Anda di halaman 1dari 17

Dampak Pembakaran Bahan Bakar

Senin, 08 April 2013

-Dampak terhadap lingkungan


Dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh sistem transportasi yang tidak "sustainable"
dapat dibagi dalam 2 kelompok besar yaitu dampak terhadap lingkungan udara dan dampak
terhadap lingkungan air.
Kualitas udara perkotaan sangat menurun akibat tingginya aktivitas transportasi. Dampak
yang timbul meliputi meningkatnya konsentrasi pencemar konservatif yang meliputi:
Karbon monoksida (CO) Oksida sulfur (SOx) Oksida nitrogen (NOx) Hidrokarbon (HC)
Timbal (Pb) Ozon perkotaan (O3) Partikulat (debu) Perubahan kualitas udara perkotaan
telah diamati secara menerus di beberapa kota baik oleh Bapedalda maupun oleh BMG.
Secara tidak langsung, kegiatan transportasi akan memberikan dampak terhadap
lingkungan air terutama melalui air buangan dari jalan raya. Air yang terbuang dari jalan
raya, terutama terbawa oleh air hujan, akan mengandung bocoran bahan bakar dan juga
larutan dari pencemar udara yang tercampur dengan air tersebut.
-Dampak terhadap kesehatan
Dampak terhadap kesehatan merupakan dampak lanjutan dari dampak terhadap
lingkungan udara. Tingginya kadar timbal dalam udara perkotaan telah mengakibatkan
tingginya kadar timbal dalam darah.
-Dampak terhadap ekonomi
Dampak terhadap ekonomi lebih banyak merupakan dampak turunan terutama dari adanya
dampak terhadap kesehatan. Dampak terhadap ekonomi akan semakin bertambah dengan
terjadinya kemacetan dan tingginya waktu yang dihabiskan dalam perjalanan sehari-hari.
Akibat dari tingginya kemacetan dan waktu yang dihabiskan di perjalanan, maka waktu
kerja semakin menurun dan akibatnya produktivitas juga berkurang.
Polusi Udara Akibat Pembakaran Bahan Bakar Fosil
1. Sumber Bahan Pencemaran
a. Pembakaran Tidak Sempurna
Menghasilkan asap yang mengandung gas karbon monoksida (CO), partikel karbon (jelaga),
dan sisa bahan bakar (hidroksida).
b. Pengotor dalam Bahan Bakar
Bahan bakar fosil mengandung sedikit belerang yang akan menghasilkan oksida belerang
(SO2 atau SO3).
c. Bahan Aditif (Tambahan) dalam Bahan Bakar
Bensin yang ditambahi tetraethyllead (TEL) yang punya rumus molekul Pb(C2H5)4 akan
menghasilkan partikel timah hitam berupa PbBr2.

2. Asap Buang Kendaraan Bermotor


a. Gas Karbon Dioksida (CO2)
Sebenarnya, gas karbon dioksida tidak berbahaya. Tetapi, gas karbon dioksida tergolong gas
rumah kaca, sehingga peningkatan kadar gas karbon dioksida di udara dapat
mengakibatkan peningkatan suhu permukaan bumi yang disebut pemanasan global.

b. Gas Karbon Monoksida (CO)


Gas karbon monoksida tidak berwarna dan berbau, sehingga kehadirannya tidak diketahui.
Gas karbon monoksida bersifat racun, dapat menimbulkan rasa sakit pada mata, saluran
pernapasan, dan paru-paru. Bila masuk ke dalam darah melalui pernapasan, gas karbon
monoksida bereaksi dengan hemoglobin darah, membentuk karboksihemoglobin (COHb).
CO + Hb COHb
Hemoglobin seharusnya bereaksi dengan oksigen menjadi oksihemoglobin (O2Hb) dan
dibawa ke sel-sel jaringan tubuh yang memerlukan.
O2 + Hb O2Hb
Namun, afinitas gas karbon monoksida terhadap hemoglobin sekitar 300 kali lebih besar
daripada oksigen. Bahkan hemoglobin yang telah mengikat oksigen dapat diserang oleh gas
karbon monoksida.
CO + O2Hb COHb + O2
Jadi, gas karbon monoksida menghalangi fungsi vital hemoglobin untuk membawa oksigen
bagi tubuh.
Cara mencegah peningkatan gas karbon monoksida di udara adalah dengan mengurangi
penggunaan kendaraan bermotor dan pemasangan pengubah katalitik pada knalpot.
c. Oksida Belerang (SO2 dan SO3)
Belerang dioksida yang terhisap pernapasan bereaksi dengan air di dalam saluran
pernapasan, membentuk asam sulfit yang dapat merusak jaringan dan menimbulkan rasa
sakit. Bila SO3 terhisap, yang terbentuk adalah asam sulfat (lebih berbahaya). Oksida
belerang dapat larut dalam air hujan dan menyebabkan terjadi hujan asam.
d. Oksida Nitrogen (NO dan NO2)
Campuran NO dan NO2 sebagai pencemar udara biasa ditandai dengan lambang NOx.
Ambang batas NOx di udara adalah 0,05 ppm. NOx di udara tidak beracun (secara
langsung) pada manusia, tetapi NOx ini bereaksi dengan bahan-bahan pencemar lain dan
menimbulkan fenomena asbut (asap-kabut). Asbut menyebabkan berkurangnya daya
pandang, iritasi pada mata dan saluran pernapasan, menjadikan tanaman layu, dan
menurunkan kualitas materi.
e. Partikel Timah Hitam
Senyawa timbel dari udara dapat mengendap pada tanaman sehingga bahan makanan
terkontaminasi. Keracunan timbel yang ringan dapat menyebabkan gejala keracunan timbel,
seperti sakit kepala, mudah teriritasi, mudah lelah, dan depresi. Keracunan yang lebih hebat
menyebabkan kerusakan otak, ginjal, dan hati.

3. Pengubah Katalitik
Salah satu cara untuk mengurangi bahan pencemar yang berasal dari asap kendaraan
bermotor adalah memasang pengubah katalitik pada knalpot kendaraan. Pengubah katalitik
berupa silinder dari baja tahan karat yang berisi suatu struktur berbentuk sarang lebah yang
dilapisi katalis (biasanya platina). Pada separuh bagian pertama dari pengubah katalitik,
karbon monoksida bereaksi dengan nitrogen monoksida membentuk karbon dioksida dan
gas nitrogen.
katalis
2CO(g) + 2NO(g) 2CO2(g) + N2(g)
gas-gas racun gas tak beracun
Pada bagian berikutnya, hidrokarbon dan karbon monoksida (jika masih ada) dioksidasi
membentuk karbon dioksida dan uap air.
Pengubah katalitik hanya dapat berfungsi jika kendaraan menggunakan bensin tanpa
timbel.

4. Efek Rumah Kaca

Berbagai gas dalam atmosfer, seperti karbon dioksida, uap air, metana, dan senyawa
keluarga CFC, berlaku seperti kaca yang melewatkan sinar tampak dan ultraviolet tetapi
menahan radiasi inframerah. Oleh karena itu, sebagian besar dari sinar matahari dapat
mencapai permukaan bumi dan menghangatkan atmosfer dan permukaan bumi. Tetapi
radiasi panas yang dipancarkan permukaan bumi akan terperangkap karena diserap oleh
gas-gas rumah kaca.
Efek rumah kaca berfungsi sebagai selimut yang menjaga suhu permukaan bumi rata-rata
15C. Tanpa karbon dioksida dan uap air di atmosfer, suhu rata-rata permukaan bumi
diperkirakan sekitar 25C. Jadi, jelaslah bahwa efek rumah kaca sangat penting dalam
menentukan kehidupan di bumi. Akan tetapi, peningkatan kadar dari gas-gas rumah kaca
dapat menyebabkan suhu permukaan bumi menjadi terlalu tinggi sehingga dapat
mneyebabkan berbagai macam kerugian.

5. Hujan Asam
Air hujan biasanya sedikit bersifat asam (pH sekitar 5,7). Hal itu terjadi karena air hujan
tersebut melarutkan gas karbon dioksida yang terdapat dalam udara, membentuk asam
karbonat.
CO2(g) + H2O(l) H2CO3(aq)
asam karbonat
Air hujan dengan pH kurang dari 5,7 disebut hujan asam.
a. Penyebab Hujan Asam
SO2(g) + H2O(l) H2SO3(aq)
asam sulfit
SO3(g) + H2O(l) H2SO4(aq)
asam sulfat
2NO2(g) + H2O(l) HNO2(aq) + HNO3(aq)
asam nitrit asam nitrat
b. Masalah yang Ditimbulkan Hujan Asam
- Kerusakan Hutan
- Kematian Biota Air
- Kerusakan Bangunan
Bahan bangunan sedikit-banyak mengandung kalsuim karbonat. Kalsium karbonat larut
dalam asam, maka dapat bereaksi.
CaCO3(s) + 2HNO3(aq) Ca(NO3)2(aq) + H2O(l) + CO2(g)
c. Cara Menangani Hujan Asam
- Menetralkan asam
- Mengurangi emisi SO2
- Mengurangi emisi oksida nitrogen

5. Dampak Pembakaran Minyak Bumi


Pembakaran bahan bakar fosil (batubara, minyak bumi dan gas alam) dapat menyebabkan
masalah pencemaran lingkunagan, khususnya pencemaran udara. Seperti yang terjadi di kotakota besar dan padat penduduk. Agar lebih memahami manfaat pemakaian bahan bakar fosil dan
dampak yang mungkin terjadi, akan dibahas berbagai pencemaran udara, efek rumah kaca dan
hujan asam.
1. Pencemaran Udara
Penggunaan bahan bakar fosil jika pembakarannya tidak sempurna dapat menimbulkan
pencemaran udara yang berupa partikulat atau gas dapat membahayakan kesehatan manusia atau
kestabilan bumi. Berikut beberapa pencemaran yang mungkin terjadi :
a. Pengotor dalam bahan bakar
Batubara mengandung sedikit belerang dan saat dibakara akan menghasilkan SO2 dan
meninggalkan abu yang mengandung oksida-oksida logam.
b. Bahan Additif
Untuk menaikkan bilangan oktan dalam bensin ditambahkan zat-zat additive yang
pembakarannya menghasilkan PbBr2 sebagai pencemar udara karena dapat merusak ginjal, otak
dan hati.
c. Karbon dioksida (CO2)
CO2 yang dihasilkan kendaraan bermotor sebenarnya tidak berbahaya bagi manusia, namun
peningkatan suhu permukaan bumi (efek rumah kaca) atau pemanasan global yang berpengaruh
pada iklim dan pencairan es di kutub
d. Karbon Monoksida (CO)
Pembakaran yang berlangsung tidak sempurna selain menghasilkan CO2 juga menghasilkan CO
dan Jelaga. CO beracun dan dapat menimbulkan rasa sakit pada mata, saluran pernafasan dan
paru-paru. Jika CO masuk dalam darah melalui pernafasan dapat bereaksi dengan hemoglobin
dalam darah membentuk karbosihemoglobin sehingga menghalangi darah membawa oksigen ke
seluruh tubuh sehingga tubuh kekurangan oksigen yang dapat menimbulkan kematian yang
diawali rasa lemas.
e. Oksida belerang (SO2 dan SO3)
Gas hasil pembakaran bahan bakar fosil khususnya batu bara adalah SO2 dan SO3. Jika SO2
terhisap dalam pernafasan membentuk asam sulfit yang akan merusak jaringan sehingga
menimbulkan rasa sakit. Sedangkan jika yang terhisap SO3 akan membentuk asam sulfat yang
berbahaya. Jika oksida belerang larut dalam hujan akan menyebabkan hujan asam.
f. Oksida Nitrogen (NO dan NO2)
Dalam silinder bunga api listrik menyebabkan sedikit nitrogen bereaksi dengan oksigen
membbentuk NO dan setelah keluar dari knalpot NO bereaksi dengan udara (oksigen)
membentuk NO2.
N2 + O2 2NO(g)
2NO(g) + O2(g) 2NO2(g)
Sebenarnya NO dan NO2 tidak beracun secara langsung tetapi NO bereaksi dengan bahan
pencemar lain menimbulkan asap kabut atau Smog yang dapat menimbulkan iritasi pada mata
dan saluran pernafasan. Smog juga mengurangi daya pandang dan tanaman menjadi rumah kayu.
2. Efek Rumah Kaca (Greenhouse Effect)
a. Pengertian
Cahaya matahari dapat menembus atap kaca dan menghangatkan tanaman atau apa saja yang
terdapat dalam rumah kaca. Tanaman atau material apa saja yang mengalami pemanasan tersebut
akan memancarkan radiasi infra merah (gelombang panas) yang akan diserap kaca dan
meradiasikannya ke dalam rumah kaca dan terjadi peningkatan suhu. Keadaan tersebut
merupakan gambaran pengaruh sinar matahari terhadap suhu permukaan bumi. Di atmosfer yang
bertindak sebagai kaca adalah gas rumah kaca (GRK) yang meliputi karbondioksida (CO2), uap
air (CO), metana (CH4) dan senyawa golongan CFC. Jadi gas-gas tersebut berfungsi sebagai

selimut yang C dan jika tanpa GRK,menjaga suhu permukaan bumi rata-rata sekitar 15 C.suhu
permukaan bumi diperkirakan mencapai -25
b. Gas-Gas Rumah Kaca (GRK)
1) Karbon dioksida (CO2)
CO2 merupakan gas rumah kaca paling penting karena kelimpahan diatmosfer paling banyak.
Akhir-akhir ini kelimpahan CO2 meningkat dengan adanya kemajuan teknologi, pertambahan
penduduk dan semakin banyaknya pabrik, kendaraan dan pembakaran utan.
2) Uap air
Kelimpahan uap air di udara cukup besar, namun keberadaannya tidak terkait langsung dengan
aktivitas manusia, sehingga peningkatan atau berkurangnya tidak mengkhawatirkan.
3) Metana
Kelimpahan metana jauh lebih sedikit dibandingkan CO2(g) dan H2O namun mempunyai efek
rumah kaca yang lebih kuat daripada CO2 per molekulnya. Keberadaan CH4 merupakan hasil
penguraian sisa-sisa tumbuhan.
4) Keluarga CFC
CFC merupakan gas rumah kaca namun keberadaannya dapat merusak lapisan ozon. CFC
dihasilkan dari penggunaan lemari es, berbagai alat semprot (deodorant, minyak wangi, hairspray,
berbagai pembersih dll)
3. Hujan Asam
Air hujan pada umumnya bersifat asam dengan pH (derajat keasaman) sekitar 5,7. Jika air hujan
mempunyai pH kurang dari 5,7 disebut hujan asam.
a. Penyebab hujan asam
Air hujan mencapai pH 5,7 (normal) dikarenakan melarutkan gas CO2 di udara
CO2(g) + H2O (l) H2CO3(aq)
Air hujan yang pH nya kurang dari 5,7 dikarenakan diudara banyak mengandung pollutant : SO2,
SO3 dan NO2 dengan reaksi sebagai berikut :
SO2(g) + H2O(l) H2SO3(aq) (asam sulfit)
SO3(g) + H2O(l) H2SO4(aq) (asam sulfat)
2NO2(g) + H2O(l) HNO2(aq) + HNO3(aq)
b. Dampak Hujan Asam
Hujan asam menimbulkan masalah lingkungan terutama tanaman, biota air dan bangunan
1) Kerusakan hutan
Hujan asam dapat melarutkan unsure hara yang penting seperti kallsium dan magnesium
sehingga tanah bersifat asam yang tidak baik bagi tumbuhan. Selain itu hujan asam
membebaskan ion aluminium yang merupakan racun bagi tanaman dan gas SO2 yang ada
bersama hujan asam dapat mematikan daun tumbuhan.
2) Kematian Biota Air
Hujan asam mengakibatkan air sungai dan danau bersifat asam yang akan mematikan ikan dan
tumbuhan air.
3) Kerusakan bangunan
4) Hujan asam dapat merusak bangunan. Bahan bangunan seperti batu kapur, marmer dan beton
sedikit banyak mengandung CaCO3 yang akan larut dalam asam
CaCO3(s) + 2HNO3(aq) Ca(NO3)2(aq) + H2O(l) + CO2(g)
c. Penanggulangan Hujan Asam
Terjadinya hujan asam dapat ditanggulangi dengan cara :
1) Menetralkan asamnya
Danau yang bersifat asam dapat dinetralkan dengan menambahkan CaCO3 yaitu basa yang
relative murah
2) Mengurangi emisi SO2 yang berasal dari pembangkit tenaga dengan batubara. SO2 dapat
dikurangi dengan menyerap SO2 sebelum memasuki cerobong asap. Zat yang dapat menyerap
SO2 adalah CaCO4 yang dapat digunakan untuk membuat plester tembok/ plamir.

SO2 + CaCO3 CaSO3 + CO2


CaSO3 + O2 CaSO4
3) Mengurangi emisi Oksida Nitrogen
Oksida nitrogen (NO) terutama berasal dari kendaraan bermotor. Hal tersebut dapat dikurangi
dengan jalan mengurangi laju kendaraan. Cara lain dilakukan dengan mengubah katalitik pada
knalpot kendaraan.

DAMPAK PEMBAKARAN BAHAN BAKAR


16.19 No comments
Kendaraan bermotor dan mobil adalah sarana transportasi yang sering kita gunakan. Jalan raya
dikota besar biasanya padat degan mobil dan kendaraan bermotor.

Perhatikan gambar di atas.


