita$
g$ engetahui hubungan antara status gi&i dengan kejadian ISPA pada
balita$
h$ engetahui hubungan antara pemberian ASI ?ksklusif dengan kejadian
ISPA pada balita$
i$ engetahui hubungan antara jenis atap rumah dengan kejadian ISPA
pada balita$
j$ engetahui hubungan antara luas ventilasi rumah dengan kejadian ISPA
pada balita$
k$ engetahui hubungan antara tingkat kepadatan hunian dengan kejadian
ISPA pada balita$
l$ engetahui hubungan antara jenis bahan bakar yang digunakan untuk
memasak dengan kejadian ISPA pada balita$
m$ engetahui hubungan antara jenis obat anti nyamuk dengan kejadian
ISPA pada balita$
n$ engetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi kejadian ISPA di
4esa 2alitinggar$
o$ enentukan alternatif peme%ahan masalah ISPA di 4esa 2alitinggar$
C. MANFAAT
1. Bagi Puskesmas Padamaa dan !ns"ansi Pemein"ahan
Sebagai bahan informasi mengenai faktor1faktor yang berpengaruh
pada kejadian penyakit ISPA sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pertimbangan untuk menetapkan kebijakan dan peren%anaan dalam rangka
program pen%egahan dan penanggulangan penyakit ISPA di 4esa
2alitinggar, 2e%amatan Padamara, 2abupaten Purbalingga$
2. Bagi Mas#aaka" Desa Ka$i"ingga
2egiatan ini dapat membantu masyarakat dalam memberikan
informasi dan menambah pengetahuan masyarakat tentang faktor1faktor
yang mempengaruhi kejadian ISPA di 4esa 2alitinggar, sehingga
masyarakat dapat melakukan upaya preventif se%ara mandiri$
#
%. Bagi Juusan Keseha"an Mas#aaka"
a$ 2egiatan P7; II dapat meningkatkan kerjasama dengan instansi
pemerintah melalui kerjasama dari mahasiswa$
b$ elalui hasil P7; II dapat diperoleh umpan balik yang berkaitan dengan
pengintegrasian mahasiswa dengan pembangunan masyarakat, sehingga
kurikulum 8urusan 2esehatan asyarakat lebih dapat disesuaikan$
%$ 2egiatan P7; II merupakan wujud dari salah satu *ri 4harma Perguruan
*inggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat$
&. Bagi Mahasis'a
2egiatan P7; II ini memberikan pengalaman belajar kepada
mahasiswa, sehingga mampu menganalisis masalah kesehatan masyarakat,
menambah wawasan dan meningkatkan penerapan ilmu kesehatan
masyarakat di masyarakat$
D. T!NJAUAN PU(TAKA
1$ Pengertian ISPA
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran
pernafasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru1paru yang
berlangsung kurang lebih 1+ hari$ ISPA mengenai struktur saluran di atas
laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan
bawah se%ara stimulan atau berurutan (utta@in, !""-)$ Alsagaff dan ukty
(!""#) menyebutkan bahwa ISPA merupakan radang akut saluran
pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan infeksi bakteri, virus,
maupun riketsia tanpa disertai radang parenkim paru$ ISPA menurut
(abeahan (!""/) adalah infeksi saluran pernafasan yang berlangsung
selama 1+ hari$ Saluran nafas yang dimaksud adalah organ mulai dari
hidung sampai alveoli paru beserta organ adneksanya seperti sinus, ruang
telinga tengah, dan pleura$
!$ ?tiologi ISPA
ISPA paling sering disebabkan oleh karena infeksi virus$ ?tiologi
ISPA lainnya yaitu bakteri atau jamur$ 7akteri selain sebagai etiologi primer
ISPA, juga sebagai penyebab super infeksi ISPA akibat virus (eneghetti,
.
!"".)$ enurut Suhandayani (!"".), etiologi ISPA terdiri lebih dari 3""
jenis bakteri, virus dan riketsia$ 7akteri penyebab ISPA antara lain adalah
dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia
dan orine!akterium$ Airus penyebab ISPA antara lain adalah golongan
"iksovirus, #dnovirus, oronavirus, Pikornavirus, "ikoplasma,
Herpesvirus dan lain1lain$
3$ 2lasifikasi ISPA
2lasifikasi penyakit ISPA menurut utta@in (!""-) dibedakan untuk
golongan umur di bawah ! bulan dan untuk golongan umur ! bulan10 tahun$
a$ >olongan <mur 2urang ! 7ulan
1) Pneumonia 7erat
7ila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian
bawah atau napas %epat$ 7atas napas %epat untuk golongan umur
kurang ! bulan yaitu #B per menit atau lebih$
!) 7ukan Pneumonia (batuk pilek biasa)
7ila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian
bawah atau napas %epat$ *anda bahaya untuk golongan umur kurang !
bulan, yaituC
a) 2urang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai
kurang dari D volume yang biasa diminum)
b) 2ejang
%) 2esadaran menurun
d) Stridor
e$ Wheezing
f) 4emam : dingin$
b$ >olongan <mur ! 7ulan10 *ahun
1) Pneumonia 7erat
7ila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada
bagian bawah ke dalam pada waktu anak menarik nafas (pada saat
diperiksa anak harus dalam keadaan tenang, tidak menangis atau
meronta)$
!) Pneumonia Sedang
-
7ila disertai napas %epat$ 7atas napas %epat ialah C
a) <ntuk usia ! bulan11! bulan E 0" kali per menit atau lebih
b) <ntuk usia 11+ tahun E +" kali per menit atau lebih$
3) 7ukan Pneumonia
7ila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan
tidak ada napas %epat$ *anda bahaya untuk golongan umur ! bulan10
tahun yaitu C
a) *idak bisa minum
b) 2ejang
%) 2esadaran menurun
d) Stridor
e) >i&i buruk
2lasifikasi ISPA menurut 4epkes 5I (!""!) adalah C
a$ ISPA 5ingan
Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala
batuk, pilek dan sesak$
b$ ISPA Sedang
ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih
dari 3/F = dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok$
%$ ISPA 7erat
>ejala meliputiC kesadaran menurun, nadi %epat atau tidak teraba,
nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan
gelisah$
+$ *anda dan >ejala ISPA
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan
keluhan1keluhan dan gejala1gejala yang ringan$ 4alam perjalanan penyakit
mungkin gejala1gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat
jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal$ 7ila
sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang
lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu
diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat
/
%epat1%epat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan
pernapasan (5asmaliah, !""+)$
*anda1tanda bahaya ISPA dapat dilihat berdasarkan tanda1tanda klinis
dan tanda1tanda laboratoris$ *anda1tanda klinis, yaitu C
a$ Pada sistem respiratorik adalahC ta%hypnea, napas tak teratur (apnea),
retraksi dinding thorak, napas %uping hidung, c%anosis, suara napas
lemah atau hilang, grunting e&piratoir dan 'heezing$
b$ Pada sistem cardial adalahC tach%cardia, !rad%cardiam, h%pertensi,
h%potensi dan cardiac arrest$
%$ Pada sistem cere!ral adalah C gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,
bingung, papil bendung, kejang dan %oma$
d$ Pada hal umum adalah C letih dan berkeringat banyak$
Selain tanda1tanda klinis di atas, terdapat pula tanda1tanda se%ara
laboratoris penyakit ISPA yaitu C
a( H%po&emia
b$ H%percapnia dan
%$ #c%dosis (metabolik dan atau respiratorik) (5asmaliah, !""+)$
*anda dan gejala berdasarkan derajat keparahan penyakit dapat dibagi
menjadi tiga tingkat yaitu C
a$ ISPA 5ingan
Adapun tanda dan gejala ISPA ringan antara lain adalah C
1) 7atuk
!) Pilek (keluar ingus dari hidung)
3) Serak (bersuara parau pada waktu menangis atau berbi%ara)
+) 4emam (panas)
b$ ISPA Sedang
*anda dan gejala ISPA sedang antara lain C
1) Pernapasan yang %epat (lebih dari 0" B:menit)
!) Wheezing (napas men%iut1%iut)
3) Panas 3-
o
= atau lebih
+) Sakit telinga atau keluar %airan
0) 7er%ak1ber%ak menyerupai %ampak
1"
%$ ISPA 7erat
*anda dan gejala ISPA berat antara lain C
1) )hest indra'ng (pernafasan dada kedalam)
!) Stridor (pernafasan ngorok)
3) *idak mau makan
+) Sianosis (kulit kebiru1biruan)
0) 6afas %uping hidung
#) 2ejang
.) 4ehidrasi
-) 2esadaran menurun (4epkes 5I, !""!)$
0$ Penatalaksanaan ISPA
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk
standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi
penggunaan antibiotik untuk kasus1kasus batuk pilek biasa, serta
mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat$ Strategi
penatalaksanaan kasus men%akup pula petunjuk tentang pemberian makanan
dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi
pederita ISPA$ Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan
sebagai berikut (Smelt&er G 7are, !""!) C
a$ Pemeriksaan
Pemeriksaan untuk memperoleh informasi tentang penyakit anak
dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan
mendengarkan anak$ (al ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak
menangis (bila menangis akan meningkatkan frekuensi napas), untuk ini
diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya$ enghitung napas
dapat dilakukan tanpa membuka baju anak$ 7ila baju anak tebal,
mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat gerakan dada$ <ntuk
melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak harus dibuka sedikit$ *anpa
pemeriksaan auskultasi dengan steteskop penyakit pneumonia dapat
didiagnosa dan diklasifikasi$
b$ Program Pemberantasan ISPA (P! ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai
berikut C
11
1) Pneumonia berat ditandai se%ara klinis oleh adanya tarikan dinding
dada kedalam (chest indra'ing)$
!) Pneumonia ditandai se%ara klinis oleh adanya napas %epat$
3) 7ukan pneumonia ditandai se%ara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas %epat$
5inofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia$
%$ Pengobatan
1) Pneumonia berat dapat dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik
parenteral, oksigendan sebagainya$
!) Pneumonia dapat diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral$ 7ila
penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan
pemberian kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai
obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin
prokain$
3) 7ukan pneumonia tanpa pemberian obat antibiotik$ *anda bahaya
setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan perawatan
khusus untuk pemeriksaan selanjutnya$
+) Perawatan di rumah, beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu
untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA$
a) engatasi panas (demam)
<ntuk anak usia ! bulan sampai 0 tahun demam diatasi
dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi
dibawah ! bulan dengan demam harus segera dirujuk$ Parasetamol
diberikan + kali tiap # jam untuk waktu ! hari$ =ara pemberiannya,
tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan
diminumkan$ emberikan kompres, dengan menggunakan kain
bersih, %elupkan pada air (tidak perlu air es)$
b) engatasi batuk
4ianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis D sendok teh di%ampur dengan ke%ap
atau madu D sendok teh , diberikan tiga kali sehari$
%) Pemberian makanan
1!
