Analisis Fundamental, Teknikal Dan Program Metastock
Analisis Fundamental, Teknikal Dan Program Metastock
ssuka@indosat.net.id
08164221749
ssuka@indosat.net.id
08164221749
ssuka@indosat.net.id
08164221749
ssuka@indosat.net.id
08164221749
ssuka@indosat.net.id
08164221749
dalam
prospek
industri
yang
akan
menjadi
ssuka@indosat.net.id
08164221749
berbasis teknologi di tahun 1995 yang pada saat itu menjadi primadona di
USA serta mengungguli pendapatan S&P 500 (Bruner, 2003).
Keberhasilan Magelland Fund tidak semata-mata karena faktor luck tetapi
karena dukungan 100 orang periset yang dimilikinya. Melihat posisi
product life cycle suatu industri akan membantu investor untuk
memprediksikan prospek saham yang dibeli.
8. Menanti technical rebond untuk mendapat gain besar
Pada saat pasar lesu dan kondisi kacau yang dipicu oleh overreact
investor, laba besar masih mungkin untuk diperoleh. Buy when there is
blood in the street, pepatah itu banyak dilakukan oleh Magelland fund
yang justru membeli saham pada saat orang panik yang dipicu oleh emosi
yang berlebih. Dalam pasar modal ada suatu pola yang selalu terjadi yaitu
bila saham sudah turun pasti suatu saat nanti akan berubah arah
(technical rebound) dan akan naik, sebaliknya jika harga saham naik
suatu saat akan berbalik arah dan akan turun. Investor tetap dapat
memperoleh keuntungan dari kondisi seperti ini asalkan investor sabar
menunggu saatnya tiba. Investasi jangka panjang dapat menetralisir
penurunan yang terjadi dengan menanti terjadinya rebound.
Pertanyaannya, untuk berapa lama investor harus menunggu? Buy on
the rumors and sell on the news, jika yakin bahwa penurunan yang
terjadi lebih-lebih diakibatkan rumors, maka membeli saham yang dijual
karena kepanikan dan menjualnya kembali pada saat kondisi membaik.
Sebagai catatan: jika harga turun sampai 30% perhari akan ada otomatic
rejection oleh bursa (suspend)
9. Beware! The thundering herd will be blundering herd
Investor institusi (dana pensiun, kesejahteraan karyawan, asuransi, dan
reksadana) dengan dananya yang amat besar mendominasi perdagangan. Diasumsikan investor institusi sebagai kawanan hewan yang
bergemuruh menuju kesuatu arah, thundering herd. Gemuruhnya investor
institusi banyak mengundang investor individu untuk mengikutinya (hal ini
terjadi juga bagi investor domestik yang mengikuti investor asing).
Kesalahan analisis investor institusi yang dengan mudah mengalihkan
dananya akan menjadi bumerang bagi investor individu yang
mengikutinya karena akan menjadi blundering herd, tergilas. Saham yang
dibeli oleh investor institusi yang tidak bergerak atau bergerak amat tipis,
tetap dapat menguntungkan bagi investor institusi karena jumlah dana
yang besar. Untuk perusahaan individu, perubahan yang amat kecil hanya
cukup untuk menutup biaya transaksi (0,3% untuk beli dan 0,4% jual
dengan biaya transaksi minimal sebesar Rp20.000) dengan perubahan
tick. Kenaikan/penurunan satu tick berbeda-beda sesuai dengan harga
saham:
Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja
ssuka@indosat.net.id
08164221749
= Rp5,= Rp 25
= Rp 50
ssuka@indosat.net.id
08164221749
mudah sekali overreact dengan adanya bad news ini. Akibatnya, harga
saham dengan earnings performance yang tidak konstan akan lebih
menderita bila hal-hal buruk tersebut terjadi. Saham dengan earning yang
dapat diprediksikan dan kontinyu akan lebih kuat bertahan dari semua
goncangan tersebut. Jelasnya, akan kurang berisiko jika membeli saham
dengan kondisi finansial yang stabil daripada perusahaan yang labil
(sebagai catatan: saham-saham bukan first layer dapat pula memberikan
gain lebih besar jika terjadi overreact hyphotesis).
