Anda di halaman 1dari 4

TINJAUAN PUSTAKA

Kelapa (Cocos nucifera) adalah satu jenis tumbuhan dari suku aren-arenan
atau Arecaceae dan merupakan anggota tunggal dalam marga Cocos. Tumbuhan
ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap
sebagai tumbuhan serba guna, khususnya bagi masyarakat pesisir. Kelapa juga
adalah sebutan untuk buah yang dihasilkan tumbuhan ini. Kelapa termasuk
kedalam golongan Palmae sama dengan tanaman kelapa sawit, kurma, dan nipah.
(Amarilis,2009)
Pemeliharaan kelapa dibedakan atas 2 yaitu pemeliharaan pada fase TBM
(Tanaman Belum Menghasilkan) dan TM (Tanaman Menghasilkan), fase TBM
pemeliharaan diarahkan bagi pertumbuhan tanaman yang normal untuk secepat
mungkin memasuki fase TM. Sedangkan pada fase TM, pemeliharaan kelapa
diarahkan bagi pencapaian proktivitas yang optimal sesuai dengan potensi
produksinya dan diusahakan agar memiliki umur ekonomi yang panjang. Kegiatan
pemeliharaan tidak hanya dilakukan pada tanaman pokok kelapa melainkan juga
pada sekitar tanaman kelapa atau gawangan. Kegiatan pemeliharaan kelapa pada
fase TBM dan TM meliputi: pengendalian gulma, pemupukan, serta pengendalian
hama dan penyakit. Kegiatan pengendalian gulma meliputi : pembentukan dan
pemeliharaan bokoran atau kondisi W0 dan pemeliharaan gawangan atau kondisi
W1 atau W2. Kegiatan sanitasi meliputi pembersihan kelapa dari pelepah tua dan
tandan buah kering, serta mengumpulkan sisa-sisa tanaman dan sampah organic
pada gawangan mati. Kegiatan pemupukan harus memperhatikan jenis pupuk,
dosis pupuk, waktu memupuk, tempat, dan cara memupuk. (Amarilis,2009)
Menurut Adiwiganda dan Siahaan (1994), pemupukan kelapa bertujuan
menambah unsur-unsur hara yang kurang dipasok tanah, yang diperlukan untuk
pertumbuhan vegetatif yang normal dan produksi buah yang optimal. Kebutuhan
hara antara Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan
(TM) tentunya berbeda. Pemupukan pada TBM bertujuan untuk pertumbuhan
vegetatif, sedangkan pada TM bertujuan untuk memproduksi buah yang optimal.

Dosis pupuk ditentukan berdasarkan umur tanaman, jenis tanah, kondisi penutup
tanah, kondisi visual tanaman.
Waktu pemupukan ditentukan berdasarkan jadwal dan umur tanaman.
Pada waktu satu bulan, ZA ditebar dari pangkal batang hingga 30-40 cm. Setelah
itu ZA, Rock Phosphate, MOP dan Kieserit ditaburkan merata hingga batas lebar
tajuk. Boron ditebarkan diketiak pelepah daun. ZA, MOP, Kieserite dapat
diberikan dalam selang waktu yang berdekatan. Rock Phosphate tidak boleh
dicampur dengan ZA. Rock Phosphate dianjurkan diberikan lebih dulu dibanding
pupuk lainnya jika curah hujan > 60 mm. Jarak waktu pemberian Rock Phosphate
dengan ZA minimal 2 minggu. Rekomendasi pemupukan yang diberikan oleh
lembaga penelitian selalu mengacu pada konsep 4T yaitu: tepat jenis, tepat dosis,
tepat cara, dan tepat waktu pemupukan. Pemupukan yang efektif dan efisien dapat
dicapai dengan memperhatikan beberapa hal yaitu: jenis dan dosis pupuk, cara
pemberian pupuk, waktu pemupukan, tempat dan aplikasi serta pengawasan dalam
pelaksanaan pemupukan (Poeloengan, 2003).
Pengendalian gulma juga merupakan aspek yang penting dalam
pemeliharaan TBM kelapa. Pengendalian gulma bertujuan mengurangi terjadinya
kompetensi terhadap tanaman pokok, memudahkan pelaksanaan pemeliharaan dan
mencegah berkembangnya hama penyakit tertentu. gulma dapat menyebabkan
kehilangan hasil panen yang besar dari pada kehilangan hasil panen yang
disebabkan oleh serangga maupun penyakit tanaman. Tanaman kelapa sangat
sensitif terhadap persaingan dengan gulma terutama sampai umur 3-4 tahun.
Persaingan dengan gulma dalam penyerapan air, unsur hara, cahaya dan ruang,
serta adanya zat penghambat pertumbuhan yang dikeluarkan beberapa jenis
gulma, menyebabkan pertumbuhan kelapa terhambat, menurunkan produksi,
bahkan dapat menggagalkan pertanaman (Salman dan Wibowo, 1992).
Menurut Setyamidjaja (2006) Secara garis besar jenis gulma yang
dijumpai di perkebunan kelapa dapat digolongkan menjadi dua yaitu gulma
berbahaya dan gulma lunak. Pada fase kelapa TBM gulma yang sering dijumpai
adalah golongan rumputan (Imperata cylindrical L., Paspalum conjugatum Borg.),

sedangkan pada fase kelapa TM gulma yang sering dijumpai adalah golongan
berdaun lebar (Mikania micrantha H.B.K., Eupatorium odorata, Melastoma
malabatricum,

Mimosa

sp

Linn.),

golongan

pakis-pakisan

(Nephrosia

brassiliensis), dan golongan teki (Cyperus rotundus).


Pengendalian gulma pada fase TBM dan TM dapat dilakukan dengan
beberapa cara seperti: (1) clean weeding, pengendalian gulma secara keseluruhan
pada areal pertanaman; (2) selecting weeding, pengendalian gulma pada sekitar
tanaman saja (membuat piringan); dan (3) stripe weeding, pengendalian gulma
secara berjalur. Pengendalian gulma pada perkebunan kelapa yang dilaksanakan
secara terpadu, dapat membawa hasil yang baik. (Suhardiono, 1993).

DAFTAR PUSTAKA
Amarilis,S. 2009. Aspek Pengendalian Gulma di Perkebunan Sagu
(Metroxylon spp.) PT. National Timber And Forest Product Unit HTI Murni Sagu
Selat Panjang, Riau. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB.
Adiwiganda, R. dan M. M. Siahaan. 1994. Tanah dan Pemupukan
Tanaman Kelapa Sawit. Lembaga Pendidikan Perkebunan. Kampus Meda.
Medan. 68 hal.
Poeloengan, Z. M. L. Fadli, Winarna, S. Ruhutomo, dan E. S. Sutarta.
2003. Permasalahan Pemupukan pada Perkebunan Kelapa Sawit, hal 67-80.
Salman, F. dan H. Wibowo. 1992. Gulma pada Perkebunan Kelapa, p.
191-195. Dalam Lubis, Adlin U. et al (Eds.). Kelapa (Cocos nucifera, L.).
Asosiasi Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Indonesia. Sumatera Utara.
Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit, Teknik Budidaya, Panen,
Pengolahan. Kanisius. Yogyakarta.
Suhardiono, L. 1993. Tanaman Kelapa. Kanisius. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai