3. Pengubah Katalitik
Salah satu cara untuk mengurangi bahan pencemar yang berasal dari asap kendaraan
bermotor adalah memasang pengubah katalitik pada knalpot kendaraan. Pengubah katalitik
berupa silinder dari baja tahan karat yang berisi suatu struktur berbentuk sarang lebah yang
dilapisi katalis (biasanya platina). Pada separuh bagian pertama dari pengubah katalitik,
karbon monoksida bereaksi dengan nitrogen monoksida membentuk karbon dioksida dan
gas nitrogen.
katalis
2CO(g) + 2NO(g) 2CO2(g) + N2(g)
gas-gas racun gas tak beracun
Pada bagian berikutnya, hidrokarbon dan karbon monoksida (jika masih ada) dioksidasi
membentuk karbon dioksida dan uap air.
Pengubah katalitik hanya dapat berfungsi jika kendaraan menggunakan bensin tanpa
timbel.
Berbagai gas dalam atmosfer, seperti karbon dioksida, uap air, metana, dan senyawa
keluarga CFC, berlaku seperti kaca yang melewatkan sinar tampak dan ultraviolet tetapi
menahan radiasi inframerah. Oleh karena itu, sebagian besar dari sinar matahari dapat
mencapai permukaan bumi dan menghangatkan atmosfer dan permukaan bumi. Tetapi
radiasi panas yang dipancarkan permukaan bumi akan terperangkap karena diserap oleh
gas-gas rumah kaca.
Efek rumah kaca berfungsi sebagai selimut yang menjaga suhu permukaan bumi rata-rata
15C. Tanpa karbon dioksida dan uap air di atmosfer, suhu rata-rata permukaan bumi
diperkirakan sekitar 25C. Jadi, jelaslah bahwa efek rumah kaca sangat penting dalam
menentukan kehidupan di bumi. Akan tetapi, peningkatan kadar dari gas-gas rumah kaca
dapat menyebabkan suhu permukaan bumi menjadi terlalu tinggi sehingga dapat
mneyebabkan berbagai macam kerugian.
5. Hujan Asam
Air hujan biasanya sedikit bersifat asam (pH sekitar 5,7). Hal itu terjadi karena air hujan
tersebut melarutkan gas karbon dioksida yang terdapat dalam udara, membentuk asam
karbonat.
CO2(g) + H2O(l) H2CO3(aq)
asam karbonat
Air hujan dengan pH kurang dari 5,7 disebut hujan asam.
a. Penyebab Hujan Asam
SO2(g) + H2O(l) H2SO3(aq)
asam sulfit
SO3(g) + H2O(l) H2SO4(aq)
asam sulfat
2NO2(g) + H2O(l) HNO2(aq) + HNO3(aq)
asam nitrit asam nitrat
b. Masalah yang Ditimbulkan Hujan Asam
- Kerusakan Hutan
- Kematian Biota Air
- Kerusakan Bangunan
Bahan bangunan sedikit-banyak mengandung kalsuim karbonat. Kalsium karbonat larut
dalam asam, maka dapat bereaksi.
CaCO3(s) + 2HNO3(aq) Ca(NO3)2(aq) + H2O(l) + CO2(g)
c. Cara Menangani Hujan Asam
- Menetralkan asam
- Mengurangi emisi SO2
- Mengurangi emisi oksida nitrogen
selimut yang C dan jika tanpa GRK,menjaga suhu permukaan bumi rata-rata sekitar 15 C.suhu
permukaan bumi diperkirakan mencapai -25
b. Gas-Gas Rumah Kaca (GRK)
1) Karbon dioksida (CO2)
CO2 merupakan gas rumah kaca paling penting karena kelimpahan diatmosfer paling banyak.
Akhir-akhir ini kelimpahan CO2 meningkat dengan adanya kemajuan teknologi, pertambahan
penduduk dan semakin banyaknya pabrik, kendaraan dan pembakaran utan.
2) Uap air
Kelimpahan uap air di udara cukup besar, namun keberadaannya tidak terkait langsung dengan
aktivitas manusia, sehingga peningkatan atau berkurangnya tidak mengkhawatirkan.
