Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rintis Hardini

Nim

: 1304012120003

Kelas : Ilpus A

Perpustakaan Umum dan Komersialisasi

Siapa yang tak kenal dengan perpustakaan umum? Hampir setiap kota
yang ada di Indonesia memiliki perpustakaan umum yang memberikan layanan
kepada masyarakat sekitar. Perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang
didirikan dan dibiayai oleh pemerintah, dibuka untuk umum, maksudnya siapa
saja boleh masuk menggunakan layanan yang ada, selain itu jasa yang ada juga
cuma-cuma. Perpustakaan umum memiliki peran besar salah satunya yang tak
asing lagi yaitu long life learning, yaitu pendidikan seumur hidup, setiap warga
masyarakat berhak mendapatkan pendidikan baik formal maupun non formal,
perpustakaanlah yang memiliki peran memberikan pendidikan bagi masyarakat
yang tidak berkesempatan mendapatkan pendidikan formal. Sudah semestinya
perpustakaan umum menyediakan berbagai koleksi dan layanan untuk menunjang
perannya serta untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, di sinilah peran
perpustakan sebagai tempat pembelajaran seumur hidup harus dimaksimalkan.
Agar Perpustakaan umum mampu memenuhi kebutuhan informasi
masyarakat yang semakin banyak dan mampu melaksanakan perannya dengan
baik, tentunya memerlukan dana yang cukup. Akan tetapi, selama ini dana yang
dikeluarkan oleh pemerintah tidak seperti yang dibayangkan, tidak adanya
keseimbangan antara kebutuhan informasi masyarakt dan dana yang dimiliki.
Padahal, era informasi seperti saat ini, sudah semestinya perpustakaan umum
meningkatkan layanan untuk pemustaka dan dituntut lebih fleksibel. Hal tersebut
agar perpustakaan umum mampu menunjukkan eksistensinya dan tetap diminati
oleh masyarakat.
Dengan adanya kasus seperti uraian di atas, dapat diketahui bahwa
perpustakaan umum harus memiliki strategi agar tetap bisa bertahan meskipun
dengan dana yang terbatas. Strategi tersebut yaitu dengan melakukan
komersialisasi. Perpustakaan umum memberikan layanan secara cuma-cuma
bukan berarti tidak boleh mengkomersilkan layanan yang ada. Akan tetapi, saat ini

memang

masih

ada

beberapa

pustakawan

yang

berpandangan

bahwa

komersialisasi tidak bisa diterapkn di perpustakaan.


Hal tersebut seperti pendapatnya Urquhart dalam Elvina, bahwa posisi
pekerjaan yang berhubungan dengan informasi (tenaga pengelola
informasi) sangat berbeda dengan para ekonom, hal ini merujuk dari cara
pandang terhadap informasi. Menurutnya seharusnya informasi itu
dianggap bukan komoditi, sehingga dianggap perlu untuk
memperlakukannya berbeda dengan layaknya benda ( produk) ekonomi.
(Elvina, s.a: 25)
Tetapi, ada yang berpandangan bahwa komersialisasi di perpustakaan
tidaklah masalah, justru dianjurkan. Dengan adanya komersialisasi membantu
perpustakaan untuk memenuhi keburtuhan informasi masyarakat sekitar.
Seperti yang dikatakan B. Mustofa dan Abdui Rachman Saleh
(1992) dalam Purwono tentang komersialisasi layanan perpustakaan
menyatakan bahwa infornasi, seperti halnya produk lain mempunyai nilai
ekonomi, karena itu patut dikenai biaya/harga dalam era globalisasi ini.
(Purwono,2001:141-42)

Meskipun demikian, saat ini memang perpustakaan umum harus pro aktif
sendiri untuk mendapatkan dana, agar bisa terus mengembangkan layanan bagi
pemustaka. Sebenarnya potensi komersialisasi di perpustakaan umum cukup
besar, antara lain dapat mengkomersilkan layanan sewa ruang, translate, pinjam
antar, caf/kantin, photocopy. Menurut David W. Levis dalam Elvina,
yang pertama kali yang perlu dipikirkan dalam menerapkan komersialisasi di
perpustakaan

adalah

memilah

layanan

perpustakaan

mana

yang

akan

dikomersialisasikan dan yang mana yang tidak?. (Elvina,s.a:25)


