Anda di halaman 1dari 16

4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Infeksi Saluran Pernafasan Akut sering disingkat dengan ISPA, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur penting yaitu infeksi, saluran pernafasan, dan akut. Dengan pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah masuknya kuman atau mikr rganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga

menimbulkan ge!ala penyakit. Saluran pernafasan adalah rgan mulai dari hidung hingga al"e li beserta rgan adneksanya seperti sinus#sinus, r ngga telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai $4 hari. %atas $4 hari diambil untuk menun!ukkan pr ses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat dig l ngkan dalam ISPA pr ses ini dapat berlangsung lebih dari $4 hari.4 2.2 Epidemiologi %erdasarkan lap ran &'( tahun )**+ didapatkan bah,a dari $- !uta perkiraan kematian pada anak berusia di ba,ah - tahun terdapat 4 !uta ().,./0) kematian yang diakibatkan leh penyakit ISPA setiap tahunnya. Sebanyak dua pertiga kematian tersebut adalah bayi (khusus bayi muda).) ISPA merupakan -*0 dari seluruh penyakit pada anak berusia diba,ah tahun, dan +*0 pada anak -#$) tahun. 1asus ISPA di negara berkembang )#$* kali lebih banyak dari pada di negara ma!u. Perbedaan ini berhubungan dengan eti l gi

dan fakt r resik . Dinegara ma!u, ISPA di d minasi leh "irus, sedangkan dinegara berkembang ISPA sering disebabkan leh bakteri seperti S. Pneumonia dan H.

Influenza. Di negara berkembang, ISPA dapat menyebabkan $*0#)-0 kematian dan bertanggung !a,ab terhadap $2+#$2) kematian pada balita.+ Di Ind nesia, kasus ISPA merupakan salah satu penyebab utama kun!ungan pasien ke sarana kesehatan yaitu 4*0#.*0 dari seluruh kun!ungan ke Puskesmas dan $-0#+*0 dari seluruh kun!ungan ra,at !alan dan ra,at inap Rumah Sakit. Diperkirakan kematian akibat ISPA khususnya Pneum nia men3apai - kasus diantara $*** balita. Ini berarti ISPA mengakibatkan $-*.*** balita meninggal tiap tahunnya, atau $).-** k rban perbulan, atau 4$. kasus perhari, atau $/ anak per!am atau se rang bayi tiap - menit.4 2.3 Etiologi Triad Epidemiologi $. 4akt r diri (host) a. 5sia 1ebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia diba,ah + tahun, terutama bayi kurang dari $ tahun. %eberapa penelitian menun!ukkan bah,a anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA daripada usia yang lebih lan!ut. b. 6enis kelamin

7eskipun se3ara keseluruhan di negara yang sedang berkembang seperti Ind nesia masalah ini tidak terlalu diperhatikan, namun banyak penelitian yang menun!ukkan adanya perbedaan pre"elensi penyakit ISPA terhadap !enis kelamin tertentu. Angka kesakitan ISPA sering ter!adi pada usia kurang dari ) tahun, dimana angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada laki#laki di negara Denmark. 3. Status gi8i Interaksi antara infeksi dan 1ekurangan 1al ri Pr tein (11P) telah lama dikenal, kedua keadaan ini sinergistik, saling mempengaruhi, yang satu merupakan predisp sisi yang lainnya. Pada 11P, ketahanan tubuh menurun dan "irulensi pat gen lebih kuat sehingga menyebabkan keseimbangan yang terganggu dan akan ter!adi infeksi, sedangkan salah satu determinan utama dalam mempertahankan keseimbangan tersebut adalah status gi8i anak. d. Status imunisasi 1etidakpatuhan imunisasi berhubungan dengan peningkatan penderita ISPA ,alaupun tidak bermakna. Sebuah penelitian mendapatkan bah,a imunisasi yang lengkap dapat memberikan peranan yang 3ukup berarti dalam men3egah ke!adian ISPA. e. Pemberian suplemen "itamin A Pemberian "itamin A pada balita sangat berperan untuk masa

pertumbuhannya, daya tahan tubuh dan kesehatan terutama pada penglihatan,

repr duksi, sekresi mukus dan untuk mempertahankan sel epitel yang mengalami diferensiasi. f. Pemberian air susu ibu (ASI) ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi terutama pada bulan#bulan pertama kehidupannya. ASI bukan hanya merupakan sumber nutrisi bagi bayi tetapi !uga sebagai sumber 8at antimikr rganisme yang kuat, karena adanya beberapa