3) Metana
Kelimpahan metana jauh lebih sedikit dibandingkan CO2(g) dan H2O namun mempunyai efek
rumah kaca yang lebih kuat daripada CO2 per molekulnya. Keberadaan CH4 merupakan hasil
penguraian sisa-sisa tumbuhan.
4) Keluarga CFC
CFC merupakan gas rumah kaca namun keberadaannya dapat merusak lapisan ozon. CFC
dihasilkan dari penggunaan lemari es, berbagai alat semprot (deodorant, minyak wangi, hairspray,
berbagai pembersih dll)
3. Hujan Asam
Air hujan pada umumnya bersifat asam dengan pH (derajat keasaman) sekitar 5,7. Jika air hujan
mempunyai pH kurang dari 5,7 disebut hujan asam.
a. Penyebab hujan asam
Air hujan mencapai pH 5,7 (normal) dikarenakan melarutkan gas CO2 di udara
CO2(g) + H2O (l) H2CO3(aq)
Air hujan yang pH nya kurang dari 5,7 dikarenakan diudara banyak mengandung pollutant : SO2,
SO3 dan NO2 dengan reaksi sebagai berikut :
SO2(g) + H2O(l) H2SO3(aq) (asam sulfit)
SO3(g) + H2O(l) H2SO4(aq) (asam sulfat)
2NO2(g) + H2O(l) HNO2(aq) + HNO3(aq)
b. Dampak Hujan Asam
Hujan asam menimbulkan masalah lingkungan terutama tanaman, biota air dan bangunan
1) Kerusakan hutan
Hujan asam dapat melarutkan unsure hara yang penting seperti kallsium dan magnesium
sehingga tanah bersifat asam yang tidak baik bagi tumbuhan. Selain itu hujan asam
membebaskan ion aluminium yang merupakan racun bagi tanaman dan gas SO2 yang ada
bersama hujan asam dapat mematikan daun tumbuhan.
2) Kematian Biota Air
Hujan asam mengakibatkan air sungai dan danau bersifat asam yang akan mematikan ikan dan
tumbuhan air.
3) Kerusakan bangunan
4) Hujan asam dapat merusak bangunan. Bahan bangunan seperti batu kapur, marmer dan beton
sedikit banyak mengandung CaCO3 yang akan larut dalam asam
CaCO3(s) + 2HNO3(aq) Ca(NO3)2(aq) + H2O(l) + CO2(g)
c. Penanggulangan Hujan Asam
Terjadinya hujan asam dapat ditanggulangi dengan cara :
1) Menetralkan asamnya
Danau yang bersifat asam dapat dinetralkan dengan menambahkan CaCO3 yaitu basa yang
relative murah
2) Mengurangi emisi SO2 yang berasal dari pembangkit tenaga dengan batubara. SO2 dapat
dikurangi dengan menyerap SO2 sebelum memasuki cerobong asap. Zat yang dapat menyerap
SO2 adalah CaCO4 yang dapat digunakan untuk membuat plester tembok/ plamir.
fotokimia adalah campuran dari asap dank abut, terutama dari karbon (asap) dan bahan yang
mudah terbakar (sisa pembakaran hidrokarbon).
Partikulat
Di antara berbagai macam partlkulat yang ada di udara, partikulat logam yang paling berbahaya
bagi kesehatan. Partikulat itu bila tidak segera dicegah, edikit-demi sedikit akan masuk ke dalam
tubuh dan berkumpul hingga mencapai konsentrasi tertentu yang menyebabkan keracunan.
Logam-logam tersebut adalah timbale, raksa, cadmium, berilium, mangan dan arsen.
Pengaruh Rumah Kaca (Green House Effect)
Adanya pengaruh rumah karbondioksida di atmosfer dapat menimbulkan fenomena yang disebut
green house effect atau pengaruh rumah kaca. istilah green house effect diilhami dari peristiwa
rumah yang terdiri dari kaca berwarna hijau untuk menumbuhkan tanaman di dalamnya
meskipun pada musim dingin. Di dalam rumah kaca tersebut, suhu yang diperlukan tanaman
dapat dipertahankan agar tanaman dapat tetap tumbuh.
Sepeti halnya dalam efek rumah kaca, uap air dan karbon dioksida di atmosfer berfungi sebagai
tutup kaca dan rumah kaca sehingga suhu di bumi tetap dipertahankan secara normal.
Karbondioksida dapat mengadsobsi sinar infra merah. Di daerah troposfer H2O lebih bersifat
dominan mengadsorbsi sinar inframerah dari pada CO2. Namun di daerah atmosfer, CO2 dan O3
sama-sama merupakan absorben yang kuat.
Bumi dapat memantulkan energi panas yang diterima dari matahari. Pantulan panas dari bumi
tersebut dikembalikan oleh gas CO2 ke permukaan bumi. Hal ini memicu bertambahnya gas CO2
yang ada di udara adalah penggunaan bahan bakar minyak yang makin besar. Banyaknya gas
CO2 (melebihi ambang batas yang ditentukan) di atmosfer dapat menaikkan suhu dipermukaan
bumi. Naiknya suhu dipermukaan bumi akan mengakibatkan mencairnya es di daerah kutub, dan
selanjutnya akan mengakibatkan naiknya permukaan air laut.
Pengaruh Gas Freon
Freon merupakan senyawa turunan klorofluoro dari senyawa alifatik rantai pendek, yaitu
chlorofluoro metan (CFM). Keduanya dipakai sebagai aerosol pendorong dan pendingin
(misalnya untuk kulkas dan AC).
Di statosfer, freon diuraikan oleh sinarultraviolet. dari matahari sesuai dengan reaksi berikut :
CF2Cl2
CFCl3
sinar ultraviolet
sinar ultraviolet
Ozon adalah senyawa yang berada di atmosfer bumi yang berfungsi untuk melindungi bumi
(sheltrer) dari sinar ultrafiolet matahari. Freon dapat menyebabkan merusaknya senyawa ozon
yang ada di atomsfer bumi. Rusaknya lapisan ozon mengakibatkan radiasi ultraviolet dari
matahari dapat langsung masuk ke bumi. Hal ini dapat membahayakan kelangsungan hidup di
bumi.
Hujan asam
Air hujan yang turun ke bumi, membawa serta partikel-prtikel dari udara, kemudian masuk ke
dalam tanah. Jika tidak ada pencemaran, air hujan tidak berpengaruh berpengaruh negatif
terhadap kehidupan, baik di darat, maupun di perairan. akan tetapi, jika air hujan membawa serta
partikel-partikel, sperti gas sulfur dioksoda, air hujan akan bersifat asam.
Industri yang memakai batu bara sebagai bahan bakar, merupakan sumber utama terjadinga hujan
asam. Sulfur dan nitrogen dalam batu bara yang tebakar akan berubah menjadi sulfur dioksida
(SO2) dan nitrogen oksida (NO). Gas ini bercampur dengan udara sekitar dan bergerak bersama
angin ke tempat lain.
Gas oksida belerang (SOx) dan gas-gas oksida nitrogen (NO) dengan bantuan energi matahari
dapat terjadi oksidasi menjadi SO2 maupun NOx, yang selanjutnya membentuk asam sulfat
H2SO4 dan asam nitrat HNO3. Asam-asam yang terbentuk larut dalam air dan selanjutnya turun
ke bumi.
Hujan diklasifikasikan sebagai hujan asam jika pH air hujan tersebut <5,6 (pH hujan norma
antara 5,6 - 6). Sifat asam dari hujan merusak logam, baja, patung, candi atau benda-benda lain
yang terbuatdari batu, terutama mengandung CaCO3.
Usaha jangka panjang untuk menghentikan kerusakan akibat hujan asam adalah dengan
menghentikan sumbernya, mengganti bahan bakar batu bara dengan bahan bakar lainnya. Adapun
usaha jangka pendek yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi pengaruh hujan asam
dengan menebarkan zat kapur ke dalam danau dan sungai
Secara umum, kegiatan eksploitasi dan pemakaian sumber energi dari alam untuk memenuhi
kebutuhan manusia akan selalu menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan (misalnya
udara dan iklim, air dan tanah). Berikut ini disajikan beberapa dampak negatif penggunaan energi
fosil terhadap manusia dan lingkungan:
Dampak Terhadap Udara dan Iklim
Selain menghasilkan energi, pembakaran sumber energi fosil (misalnya: minyak bumi, batu bara)
juga melepaskan gas-gas, antara lain karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx),dan sulfur
dioksida (SO2) yang menyebabkan pencemaran udara (hujan asam, smog dan pemanasan global).