7erikan makanan yang %ukup gi&i, sedikit1sedikit tetapi
berulang1ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih1lebih jika
muntah$ Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan$
d) Pemberian minuman
<sahakan pemberian %airan (air putih, air buah dan
sebagainya) lebih banyak dari biasanya$ Ini akan membantu
mengen%erkan dahak, kekurangan %airan akan menambah parah
sakit yang diderita$
#$ Pen%egahan ISPA
a$ enjaga keadaan gi&i anda dan keluarga agar tetap baik dan memberikan
ASI eksklusif pada bayi anda$
b$ enjaga pola hidup bersih dan sehat, istirahat:tidur yang %ukup dan olah
raga teratur$
%$ embiasakan %u%i tangan teratur menggunakan air dan sabun atau hand
saniti&er terutama setelah kontak dengan penderita ISPA$ Ajarkan pada
anak untuk rajin %u%i tangan untuk men%egah ISPA dan penyakit infeksi
lainnya$
d$ elakukan imunisasi pada anak anda$ Imunisasi yang dapat men%egah
ISPA diantaranya imunisasi influen&a, imunisasi 4P*1(ib:4aP*1(ib, dan
imunisasi P=A$
e$ (indari kontak yang terlalu dekat dengan penderita ISPA$
f$ (indari menyentuh mulut atau hidung anda setelah kontak dengan flu$
Segera %u%i tangan dengan air dan sabun atau hand saniti&er setelah
kontak dengan penderita ISPA$
g$ en%egah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudaranya atau
anggota keluarga lainnya yang sedang sakit ISPA$*indakan semi isolasi
mungkin dapat dilakukan seperti anak yang sehat tidur terpisah dengan
anggota keluarga lain yang sedang sakit ISPA$
h$ <payakan ventilasi yang %ukup dalam ruangan:rumah (4epkes, !""!)$
.$ 9aktor1faktor yang empengaruhi ISPA 7erdasarkan odifikasi *eori 8ohn
>ordon dan odel Pendekatan Pre%ede1Pro%eed
13
enurut 8ohn >ordon bahwa timbulnya suatu penyakit dipengaruhi
oleh adanya pengaruh faktor pejamu (host) dan lingkungan (environment)
yang digambarkan dengan model tuas$ Agent suatu penyakit meliputi agent
biologis dan non1biologis, misalnya agent fisik, kimia$ 9aktor host adalah
faktor1faktor intrinsik yang dapat mempengaruhi kerentanan pejamu
terhadap faktor agent$ Sedangkan faktor lingkungan adalah elemen1elemen
ekstrinsik yang dapat mempengaruhi keterpaparan pejamu terhadap faktor
agent (4epkes, !""!)$
6otoadmodjo (!"1") menyebutkan bahwa >reen (1/-")
mengembangkan suatu model pendekatan yang dapat untuk membuat
peren%anaan dan evaluasi kesehatan yang dikenal sebagai kerangka
P5?=?4? (predisposing, reinforcing and ena!ling causes in *ducational
Diagnosis and *valuation$$ 2emudian disempurnakan pada tahun 1//1
menjadi P5?=?4?1P5)=??4 (Polic%, +egulator% Organizational
)onstruct in *diucational and *nvironmental Development) yang dilakukan
bersama1sama dalam proses peren%anaan, implementasi dan evaluasi$
P5?=?4? digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas
masalah dan tujuan program, sedangkan P5)=??4 digunakan untuk
menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan serta implementasi dan evaluasi$
;angkah1langkah model pendekatan pre%ede1pro%eed adalah (1) fase
diagnosis sosial, (!) fase diagnosis epidemiologi, (3) fase diagnosis perilaku
dan lingkungan, (+) diagnosis pendidikan dan organisasional, (0) fase
diagnosis administratif dan kebijakan (>reen, !""" dalam Astuti, !""-)$
Ada 3 (tiga) faktor yang dapat berpengaruh atau menjadi sebab
terjadinya masalah perilaku pada fase diagnosis perilaku dan lingkungan C
a$ 9aktor predisposisi (predisposing) yaitu faktor yang mempermudah dan
mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu$ Hang termasuk kelompok
predisposisi ini adalah C
1) Pengetahuan
!) Sikap
3) 6ilai1nilai dan budaya
1+
+) 2eper%ayaan dari orang tersebut tentang dan terhadap perilaku
tertentu tersebut$
0) 7eberapa karakteristik individu, misalnya umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, pekerjaan$
b$ 9aktor pemungkin (ena!ling) yaitu faktor yang memungkinkan untuk
terjadinya perilaku tertentu tersebut, terdiri atas C
1) 2etersediaan pelayanan kesehatan
!) 2eter%apaian pelayanan kesehatan baik dari segi jarak maupunbiaya
dan sosial$
3) Adanya peraturan1peraturan dan komitmen masyarakat dalam
menunjang perilaku tertentu tersebut$
%$ 9aktor penguat (reinforcing) yaitu faktor yang memperkuat atau kadang1
kadang justru dapat memperlunak untuk terjadinya perilaku tersebut$
Hang termasuk faktor penguat antara lain C pendapat, dukungan, kritik
baik dari keluarga, teman1teman sekerja atau lingkungannya, bahkan juga
dari petugas kesehatan sendiri (6otoadmodjo, !"1")$
odifikasi faktor1faktor yang mempengaruhi ISPA berdasarkan teori
8ohn >ordon dan Pre%ede Pro%eed adalah sebagai berikut C
a$ Agent (infectious agent)
ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti bakteri,
virus, my%oplasma, jamur dan lain1lain yang jumlahnya lebih 3""
ma%am$ ISPA bagian atas umumnya disebabkan oleh virus, sedangkan
ISPA bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri, virus, dan
my%oplasma$ 7akteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus
Streptococus, Stapilococcus, Pneumococcus, Hemofillus Bordetella dan
)orine!acterium$ Airus penyebab ISPA antara lain adalah golongan
"iksovirus (termasuk di dalamnya virus influen&a, virus para influen&a,
dan virus %ampak), #denovirus, oronavirus, Pikornavirus, "ikoplasma,
dan Herpesvirus$ Pada tahun !""/, 4epartemen 2esehatan 5epublik
Indonesia menambahkan program P!ISPA, yaitu ISPA akibat polusi
udara$ *erjadinya pen%emaran disinyalir dapat menyebabkan timbulnya
penyakit ISPA$ Adapun bahan pen%emar (polutan) utama yang dapat
10
menimbulkan masalah kesehatan masyarakat, yaitu partikulat (P
1"
atau
P
!,0
), karbon monoksida (=)), o&on ()
3
), nitrogen dioksida (6)
!
), dan
sulfur dioksida (S)
!