3. Sebaiknya memilih saham yang harganya sedang naik
Yang paling sulit bagi para investor adalah membeli saham pada saat
harga sedang naik. Sebagian dari para investor akan berfikir untuk
menunggu sampai harga saham turun sebelum membelinya. Ide membeli
saham pada harga rendah masuk akal tetapi itu merupakan kesalahan.
Pertama, investor akan kehilangan kesempatan karena saham yang baik
tidak akan turun begitu harganya naik. Membeli saham pada harga
rendah dan menjualnya pada harga tinggi memang impian setiap orang
tetapi seringkali kita tidak pernah tahu kapan titik terendah terjadi dan
kapan titik tertinggi dapat diraih.
III. ANALISIS FUNDAMENTAL
A. EFFICIENT MARKET THEORY
Efficient Market Theory (Teori Pasar Efisien) mengatakan bahwa harga
sekuritas dinilai secara pas dan benar serta merefleksikan semua informasi dan
ekspektasi investor. Teori ini menyatakan bahwa investor tidak dapat
mendapatkan keuntungan dari pasar saham secara konsisten karena pasar
mengikuti IID (Identically Independent Distributed). Pasar bereaksi sesuai dan
segera setelah informasi baru datang. Oleh karena itu diasumsikan bahwa pasar
mempunyai harga yang pas/tepat tidak terjadi undervalued atau overvalued
untuk semua sekuritas dalam jangka waktu lama sehingga dapat diperoleh
keuntungan dari transaksi beli/jual.
Menurut teori pasar efisien, harga mencerminkan semua informasi yang
tersedia dan informasi datang secara random/acak sehingga investor tidak akan
mendapatkan keuntungan walau menggunakan semua tipe teori yang ada, baik
fundamental maupun teknikal. Pasar efisien jika informasi sempurna atau
simetris. Informasi disebut sempurna jika memenuhi tiga syarat, yaitu (1) secara
kualitas (quality), (2) waktu (time), dan persepsi (perception) diterima sama oleh
semua fihak. Informasi simetri jika diasumsikan bahwa setiap detail informasi
telah dikumpulkan dan diproses oleh ribuan investor dan informasi tersebut (baik
yang lama atau baru) sudah dinilai secara tepat yang tercermin pada harga yang
terbentuk.
Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja
ssuka@indosat.net.id
08164221749
10
ssuka@indosat.net.id
08164221749
11
ssuka@indosat.net.id
08164221749
12
3. Company Analysis
Analisis perusahaan digunakan untuk mengetahui kesehatan finansial
perusahaan yang bersangkutan. Untuk mengetahui kesehatan keuangan
perusahaan dilakukan dengan mempelajari laporan keuangan. ratio keuangan,
dan cash flow.
Rasio-rasio keuangan dihitung dari laporan keuangan. Ada lima kelompok
rasio keuangan, yaitu profitability (keuntungan), price (harga), liquidity
(likuiditas), leverage (hutang), dan efficiency (efisiensi). Untuk melihat kinerja
perusahaan melalui rasio keuangan, biasanya dibandingkan dengan perusahaan
lainnya dalam industri yang sama untuk menentukan posisi perusahaan apakah
"normal" atau tidak normal. Selain di bandingkan dengan perusahaan lain,
kinerja keuangan juga dapat dibandingkan dengan pasar (diwakili dengan
indeks). Berikut ini adalah rasio-rasio yang biasa populer digunakan.
a. Net Profit Margin (NPM).
Rasio profitabilitas NPM dihitung dari Net Income (laba bersih) dibagi
dengan Total Sales (jumlah penjualan).
Net Income
NPM = --------------Total Sales
Rasio ini mengindikasikan berapa banyak keuntungan perusahaan yang di
dapatkan dari setiap rupiah penjualan yang terjadi. Sebagai contoh, NPM = 30%
mengindikasikan bahwa Rp0,30 dari setiap Rp1 penjualan menghasilkan
keuntungan.
b. P/E Ratio (Price/Earnings ratio).
Rasio P/E adalah rasio harga yang dihitung dari current stock market
price (harga pasar saham saat ini) dibagi dengan earnings per share (EPS) atau
(pendapatan perlembar saham) 4 triwulan yang lalu. EPS diperoleh dari net
income (laba bersih) atau earning after tax (EAT) dibagi dengan total share
outstanding (jumlah lembar saham yang beredar).