Emisi NOx (Nitrogen oksida) adalah pelepasan gas NOx ke udara. Di udara, setengah dari
konsentrasi NOx berasal dari kegiatan manusia (misalnya pembakaran bahan bakar fosil untuk
pembangkit listrik dan transportasi), dan sisanya berasal dari proses alami (misalnya kegiatan
mikroorganisme yang mengurai zat organik). Di udara, sebagian NOx tersebut berubah menjadi
asam nitrat (HNO3) yang dapat menyebabkan terjadinya hujan asam.
Emisi SO2 (Sulfur dioksida) adalah pelepasan gas SO2 ke udara yang berasal dari pembakaran
bahan bakar fosil dan peleburan logam. Seperti kadar NOx di udara, setengah dari konsentrasi
SO2 juga berasal dari kegiatan manusia. Gas SO2 yang teremisi ke udara dapat membentuk asam
sulfat (H2SO4) yang menyebabkan terjadinya hujan asam.
Emisi gas NOx dan SO2 ke udara dapat bereaksi dengan uap air di awan dan membentuk asam
nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4) yang merupakan asam kuat. Jika dari awan tersebut
turun hujan, air hujan tersebut bersifat asam (pH-nya lebih kecil dari 5,6 yang merupakan pH
hujan normal), yang dikenal sebagai hujan asam. Hujan asam menyebabkan tanah dan
perairan (danau dan sungai) menjadi asam. Untuk pertanian dan hutan, dengan asamnya tanah
akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman produksi. Untuk perairan, hujan asam akan
menyebabkan terganggunya makhluk hidup di dalamnya. Selain itu hujan asam secara langsung
menyebabkan rusaknya bangunan (karat, lapuk).
Smog merupakan pencemaran udara yang disebabkan oleh tingginya kadar gas NOx, SO2, O3 di
udara yang dilepaskan, antara lain oleh kendaraan bermotor, dan kegiatan industri. Smog dapat
menimbulkan batuk-batuk dan tentunya dapat menghalangi jangkauan mata dalam memandang.
menyerap sinar matahari (radiasi inframerah) yang dipantulkan oleh bumi sehingga suhu
atmosfer menjadi naik. Hal tersebut dapat mengakibatkan perubahan iklim dan kenaikan
permukaan air laut.
Emisi CH4 (metana) adalah pelepasan gas CH4 ke udara yang berasal, antara lain, dari gas bumi
yang tidak dibakar, karena unsur utama dari gas bumi adalah gas metana. Metana merupakan
salah satu gas rumah kaca yang menyebabkan pemasanan global.
Batu bara selain menghasilkan pencemaran (SO2) yang paling tinggi, juga menghasilkan karbon
dioksida terbanyak per satuan energi. Membakar 1 ton batu bara menghasilkan sekitar 2,5 ton
karbon dioksida. Untuk mendapatkan jumlah energi yang sama, jumlah karbon dioksida yang
dilepas oleh minyak akan mencapai 2 ton sedangkan dari gas bumi hanya 1,5 ton
Dampak Terhadap Perairan
Eksploitasi minyak bumi, khususnya cara penampungan dan pengangkutan minyak bumi yang
tidak layak, misalnya: bocornya tangker minyak atau kecelakaan lain akan mengakibatkan
tumpahnya minyak (ke laut, sungai atau air tanah) dapat menyebabkan pencemaran perairan.
Pada dasarnya pencemaran tersebut disebabkan oleh kesalahan manusia.
Dampak Terhadap Tanah
Dampak penggunaan energi terhadap tanah dapat diketahui, misalnya dari pertambangan batu
bara. Masalah yang berkaitan dengan lapisan tanah muncul terutama dalam pertambangan
terbuka (Open Pit Mining). Pertambangan ini memerlukan lahan yang sangat luas. Perlu
diketahui bahwa lapisan batu bara terdapat di tanah yang subur, sehingga bila tanah tersebut
digunakan untuk pertambangan batu bara maka lahan tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk
pertanian atau hutan selama waktu tertentu.