fakt r yang beker!a se3ara sinergis membentuk sistem bi l gis. ASI dapat memberikan imunisasi pasif melalui penyampaian antib di dan sel#sel

imun k mpeten ke permukaan saluran pernafasan atas. ). 4akt r agent 9ti l gi ISPA terdiri lebih dari +** !enis bakteri, "irus dan riketsia. Penyakit ISPA dapat disebabkan leh berbagai penyebab seperti bakteri, "irus, my3 plasma, !amur dan lain#lainnya. ISPA bagian atas umumya disebabkan leh "irus, sedangkan ISPA bagian ba,ah dapat disebabkan leh bakteri umumnya mempunyai manifestasi klinis yang berat sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam penanganannya.-

;ambar ).$ Penyebab Infeksi Saluran Pernapasan Akut +. 4akt r lingkungan (environment) a. Rumah Rumah merupakan stuktur fisik, dimana rang menggunakannya untuk tempat berlindung yang dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan !asmani, r hani dan keadaan s sialnya yang baik untuk keluarga dan indi"idu. Anak#anak yang tinggal di apartemen memiliki fakt r resik lebih tinggi menderita ISPA daripada anak#anak yang tinggal di rumah 3ulster di Denmark. b. 1epadatan hunian (3r ,ded) 1epadatan hunian seperti luas ruang per rang, !umlah angg ta keluarga, dan masyarakat diduga merupakan fakt r risik untuk ISPA. Penelitian leh 1 3h et al

<

()**+) membuktikan bah,a kepadatan hunian (3r ,ded) mempengaruhi se3ara bermakna pre"alensi ISPA berat. 3. Status s si ek n mi =elah diketahui bah,a kepadatan penduduk dan tingkat s si ek n mi yang rendah mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan masyarakat. =etapi status keseluruhan tidak ada hubungan antara status ek n mi dengan insiden ISPA, akan tetapi didapatkan k relasi yang bermakna antara ke!adian ISPA berat dengan rendahnya status s si ek n mi. d. 1ebiasaan mer k k Pada keluarga yang mer k k, se3ara statistik anaknya mempunyai kemungkinan terkena ISPA ) kali lipat dibandingkan dengan anak dari keluarga yang tidak mer k k. Selain itu dari penelitian lain didapat bah,a epis de ISPA meningkat ) kali lipat akibat rang tua mer k k. e. P lusi udara Diketahui bah,a penyebab ter!adinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik se3ara bi l gis, fisik maupun kimia. %erdasarkan hasil penelitian yang dilakukan leh pusat penelitian kesehatan 5ni"ersitas Ind nesia untuk mengetahui efek pen3emaran udara terhadap gangguan saluran pernafasan pada sis,a sek lah dasar (SD) dengan membandingkan antara mereka yang tinggal di ,ilayah pen3emaran udara tinggi dengan sis,a yang tinggal di ,ilayah pen3emaran udara rendah di 6akarta. Dari hasil penelitian tidak ditemukan adanya perbedaan ke!adian baru atau

$*

insiden penyakit atau gangguan saluran pernafasan pada sis,a SD di kedua ,ilayah pen3emaran udara. 'al ini menun!ukkan bah,a tingkat pen3emaran men!adi tidak berbeda dengan ,ilayah dengan tingkat pen3emaran tinggi sehingga tidak ada lagi tempat yang aman untuk semua rang untuk tidak menderita gangguan saluran

pemafasan. 'al ini menun!ukkan bah,a p lusi udara sangat berpengaruh terhadap ter!adinya penyakit ISPA. Adanya "entilasi rumah yang kurang sempurna dan asap tungku di dalam rumah seperti yang ter!adi di >egara ?imbab,e akan mempermudah ter!adinya ISPA anak.: 2. Klasifi!asi ISPA 2.4.1 Klasifikasi Berdasarkan Umur