Current stock market price
P/E = -----------------------------------EPS
Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja
13
Rasio P/E memperlihatkan berapa yang harus dibayar oleh investor untuk
membeli Rp1 earning perusahaan. Sebagai contoh, jika harga pasar sekarang
dari sebuah saham adalah Rp2000 dan EPS 4 triwulan yang lalu adalah Rp 200,
maka rasio P/E adalah 10 (Rp2000 / Rp200 = 10). Artinya, investor harus
membayar Rp10 untuk membeli Rp1 earning perusahaan.
Tentunya,
ekspektasi investor terhadap kinerja perusahaan diwaktu yang akan datang
memegang peranan penting dalam mementukan rasio P/E perusahaan.
Pendekatan umum yang biasa digunakan adalah dengan membandingkan
dengan P/E perusahaan lain dalam industri yang sama. Jika hal lainnya tetap,
maka perusahaan dengan rasio P/Eyang rendah mempunyai nilai lebih baik.
c. Book Value Per Share.
Book Value (nilai buku) perusahaan adalah rasio harga yang dihitung
dengan membagi total net assets (aset dikurangi hutang) dengan total shares
outstanding (jumlah lembar saham yang beredar). Nilai buku tergantung pada
metode yang digunakan dan umur aset. Nilai buku berguna untuk menentukan
apakah saham overpriced (dinilai terlalu tinggi) atau under-priced (dinilai terlalu
rendah). Apabla sebuah sekuritas dijual pada harga jauh di bawah nilai buku,
maka diindikasikan bahwa sekuritas tersebut adalah under-priced.
Total net assets
Book Value per share = -------------------------------Total shares outstanding
Total net assets = Total assets-liabilities
Bila market value (harga pasar) > book value, maka saham overpriced/
overvalued strategi: jual saham
Bila market value < book value, maka saham under-priced/undervalued
startegi: beli saham
d. Current Ratio
Current ratio adalah rasio likuiditas, dihitung dari current assets (aset
lancar) dibagi dengan current liabilities (hutang lancar). Rasio ini digunakan
untuk mengetahui kemampan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Makin tinggi rasio, maka perusahaan makin likuid. Sebagai contoh
current ratio 3.0, artinya aktiva lancar perusahaan jika dilikuidasi dapat
digunakan untuk membayar 3 kali hutang lancar perusahaan.
Current Assets
Current Ratio = -----------------------Current Liabilities
ssuka@indosat.net.id
08164221749
14
e. Debt Ratio
Debt ratio perusahaan adalah leverage ratio (rasio hutang) dihitung dari
total liabilities di bagi dengan total assets. Rasio ini mengukur seberapa besar
aset total yang didanai oleh hutang. Sebagai contoh, debt ratio 40%
mengindikasikan bahwa 40% aset perusahaan telah didanai oleh hutang.
Hutang bagaikan pedang bermata dua. Pada kondisi ekonomi buruk (resesi)
atau tingkat bunga tinggi, maka perusahaan dengan rasio hutang tinggi akan
mengalami problem keuangan. Sebaliknya, dalam keadaan ekonomi baik
(boom), maka
hutang dapat digunakan untuk memacu mendapatkan
keuntungan lebih besar melalui tingkat pertumbuhan keuangan pada biaya
rendah.
Total liabilities
Debt ratio = -----------------Total assets
f. Inventory Turnover
Inventory turnover perusahaan adalah rasio efisiensi yang dihitung
dengan membagi
cost of goods sold (harga pokok penjualan) dengan
inventories (persediaan barang dagangan). Rasio ini mencerminkan efektifitas
manajer perusahaan dalam memanajemeni persediaan barang dagangannya
melalui berapa kali per tahun persediaan beralih tangan. Tentu saja rasio ini
tergantung pada industrinya. Toko seperti Alfa, Makro, Indo Grossir, atau
Carrefour mempunyai turnover yang lebih tinggi daripada perusahaan
penerbangan. Oleh karena itu amatlah penting untuk membandingkan dengan
perusahaan lain dalam suatu industri yang sama.