Pemanfatan minyak bumi dan gas bumi sebagai bahan bakar dalam alat transportasi (khususnya
mobil) akan menimbulkan emisi dan bahan buangan limbah berupa CO2, CO, CH, NOx, H2S,
SOx dan jelaga partikel yang dapat mengurangi kualitas udara sekitarnya. Mengapa demikian ?
Pembakaran sempurna senyawa hidrokarbon akan menghasilkan gas CO2 dan uap air. Jika terjadi
pembakaran tidak sempurna, akan terjadi gas CO di samping gas CO2 dan jelaga. Apalagi jika
knalpot kendaraan kita bocor, maka akan menghasilkan ga karbonmonoksida (CO) dan ini yang
menyebabkan terjadinnyapolusi udara. Pada kendaraan yang knalpotnya bocor, akan terjadi
pembakaran tidak sempurna sehingga asap yang keluar lebih banyak dan berwarna hitam. Berikut
ini akan dibahas pencemaran udara yang berkaitan dengan bahan bakar fosil.
Pencemaran udara adalah suatu keadaan udara yang mengandung senyawa kimia dalam
konsentrasi yang cukup tinggi (diatas normal atau ambient) sehingga berpengaruh terhadap
berpengaruh terhadap manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan serta makhluk hidup lainnya.
Pencemaran udara dapat merusak tanah, air, hasil pertanian, tanaman, hewan, dan benda-benda
yang beradadisekitar kawasan sumber tercemar.
Pencemaran dapat mengurangi kenyamanan hidup serta mengganggu kesehatan manusia. Dengan
beroperasinya proyek industri dan alat-alat transportasi, maka akan terjadi emisi bahan buangan
limbah gas dan partikel dari proses pembakaran BBM. Emisi gas hasil dari proses pembakaran itu
adalah SO2, CO, H2S, CO2 dan partikel jelaga.
Berikut ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan pencemaran akibat pembakaran
bahan bakar, yang meliputi sumber pencemaran dan usaha pencegahannya.
Sumber Bahan Pencemaran.
Pencemaran yang diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar umumnya terjadi karena
pembakaran tidak sempurna dan adanya bahan pengotor pada bahan bakar, serta pendambahan
zat aditif yang tidak tepat.
a. Pembakaran tidak sempurna
Bahan bakar minyak bumi mengandung senyawa hidrogen (unsur C dan H). Proses pembakaran
sempurna bahan bakar akan menghasilkan karbondioksida dan uap air. Adapun pembakaran tidak
sempurna akan menghasilkan karbonmonoksida, disamping karbon dioksida. Dalam suatu
pembakaran, jika udara yang tersedia sangat kurang, dapat menghasilkan jelaga, yaitu partikel-

partikel karbon yang tidak terbakar.


b. Pengotor dalam Bahan Bakar.
Bahan bakar minyak bumi, terutama di Indonesia sedikit mengandung belerang. Pada waktu
minyak bumi itu dibakar, belerang yang terkandung di dalamnya berubah menjadi belerang
dioksida.
Batu bara banyak mengandung senyawa-senyawa logam sebagai pengotor, sehingga pembakaran
batu bara akan menghasilkan abu. abu tersebut mengandung oksida-oksida logam sebagai
pengotor bahan bakar batubara.
c. Bahan Aditif dalam Bahan Bakar.
Mutu bensin ditingkatkan denngan menambahkan bahan aditif, salah satunnya dengan TEL (tetra
etil lead). Penambahan (Pb (C2H5)4) dapat menaikkan angka oktan pada bahan bakar bensin
sehingga kualitas bensin akan lebih baik. Akan tetapi, pengguanaan TEL yang meningkatan mutu
bensin tersebut juga menghasilakn debu PbBr3 yang keluar bersama asap pembakaran berdampak
kurang baik terhadap lingkungan dan kesehatan. Jika udara ini terhirup dalam proses pernapasan
kita dan mengendap dalam tubuh, akan mengakibatkan menurunnya keaktian enzim-enzim
pertumbuhan. Oleh karena itu penggunaan TEL untuk meningkatkan mutu bensin saat ini
dihindari dan diganti dengan metil tersier butil eter (MTBE) yang lebih ramah lingkungan.

Asap Kendaraan bermotor


Gas-gas yang terdapat dalam asap kendaraan bermotor apabila berlebihan akan berdampak bagi
kehidupan kita, diantaranya CO2, CO, oksida nitrogen, dan oksida belerang.
Karbondioksida (CO2)
Umumnya gas CO2 tidak dianggap sebag ai polutan udara. Di alam adanya siklus CO2 dan O2
yang mengatur persediaan dan penggunaan kedua gas itu. Peningkatan konsentrasi CO2 di udara
melebihi harga yang normal dapat mengakibatkan kenaikan suhu permukaan bumi.
Karbonmonoksida (CO)
Karbonmonoksida yang dihasilkan dari pembakaran tak sempurna senyawa karbon, terutama dari
pembakaran bahan bakar pada bensin kendaraan bermotor. Apabila konsentrasi gas CO dalam
udara melebihi 100 bpj, dapat mengganggu proses pernapasan pada manusia dan hewan. Untuk
konsentrasi yang lebih tinggi lagi, akan dapat menyebabkan kematian. Reaksi yang terjadi pada
tubuh dan menyebabkan keracunan yaitu :
CO + Hb
-------->
COHb
Hemoglobin
karboksi hemoglobin
Fungsi hemoglobin dalam tubuh adalah sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke suma
jaringan dan membawa CO2 dari jaringan ke paru-paru.
Pada konsentrasi 0 15 ppm, gas CO di udara masih dapat diterima. Artinya, belum berbahaya
bagi kehidupan makhluk hidup, terutama manusia. Pada konsentrasi 15 60 ppm, gas CO cukup
berbahaya bagi makhluk hidup, sedangkan di atas 60 ppm sangat berbahaya.
Usaha untuk mencegah meningkatnya gas CO di udara dilakukan dengan ,mengurangi
penggunaan kendaraan bermotor dan pemasangan pengubah katalitik (catalytic conventer) pada
knalpot kendaraan bermotor.
Oksida belerang (SO2 Dan SO3)
Penyebab utama pencemaran udara oleh oksida belerang adalah pembakaran bahan bakar pada
mesin industry dan dan berbagai proses kimiawi yang dilakukan. Adanya SO2 dan SO3 di udara
dapat menyebabkan hujan bereaksi dengan asam. Hl ini dikenal sebagai hujan asam dan sifatnya
merusak benda. Jika anda menghirup gas SO2, saluran pernapasan akan terasa gatal
Oksida Nitrogen (NO dan NO2)
Sumber utama pencemaran udara oleh NO dan NO2 adalah pembakaran bahan bakar industry dan
pembakaran pada kendaraan bermotor. Pada konsentrasi normal, gas NO di udara tidak sampai
mengganggu kesehatan, tapi gas ini dapat teroksidasi menjadi gas NO2 yang berbahaya.
Udara di kota besar dapat mengandung 10 100 kali lebih banyak oksida nitrogen disbanding di
daerah pegunungan. Kehadiran oksida nitrogen dalam udara secara berlebihan dapat
menyebabkan keracunan paru-paru.
Bahaya NOx di udara selain beracun, meradang, juga menimbulkan smog fotokimia. Smog