a. 1el mp k umur @ ) bulan, diklasifikasikan atas: $. Pneum nia berat: bila disertai dengan tanda#tanda klinis seperti berhenti menyusu (!ika sebelumnya menyusu dengan baik), ke!ang, rasa kantuk yang tidak ,a!ar atau sulit bangun, strid r pada anak yang tenang, mengi, demam (+:AB atau lebih) atau suhu tubuh yang rendah (di ba,ah +-,- AB), pernafasan 3epat .* kali atau lebih per menit, penarikan dinding dada berat, sian sis sentral (pada lidah), serangan apnea, distensi abd men dan abd men tegang. ). %ukan pneum nia: !ika anak bernafas dengan frekuensi kurang dari .* kali per menit dan tidak terdapat tanda pneum nia seperti diatas. b. 1el mp k umur ) bulan # @ - tahun, diklasifikasikan atas:

$$

$. Pneum nia sangat berat: batuk atau kesulitan bernafas yang disertai dengan sian sis sentral, tidak dapat minum, adanya penarikan dinding dada, anak ke!ang dan sulit dibangunkan. ). Pneum nia berat: batuk atau kesulitan bernafas dan penarikan dinding dada, tetapi tidak disertai sian sis sentral dan dapat minum. +. Pneum nia: batuk (atau kesulitan bernafas) dan pernafasan 3epat tanpa penarikan dinding dada. 4. %ukan pneum nia (batuk pilek biasa): batuk (atau kesulitan bernafas) tanpa pernafasan 3epat atau penarikan dinding dada. -. Pneum nia persisten: anak dengan diagn sis pneum nia tetap sakit ,alaupun telah di bati selama $*#$4 hari dengan d sis antibi tik yang adekuat dan antibi tik yang sesuai, biasanya terdapat penarikan dinding dada, frekuensi pernafasan yang tinggi, dan demam ringan. ).4.) Klasifikasi Berdasarkan Lokasi Anatomi a. Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA) Infeksi yang menyerang hidung sampai bagian faring, seperti pilek, titis media, faringitis. b. Infeksi Saluran Pernafasan ba,ah Akut (ISPbA) Infeksi yang menyerang mulai dari bagian epigl tis atau laring sampai dengan al"e li, dinamakan sesuai dengan rgan saluran nafas, seperti epigl titis, laringitis, laring trakeitis, br nkitis, br nki litis, pneum nia.

$)

2." #ara Pen$laran Penularan penyakit ISPA dapat ter!adi melalui udara yang telah ter3emar, bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, leh karena itu maka

penyakit ISPA ini termasuk g l ngan Air Borne Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah 3ara penularan yang ter!adi tanpa k ntak dengan penderita maupun dengan benda terk ntaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui k ntak langsung, namun tidak !arang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau mikr 2.% Patofisiologi Per!alanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya "irus dengan tubuh. 7asuknya "irus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mend r ng "irus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus leh laring. 6ika refleks tersebut gagal maka "irus merusak lapisan epitel dan lapisan muk sa saluran pernafasan. Iritasi "irus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering. 1erusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelen!ar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga ter!adi pengeluaran 3airan muk sa yang melebihi n rmal. Rangsangan 3airan yang berlebihan tersebut menimbulkan ge!ala batuk. Sehingga pada tahap a,al ge!ala ISPA yang paling men n! l adalah batuk. rganisme penyebab.<

$+

Adanya infeksi "irus merupakan predisp sisi ter!adinya infeksi sekunder bakteri. Akibat infeksi "irus tersebut ter!adi kerusakan mekanisme muk siliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri#bakteri pat gen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti strept 3 33us pneum nia, haem phylus influen8a dan staphyl 3 33us menyerang muk sa yang rusak tersebut. Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan !uga menyebabkan batuk yang pr duktif. In"asi bakteri ini dipermudah dengan adanya fak r#fakt r seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu lap ran penelitian menyebutkan bah,a dengan adanya suatu serangan infeksi "irus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gi8i akut pada bayi dan anak. Cirus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat#tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan ke!ang, demam, dan !uga bisa menyebar ke saluran nafas ba,ah. Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas ba,ah, sehingga bakteri#bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah ter!adinya infeksi "irus, dapat menginfeksi paru#paru sehingga menyebabkan pneum nia bakteri. Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek imun l gis saluran nafas terutama dalam hal bah,a sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari muk sa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari f likel dan !aringan limf id yang tersebar, merupakan 3iri khas system imun muk sa. Biri khas