Dengan begitu, perpustakaan umum memang memiliki potensi untuk
mengkomersilkan layanannya. Seperti yang telah disebutkan, bahwa layanan
pinjam antar, photocopy, sewa ruang, translate bahkan pelatihan seperti seminar
atau pun diklat kepustakawanan bisa dimanfaatkan untuk komersialisasikan agar
perpustakaan umum bisa mendapatkan dana tambahan. Meskipun kenyataannya
masih ada yang tak sependapat jika layanan di perpustakaan dikomersilkan,
karena menurut mereka informasi bukanlah barang yang bernilai ekomoni.

Menurut pendit dalam Purwono, saat ini tidak perlu ada keraguan untuk
mengkomersilkan layanan perpustakaan, tidak perlu adanya keraguan bagi
perpustakaan untuk memasuki dunia bisnis, informasi merupkan komoditi yang
memiliki nilai jual, terlebih era informasi dan globalisasi banyak orang yang
membutuhkan informasi secara tepat dan cepat, perpustakaanlah yang sebenarnya
mampu memenuhi kebutuhan tersebut. (Purwono,2001:142)
Bagaimana pun komersialisasi di perpustakaan tetap saja belum bisa
berjalan mulus, tentunya terdapat kendala-kendala yang bisa menghambat
komersialisasi perpustakaan. Kendala tersebut contohnya, pandangan pustakawan
mengenai haramnya komersialisasi di perpustakaan, ketakutan pihak tertentu jika
peran perpustakaan bergeser menjadi bukan lembaga sosial tetapi lembaga bisnis,
sumber daya manusia yang belum begitu mahir dalam membisniskan
perpustakaan. Akan tetapi, kendala-kendala tersebut bisa diatasi apabila memang
dari pihak perpustakaan memiliki kemauan dan keberanian untuk mengubah citra
serta memiliki kemauan untuk terus mengembangkan layanan yang berorientasi
untuk masyarakat umum.
Pada intinya, komersialisasi di perpustakaan saat ini bukanlah hal yang
baru juga bukanlah hal yang asing. Dengan adanya komersialisasi, dana
perpustakaan umum begitu terbantu, tidak hanya menggantungkan dana dari
pemerintah. Tetapi, perpustakaan umum bisa lebih inovatif untuk berpikir
mengembangkan layanan dan tentunya berusaha memenuhi kebutuhan informasi
masyarakat saat ini. Jika perpustakaan umum hanya bergantung dari dan
pemerintah, pastinya tidak bisa berkembang dan tidak mampu mempertahankan
eksistensinya. Masyarakat pun enggan untuk mengunjungi perpustakaan umum
yang dari tahun ke tahun tidak ada peningkatan layanan pemustaka. Sehingga
perpustakaan umum dituntut agar lebih fleksibel, kreatif, inovatif untuk menarik
minat pengunjung/pemustaka.
Sekarang, komersialisasi di perpustakaan umum sudah wajar untuk
diterapkan. Bagaimana pun dana yang diperoleh tidak untuk perpustakaan sendiri
tapi untuk kepentingan masyarakat sekitar. Agar mereka tetap bisa mendapatkan

layanan dengan kualistas baik juga terpenuhinya kebutuhan informasi. Banyak


manfaat yang akan didapatkan ketika komersialisasi di perpustakaan umum sudah
mulai dilaksanakan. Mendapatkan informasi yang relevan, tepat dan cepat seperti
di perpustakaan tidaklah mudah, sehingga tidak masalah jika informasi tertentu
dikomersilkan. Intinya, dana dari pemerintah yang terbatas bukanlah alasan
perpustakaan umum untuk tidak mengembangkan segala hal yang ada di
perpustakaan.

Daftar Pustaka
Elvina,Irma.Tanpa Tahun.Membisniskan Layanan Perpustakaan Menggunakan
E-Commerce dalam Jurnal Pustakawan Indonesia Volume 10 No. 2 hal 25
Purwono.2001. Ekonomi Informasi Dalam Penunjang Pelayanan Perpustakaan
dalam BUL IPI-DIY vol 13 no 14 hal 141-142

Anda mungkin juga menyukai