fotokimia adalah campuran dari asap dank abut, terutama dari karbon (asap) dan bahan yang
mudah terbakar (sisa pembakaran hidrokarbon).
Partikulat
Di antara berbagai macam partlkulat yang ada di udara, partikulat logam yang paling berbahaya
bagi kesehatan. Partikulat itu bila tidak segera dicegah, edikit-demi sedikit akan masuk ke dalam
tubuh dan berkumpul hingga mencapai konsentrasi tertentu yang menyebabkan keracunan.
Logam-logam tersebut adalah timbale, raksa, cadmium, berilium, mangan dan arsen.
Pengaruh Rumah Kaca (Green House Effect)
Adanya pengaruh rumah karbondioksida di atmosfer dapat menimbulkan fenomena yang disebut
green house effect atau pengaruh rumah kaca. istilah green house effect diilhami dari peristiwa
rumah yang terdiri dari kaca berwarna hijau untuk menumbuhkan tanaman di dalamnya
meskipun pada musim dingin. Di dalam rumah kaca tersebut, suhu yang diperlukan tanaman
dapat dipertahankan agar tanaman dapat tetap tumbuh.
Sepeti halnya dalam efek rumah kaca, uap air dan karbon dioksida di atmosfer berfungi sebagai
tutup kaca dan rumah kaca sehingga suhu di bumi tetap dipertahankan secara normal.
Karbondioksida dapat mengadsobsi sinar infra merah. Di daerah troposfer H2O lebih bersifat
dominan mengadsorbsi sinar inframerah dari pada CO2. Namun di daerah atmosfer, CO2 dan O3
sama-sama merupakan absorben yang kuat.
Bumi dapat memantulkan energi panas yang diterima dari matahari. Pantulan panas dari bumi
tersebut dikembalikan oleh gas CO2 ke permukaan bumi. Hal ini memicu bertambahnya gas CO2
yang ada di udara adalah penggunaan bahan bakar minyak yang makin besar. Banyaknya gas
CO2 (melebihi ambang batas yang ditentukan) di atmosfer dapat menaikkan suhu dipermukaan
bumi. Naiknya suhu dipermukaan bumi akan mengakibatkan mencairnya es di daerah kutub, dan
selanjutnya akan mengakibatkan naiknya permukaan air laut.
Pengaruh Gas Freon
Freon merupakan senyawa turunan klorofluoro dari senyawa alifatik rantai pendek, yaitu
chlorofluoro metan (CFM). Keduanya dipakai sebagai aerosol pendorong dan pendingin
(misalnya untuk kulkas dan AC).
Di statosfer, freon diuraikan oleh sinarultraviolet. dari matahari sesuai dengan reaksi berikut :
CF2Cl2
CFCl3

sinar ultraviolet
sinar ultraviolet

> CF2 + Cl2el


> CF2Cl3 + Cl2

Ozon adalah senyawa yang berada di atmosfer bumi yang berfungsi untuk melindungi bumi
(sheltrer) dari sinar ultrafiolet matahari. Freon dapat menyebabkan merusaknya senyawa ozon
yang ada di atomsfer bumi. Rusaknya lapisan ozon mengakibatkan radiasi ultraviolet dari
matahari dapat langsung masuk ke bumi. Hal ini dapat membahayakan kelangsungan hidup di
bumi.
Hujan asam
Air hujan yang turun ke bumi, membawa serta partikel-prtikel dari udara, kemudian masuk ke
dalam tanah. Jika tidak ada pencemaran, air hujan tidak berpengaruh berpengaruh negatif
terhadap kehidupan, baik di darat, maupun di perairan. akan tetapi, jika air hujan membawa serta
partikel-partikel, sperti gas sulfur dioksoda, air hujan akan bersifat asam.
Industri yang memakai batu bara sebagai bahan bakar, merupakan sumber utama terjadinga hujan
asam. Sulfur dan nitrogen dalam batu bara yang tebakar akan berubah menjadi sulfur dioksida
(SO2) dan nitrogen oksida (NO). Gas ini bercampur dengan udara sekitar dan bergerak bersama
angin ke tempat lain.
Gas oksida belerang (SOx) dan gas-gas oksida nitrogen (NO) dengan bantuan energi matahari
dapat terjadi oksidasi menjadi SO2 maupun NOx, yang selanjutnya membentuk asam sulfat
H2SO4 dan asam nitrat HNO3. Asam-asam yang terbentuk larut dalam air dan selanjutnya turun
ke bumi.
Hujan diklasifikasikan sebagai hujan asam jika pH air hujan tersebut <5,6 (pH hujan norma
antara 5,6 - 6). Sifat asam dari hujan merusak logam, baja, patung, candi atau benda-benda lain
yang terbuatdari batu, terutama mengandung CaCO3.

Usaha jangka panjang untuk menghentikan kerusakan akibat hujan asam adalah dengan
menghentikan sumbernya, mengganti bahan bakar batu bara dengan bahan bakar lainnya. Adapun
usaha jangka pendek yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi pengaruh hujan asam
dengan menebarkan zat kapur ke dalam danau dan sungai

Dampak Penggunaan Minyak Bumi

Jumlah penduduk dunia terus meningkat setiap tahunnya,


sehingga peningkatan kebutuhan energi pun tak dapat dielakkan. Dewasa ini, hampir semua
kebutuhan energi manusia diperoleh dari konversi sumber energi fosil, misalnya pembangkitan
listrik dan alat transportasi yang menggunakan energi fosil sebagai sumber energinya. Secara
langsung atau tidak langsung hal ini mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan dan
kesehatan makhluk hidup karena sisa pembakaran energi fosil ini menghasilkan zat-zat pencemar
yang berbahaya.Pencemaran udara terutama di kota-kota besar telah menyebabkan turunnya
kualitas udara sehingga mengganggu kenyamanan lingkungan bahkan telah menyebabkan
terjadinya gangguan kesehatan. Menurunnya kualitas udara tersebut terutama disebabkan oleh
penggunaan bahan bakar fosil yang tidak terkendali dan tidak efisien pada sarana transportasi dan
industri yang umumnya terpusat di kota-kota besar, disamping kegiatan rumah tangga dan
kebakaran hutan. Hasil penelitian dibeberapa kota besar (Jakarta, Bandung, Semarang dan
Surabaya) menunjukan bahwa kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara.
Hasil penelitian di Jakarta menunjukan bahwa kendaraan bermotor memberikan kontribusi
pencemaran CO sebesar 98,80%, NOx sebesar 73,40% dan HC sebesar 88,90% (Bapedal, 1992).