Cost of goods sold
Inventory turnover = -----------------------inventories
Cost of goods sold = persediaan awal + pembelian persediaan akhir
Selain rasio-rasio di atas, masih banyak rasio-rasio lain yang
digunakan untuk menilai kinerja perusahaan seperti:
Kelompok liquidity ratio (short-term solvency)
Current assets
Current ratio = ------------------Current liabilities
Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja
Current assets-Inventory
Quick ratio = --------------------------------Current liabilities
ssuka@indosat.net.id
08164221749
Cash
Cash ratio = -------------------------Current liabilities
15
Current assets
Interval measure= -----------------------Average daily operating cost
Total debts
Debt-equity ratio = ------------------Total equity
EBIT + Depreciation
Cash coverage ratio= -----------------------Interest
Long-term debt
Long-term debt ratio = ----------------------------------Long-term debt + total equity
EBIT
Times interest earned ratio = ----------------Interest
Kelompok asset utilization (turnover) ratio
Cost of goods sold
365
Inventory turnover = ----------------------- Days sales in inventory = -------------Inventory
Inventory turnover
Sales
365
Receivable turnover = --------------------- Days sales in receivables = -----------Account receivable
Receivable turnover
Sales
Sales
Net working capital turnover = --------- Fixed asset turnover = ------------------NWC
Net fixed assets
Sales
Total asset turnover = ------------------Total assets
Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja
ssuka@indosat.net.id
08164221749
16
Net income
Return on assets (ROA) = -----------------Total assets
Net income
Net income
Return on equity (ROE) =--------------- Return on Investment (ROI) = ----------Total equity
Total investment
Du Pont Identity
Du Pont identity membagi ROE ke dalam 3 bagian, yaitu operating
efficiency (diukur dengan profit margin), asset use efficiency (diukur
dengan total asset turnover) dan financial leverage (diukur dengan equity
multiplier)
NI
NI
Assets
NI
Assets
ROE = --- = ------- X -------- = --------- X -------TE
TE
Assets Assets
TE
Sales
NI
Assets
NI
Sales Assets
ROE = --------- X -------- X -------- = --------- X --------- X -----Sales
Assets
TE
Sales
Assets
TE
ROA
ROE = Profit margin X Total assets turnover X Equity multiplier
ROE = ROA X Equity multiplier = ROA X (1 + Debt-equity ratio)
Kelompok market value ratio
Price per share
Price-earning ratio = -----------------------Earnings per share
Market value per share
Market-to-book ratio = -----------------------------Book value per share
Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja
ssuka@indosat.net.id
08164221749
17
Dividend model
D
P0 = ---------k
P0
D
D1
k
g
Bila Market Value > Intrinsic Value, maka harga saham overvalued strategi:
jual
Bila Market Value < Intrinsic Value, maka harga saham undervalued
strategi: beli
Tidak diragukan bahwa analisis fundamental memegang peranan penting
dalam penentuan harga saham. Walaupun ekspektasi harga berdasarkan pada
faktor-faktor fundamental memberikan arah jangka panjang, penting juga untuk
Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja
ssuka@indosat.net.id
08164221749
18
ssuka@indosat.net.id
08164221749
19
ssuka@indosat.net.id
08164221749
20
ssuka@indosat.net.id
08164221749
21
1. DOW THEORY
Teori ini didasarkan atas penemuan Charles H. Dow yang mendasarkan
pada arah sebuah trend dan tidak pada nilai prediksi durasi puncak atau ukuran
dari trend. Dow menggunakan perilaku pasar saham sebagai barometer kondisi
bisnis dan tidak pada prediksi harga saham itu sendiri. Asumsi teori Dow adalah
mayoritas saham mengikuti trend pasar yang ada pada waktu itu. Untuk
mengukur pasar Dow membuat dua buah indeks, yaitu Dow Jones Industrial
Average (DJIA), yang merupakan saham-saham papan atas (blue-chip/first
layer) dan Transportation Average (dulu bernama Dow Jones Rail Average,
hanya untuk saham-saham dari perusahaan kereta api).