)$ Pen%emaran udara ini banyak disebabkan oleh
aktivitas manusia (seperti kegiatan transportasi, kegiatan industri,
kegiatan rumah tangga) dan sumber alami (meliputi gunung berapi, rawa1
rawa, kebakaran hutan, dan sebagainya)$
b$ (ost (Pejamu)
1) Status ASI ?ksklusif
enurut 4epkes 5I (!""+) ASI ?ksklusif merupakan pemberian
ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur
nol bulan sampai # bulan, bahkan air putih tidak diberikan dalam
tahap ASI ?ksklusif ini$ ASI ?ksklusif merupakan tindakan efektif
untuk menyelamatkan kehidupan anak dan dapat men%egah 13110,
dari setiap kematian / juta anak (6kala dan suya, !"11)$
)rganisasi 2esehatan 4unia ('()) dan <6I=?9
merekomendasikan pemberian$ ASI ?ksklusif enam bulan pertama
untuk pemberian makan bayi dan anak ke%il yang optimal disamping
pemberian ASI pada umur satu jam pertama dan juga pengenalan
makanan pelengkap yang %ukup bergi&i serta aman bagi bayi pada
usia enam bulan bersama dengan kelanjutan ASI sampai umur dua
tahun ('(), !"1")$
Pemberian ASI eksklusif dapat mempengaruhi kejadian ISPA$
7ayi yang diberi ASI eksklusif lebih jarang terkena sakit
dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI eksklusif sampai usia #
bulan ((ardjito, !"11)$ enurut penelitian (orta et al (!"".)
menunjukkan bahwa dari 01 responden yang memberikan ASI
eksklusif sebanyak 1# responden, yang pernah mengalami sakit I 3
kali dalam # bulan sebanyak 1" responden dan yang mengalami sakit
lebih dari 3 kali dalam # bulan sebanyak # responden$ Penelitian ini
juga menunjukkan bahwa semakin lama anak mendapatkan ASI,
maka semakin kuat sistem imun tubuhnya$ Peningkatan sistem
imunitas pada bayi dapat dilihat dari frekuensi bayi yang mengalami
1#
sakit$ 7ayi yang sering mengalami sakit dapat diketahui pada saat bayi
lahir sampai # bulan apakah diberikan ASI atau tidak$ (al ini
dikarenakan ASI mengandung berbagai jenis antibodi yang
melindungi si ke%il dari serangan kuman penyebab infeksi$ Antibodi
tersebut mulai dari Immunoglobulin A (IgA), Ig>, Ig, Ig4 dan Ig?$
!) Status gi&i
Status gi&i adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh
seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan
penggunaan &at1&at gi&i di dalam tubuh$ Status gi&i dibagi menjadi
tiga kategori, yaitu status gi&i kurang, gi&i normal, dan gi&i lebih
(Almatsier, !""0)$
Interaksi antara infeksi dan 2ekurangan 2alori Protein (22P)
telah lama dikenal, kedua keadaan ini sinergistik, saling
mempengaruhi, yang satu merupakan predisposisi yang lainnya$ Pada
22P, ketahanan tubuh menurun dan virulensi pathogen lebih kuat
sehingga menyebabkan keseimbangan yang terganggu dan akan
terjadi infeksi, sedangkan salah satu determinan utama dalam
mempertahankan keseimbangan tersebut adalah status gi&i anak
((idayat, !""/)$
asalah gi&i dalam penelitian Anwar dan 5iyadi (!""/)
menunjukkan bahwa anak 7aduy menghadapi masalah gi&i kronis dan
juga akut$ *idak hanya itu, anak1anak 7aduy ;uar ini juga mengalami
masalah gi&i ganda (dou!le,!urden)$ (asil penelitian menunjukkan
anak 7aduy rata1rata mempunyai J1s%ore 77:< 11$1- dan *7:< 11$#0$
Penelitian ini menyebutkan bahwa terjadinya masalah gi&i tidak hanya
disebabkan oleh asupan gi&i yang kurang, tetapi juga dipengaruhi oleh
penyakit infeksi$ Anak yang mendapatkan makanan yang %ukup, tetapi
sering diserang diare, atau penyakit ISPA dan demam, akhirnya dapat
juga menderita kurang gi&i$ Pada anak yang mendapatkan makanan
yang tidak %ukup, maka daya tahan tubuhnya melemah$ 4alam
keadaan demikian anak tersebut mudah diserang penyakit infeksi yang
dapat mengurangi nafsu makannya dan menyebabkan kurang gi&i$
1.
%$ ?nvironment (lingkungan)
9aktor di luar penderita yang akan mempengaruhi keberadaan host
yang terdiri dari lingkungan biologis, fisik dan sosial$ 4alam penelitian
ini yang berperan sebagai faktor lingkungan meliputi C
1) Aentilasi
Aentilasi merupakan proses penyediaan udara atau pengerahan
udara ke atau dari ruangan baik se%ara alami maupun se%ara mekanis$
*erdapat dua ma%am ventilasi yaitu ventilasi alamiah dimana aliran
udara di dalam ruangan terjadi se%ara alamiah melalui jendela, pintu,
lubang1lubang pada dinding dan ventilasi buatan dimana
mempergunakan alat1alat khusus untuk mengalirkan udara, %ontohnya
kipas angin, mesin penghisap debu (6otoarmodjo, !""3)$
Penularan penyakit saluran pernafasan lebih besar terjadi karena
jumlah:konsentrasi kuman lebih banyak pada udara yang tidak
tertukar$ Adapun rumah yang memiliki ventilasi yang jelek akan
menyebabkan terganggu pertukaran udara dari dalam dan luar rumah
dan dapat menyebabkan terjadinya 3 faktor yaituC kekurangan oksigen
dalam udara, bertambahnya konsentrasi =)
!
dan adanya bahan1bahan
ra%un organik yang ikut terhirup$ 4i samping itu ruangan dengan
ventilasi yang tidak baik yang sudah dihuni oleh manusia akan
mengalami kenaikan kelembaban yang disebabkan oleh penguapan
%airan tubuh dari kulit atau karena uap pernafasan jika udara terlalu
banyak mengandung uap air, maka udara basah yang dihirup
berlebihan akan mengganggu fungsi paru1paru:pernafasan (Soemirat
S$8, !""")$
enurut hasil penelitian 4ewi (!"1!) menunjukkan bahwa ada
hubungan antara luas ventilasi rumah dengan kejadian ISPA pada
balita di 'ilayah 2erja Puskesmas 2edungmundu 2ota Semarang$
4engan nilai )5K1 menunjukkan bahwa hubungan antara luas
ventilasi merupakan faktor resiko penyebab penyakit$ (asil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa balita yang tinggal di rumah dengan luas
ventilasi yang tidak memenuhi syarat L1", beresiko terkena penyakit
1-
ISPA +,++ kali dibandingkan dengan balita yang tinggal di rumah
dengan luas ventilasi memenuhi syarat$
!) 8enis ;antai
2eputusan enteri 2esehatan 5epublik Indonesia 6omor
-!/:enkes:S2:AII:1/// tentang persyaratan rumah tinggal
menyebutkan bahwa syarat lantai yang baik adalah yang kedap air dan
mudah dibersihkan, seperti lantai terbuat dari keramik, kayu yang
dirapatkan, ubin atau semen yang kedap dan kuat$ ;antai rumah yang
tidak kedap air dan sulit untuk dibersihkan akan menjadi tempat
perkembangan dan pertumbuhan mikroorganisme di dalam rumah$
enurut penelitian Sugihartono dan 6urja&uli (!"1!), ada
hubungan antara jenis lantai rumah dengan kejadian ISPA pada balita
di wilayah kerja Puskesmas Sidorejo 2ota Pagar Alam$ (asil
penelitian menunjukkan bahwa balita yang tinggal di rumah dengan
jenis lantai tidak memenuhi syarat beresiko 1",0!- kali lebih besar
dibanding dengan balita yang tinggal di rumah dengan jenis lantai
memenuhi syarat$
3) 8enis 4inding
2eputusan enteri 2esehatan 5epublik Indonesia 6omor
-!/:enkes:S2:AII:1/// tentang persyaratan rumah tinggal
menyebutkan bahwa jenis dinding tidak tembus pandang, terbuat dari
bahan yang tahan terhadap %ua%a, rata dan dilengkapi dengan ventilasi
untuk sirkulasi udara$ 4inding rumah yang baik menggunakan
tembok, rumah yang berdinding tidak rapat seperti papan, kayu dan
bambu dapat menyebabkan penyakit pernafasan yang berkelanjutan
seperti ISPA, karena angin malam yang langsung masuk ke dalam
rumah$
enurut penelitian Putri (!"1!) menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara jenis dinding rumah dengan kejadian
ISPA pada balita di 'ilayah 2erja Puskesmas =angkringan 2abupaten
Sleman$ (asil penelitian menunjukkan bahwa jenis dinding rumah
1/
merupakan faktor yang paling dominan terhadap kejadian ISPA pada
balita di wilayah tersebut$
+) 8enis Atap
Atap rumah mempunyai fungsi sebagai penahan panas sinar
matahari dan melindungi masuknya debu, angin, dan hujan$ Salah satu
fungsi atap rumah adalah melindungi masuknya debu dalam rumah$
Atap sebaiknya diberi plafon atau kangit1langit, agar debu tidak
langsung masuk ke dalam rumah (6urhidayh, !"". dalam )ktaviani,
!""/)$ ;angit1langit untuk menahan dan menyerap panas matahari
minimum !,+ m dari lantai, bisa dari bahan papan, anyaman bambu,
tripleks atau gypsum$ ;angit1langit harus mudah dibersihkan dan tidak
rawan ke%elakaan disamping sebagai penahan hantaran panas dari atap
sesuai dengan 2eputusan enteri 2esehatan 5epublik Indonesia
6omor -!/:enkes:S2:AII:1/// tentang persyaratan rumah tinggal$
Salah satu fungsi atap yaitu melindungi masuknya debu dalam
rumah$ Atap sebaiknya diberi plafon atau langit1langit, agar debu tidak
langsung masuk ke dalam rumah$ Atap genteng merupakan atap yang
%o%ok di daerah tropis$ Atap seng atau asbes tidak %o%ok untuk rumah
di pedesaan, di samping mahal juga dapat menimbulkan suhu panas
dalam rumah (6otoatmodjo, !"".)$ enurut penelitian Putri (!"1!)