Secara umum, kegiatan eksploitasi dan pemakaian sumber energi dari alam untuk memenuhi
kebutuhan manusia akan selalu menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan (misalnya
udara dan iklim, air dan tanah). Berikut ini disajikan beberapa dampak negatif penggunaan energi
fosil terhadap manusia dan lingkungan:
Dampak Terhadap Udara dan Iklim
Selain menghasilkan energi, pembakaran sumber energi fosil (misalnya: minyak bumi, batu bara)
juga melepaskan gas-gas, antara lain karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx),dan sulfur
dioksida (SO2) yang menyebabkan pencemaran udara (hujan asam, smog dan pemanasan global).
Emisi NOx (Nitrogen oksida) adalah pelepasan gas NOx ke udara. Di udara, setengah dari
konsentrasi NOx berasal dari kegiatan manusia (misalnya pembakaran bahan bakar fosil untuk
pembangkit listrik dan transportasi), dan sisanya berasal dari proses alami (misalnya kegiatan
mikroorganisme yang mengurai zat organik). Di udara, sebagian NOx tersebut berubah menjadi
asam nitrat (HNO3) yang dapat menyebabkan terjadinya hujan asam.
Emisi SO2 (Sulfur dioksida) adalah pelepasan gas SO2 ke udara yang berasal dari pembakaran
bahan bakar fosil dan peleburan logam. Seperti kadar NOx di udara, setengah dari konsentrasi
SO2 juga berasal dari kegiatan manusia. Gas SO2 yang teremisi ke udara dapat membentuk asam
sulfat (H2SO4) yang menyebabkan terjadinya hujan asam.

Emisi gas NOx dan SO2 ke udara dapat bereaksi dengan uap air di awan dan membentuk asam
nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4) yang merupakan asam kuat. Jika dari awan tersebut
turun hujan, air hujan tersebut bersifat asam (pH-nya lebih kecil dari 5,6 yang merupakan pH
hujan normal), yang dikenal sebagai hujan asam. Hujan asam menyebabkan tanah dan
perairan (danau dan sungai) menjadi asam. Untuk pertanian dan hutan, dengan asamnya tanah
akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman produksi. Untuk perairan, hujan asam akan
menyebabkan terganggunya makhluk hidup di dalamnya. Selain itu hujan asam secara langsung
menyebabkan rusaknya bangunan (karat, lapuk).
Smog merupakan pencemaran udara yang disebabkan oleh tingginya kadar gas NOx, SO2, O3 di
udara yang dilepaskan, antara lain oleh kendaraan bermotor, dan kegiatan industri. Smog dapat
menimbulkan batuk-batuk dan tentunya dapat menghalangi jangkauan mata dalam memandang.

Emisi CO2 adalah pemancaran atau pelepasan gas karbon


dioksida (CO2) ke udara. Emisi CO2 tersebut menyebabkan kadar gas rumah kaca di atmosfer
meningkat, sehingga terjadi peningkatan efek rumah kaca dan pemanasan global. CO2 tersebut

menyerap sinar matahari (radiasi inframerah) yang dipantulkan oleh bumi sehingga suhu
atmosfer menjadi naik. Hal tersebut dapat mengakibatkan perubahan iklim dan kenaikan
permukaan air laut.
Emisi CH4 (metana) adalah pelepasan gas CH4 ke udara yang berasal, antara lain, dari gas bumi
yang tidak dibakar, karena unsur utama dari gas bumi adalah gas metana. Metana merupakan
salah satu gas rumah kaca yang menyebabkan pemasanan global.
Batu bara selain menghasilkan pencemaran (SO2) yang paling tinggi, juga menghasilkan karbon
dioksida terbanyak per satuan energi. Membakar 1 ton batu bara menghasilkan sekitar 2,5 ton
karbon dioksida. Untuk mendapatkan jumlah energi yang sama, jumlah karbon dioksida yang
dilepas oleh minyak akan mencapai 2 ton sedangkan dari gas bumi hanya 1,5 ton
Dampak Terhadap Perairan

Eksploitasi minyak bumi, khususnya cara penampungan dan pengangkutan minyak bumi yang
tidak layak, misalnya: bocornya tangker minyak atau kecelakaan lain akan mengakibatkan
tumpahnya minyak (ke laut, sungai atau air tanah) dapat menyebabkan pencemaran perairan.
Pada dasarnya pencemaran tersebut disebabkan oleh kesalahan manusia.
Dampak Terhadap Tanah
Dampak penggunaan energi terhadap tanah dapat diketahui, misalnya dari pertambangan batu
bara. Masalah yang berkaitan dengan lapisan tanah muncul terutama dalam pertambangan
terbuka (Open Pit Mining). Pertambangan ini memerlukan lahan yang sangat luas. Perlu
diketahui bahwa lapisan batu bara terdapat di tanah yang subur, sehingga bila tanah tersebut
digunakan untuk pertambangan batu bara maka lahan tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk
pertanian atau hutan selama waktu tertentu.

Dampak Pembakaran Tidak Sempurna


12.07 | Label: Pengetahuan

Pembakaran
1.