Pasar mempunyai tiga buah gerakan, yaitu primary movement, secondary
reactions, dan minor movement. Yang terpenting adalah primary/major trend
yang biasanya dikenal dengan sebutan bull (rising) atau bear (falling) market
*Major Trend/primary trend: 1th-2 th atau lebih, seperti air pasang (tide)
a. accumulation stage (harga bergerak lambat), peserta mulai ikut ambil
posisi beli
b. bull market model (beli)/markup phase, harga karena ada akumulasi
beli
c. bear market model/distribution stage (jual), terjadi anti klimak (over
priced)
Long-term investor pada prinsipnya lebih memperhatikan arah primary
trend karena dalam menentukan prespekstif pada bull atau bear market.
Jika kenaikan membutuhkan waktu lebih lama daripada waktu penurunan,
maka terjadinya bull market biasanya lebih lama daripada bear market.
Kerugian trading terjadi karena trader dalam posisi yang berlawanan
dengan posisi trend utama.
*Intermediate trend: 3 minggu-6 bulan, seperti gelombang (wave)
*Minor Trend: 1 minggu-3 minggu, seperti riak air (ripples) Untuk transaksi
jangka pendek dalam pasar futures lebih memperhatikan perubahan
harga yang lebih kecil tetapi juga tetap membutuhkan arah primary dan
intermediate trend. Kejutan muncul biasanya pada upside pada bull
market dan dowside pada bear market. Kenaikan trend jangka pendek
diantara bull market lebih besar dalam ukuran daripada downtrends
jangka pendek, dan sebaliknya.
Untuk memperjelas lihat Gambar 1 yang mencerminkan ketiga macam trend
tersebut di atas.
ssuka@indosat.net.id
08164221749
22
Intermediate
movement
Anti klimak
Bear market
Bull market
Accumulation
stage
4 s/d 4 tahun
major movement
ssuka@indosat.net.id
08164221749
23
S
N
ssuka@indosat.net.id
08164221749
24
ssuka@indosat.net.id
08164221749
25
Up side volume adalah volume pada hari-hari lebih banyak saham yang
naik. Dowside volume adalah volume pada hari-hari lebih banyak saham yang
turun.
ssuka@indosat.net.id
08164221749
26
name yang digunakan. Jika konversi berhasil akan muncul conversion report .
Data siap dipakai oleh metastock melalui open dan find ticker.
B. Menggambar Garis
Agar memudahkan analisis dan kecenderungan grafik, maka dengan
bantuan garis (misal, Trend) akan amat membantu visualisasinya. Cara yang
dilakukan dengan menklik icon TRENDLINE, menahannya dan menariknya
sampai tempat yang sesuai. Grafik ada beberapa macam, dengan menggunakan
bar chart dan klik dapat diperoleh properties berbagai macam jenis grafik yang
dapat digunakan, kemudian apply.
1. Bar Chart
high
open
close
low
2. Candlestick
long white: bullish
high
close
open
close
open
low
low
Untuk mengetahui lebih lanjut candle chart dapat dilihat pada lampiran 1
(Appendix A).
3. Point and Figure (P&F)
P&F tidak mempunyai basis waktu. Input P&F hanya terjadi jika ada
perubahan harga, symbol:
Penurunan harga
Kenaikan harga
C. Menggunakan Indikator
Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja
ssuka@indosat.net.id
08164221749
27
ssuka@indosat.net.id
08164221749
28
beli
Jual
MA - periode
panjang
jual
ssuka@indosat.net.id
08164221749
29
Sinyal jual atau beli akan menjadi lebih signifikan apabila persilangan
antara kedua moving average yang digunakan memiliki arah yang sama. Jika
kedua garis moving average bergerak ke atas disebut Golden Cross dan
sebaliknya, jika bergerak ke bawah disebut Death Cross (Pring, 2002).
2. Oscillator (momentum indicators)
Oscillator (momentum indicators) mempunyai banyak manfaat. Manfaat
utama oskilator untuk memberi gambaran yang jelas tentang aktivitas pasar.
Oskilator relatif mudah dibangun dan diinterpretasikan. Salah satu keunggulan
oskilator dapat digunakan dalam kondisi harga sedang bergerak naik, turun,
maupun menyamping. Banyak alat teknikal lainnya tidak mampu memberikan
indikasi bila harga bergerak ke samping.
a. Momentum (Mo)
Momentum mengukur percepatan atau perlambatan harga. Oskilator
momentum dibentuk untuk mengukur kecepatan atau tingkat perubahan.