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jenis atap
rumah dengan kejadian ISPA pada balita di 'ilayah 2erja Puskesmas
=angkringan 2abupaten Sleman$
0) Pen%ahayaan
=ahaya yang masuk ke dalam rumah berfungsi untuk mengatasi
perkembangan bibit penyakit, namun jika terlalu menyilaukan akan
dapat merusak mata (6otoatmodjo, !""0)$ =ahaya dibedakan
berdasarkan sumbernya menjadi dua yaitu %ahaya alami (yang berasal
dari matahari)$ 7ersifat penting untuk membunuh kuman
(mikroorganisme) yang ada di dalam rumah, dimana rumah yang sehat
mempunyai jalan %ukup untuk masuknya %ahaya ke dalam rumah$
;okasi penempatan jendela akan mempengaruhi masuknya %ahaya ke
!"
dalam rumah (intervensi pen%ahayaan bisa dilakukan dengan
mengganti genteng biasa dengan genteng ka%a) (2emenkes 5I, !"11)$
enurut penelitian =atiyas (!"1!) menunjukkan bahwa ada
hubungan yang sigifikan antara pen%ahayaan rumah dengan kejadian
ISPA pada balita di 'ilayah 2e%amatan >ombong 2abupaten
2ebumen 8awa *engah$ (asil analisis menunjukkan bahwa balita
yang tinggal di rumah dengan pen%ahayaan yang tidak memenuhi
syarat memiliki resiko !,3 kali lebih besar untuk menderita ISPA
dibandingkan balita yang rumahnya memenuhi syarat pen%ahayaan$
#) 2epadatan (unian
2epadatan merupakan Pre1re@uisite untuk terjadinya proses
penularan penyakit$ Semakin padat, maka perpindahan penyakit,
khususnya penyakit melalui udara akan semakin mudah dan %epat$
<ntuk itu 4epartemen 2esehatan telah membuat peraturan tentang
rumah sehat, dengan rumus jumlah penghuni:luas bangunan$
2eputusan enteri 2esehatan 5epublik Indonesia 6omor
-!/:enkes:S2:AII:1/// tentang persyaratan rumah tinggal
menyebutkan bahwa kepadatan hunian harus memenuhi persyaratan
luas ruang tidur minimal -m
!
dan tidak dianjurkan digunakan lebih
dari ! orang dalam satu ruang tidur, ke%uali anak di bawah usia 0
tahun$ 2epadatan hunian dalam rumah perlu diperhitungkan karena
mempunyai peranan penting dalam penyebaran mikroorganisme di
dalam lingkungan rumah (4epkes, !""3 dalam A%hmadi, !""-)$
enurut hasil penelitian 4ewi (!"1!) menunjukkan bahwa ada
hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian ISPA pada balita
di 'ilayah 2erja Puskesmas 2edungmundu 2ota Semarang$
2epadatan hunian yang tidak memenuhi syarat dapat mempengaruhi
suhu dan kelembaban di dalam rumah$ Semakin padat maka
perpindahan penyakit semakin %epat$
!1
d$ Perilaku
1) Perilaku erokok Anggota 2eluarga di 4alam 5umah
erokok diketahui mengganggu efektivitas sebagian
mekanisme pertahanan respirasi$ Produk1produk asap rokok diketahui
merangsang pembentukan mukus dan menurunkan pergerakan silia$
4engan demikian terjadi penimbunan mukus dan peningkatan risiko
pertumbuhan bakteri$ 7atuk1batuk yang terjadi pada para perokok
adalah usaha untuk mengeluarkan mukus kental ini, yang sulit
didorong keluar saluran nafas$ Infeksi saluran nafas bawah lebih
sering terjadi pada para perokok dan perokok pasif terutama bayi dan
anak (=orwin, !""")$
Asap rokok dapat merusak dapat merusak lapisan pada saluran
nafas anak, sehingga mekanisme pertahanannya terhadap infeksi
kuman penyakit terganggu$ Selain penyakit pernafasan akibat infeksi,
asap rokok juga dapat menyebabkan terjadinya penurunan fungsi paru
yang menimbulkan penyakit paru kronik saat mereka dewasa$ Asap
rokok juga merupakan pen%etus timbulnya penyakit asma pada anak,
meningkatnya risiko anak terserang infeksi telinga, dan meningkatkan
risiko terjadinya sindroma kematian mendadak pada bayi (Setiono,
!""0)$
Pajanan terhadap orang yang tidak merokok (perokok pasif)
hanya dihubungkan dengan meningkatnya resiko kesakitan pernafasan
akut pada ! tahun pertama usia kehidupan$ Pajanan dari ibu merokok
adalah sekitar ! kali resiko penyakit saluran pernapasan bagian bawah
pada ! tahun pertama kehidupan balita (>raham, 1//" dalam 6aria,
!""-)$
enurut penelitian Sugihartono dan 6urja&uli (!"1!), ada
hubungan signifikan antara keberadaan anggota keluarga yang
merokok di dalam rumah dengan kejadian ISPA pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Sidorejo 2ota Pagar Alam$ (asil penelitian
menunjukkan bahwa balita yang tinggal di rumah dengan anggota
keluarga merokok di dalam rumah beresiko 0,.+3 kali lebih besar
!!
dibanding dengan balita yang tinggal di rumah dengan anggota
keluarga yang tidak merokok di dalam rumah$
!) Perilaku embakar Sampah 2eluarga
Sampah busuk dalam jumlah besar akan mengakibatkan
penyebaran bau yang tidak sedap yang membuat mual dan pusing
karena mengandung gas hasil proses pembusukan diantaranya metan,
(
!
S, 6(
3
dan lain1lain$ Selain itu, apabila terbakar atau dibakar (gas
metan dan (
!