Pembakaran
1.
penduduk
dunia
terus
meningkat
setiap
tahunnya,
sehingga
peningkatan kebutuhan energi pun tak dapat dielakkan. Dewasa ini, hampir semua
kebutuhan energi manusia diperoleh dari konversi sumber energi fosil, misalnya
pembangkitan listrik dan alat transportasi yang menggunakan energi fosil sebagai
sumber energinya. Secara langsung atau tidak langsung hal ini mengakibatkan
dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan makhluk hidup karena sisa
pembakaran energi fosil ini menghasilkan zat-zat pencemar yang berbahaya.
Pencemaran udara terutama di kota-kota besar telah menyebabkan turunnya
kualitas udara sehingga mengganggu kenyamanan lingkungan bahkan telah
menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan. Menurunnya kualitas udara tersebut
terutama disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil yang tidak terkendali dan
tidak efisien pada sarana transportasi dan industri yang umumnya terpusat di kotakota besar, disamping kegiatan rumah tangga dan kebakaran hutan. Hasil penelitian
dibeberapa kota besar (Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya) menunjukan
bahwa kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara. Hasil
penelitian di Jakarta menunjukan bahwa kendaraan bermotor memberikan kontribusi
pencemaran CO sebesar 98,80%, NOx sebesar 73,40% dan HC sebesar 88,90%
(Bapedal, 1992). Secara umum, kegiatan eksploitasi dan pemakaian sumber energi
dari alam untuk memenuhi kebutuhan manusia akan selalu menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan (misalnya udara dan iklim, air dan tanah)
a.
udara
(hujan
asam,
smog
dan
pemanasan
global).
Emisi NOx (Nitrogen oksida) adalah pelepasan gas NOx ke udara. Di udara, setengah
dari konsentrasi NOx berasal dari kegiatan manusia (misalnya pembakaran bahan
bakar fosil untuk pembangkit listrik dan transportasi), dan sisanya berasal dari
terjadinya
hujan
asam.
Emisi SO2 (Sulfur dioksida) adalah pelepasan gas SO2 ke udara yang berasal dari
pembakaran bahan bakar fosil dan peleburan logam. Seperti kadar NOx di udara,
setengah dari konsentrasi SO2 juga berasal dari kegiatan manusia. Gas SO2 yang
teremisi ke udara dapat membentuk asam sulfat (H2SO4) yang menyebabkan
terjadinya hujan asam.
Emisi gas NOx dan SO2 ke udara dapat bereaksi dengan uap air di awan dan
membentuk asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4) yang merupakan asam
kuat. Jika dari awan tersebut turun hujan, air hujan tersebut bersifat asam (pH-nya
lebih kecil dari 5,6 yang merupakan pH hujan normal), yang dikenal sebagai
hujan asam. Hujan asam menyebabkan tanah dan perairan (danau dan sungai)
menjadi
asam.
Untuk
pertanian
dan
hutan,
dengan
asamnya
tanah
akan
lain akan mengakibatkan tumpahnya minyak (ke laut, sungai atau air tanah) dapat
menyebabkan pencemaran perairan. Pada dasarnya pencemaran tersebut
2.
sempurna
berbagai
senyawa
hidrokarbon.
Gas
CO,
tidak
3.
Gas karbon monoksida (CO) tidak berwarna dan tidak berbau, tetapi sangat
berbahaya. Batas kadar gas CO dalam udara adalah 0,1 bpj. Kadar CO di udara yang
mencapai 100 bpj dapat menyebabkan sakit kepala, lelah, sesak napas, pingsan,
dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Gas CO sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat bereaksi dan
berikatan dengan hemoglobin (Hb) di dalam darah (afinitas CO terhadap Hb sekitar
200 kali lebih besar daripada O J. Jika di dalam darah terdapat gas CO dan gas 02,
yang akan terikat oleh Hb adalah gas CO melalui ikatan kovalen koordinasi. Gas CO
bertindak sebagai ligan sehingga ikatan antara Hb dan CO bersifat tidak dapat balik
(ireversibel).