Oskilator momentum diciptakan dengan mengurangi harga penutupan dengan
harga periode yang lalu yang dipilih Setelah harga setiap periode dikurangkan
maka hasilnya digambarkan di sekitar garis nol.
Sebagai contoh, oskilator momentum lima hari adalah perbedaan antara
harga penutupan sekarang dengan harga penutupan lima hari yang lalu. Hasil
pengurangan setiap harinya baik yang bernilai positif maupun negatif
digambarkan disekitar garis nol. Oskilator momentum bereaksi berdasarkan
keuntungan dari selisih harga sekarang dengan keuntungan dari selisih harga N
periode yang lalu. N adalah jumlah periode yang dipilih. Keunggulan oskilator
momentum dapat memberi arah aktivitas harga pada titik balik pasar. Tabel 1 di
bawah adalah reaksi oskilator momentum untuk memberi arah pada aktifitas
harga melalui titik balik pasar.
Tabel 1
Reaksi Oskilator Momentum
Oskilator Momentum
Deskripsi
Naik
Harga di periode sekarang naik
lebih banyak (turun lebih sedikit)
dari N periode yang lalu.
Datar
Harga naik atau turun di periode
sekarang
jumlahnya
sama
dengan N periode yang lalu.
Turun
Harga di periode sekarang naik
lebih kecil (turun lebih banyak)
dari N periode yang lalu.
Sumber: MetaStock users manual versi 9.0 ( 2004)
ssuka@indosat.net.id
08164221749
30
70/30
oversold
ssuka@indosat.net.id
08164221749
31
ssuka@indosat.net.id
08164221749
32
Indikator
Momentum
(Mo)
Relative Strength Index
(RSI)
Indikator
Money Flow Index
(MFI)
Trend Indicators
Sinyal Beli
Cross(C,Mov(C,opt1,S))
SMA memotong ke atas
grafik harga saham
Cross(C,Mov(C,opt1,W))
WMA memotong ke atas
grafik harga saham
Cross(C,Mov(C,opt1,E))
EMA memotong ke atas
grafik harga saham
Sinyal Jual
Cross(Mov(C,opt1,S),C)
SMA memotong ke bawah grafik
harga saham
Cross(Mov(C,opt1,W),C)
WMA memotong ke bawah grafik
harga saham
Cross(Mov(C,opt1,E),C)
EMA memotong ke bawah grafik
harga saham
Momentum Indicators
Sinyal Beli
Cross[Mo(opt1),100]
Mo memotong ke atas garis
horizontal 100 (seratus)
Cross[RSI(opt1),30] OR
Cross[RSI(opt1),70]
RSI memotong ke atas
garis horizontal 30 atau
garis 70
Cross[CCI(opt1),-100]
CCI memotong ke atas
garis horizontal -100
(minus seratus)
Cross[Stoch(opt1,opt2),20]
Stochastic Oscillator
memotong ke atas garis
horizontal 20
Cross[100,CCI(opt1)]
CCI memotong ke bawah garis
horizontal +100
(plus seratus)
Cross[80,Stoch(opt1,opt2)]
Stochastic Oscillator memotong ke
bawah garis horizontal 80.