Pembakaran Bahan Fosil yang Tidak Sempurna


Jumlah

penduduk

dunia

terus

meningkat

setiap

tahunnya,

sehingga

peningkatan kebutuhan energi pun tak dapat dielakkan. Dewasa ini, hampir semua
kebutuhan energi manusia diperoleh dari konversi sumber energi fosil, misalnya
pembangkitan listrik dan alat transportasi yang menggunakan energi fosil sebagai
sumber energinya. Secara langsung atau tidak langsung hal ini mengakibatkan
dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan makhluk hidup karena sisa
pembakaran energi fosil ini menghasilkan zat-zat pencemar yang berbahaya.
Pencemaran udara terutama di kota-kota besar telah menyebabkan turunnya
kualitas udara sehingga mengganggu kenyamanan lingkungan bahkan telah
menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan. Menurunnya kualitas udara tersebut
terutama disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil yang tidak terkendali dan
tidak efisien pada sarana transportasi dan industri yang umumnya terpusat di kotakota besar, disamping kegiatan rumah tangga dan kebakaran hutan. Hasil penelitian
dibeberapa kota besar (Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya) menunjukan
bahwa kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara. Hasil
penelitian di Jakarta menunjukan bahwa kendaraan bermotor memberikan kontribusi
pencemaran CO sebesar 98,80%, NOx sebesar 73,40% dan HC sebesar 88,90%
(Bapedal, 1992). Secara umum, kegiatan eksploitasi dan pemakaian sumber energi
dari alam untuk memenuhi kebutuhan manusia akan selalu menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan (misalnya udara dan iklim, air dan tanah)

a.

Dampak Terhadap Udara dan Iklim


Selain menghasilkan energi, pembakaran sumber energi fosil (misalnya:
minyak bumi, batu bara) juga melepaskan gas-gas, antara lain karbon dioksida
(CO2), nitrogen oksida (NOx),dan sulfur dioksida (SO2) yang menyebabkan
pencemaran

udara

(hujan

asam,

smog

dan

pemanasan

global).

Emisi NOx (Nitrogen oksida) adalah pelepasan gas NOx ke udara. Di udara, setengah
dari konsentrasi NOx berasal dari kegiatan manusia (misalnya pembakaran bahan
bakar fosil untuk pembangkit listrik dan transportasi), dan sisanya berasal dari

proses alami (misalnya kegiatan mikroorganisme yang mengurai zat organik). Di


udara, sebagian NOx tersebut berubah menjadi asam nitrat (HNO3) yang dapat
menyebabkan

terjadinya

hujan

asam.

Emisi SO2 (Sulfur dioksida) adalah pelepasan gas SO2 ke udara yang berasal dari
pembakaran bahan bakar fosil dan peleburan logam. Seperti kadar NOx di udara,
setengah dari konsentrasi SO2 juga berasal dari kegiatan manusia. Gas SO2 yang
teremisi ke udara dapat membentuk asam sulfat (H2SO4) yang menyebabkan
terjadinya hujan asam.
Emisi gas NOx dan SO2 ke udara dapat bereaksi dengan uap air di awan dan
membentuk asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4) yang merupakan asam
kuat. Jika dari awan tersebut turun hujan, air hujan tersebut bersifat asam (pH-nya
lebih kecil dari 5,6 yang merupakan pH hujan normal), yang dikenal sebagai
hujan asam. Hujan asam menyebabkan tanah dan perairan (danau dan sungai)
menjadi

asam.

Untuk

pertanian

dan

hutan,

dengan

asamnya

tanah

akan

mempengaruhi pertumbuhan tanaman produksi. Untuk perairan, hujan asam akan


menyebabkan terganggunya makhluk hidup di dalamnya. Selain itu hujan asam
secara langsung menyebabkan rusaknya bangunan (karat, lapuk).
Smog merupakan pencemaran udara yang disebabkan oleh tingginya kadar
gas NOx, SO2, O3 di udara yang dilepaskan, antara lain oleh kendaraan bermotor,
dan kegiatan industri. Smog dapat menimbulkan batuk-batuk dan tentunya dapat
menghalangi jangkauan mata dalam memandang.
Emisi CO2 adalah pemancaran atau pelepasan gas karbon dioksida (CO2) ke
udara. Emisi CO2 tersebut menyebabkan kadar gas rumah kaca di atmosfer
meningkat, sehingga terjadi peningkatan efek rumah kaca dan pemanasan global.
CO2 tersebut menyerap sinar matahari (radiasi inframerah) yang dipantulkan oleh
bumi sehingga suhu atmosfer menjadi naik. Hal tersebut dapat mengakibatkan
perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut.
Emisi CH4 (metana) adalah pelepasan gas CH4 ke udara yang berasal, antara
lain, dari gas bumi yang tidak dibakar, karena unsur utama dari gas bumi adalah gas
metana. Metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang menyebabkan
pemasanan global.
Batu bara selain menghasilkan pencemaran (SO2) yang paling tinggi, juga
menghasilkan karbon dioksida terbanyak per satuan energi. Membakar 1 ton batu
bara menghasilkan sekitar 2,5 ton karbon dioksida. Untuk mendapatkan jumlah
energi yang sama, jumlah karbon dioksida yang dilepas oleh minyak akan mencapai
2 ton sedangkan dari gas bumi hanya 1,5 ton
b.

Dampak Terhadap Perairan


Eksploitasi minyak bumi, khususnya cara penampungan dan pengangkutan
minyak bumi yang tidak layak, misalnya: bocornya tangker minyak atau kecelakaan

lain akan mengakibatkan tumpahnya minyak (ke laut, sungai atau air tanah) dapat
menyebabkan pencemaran perairan. Pada dasarnya pencemaran tersebut

2.

Gas Karbon Dioksida


Gas karbon dioksida dihasilkan secara alami dari proses pernapasan dan
pembakaran

sempurna

berbagai

senyawa

hidrokarbon.