$4

berikutnya adalah bah,a IgA memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan Ig; pada saluran nafas ba,ah. Diketahui pula bah,a sekret ri IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas muk sa saluran nafas. Dari uraian di atas, per!alanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi men!adi empat tahap, yaitu: $. =ahap prepat genesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum menun!ukkan

reaksi apa#apa. ). =ahap inkubasi, "irus merusak lapisan epitel dan lapisan muk sa. =ubuh men!adi lemah apalagi bila keadaan gi8i dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah. +. =ahap dini penyakit, dimulai dari mun3ulnya ge!ala penyakit. =imbul ge!ala

demam dan batuk. 4. =ahap lan!ut penyakit, dibagi men!adi empat, yaitu dapat sembuh sempurna,

sembuh dengan ateletaksis, men!adi kr nis dan dapat meninggal akibat pneum nia.: 2.& 'e(ala Klinis Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya bstruksi hidung dengan sekret yang en3er sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi men!adi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum.$* Pada stadium a,al, ge!alanya berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus en3er serta demam dan nyeri kepala. Permukaan muk sa hidung tampak merah dan

$-

membengkak. Infeksi lebih lan!ut membuat sekret men!adi kental dan sumbatan di hidung bertambah. %ila tidak terdapat k mplikasi, ge!alanya akan berkurang sesudah +#- hari. 1 mplikasi yang mungkin ter!adi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi saluran tuba eusta3hii, hingga br nkhitis dan pneum nia (radang paru). 2.) Pemeri!saan Pen$n(ang Pemeriksaan penun!ang yang la8im dilakukan adalah : $. Pemeriksaan kultur2 biakan kuman (s,ab)D hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (E) sesuai dengan !enis kuman, ). Pemeriksaan hitung darah (deferential 3 unt)D la!u endap darah meningkat disertai dengan adanya leuk sit sis dan bisa !uga disertai dengan adanya thr mb sit penia, dan +. Pemeriksaan f t th raks !ika diperlukan. 2.* Penatala!sanaan Pneum nia berat : dira,at di rumah sakit, diberikan antibi tik parenteral, ksigen dan sebagainya. F Pneum nia: diberi bat antibi tik k trim ksas l per ral. %ila penderita tidak

mungkin diberi k trim ksas l atau ternyata dengan pemberian k ntrm ksas l keadaan penderita menetap, dapat dipakai bat antibi tik pengganti yaitu ampisilin, am ksisilin atau penisilin pr kain.

$.

F %ukan pneum nia: tanpa pemberian bat antibi tik. Diberikan pera,atan di rumah, untuk batuk dapat digunakan bat batuk tradisi nal atau bat batuk lain yang tidak mengandung 8at yang merugikan seperti k dein,dekstr met rfan dan, antihistamin. %ila demam diberikan bat penurun panas yaitu parasetam l. Penderita dengan ge!ala batuk pilek bila pada pemeriksaan tengg r kan didapat adanya ber3ak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelen!ar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tengg r kan leh kuman strept 3 33uss dan harus diberi antibi tik (penisilin) selama $* hari. 2.1+ Pen,ega-an Penyelenggaraan Pr gram P) ISPA dititikberatkan pada penemuan dan peng batan penderita sedini mungkin dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat terutama kader, dengan dukungan pelayanan kesehatan dan ru!ukan se3ara terpadu di sarana kesehatan yang terkait. $. Pen3egahan =ingkat Pertama (Primary Prevention) Inter"ensi yang ditu!ukan bagi pen3egahan fakt r risik dapat dianggap

sebagai strategi untuk mengurangi kesakitan (insiden). =ermasuk disini ialah : a. Penyuluhan, dilakukan leh tenaga kesehatan dimana kegiatan ini diharapkan dapat mengubah sikap dan perilaku masyarakat terhadap hal#hal yang dapat meningkatkan fakt r resik penyakit ISPA. 1egiatan penyuluhan ini dapat berupa penyuluhan penyakit ISPA, penyuluhan ASI 9ksklusif, penyuluhan imunisasi,