Sinyal Jual
Cross[100,Mo(opt1)]
Mo memotong ke bawah garis
horizontal 100 (seratus)
Cross[70,RSI(opt1)] OR Cross
[30,RSI(opt1)]
RSI memotong ke bawah garis
horizontal 30 atau garis 70
Sinyal Jual
Cross[MFI(opt1),20] OR
Cross[MFI(opt1),80]
MFI memotong ke bawah garis
horizontal 20 atau 80
ssuka@indosat.net.id
08164221749
33
Cross[Mo(opt1),{Mov(Mo(opt1),
opt2,S)}]
Momentum memotong ke atas
garis SMA dari Momentum
Cross[Mo(opt1),{Mov(Mo(opt1),
opt2,W)}]
Momentum memotong ke atas
garis SMA dari Momentum
Cross[Mo(opt1),{Mov(Mo(opt1),
opt2,E)}]
Momentum memotong ke atas
garis SMA dari Momentum
Cross[RSI(opt1),Mov{RSI(opt1),
opt2,S)}]
RSI memotong ke atas garis
SMA dari RSI
Cross[RSI(opt1),Mov{RSI(opt1),
opt2,W)}]
RSI memotong ke atas garis
WMA dari RSI
Cross[RSI(opt1),Mov{RSI(opt1),
opt2,E)}]
RSI memotong ke atas garis
EMA dari RSI
Cross[{Mov(Mo(opt1),opt2,S)},
{Mo(opt1)}]
Momentum memotong ke bawah
garis SMA dari Momentum
Cross[{Mov(Mo(opt1),opt2,W)},
{Mo(opt1)}]
Momentum memotong ke bawah
garis WMA dari Momentum
Cross[{Mov(Mo(opt1),opt2,E)},
{Mo(opt1)}]
Momentum memotong ke bawah
garis EMA dari Momentum
Cross[{Mov(RSI(opt1),opt2,S)},
{RSI(opt1)}]
RSI memotong ke bawah garis
SMA dari RSI
Cross[{Mov(RSI(opt1),opt2,W)},
{RSI(opt1)}]
RSI memotong ke bawah garis
WMA dari RSI
Cross[{Mov(RSI(opt1),opt2,E)},
{RSI(opt1)}]
RSI memotong ke bawah garis
EMA dari RSI
Cross[MFI(opt1),{Mov(MFI(opt1),
opt2,S)}]
MFI memotong ke atas garis SMA
dari MFI
Cross[MFI(opt1),{Mov(MFI(opt1),
opt2,W)}]
MFI memotong ke atas garis WMA
dari MFI
Cross[MFI(opt1),{Mov(MFI(opt1),
opt2,E)}]
MFI memotong ke atas garis EMA
dari MFI
Cross(NVI(),Mov(NVI(),opt1,S))
NVI memotong ke atas garis SMA
dari NVI
Cross(NVI(),Mov(NVI(),opt1,W))
NVI memotong ke atas garis WMA
dari NVI
Cross[{Mov(MFI(opt1),opt2,S)},
{MFI(opt1)}]
MFI memotong ke bawah garis
SMA dari MFI
Money Flow Index &
Cross[{Mov(MFI(opt1),opt2,W)},
Weighted Moving Average
{MFI(opt1)}]
(MFI&WMA)
MFI memotong ke bawah garis
WMA dari MFI
Money Flow Index &
Cross[{Mov(MFI(opt1),opt2,E)},
Exponential Moving Average
{MFI(opt1)}]
(MFI&EMA)
MFI memotong ke bawah garis
EMA dari MFI
Negative Volume Index &
Cross(Mov(NVI(),opt1,S),NVI())
Simple Moving Average
NVI memotong ke bawah garis
(NVI&SMA)
SMA dari NVI
Negative Volume Index &
Cross(Mov(NVI(),opt1,W),NVI()
Weighted Moving Average
)
(NVI&WMA)
NVI memotong ke bawah garis
WMA dari NVI
Negative Volume Index & Cross(NVI(),Mov(NVI(),opt1,E))
Cross(Mov(NVI(),opt1,E),NVI())
Exponential Moving Average
NVI memotong ke atas garis EMA NVI memotong ke bawah garis
(NVI&EMA)
dari NVI
EMA dari NVI
Sumber: Ringkasan.dari Pring (2002) dan MataStock Users manual versi 9.0 (2004)
ssuka@indosat.net.id
08164221749
34
resistance
short
long
support
E. Pattern
Head and shoulder, top and bottom, pennants (dibentuk dari dua trend
line yang menyatu), flag (trend volume yang menurun yang diganggu oleh
penurunan atau kenaikan yang tajam), dan wedges (membentuk segitiga pada
garis yang menyatu dibentuk dari sejumlah puncak dan lembah), akan lebih jelas
digambarkan dengan RSI daripada grafik aslinya (lihat Gambar 8).
ssuka@indosat.net.id
08164221749
Actual
price
volume
35
Actual price
volume
volume
Flag
Pennant
Wedges
Gambar 8. Pattern
F. Divergence (Failure swing)
Penyimpangan antara harga asli dengan RSI merupakan indikasi kuat akan
adanya reversal (pembalikan). Jika harga pada trend naik membuat titik tertinggi
baru tetapi RSI malah bergerak turun, maka ini biasanya mengidentifikasikan
akan adanya pembalikan. Biasanya digunakan 9 hari dan 21 hari basis waktu,
dengan price field: close dan menggunakan (clik) horizon line.
ssuka@indosat.net.id
08164221749
36
DAFTAR PUSTAKA
Akermann, C.A., and Keller, W.E., 1977. Relative Strength Does Persist. The
Journal of Portfolio Management, Fall, 38-45.