S mudah terbakar atau eksplosif) akan menghasilkan
asap yang mengganggu pernapasan dan penglihatan (sesak napas,
mata perih) serta hasil pembakaran plastik berupa gas dioksin sangat
berbahaya karena termasuk &at karsinogen (penyebab kanker)
(Suyono, !"1")$
enurut Permatasari (!""/) bahwa pembuangan sampah
dengan %ara dibakar bisa menimbulkan pen%emaran terhadap
lingkungan, asap dari pembakaran dapat meningkatakan resiko
terjadinya penyakit ISPA$ 2ebiasaan membakar sampah, jerami, jenis
bahan bakar, serta tungku yang digunakan menentukan kualitas udara
di luar maupun di dalam rumah, serta menentukan transmisi dan
frekuensi penyakit bawaan udara (Soemirat, !""0)$
9aktor1faktor yang dapat berpengaruh atau menjadi sebab
terjadinya masalah perilaku adalah sebagai berikut C
a) 9aktor Predisposisi
(1) *ingkat Pendidikan Ibu
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh dalam kesehatan, karena lemahnya manajemen
kasus oleh petugas kesehatan serta pengetahuan yang kurang di
masyarakat akan gejala dan upaya penanggulangannya,
sehingga banyak kasus ISPA yang datang kesarana pelayanan
kesehatan sudah dalam keadaan berat karena kurang mengerti
bagaimana %ara serta pen%egahan agar tidak mudah terserang
penyakit ISPA (4harmage, !""/)$
!3
(!) *ingkat Pengetahuan Ibu
Pengetahuan dapat membentuk keyakinan tertentu
sehingga sesorang berperilaku sesuai dengan keyakinan
tersebut$ Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan$ 4engan pengetahuan kesehatan lingkungan yang
baik diharapkan dapat meningkatkan sikap positif dan
kesadaran masyarakat akan pentingnya men%iptakan kondisi
lingkungan yang sehat, sehingga dapat memutus rantai
penularan penyakit melalui lingkungan serta berperilaku hidup
bersih dan sehat agar tidak mudah tertular penyakit
(4harmage, !""/)$
b) 9aktor ?nabling
asyarakat memerlukan sarana pendukung termasuk
fasilitas kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik,
posyandu, polindes dan lain1lain untuk memungkinkan
berperilaku sehat$ eskipun kesadaran dan pengetahuan
masyarakat tinggi tentang kesehatan, namun fasilitas kesehatan
yang tidak mendukung maka tindakan tentang kesehatan tidak
akan terwujud$)leh karena itu pengetahuan dan kesadaran
yang tinggi harus diikuti dengan ketersediaan sarana kesehatan
yang baik sehingga terwujud perilaku hidup sehat (6otoatmodjo,
!"".)$
2etersediaan sarana kesehatan tidak berpengaruh signifikan
terhadap tindakan ibu dalam terjadinya pneumonia pada balita$
banyak alasan yang menyebabkan ketersediaan sarana kesehatan
tidak sejalan dengan kejadian pneumonia terutama dalam
pen%arian pengobatan, antara lain dikarenakan alasan ekonomi
yang sulit untuk menjangkau biaya pengobatan dan juga
terkadang sarana kesehatan yang hanya buka disaat mereka
sedang bekerja (;umban 7atu, !"11)$
!+
8arak dari tempat tinggal ke sarana kesehatan mendukung
tindakan ibu dalam mengakses pelayanan kesehatan$ eskipun
kesadaran dan pengetahuan masyarakat sudah tinggi, apabila
tidak didukung oleh keterjangkauan sarana kesehatan maka akan
sulit untuk mewujudkan perilaku sehat tersebut (6otoatmodjo,
!"".)$
%) 9aktor 5einfor%ing
Perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat ditentukan
juga dari ada tidaknya informasi kesehatan dari petugas kesehatan$
Sehingga dukungan dari petugas kesehatan sangat diperlukan
dalam membentuk sikap yang positif dari masyarakat$ Sikap
dan perilaku %ontoh yang positif dari kelompok referensi
antara lain C alim ulama, kepala adat (suku), kepala desa dan
sebagainya juga memperkuat terbentuknya perilaku tentang
kesehatan (6otoatmodjo, !"".)$
!0
-$ 2erangka *eori
7agan +$1 odifikasi 2erangka *eori 8ohn >ordon dan Pre%ede Pro%eed
2ejadian ISPA
Pada 7alita
9aktor (ost (Pejamu)
Status >i&i
7erat 7adan ;ahir
Status ASI dan
akanan
*ambahan
9aktor ;ingkungan
Atap rumah
Aentilasi
4inding rumah
Pen%ahayaan
2epadatan (unian
9aktor Agent
1$ Airus
!$ 7akteri
3$ 8enis bahan bakar
+$ 8enis obat nyamuk
9aktor Perilaku
Perilaku merokok
Perilaku membakar
sampah
9aktor Predisposing
1$ Pendidikan
!$ Pengetahuan
3$ Sikap
9aktor ?nabling
P24
Posyandu
Puskesmas
5umah Sakit
9aktor 5einfor%ing
Peran *)A
Peran *)>A
Peran 2epala 4esa
!#
E. MET)DE PELAK(ANAAN
1$ 2erangka 2onsep
7agan 0$1 2erangka 2onsep
!$ (ipotesis
a$ Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang dengan
kejadian ISPA pada balita$
b$ Ada hubungan antara perilaku merokok dalam rumah dengan
kejadian ISPA pada balita$
%$ Ada hubungan antara perilaku membakar sampah dengan
kejadian ISPA pada balita$
d$ Ada hubungan antara status gi&i dengan kejadian ISPA pada
balita$
Aariabel Independen
Aariabel 4ependen
2ejadian ISPA
pada 7alita
8enis bahan bakar yang
digunakan
Perilaku merokok dalam rumah
*ingkat pengetahuan ibu
Perilaku membakar sampah
8enis obat anti nyamuk
Status gi&i
ASI eksklusif
*ingkat kepadatan hunian
Aentilasi 5umah
Atap rumah
!.
e$ Ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
ISPA pada balita$
f$ Ada hubungan antara jenis atap rumah dengan kejadian ISPA
pada balita$
g$ Ada hubungan antara luas ventilasi rumah dengan kejadian ISPA
pada balita$
h$ Ada hubungan antara tingkat kepadatan hunian dengan kejadian
ISPA pada balita$
i$ Ada hubungan antara jenis bahan bakar untuk memasak dengan
kejadian ISPA pada balita$
j$ Ada hubungan antara jenis obat anti nyamuk dengan kejadian
ISPA pada balita$
k$ Ada pengaruh se%ara bersama1sama antara tingkat pengetahuan
ibu, perilaku merokok dalam rumah, perilaku membakar sampah, status
gi&i, ASI eksklusif, jenis atap rumah, luas ventilasi rumah, tingkat
kepadatan hunian, jenis bahan bakar untuk memasak, dan jenis obat anti
nyamuk dengan kejadian ISPA pada balita$
3$ Aariabel Penelitian
a$ Aariabel Independen
Aariabel independen yang digunakan dalam penelitian antara lain
tingkat pengetahuan ibu, perilaku merokok dalam rumah, perilaku
membakar sampah, status gi&i, ASI eksklusif, jenis atap rumah, luas
ventilasi rumah, tingkat kepadatan hunian, jenis bahan bakar untuk
memasak, dan jenis obat anti nyamuk$
b$ Aariabel 4ependen
Aariabel dependen dari penelitian ini adalah kejadian ISPA pada
balita$
!-
+$ 4efinisi )perasional
*abel 0$1 Aariabel dan 4efinisi )perasional
!/
N* +aia,e$ De-inisi
).easi*na$
Pengukuan (um,e
Da"a
Ka"eg*i (ka$a
Da"a
1$ 2ejadian ISPA
pada balita
2eadaan yang
ditandai dengan
infeksi akut yang
menyerang saluran
pernapasan yaitu
organ tubuh yang
dimulai dari
hidung hingga
alveoli balita yang
telah didiagnosis
oleh bidan P24
2alitinggar
/ 4ata
Sekunder
P24
2alitinggar
1$ Ha
!$ *idak
6ominal
!$ *ingkat
pengetahuan
ibu
Skor hasil
jawaban yang
diperoleh
dari kemampuan
responden
menjawab
pertanyaan
tentang
pengertian
ISPA,penyebab
ISPA, tanda dan
gejala ISPA,
klasifikasi ISPA,
faktor resiko
ISPA, pen%egahan
ISPA, penularan
ISPA$
'awan%ara
dengan
kuesioner
4ata Primer Apabila data
terdistribusi normal
makaC
a$ 7uruk apabila
nilai skor L mean
b$ 7aik apabila nilai
skor M mean
6amun apabila data
tidak berdistribusi
normal makaC
a$ 7uruk apabila
nilai skor L
median
b$ 7aik apabila nilai
skor M median
)rdinal
3$ Perilaku
merokok dalam
rumah
Ada tidaknya
orang:anggota
keluarga
responden yang
merokok dalam
rumah
'awan%ara
dengan
kuesioner
4ata Primer a$ Ada
b$ *idak
)rdinal
+$ Perilaku
membakar
sampah
2egiatan
pengelolaan
sampah dari
resposden dengan
%ara membakar
'awan%ara
dengan
kuesioner
4ata Primer a$ Ha
b$ *idak
)rdinal
0$ Status gi&i >ambaran
kesehatan balita
pada waktu
tertentu yang
dinilai dengan
menentukan
Indeks 7erat
badan terhadap
'awan%ara
dengan
kuesioner
4ata Primer 7erdasarkan
Indeks 77:<C
1$ >i&i buruk L 13
S4 sampai
dengan L 1! S4
!$ >i&i kurang 13
S4 sampai
dengan ! S4
)rdinal
N* +aia,e$ De-inisi
).easi*na$
Pengukuan (um,e
Da"a
Ka"eg*i (ka$a
Da"a
umur (77:<)$ 3$ >i&i 7aik 1! S4
sampai dengan !
S4
+$ >i&i ;ebih K !