$/

penyuluhan gi8i seimbang pada ibu dan anak, penyuluhan kesehatan lingkungan rumah, penyuluhan bahaya r k k. b. Imunisasi, yang merupakan strategi spesifik untuk dapat mengurangi angka kesakitan (insiden) pneum nia. 3. 5saha di bidang gi8i yaitu untuk mengurangi malnutrisi, defisiensi "itamin A. d. Pr gram 1IA yang menangani kesehatan ibu dan bayi berat badan lahir rendah. e. Pr gram Penyehatan Gingkungan Pemukiman (PGP) yang menangani masalah p lusi di dalam maupun di luar rumah.$) ). Pen3egahan =ingkat 1edua (Secondary Prevention) 5paya penanggulangan ISPA dilakukan dengan upaya peng batan sedini mungkin. 5paya peng batan yang dilakukan dibedakan atas klasifikasi ISPA yaitu : a. 5ntuk kel mp k umur @ ) bulan, peng batannya meliputi : a.$ Pneum nia %erat: ra,at dirumah sakit, beri ksigen (!ika anak mengalami

sian sis sentral, tidak dapat minum, terdapat penarikan dinding dada yang hebat), terapi antibi tik dengan memberikan ben8ilpenisilin dan gentamisin atau kanamisin. a.) %ukan Pneum nia: terapi antibi tik sebaiknya tidak diberikan, nasihati ibu untuk men!aga agar bayi tetap hangat, memberi ASI se3ara sering, dan bersihkan sumbatan pada hidung !ika sumbatan itu menggangu saat member makan. b. 5ntuk kel mp k umur ) bulan # @- tahun, peng batannya meliputi : b.$ Pneum nia Sangat %erat: ra,at di rumah sakit, berikan ksigen, terapi antibi tik dengan memberikan kl ramfenik l se3ara intramuskular setiap . !am. Apabila pada anak ter!adi perbaikan (biasanya setelah +#- hari), pemberiannya diubah men!adi

$:

kl ramfenik l ral, bati demam, bati mengi, pera,atan sup rtif, hati#hati dengan pemberian terapi 3airan, nilai ulang dua kali sehari. b.) Pneum nia %erat: ra,at di rumah sakit, berikan ksigen, terapi antibi ti3 dengan memberikan ben8ilpenesilin se3ara intramuskular setiap . !am paling sedikit selama + hari, bati demam, bati mengi, pera,atan sup rtif, hati#hati pada pemberian terapi 3airan, nilai ulang setiap hari. b.+ Pneum nia: bati di rumah, terapi antibi tik dengan memberikan k trim ksas l, ampisilin, am ksilin ral, atau suntikan penisilin pr kain intramuskular per hari,

nasihati ibu untuk memberikan pera,atan di rumah, bati demam, bati mengi, nilai ulang setelah ) hari. b.4. %ukan Pneum nia (batuk atau pilek): bati di rumah, terapi antibi tik sebaiknya tidak diberikan, terapi spesifik lain (untuk batuk dan pilek), bati demam, nasihati ibu untuk memberikan pera,atan di rumah. b.-. Pneum nia Persisten: ra,at (tetap pname), terapi antibi tik dengan memberikan k trim ksas l d sis tinggi untuk meng bati kemungkinan adanya pneum kistik, pera,atan sup rtif, penilaian ulang.$+ +. Pen3egahan =ingkat 1etiga (=ertiary Pre"enti n) =ingkat pen3egahan ini ditu!ukan kepada balita penderita ISPA agar tidak bertambah parah dan mengakibatkan kematian. a. Pneum nia Sangat %erat: !ika anak semakin memburuk setelah pemberian kl ramfenik l selama 4: !am, periksa adanya k mplikasi dan ganti dengan kl ksasilin ditambah gentamisin !ika diduga suatu pneum nia stafil k kus. infeksi

$<

b. Pneum nia %erat: !ika anak tidak membaik setelah pemberian ben8ilpenisilin dalam 4: !am atau k ndisinya memburuk setelah pemberian ben8ipenisilin kemudian periksa adanya k mplikasi dan ganti dengan kl ramfenik l. 6ika anak masih menun!ukkan tanda pneum nia setelah $* hari peng batan antibi tik maka 3ari penyebab pneum nia persistensi. 3. Pneum nia: B ba untuk melihat kembali anak setelah ) hari dan periksa adanya tanda#tanda perbaikan (pernafasan lebih lambat, demam berkurang, nafsu makan membaik. >ilai kembali dan kemudian putuskan !ika anak dapat minum, terdapat penarikan dinding dada atau tanda penyakit sangat berat maka lakukan kegiatan ini yaitu ra,at, bati sebagai pneum nia berat atau pneum nia sangat berat. 6ika anak tidak membaik sama sekali tetapi tidak terdapat tanda pneum nia berat atau tanda lain penyakit sangat berat, maka ganti antibi tik dan pantau se3ara ketat.$+

Anda mungkin juga menyukai