Hb + CO -> HbCO
Ikatan itu tetap stabil sampai Hb tersebut rusak. Ikatan antara gas O, dan Hb
dalam molekul HbO, bersifat dapat balik (reversibel), sehingga pada saat akan
digunakan untuk pembakaran 02 akan dilepas dan Hb dapat digunakan kembali
untuk mengikat oksigen.
Hb + 4O2 -> Hb(O2)4
Dalam darah seseorang yang keracunan gas CO masih terdapat oksigen,
tetapi oksigen ini tidak dapat digunakan karena semua Hb lebih mudah berikatan
dengan CO daripada dengan O,.
Gas CO dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna senyawa hidrokarbon
dalam bahan bakar yang berasal dari minyak bumi pada kendaraan bermotor.
CxHy(l) + O2(g) -> C(s) + CO (g) + CO2 (g) + H2O (g)
Kendaraan bermotor dapat menghasilkan rata-rata 6,25 gram CO per
kilometer jarak tempuh. Selain gas buangan kendaraan bermotor, gas CO juga
dihasilkan dari berbagai kegiatan industri, letusan gunung berapi, dan pelapukan.
Namun sebagian besar gas CO dihasilkan oleh emisi buangan kendaraan bermotor,
dan untuk mengurangi pembentukan gas CO pada kendaraan bermotor, maka perlu
dilakukan uji emisi gas buang secara berkala.
Jika kendaraan tidak memenuhi syarat dalam uji emisi gas buang, kendaraan
itu harus mengalami perbaikan. Penggunaan bahan bakar alternatif seperti bahan
bakar gas perlu digalakkan, agar tingkat pencemaran udara dari emisi kendaraan
bermotor dapat ditekan.
4.
Gas ini dihasilkan dari oksidasi atau pembakaran belerang yang terlarut dalam
bahan bakar miyak bumi serta dari pembakaran belerang yang terkandung dalam
bijih logam yang diproses pada industri pertambangan. Penyebab terbesar
berlebihnya kadar oksida belerang di udara adalah pada pembakaran batu bara.
Akibat yang ditimbulkan oleh berlebihnya oksida belerang memang tidak secara
langsung dirasakan oleh manusia, akan tetapi menyebabkan terjadinya hujan asam.
Hujan yang banyak mengandung asam sulfat ini memiliki pH < 5, sehingga
menyebabkan sangat korosif terhadap logam dan berbahaya bagi kesehatan. Di
samping menyebabkan hujan asam, oksida belerang baik SO2 maupun SO3 yang
terserap ke dalam alat pernapasan masuk ke paru-paru juga akan membentuk asam
sulfit dan asam sulfat yang sangat berbahaya bagi kesehatan pernapasan,
khususnya paru-paru.
5. Oksigen Nitrogen
Gas nitrogen monoksida memiliki sifat tidak berwarna, yang pada konsentrasi
tinggi juga dapat menimbulkan keracunan. Di samping itu, gas oksida nitrogen juga
dapat menjadi penyebab hujan asam. Keberadaan gas nitrogen monoksida di udara
disebabkan karena gas nitrogen ikut terbakar bersama dengan oksigen, yang terjadi
pada suhu tinggi.
Pada saat kontak dengan udara, maka gas NO akan membentuk gas NO2. Gas
NO2 merupakan gas beracun, berwarna merah cokelat, dan berbau seperti asam
nitrat yang sangat menyengat dan merangsang. Keberadaan gas NO2 lebih dari 1
ppm dapat menyebabkan terbentuknya zat yang bersifat karsinogen atau penyebab
terjadinya kanker. Jika menghirup gas NO2 dalam kadar 20 ppm akan dapat
menyebabkan kematian. Sebagai pencegahan maka di pabrik atau motor, bagian
pembuangan asap ditambahkan katalis logam nikel yang berfungsi sebagai
konverter. Prinsip kerjanya adalah mengubah gas buang yang mencemari menjadi
gas yang tidak berbahaya bagi lingkungan maupun kesehatan manusia.