S4
(2emenkes 5I,
!"1")
#$ ASI ?ksklusif Pemberian air
susu ibu (ASI)
dari ibu terhadap
anaknya umur "1#
bulan se%ara
kontinyu tanpa
diberikan
'awan%ara
dengan
kuesioner
4ata Primer a$ *idak
b$ Ha
)rdinal
3"
0$ 8enis Penelitian
8enis penelitian ini adalah salah satu bentuk ran%angan penelitian
deskriptif analitik dengan metode observasional yang menggunakan desain
case control yaitu penelitian yang dilakukan dengan %ara membandingkan
antara dua kelompok yaitu kelompok kasus (kelompok orang yang
menderita penyakit) dan kelompok kontrol (kelompok orang yang tidak
menderita penyakit) dengan kuesioner sebagai instrument pengumpulan data
(6otoadmodjo, !""0)$ 4esain kasus kontrol dapat digunakan untuk menilai
berapa besar peran faktor risiko terhadap kejadian yang ingin diteliti dan
menilai kekuatan hubungan dan suatu faktor risiko terhadap variabel
dependen (7asuki, !""")$
>ambar 0$1 5an%angan Studi 2asus 2ontrol 9aktor19aktor yang
mempengaruhi 2ejadian ISPA pada balita L0 tahun di 4esa
2alitinggar 2e%amatan Padamara 2abupaten Purbalingga$
#$ *empat dan 'aktu
Apakah ada faktor risikoN Penelitian dilakukan
7alita
sakit ISPA
Ha
*idak
7alita tidak
sakit ISPA
Ha
*idak
31
Praktik 7elajar ;apangan (P7;) II kelompok III dilaksanakan di
4esa 2alitinggar, 2e%amatan Padamara, 2abupaten Purbalingga pada
tanggal 01/ ei !"1+$
.$ Populasi dan Sampel
a$ Populasi
Populasi merupakan keseluruhan obyek penelitian atau obyek
yang diteliti (6otoatmodjo, !""0)$ Populasi dalam penelitian ini adalah
semua balita berusia "10 tahun yang bertempat tinggal di 4esa
2alitinggar, 2e%amatan Padamaran, 2abupaten Purbalingga$
7erdasarkan laporan kegiatan P24 pada tahun !"13 terdapat sebanyak
!1" balita$
b$ Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan obyek
sesungguhnya dari penelitian (6otoatmodjo, !""0)$ Sampel dalam
penelitian ini adalah C
1) Sampel kasus dalam penelitian ini adalah semua balita berusia "10
tahun yang pernah menderita ISPA dan pernah berkunjung ke P24
2alitinggar dan ter%atat pada buku laporan P24 selama bulan 8anuari
!"13 sampai 9ebruari !"1+ dan terpilih sebagai sampel$ Pemilihan
sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling, yaitu teknik
penentuan sampel dimana pengambilan anggota sampel dari populasi
dilakukan pengurutan sampel sampai jumlah yang ditentukan$
!) Sampel kontrol adalah semua balita berusia "10 tahun yang tidak
pernah menderita ISPA$ 2elompok kontrol diambil dari tetangga
kelompok kasus yang memiliki ukuran yang sama seperti jenis
kelamin, hal ini untuk memudahkan peneliti dalam pengumpulan data
dan jika mengambil banyak faktor yang harus disamakan dengan
kasus dapat menyebabkan kesulitan untuk mendapat kontrol
(Sastroasmoro dan Ismael, 1//0)$ Pemilihan sampel dilakukan
dengan teknik simple random sampling(
3!
%$ 7esar Sampel
7esar sampel minimal dihitung dengan menggunakan rumus besar
sampel uji hipotesis perbedaan dua proporsi (;emenshow, 1//.)C
n E
Sedangkan untuk nilai P dan P
1
didapat melalui rumus berikut C
P
1
E
dengan P E D (P
"
O P
1
)
2eterangan C
6 E 7esar sampel minimal yang dibutuhkan
J
11P
E 6ilai J berdasarkan tingkat kesalahan 0,, uji ! sisi E 1,/#"
J
11
E 6ilai J berdasarkan kekuatan uji -", E ",-+
P
"
E Proporsi variabel terpajan pada kelompok kontrol
P
1
E Proporsi variabel terpajan pada kelompok kasus
*abel 0$! 6ilai P
"
dari (asil Penelitian *erdahulu dan Perkiraan 8umlah Sampel
+aia,e$ Ka"eg*i P
1
012

P
2
012
)3
0451C!2
(um,e N
2epadatan
hunian
a$ emenuhi
syarat
b$ *idak
memenuhi
syarat
0+,- !.,+ 3,!1
Suhandayan,
!""#
+/,+ E 0"
2eberadaan
anggota
keluarga yang
merokok
a$ Ada
b$ *idak ada
0" 1.,. +,#0
<tomo,
!""0
3",/ E 31
4engan menggunakan rumus tersebut, maka pada penelitian ini
diambil jumlah sampel adalah 0" balita untuk kasus$ Penelitian ini
33
menggunakan perbandingan untuk kasus dengan kontrol 1 C 1$ 4engan
demikian perbandingan sampel kasus dan kontrol adalah 0" C 0"$ 8umlah
sampel keseluruhan adalah sebanyak 1"" orang$
d$ 2riteria Inklusi dan eksklusi sampel
1) 2riteria Inklusi
a) 2elompok kasus
(1) 7alita berusia "10 tahun yang menderita ISPA dan ter%atat di
buku laporan P24 2alitinggar pada bulan 8anuari !"13
sampai 9ebruari !"1+
(!) 8ika dalam satu keluarga terdapat dua balita yang menderita
ISPA pada bulan yang sama, maka dipilih salah satu$
(3) 7alita ter%atat sebagai warga 4esa 2alitinggar$
(+) Ibu 7alita bersedia menjadi responden$
b) 2elompok kontrol
(1) 7alita berusia "10 tahun yang tidak menderita ISPA$
(!) 7alita ter%atat sebagai warga 4esa 2alitinggar dan merupakan
tetangga dari kelompok kasus$
(3) Ibu 7alita bersedia menjadi responden$
!) 2riteria ?ksklusi
7alita yang tidak memiliki data kesehatan yang dibutuhkan oleh
peneliti, yaitu berat badan dan umur saat sakit yang ditunjukan
dengan 2S, 7uku 2IA, dan atau %atatan P24$
-$ Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjannya lebih mudah dan hasilnya
lebih baik, dalam arti lebih %ermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih
mudah diolah$ Instrumen penelitian yang digunakan dalam kegiatan P7; II
di 4esa 2alitinggar 2e%amatan Padamara 2abupaten Purbalingga adalah C
a$ 2uesioner
2uesioner sebagai alat pengumpulan data adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang harus di jawab responden$ (asil kuesioner
3+
tersebut akan diolah dalam bentuk angka, tabel, analisis statistik, uraian
dan kesimpulan hasil penelitian$
!( )hecklist
)hecklist merupakan suatu daftar yang berisi nama1nama subjek
dan faktor1faktor yang dikehendaki$ )hecklist dimaksudkan untuk
mensistematiskan %atatan observasi$
%$ Alat Perekam >ambar
Alat perekam gambar adalah alat yang digunakan untuk
mengabadikan kondisi lingkungan yang ada di masyarakat berupa
kamera digital$
/$ Pengumpulan 4ata
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting dan
berbagai sumber dan berbagai %ara$ 7ila dilihat dari sumber datanya, maka
pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sekunder
(Sugiyono, !"1!)$ 4ata primer dalam kegiatan P7; II ini diperoleh melalui
wawan%ara menggunakan kuesioner dan observasi$ Sedangkan data
sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi yang terkait, yaitu
Puskesmas Padamara dan 2antor 7alai 4esa 2alitinggar$ Adapun metode
pengumpulan data yang kami lakukan dalam kegiatan P7; II ini adalah
sebagai berikut C
a$ 'awan%ara
'awan%ara merupakan proses interaksi dan komunikasi
(Singarimbun dan ?ffendi, 1//1)$ 8enis wawan%ara dalam penelitian ini
yaitu wawan%ara terpimpin karena dalam pengumpulan data
menggunakan kuesioner sebagai dasar dalam melakukan wawan%ara
(6otoatmodjo, !""0)$ 'awan%ara yang dilakukan di 4esa 2alitinggar,
2abupaten Purbalingga adalah wawan%ara terpadu dengan menggunakan
alat bantu kuesioner yang berisi pertanyaan1pertanyaan untuk menggali
dan mengumpulkan data mengenai faktor1faktor yang berhubungan
30
dengan kejadian ISPA di 4esa 2alitinggar$ Pertanyaan1pertanyaan dalam
kuesioner terkait dengan variabel karakteristik balita (umur, jenis
kelamin, berat badan saat sakit, status gi&i, dan status ASI ?ksklusif) dan
karakteristik responden (pengetahuan responden tentang ISPA, dan
perilaku merokok keluarga didalam rumah dan perilaku membakar
sampah)$
b$ )bservasi
enurut 7ungin (!"".) observasi adalah metode pengumpulan
data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui
pengamatan dan pengindraan$ )bservasi yang dilakukan dalam P7; II
adalah mengamati lingkungan fisik rumah responden, meliputi jenis
atap, ventilasi, kepadatan hunian, jenis bahan bakar memasak, dan jenis
obat anti nyamuk yang digunakan$
%$ 4okumentasi
4ata diperoleh dengan %ara menelaah dokumen pada suatu institusi
yang terdiri dari berbagai data dari P24 2alitinggar dan Puskesmas
Padamara sebagai data sekunder$ Selain itu, peneliti menggunakan
kamera untuk mengabadikan kondisi lingkungan yang ada didalam
masyarakat$
1"$ Pengolahan 4ata
Pengolahan data adalah salah satu hal yang sangat penting
mengingat data yang terkumpul dari lapangan masih merupakan data
mentah yang berguna sebagai bahan informasi untuk menjawab tujuan
penelitian$ Pengolahan data meliputi kegiatan berikut C