Gas

CO,

tidak

membahayakan kesehatan, tetapi pada konsentrasi tinggi (10% - 20%), dapat


menyebabkan pingsan karena CO, menggantikan posisi gas oksigen dalam tubuh
sehingga tubuh kekurangan oksigen.
Senyawa hidrokarbon (CxHv) yang merupakan bahan bakar kendaraan
bermotor, akan terbakar sempurna menghasilkan gas karbon dioksida dan uap air
sesuai dengan persamaan reaksi.
CxHy(l) + O2(g) -> CO2 (g) + H2O (g)
Gas CO2 yang dihasilkan akan dimanfaatkan tumbuhan untuk melakukan
proses fotosintesis yaitu:
6CO2(g) + 6H2O(g) -> C6H12O6 (s) + 6O2(g)
Gas oksigen yang dihasilkan oleh tumbuhan tersebut akan dimanfaatkan oleh
makhluk hidup lainnya untuk proses pernapasan sehingga terjadi keseimbangan.
Seperti kalian ketahui bahwa jumlah penduduk, kendaraan bermotor, dan
industri-industri yang menggunakan bahan bakar minyak bumi semakin meningkat,
sehingga jumlah CO, yang dihasilkan juga semakin meningkat. Sementara itu,
jumlah pepohonan semakin berkurang, karena pembukaan lahan baru. Akibatnya,
pemanfaatan CO , juga semakin berkurang yang menyebabkan terganggunya
keseimbangan CO,. Kadar CO, di udara menjadi berlebih, sehingga membentuk
lapisan C02 di atmosfer.
Sinar ultraviolet (UV) dan sinar tampak (VIS) yang berhasil menembus
atmosfer bumi sebagian diserap oleh berbagai makhluk maupun zat di permukaan
bumi, sebagian lagi kemudian dipantulkan kembali ke angkasa dalam bentuk sinar
inframerah (IR) yang lebih hangat. Lapisan CO, di atmosfer ini akan menahan sinar
inframerah yang dipantulkan bumi, sehingga bumi tetap hangat karena sinar
inframerah tersebut membawa energi panas.
Namun, jika lapisan CO, ini terus bertambah, akan meningkatkan suhu
permukaan bumi. Gejala pemanasan bumi akibat lapisan CO, inilah yang sering
disebut sebagai efek rumah kaca (green house effect).

3.

Gas Karbon Monoksida

Gas karbon monoksida (CO) tidak berwarna dan tidak berbau, tetapi sangat
berbahaya. Batas kadar gas CO dalam udara adalah 0,1 bpj. Kadar CO di udara yang
mencapai 100 bpj dapat menyebabkan sakit kepala, lelah, sesak napas, pingsan,
dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Gas CO sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat bereaksi dan
berikatan dengan hemoglobin (Hb) di dalam darah (afinitas CO terhadap Hb sekitar
200 kali lebih besar daripada O J. Jika di dalam darah terdapat gas CO dan gas 02,
yang akan terikat oleh Hb adalah gas CO melalui ikatan kovalen koordinasi. Gas CO
bertindak sebagai ligan sehingga ikatan antara Hb dan CO bersifat tidak dapat balik
(ireversibel).
Hb + CO -> HbCO
Ikatan itu tetap stabil sampai Hb tersebut rusak. Ikatan antara gas O, dan Hb
dalam molekul HbO, bersifat dapat balik (reversibel), sehingga pada saat akan
digunakan untuk pembakaran 02 akan dilepas dan Hb dapat digunakan kembali
untuk mengikat oksigen.
Hb + 4O2 -> Hb(O2)4
Dalam darah seseorang yang keracunan gas CO masih terdapat oksigen,
tetapi oksigen ini tidak dapat digunakan karena semua Hb lebih mudah berikatan
dengan CO daripada dengan O,.
Gas CO dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna senyawa hidrokarbon
dalam bahan bakar yang berasal dari minyak bumi pada kendaraan bermotor.
CxHy(l) + O2(g) -> C(s) + CO (g) + CO2 (g) + H2O (g)
Kendaraan bermotor dapat menghasilkan rata-rata 6,25 gram CO per
kilometer jarak tempuh. Selain gas buangan kendaraan bermotor, gas CO juga
dihasilkan dari berbagai kegiatan industri, letusan gunung berapi, dan pelapukan.
Namun sebagian besar gas CO dihasilkan oleh emisi buangan kendaraan bermotor,
dan untuk mengurangi pembentukan gas CO pada kendaraan bermotor, maka perlu
dilakukan uji emisi gas buang secara berkala.
Jika kendaraan tidak memenuhi syarat dalam uji emisi gas buang, kendaraan
itu harus mengalami perbaikan. Penggunaan bahan bakar alternatif seperti bahan
bakar gas perlu digalakkan, agar tingkat pencemaran udara dari emisi kendaraan
bermotor dapat ditekan.

4.

Oksigen Belerang (SO2 dan SO3)


Gas belerang dioksida (SO2) mempunyai sifat tidak berwarna, tetapi berbau
sangat menyengat dan dapat menyesakkan napas meskipun dalam kadar rendah.

Gas ini dihasilkan dari oksidasi atau pembakaran belerang yang terlarut dalam
bahan bakar miyak bumi serta dari pembakaran belerang yang terkandung dalam
bijih logam yang diproses pada industri pertambangan. Penyebab terbesar
berlebihnya kadar oksida belerang di udara adalah pada pembakaran batu bara.
Akibat yang ditimbulkan oleh berlebihnya oksida belerang memang tidak secara
langsung dirasakan oleh manusia, akan tetapi menyebabkan terjadinya hujan asam.
Hujan yang banyak mengandung asam sulfat ini memiliki pH < 5, sehingga
menyebabkan sangat korosif terhadap logam dan berbahaya bagi kesehatan. Di
samping menyebabkan hujan asam, oksida belerang baik SO2 maupun SO3 yang
terserap ke dalam alat pernapasan masuk ke paru-paru juga akan membentuk asam
sulfit dan asam sulfat yang sangat berbahaya bagi kesehatan pernapasan,
khususnya paru-paru.

5. Oksigen Nitrogen
Gas nitrogen monoksida memiliki sifat tidak berwarna, yang pada konsentrasi
tinggi juga dapat menimbulkan keracunan. Di samping itu, gas oksida nitrogen juga
dapat menjadi penyebab hujan asam. Keberadaan gas nitrogen monoksida di udara
disebabkan karena gas nitrogen ikut terbakar bersama dengan oksigen, yang terjadi
pada suhu tinggi.
Pada saat kontak dengan udara, maka gas NO akan membentuk gas NO2. Gas
NO2 merupakan gas beracun, berwarna merah cokelat, dan berbau seperti asam
nitrat yang sangat menyengat dan merangsang. Keberadaan gas NO2 lebih dari 1
ppm dapat menyebabkan terbentuknya zat yang bersifat karsinogen atau penyebab
terjadinya kanker. Jika menghirup gas NO2 dalam kadar 20 ppm akan dapat
menyebabkan kematian. Sebagai pencegahan maka di pabrik atau motor, bagian
pembuangan asap ditambahkan katalis logam nikel yang berfungsi sebagai
konverter. Prinsip kerjanya adalah mengubah gas buang yang mencemari menjadi
gas yang tidak berbahaya bagi lingkungan maupun kesehatan manusia.

Anda mungkin juga menyukai