a$ *diting, dilakukan untuk memeriksa validitas dan realibilitas data
yang masuk$ 2egiatan ini meliputi pemeriksaan atas kelengkapan
pengisian kuesioner, kejelasan makna jawaban, konsistensi antar
jawaban1jawaban, relevansi jawaban dan keseragaman satuan
pengukuran$
b$ )oding, kegiatan yang dialkukan adalah pembuatan struktur data yang
terdiri darikegiatan pembuatan variabel, penentuan jenis data,
3#
penentuan variabel label, penentuan value label dan penentuan skala
data yang akan kita gunakan$
%$ *ntr% data, merupakan kegiatan memproses data untuk keperluan
analisa dengan memasukkan data dari kuesioner dalam bentuk kode
ke program komputer yang sesuai$
d$ )leaning data, suatu kegiatan pembersihan seluruh data agar terbebas
dari kesalahan sebelum dilakukan analisa data, baik kesalahan dalam
pengkodean maupun dalam memba%a kode, kesalahan juga
dimungkinkan terjadipada saat kita memasukkan data ke komputer$
e$ *abulasi data adalah kegiatan untuk meringkaskan data yang amsuk
(data mentah) ke dalam tabel1tabel yang telah dipersiapkan$ Proses
tabulasi meliputi antara lain C
1) empersiapkan tabel dengan kolom dan barisnya yang disusun
dengan %ermat sesuai kebutuhan,
!) enghitung banyaknya frekuensi untuk tiap kategori jawaban dan$
3) enyusun distribusi atau tabel frekuensi$ Setelah data didapat,
dilakukan penge%ekan lagi apakah data ada salah ketik$
11$ Analisis 4ata
Analisis data yang digunakan dalam enelitian ini meliputi analisa
univariat, bivariat, dan multivariat$
a$ Analisis <nivariat
Analisis univariat dilakukan untuk medeskripsikan karakteristik
masing1masing variable independen yang diukur dalam penelitian, yaitu
dengan distribusi frekuensi (Supriyanto, !"".)$
b$ Analisis 7ivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi (6otoadmodjo, !""0)$ Analisa bivariat
dilakukan dengan uji 2ai 2uadrat (=hi S@uare test)$ Proses pengujian
=hi S@uare adalah membandingkan frekuensi yang terjadi (observe)
dengan frekuensi harapan ((astono, !"".)$
%$ Analisis ultivariat
3.
Analisis multivariat dilakukan dengan %ara menghubungkan
beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen pada waktu
yang bersamaan$ Analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik
ganda, yang merupakan salah satu model yang dapat digunakan untuk
menganalisis hubungan satu atau beberapa variabel independen dengan
satu variabel dependen kategorik$ 4ari analisis ini dapat diketahui antara
lainC variabel independen mana yang paling besar pengaruhnya terhadap
variabel dependen, apakah variabel independen berhubungan dengan
variabel dependen dipengaruhi oleh variabel lain atau tidak ((astono,
!"".)
1!$ Penentuan Alternatif Peme%ahan asalah
Penetapan alternatif peme%ahan masalah dilakukan atas dasar
pemahaman terhadap masalah yang terjadi dan penyebabnya$ 9aktor
penyebab yang ditemukan melalui observasi dan wawan%ara kemudian
dianalisis se%ara statistik untuk melihat besarnya pengaruh atau hubungan
antara faktor penyebab dengan masalah tersebut$ Alternatif peme%ahan
masalah dapat dibuat berdasarkan penyebab yang memiliki hubungan atau
pengaruh se%ara signifikan$ 7eberapa pertimbangan yang digunakan dalam
penyusunan alternatif peme%ahan masalah yaitu dapat menghilangkan
penyebab utama, memiliki kebutuhan biaya yang paling ke%il, mendapat
dukungan dari semua pihak, memiliki kemungkinan keberhasilan yang
tinggi dan waktu pelaksanaan tidak terlalu lama$
etode yang digunakan untuk menentukan prioritas alternatif
peme%ahan masalah adalah metode IA:= dengan komponen penilaian
terdiri dariC
a$ "agnitude yaitu besarnya masalah yang dapat diselesaikan dengan
alternatif peme%ahan masalah tersebut$
b$ -mportanc% yaitu pentingnya alternatif peme%ahan masalah$ (al ini
terkait dengan kelanggengan teratasinya masalah dengan alternatif
peme%ahan masalah tersebut$
%$ .ulnera!ilit% yaitu sensitivitas jalan keluar$ (al ini terkait dengan
ke%epatan alternatif peme%ahan masalah mengatasi masalah$
3-
d$ )ost yaitu biaya$ (al ini berkaitan dengan nilai efisiensi$ Semakin besar
biaya alternatif peme%ahan masalah maka semakin tidak efisien alternatif
peme%ahan masalah tersebut$
6ilai skor yang diberikan memiliki range antara 110$ Alternatif
peme%ahan masalah yang memiliki hasil hitung paling tinggi kemudian
ditetapkan sebagai prioritas peme%ahan masalah (5idwan, !""#)$
F. JAD6AL KE7!ATAN
*abel #$1 8adwal 2egiatan P7; II 4esa 2alitinggar
N* KE7!ATAN
MA3ET AP3!L ME! JUN!
1 ! 3 + 1 ! 3 + 1 ! 3 + 1 ! 3 +
1. Pembekalan P7; II
2. Survei ;apangan
%. Penyusunan Proposal
dan 2onsultasi
3/
&. Pengumpulan Proposal
5. 2egiatan ;apangan
8. Penyusunan ;aporan dan
2onsultasi
9. Pengumpulan ;aporan
:. Seminar (asil
4. Pengumpulan ;aporan (asil
5evisi Seminar
+"
7. DAFTA3 PU(TAKA
A%hmadi, <mar 9ahmi$ !""-$ "ana/emen Pen%akit Ber!asis Wila%ah$
<niversitas Indonesia Press$ 8akarta$
Almatsier, S$ !""0$ Prinsip Dasar Gizi$ >ramedia Pustaka <tama$ 8akarta$
Alsagaff, ( dan ukty A$ !""#$ Dasar,dasar -lmu Pen%akit Paru$ Airlangga
<niversity Press$ Surabaya$
Amiruddin, 5idwan$ !""#$ *pidemiologi Perencanaan dan Pela%anan
esehatan$ 92 <6(AS$ akassar$
Anwar, 9aisal, 5iyadi, (adi$ !""/( Status Gizi dan Status esehatan Suku
Badu% 0 1urnal Gizi dan Pangan, 23(
7astaman, 7asuki$ !"""$ #plikasi "etode aus,ontrol( 1akarta$ 7agian
Ilmu 2edokteran 2omunitas 9akultas 2edokteran <niversitas
Indonesia$ 8akarta$
7ernardo ;$ (orta$ !"".$ *vidence on the long,term effects of !reastfeeding 0
s%stematic revie' and meta,anal%ses( '()$ <SA$
=atiyas, ?mbriyowati$ !"1!$ Faktor,faktor %ang Berhu!ungan dengan
e/adian -SP# pada Balita di Wila%ah ecamatan Gom!ong
a!upaten e!umen 1a'a 4engah( Skripsi 9akultas 2esehatan
asyarakat$ <niversitas Indonesia$ 8akarta$
4epkes 5I$ !""!a$ Pedoman pem!erantasan pen%alit saluran pernafasan
akut$ 4epartemen 2esehatan 5epublik Indonesia$ 8akarta$
$ !""!b$ 2eputusan enteri 2esehatan 5epublik Indonesia
6omor C -!/:?62?S:S2:AII:1/// tentang Persyaratan
2esehatan Perumah$ =etakan 2edua, 8akarta$
$ !""!%$ Pedoman Pem!erantasan Pen%akit -nfeksi Saluran
Pernapasan #kut untuk Penanggulangan Pnemonia pada Balita$
4epartemen 2esehatan 5epublik Indonesia$ 8akarta$
$ !""!d$ Pedoman Pem!erantasan Pen%akit Saluran Pernafasan
#kut( 4epartemen 2esehatan 5epublik Indonesia$ 8akarta$
$ !""3a$ Profil esehatan -ndonesia 4ahun 3553$ 4epartemen
2esehatan 5epublik Indonesia$ 8akarta$
+1
$ !""3b$ Surve% -ndeks "asa 4u!uh 6-"4$ Pengumpulan Status
Gizi Orang De'asa Berdasarkan -"4$ 4irektorat 7ina >i&i
asyarakat$ 8akarta$
$ !"".$ +iskesdas 3552$ 4epartemen 2esehatan 5epublik
Indonesia$ 8akarta$ 6On,line$( httpC::www$ppid$depkes$go$id,
4iakses pada !! aret !"1+$
$ !""/$ Buku esehatan -!u dan #nak$ 4epartemen 2esehatan
5epublik Indonesia$ 8akarta$
4ewi, =astanea =intya$ !"1!$ Hu!ungan ondisi Fisik 7ingkungan +umah
dan Perilaku Orang 4ua dengan e/adian -SP# pada Balita di
Wila%ah er/a Puskesmas edungmundu ecamatan 4em!alang
ota Semarang( 8urnal 2esehatan asyarakat Aol$ 1 6o$ ! (al$
/"+1/1"$ <niversitas 4iponegoro$ Semarang$
4harmage$ !""/$ +isk Factor Of #cute 7o'er 4ract -nfection -n )hildren
8nder Five 9ears Of #ge$ edi%al Publi% (ealth$
4inas 2esehatan Purbalingga$ !"1!$ Program P3 -SP# Dinas esehatan
a!upaten Pur!alingga( 422 Purbalingga$ Purbalingga$
4inas Pekerjaan <mum$ !""#$ Pedoman 8mum +umah Sederhana Sehat$
4epartemen Pekerjaan <mum 5epublik Indonesia$ 8akarta$
(abeahan, ?$$, !""/$ Hu!ungan Peran Orang 4ua dalam Pencegahan
-nfeksi Saluran pernapasan #kut 6-SP#$ dengan ekam!uhan
-feksi Saluran Pernapasan #kut 6-SP#$ Pada Balita di Wila%ah
er/a Puskesmas "artu!ung$ <niversitas Sumatera <tara$ edan$
(ardjito, 2oekoehQ 'ahjurini, P(Q ;inda ', 'ahyuQ$ !"11$ Hu!ungan
Pem!erian #S- *ksklusif dengan Frekuensi e/adian Sakit pada
Ba%i 8sia :,;3 Bulan di Desa 1ugo ecamatan "o/o a!upaten
ediri$ 1urnal Penelitian esehatan Suara Forikes, !#"$
(idayat, 6$ !""/$ Faktor,Faktor %ang Berhu!ungan dengan e/adian
Pen%akit -SP# pada Balita di elurahan Pasie <an 4igo
ecamatan oto 4angah ota Padang$ 6On,line$(
httpC::www$springerlink$%om$ 4iakses !3 aret !"1+$
+!
(ull, 4avid, dan 8ohnston, 4erek I$ !""-$ Dasar,dasar PediatrikC ?disi !$
?>=$ 8akarta$
2emenkes 5I 6o -!/:enkes:S2:AII:1/// 4entang pers%aratan esehatan
+umah tinggal( 2ementerian 2esehatan 5epublik Indonesia$
8akarta$
$ !"11$ Peraturan enteri 2esehatan 5epublik Indonesia 6omor
C 1"..:?62?S:P?5:A:!"11 tentang Pedoman Pen%ehatan
8dara dalam +uang +umah$ 2ementerian 2esehatan 5epublik
Indonesia$ 8akarta$
;amsidi, A$ !""3$ Hu!ungan ondisi esehatan 7ingkungan Pemondokan
Dengan e/adian -SP# di Pondok Pesantren Sa!ilal "uhtadin
Desa 1a%a aret ecamatan "enta%a Hilir Selatan Propinsi
alimantan 4engah RSkripsiS$ 9akultas 2esehatan asyarakat
<niversitas 4iponegoro( Semarang$
;emeshow, S$ and 4avid '$($8r$ 1//.$ Besar Sampel dalam Penelitian
esehatan (terjemahan)$ >adjahmada <niversity Press$
Hogyakarta$
eneghetti, anne 4$ !"".$ 8pper +espirator% 4ract -nfection0 4reatment
= "edication( 6On,line$( httpC::emedi%ine$meds%ape$%om$ 4iakses
Pada 1- aret !"1+$
utta@in, A$ !""-$ 7uku AjarC #suhan epera'atan lien dengan
Gangguan Sistem Pernafasan$ Penerbit Salemba edika$ 8akarta$
6kala, *$? and S$? suya$ !"11$ Prevalence and Predictors of *&clusive
Breastfeeding #mong Women in igoma +egion A )ommunit%
Based )ross,sectional Stud%( Internasional 7reastfeeding 8ournal
#C1.$ 'estern *ana&ania$
6otoadmodjo, S$ !""3$ -lmu esehatan "as%arakat Prinsip,Prinsip Dasar(
5ineka =ipta$ 8akarta$
$ !""0$ Promosi esehatan 4eori dan #plikasi$ 5ineka =ipta$
8akarta$
$ !"".$ esehatan "as%arakat 0 -lmu = Seni$ 5ineka =ipta$
8akarta$
+3
)ktaviani$ !""/$ Hu!ungan Sanitasi Fisik +umah dengan e/adian -nfeksi
Saluran Pernafasan #kut 6-SP#$ pada Balita di Desa )epogo
ecamatan )epogo a!upaten Bo%olali( 92 <S$ Surakarta$
Permatasari, =itra Ayu ?ka$ !""/$ Faktor +isiko e/adian -SP#$ 92 <I$
8akarta$
P2 5I 6o$ 1"..:?62?S:P?5:A:!"11 tentang Pedoman Pen%ehatan
8dara Dalam +uang +umah$ 2ementerian 2esehatan 5I$ 8akarta$
Putri, 9estiani =ahyaningrum$ !"1!$ Hu!ungan ondisi Faktor 7ingkungan
Dan #ngka e/adian -nfeksi Saluran Pernapasan #kut 6-spa$ Pada
Balita Di Wila%ah er/a Puskesmas )angkringan a!upaten
Sleman Daerah -stime'a 9og%akarta Pasca *rupsi Gunung
"erapi 4ahun 35;5$ *hesis, <niversitas 6egeri Hogyakarta$
Hogyakarta$
5asmaliah$ !""+$ -nfeksi Saluran Pernapasan #kut 6-SP#$ dan
Penanggulangann%a( Fakultas esehatan "as%arakat 8niversitas
Sumatera 8tara( <niversitas Sumatra <tara$ edan$ 6On,line$(
httpC::library$usu$a%$id:download:fkm:fkm1rasmaliah/$pdf$ diakses
tanggal 1. aret !"1+$
Sastromoro S dan Ismael$ 1//0$ Dasar,Dasar "etodologi Penelitian linis$
Inapura Aksara$ 8akarta$
Slamet$ !"""$ esehatan 7ingkungan$ >adjah ada$ <niversity Press$
Hogyakarta$
Smelt&er, S$ =$ dan bare, 7$>$ !""!$ epera'atan "edikal Bedah Brunner =
Suddarth$ ?>=$ 8akarta$
Soemirat, S 8$ !"""$ "ortalit% and "or!idit% as +elated to #ir Polution$ A
Paper$ <niversity of innoseto$ <nited States$
Sugihartono dan 6urja&uli$ !"1!( #nalisis Faktor +isiko e/adian
Pneumonia pada Balita di Wila%an er/a Puskesmas Sidore/o ota
Pagar #lam$ 1urnal esehatan 7ingkungan -ndonesia$ Aol$ 11 6o$
1$
Suhandayani, I$ !""#$ Faktor > Faktor 9ang Berhu!ungan Dengan e/adian
-spa Pada Balita Di Puskesmas Pati - a!upaten Pati 4ahun 355:(
++
RSkripsiS$ 8urusan Ilmu 2esehatan asyarakat <niversitas 6egeri
Semarang$ Semarang$
Sutomo, 7 dan Anggraini, 4$ H$ !"1"$ "akanan Sehat Pendamping #S-$
4emedia$ 8akarta$
*risnawati, Huli dan 8uwarni$ !"1!$ Hu!ungan Perilaku "erokok Orang 4ua
dengan e/adian -SP# pada Balita di Wila%ah er/a Puskesmas
+em!ang a!upaten Pur!alingga 35;3( Akademi 2ebidanan
H;PP$ Purwokerto$
'()$ !"1!a$ 8nder,Five "ortalit%$ ()n1line)$
httpC::www$who$int:gho:%hildhealth:mortality:mortalit y underfivete
Bt:en:indeB$html, 4iakses pada !! aret !"1+$
'()$ !"1!b$ #cute +espirator% -nfections 68pdate Septem!er 355?$( ()n1
line)$httpC::www$who$int:va%%ineresear%h:diseases:ari:en:indeB$htm
l, 4iakses pada !! aret !"1+$
'orld (ealth )rgani&ation$ !"1"$ -nfant and 9oung )hild Feeding$ >eneva$
edia =entre '()$ <nited States$

Anda mungkin juga menyukai