Biang Liang, 1996. The Dartboard Column: The Pros, the Darts, and the
Market. Working Paper. Case Western Research University, ClevelandOhio. October.
Bohan, J., 1981. Relative Strength: Further Positive Evidence. The Journal of
Portfolio Management, Fall, 36-39
Bruner, R.F., 2003. Case Studies in Finance. Fourth Edition. McGraw-Hill
Brush, J.S., 1986. Eight Relative Strength Models Compared. The Journal of
Portfolio Management, Fall, 21-28.
Chordia, T., and Shivakumar, A., and Anshuman, V.R., 2000. Trading Activity and
Expected Stock Returns. Working Paper, Emory University.
Concrad, J., and Kaul, G., 1998. Long-term Overreaction or biases in Computed
Returns.The Journal of Finance 48, 39-63.
Cottle, S., Murray, R.F., and Block, F.E., 1988. Security Analysis. 5th eds,
McGraw-Hill.
Dalton, J.M., 1993. How the Stock Market Works. 2nd eds, The New York Institute
of Finance.
Diliddo, B., 1998. Stocks Strategies & Common Sense. 4th eds. HSC Publisher.
Drew, G., 1968. New Methods for Profit in the Stock Market, Metcalfe Press,
Boston.
Farid Harianto, and Siswanto Sudomo, 1998. Perangkat dan Teknik Analisis
Investasi di Pasar Modal Indonesia. Penerbit PT Bursa Efek Jakarta.
Grundy, B.D., and Martin, J.S., 2001. Understanding the Nature of the Risks and
the Source of the Rewards to Momentum Investing. The Review of
Financial Studies 14, 29-78.
Hendricks, D.J., Patei, J., and Zeckhauser, R., 1993. Hot Hands in Mutual Funds:
Short-run Persistence of Relative Performance, 1974-1988. Journal of
Finance 48, March, 93-130.
Hong, H., Lim, T., and Stein, J.C., 2000. Bad News Travels Slowly: Size, Analyst
Coverage, and the Profitability of Momentum Strategies. The Journal of
Finance 55, 265-296.
Hubert, M., 1991. Its Not Too Late. Forbes 148 (4), 143
Jegadeesh, N., and Titman, S., 1993. Return to Buying Wieners and Selling
Losers: Implications for Stock Market Efficiency. Journal of Finance 46,
March., 65-91.
Krass. P., 1999. The Book of Investing Wisdom: Classic Writings by Great StockPickers and Legends of Wall Street. Wiley & Son.
Laderman, J.M., 1991. Riding Stocks that Have the Big Mo. Business Week, May
6,118.
Lesmond D.A., Schill, M.J., and Zhou, C., 2001. The Illusory Nature of
Momentum Profits. Working Paper. NBER 4243.
Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja
ssuka@indosat.net.id
08164221749
37
ssuka@indosat.net.id
08164221749
38
Candlesticks
ssuka@indosat.net.id
08164221749
39
Piercing line. This is a bullish pattern and the opposite of a dark cloud
cover. The first line is a long black line and the second line is a long white
line. The second line opens lower than the first line's low, but it closes
more than halfway above the first line's real body.
ssuka@indosat.net.id
08164221749
40
Bearish Patterns
Long black (filled-in) line. This is a bearish line. It occurs when prices
open near the high and close significantly lower near the period's low.
Hanging Man. These lines are bearish if they occur after a significant
uptrend. If this pattern occurs after a significant downtrend, it is called a
Hammer. They are identified by small real bodies (i.e., a small range
between the open and closing prices) and a long lower shadow (i.e., the
low was significantly lower than the open, high, and close). The bodies
can be empty or filled-in.
ssuka@indosat.net.id
08164221749
41
Doji star. A star indicates a reversal and a doji indicates indecision. Thus,
this pattern usually indicates a reversal following an indecisive period. You
should wait for a confirmation (e.g., as in the evening star illustration)
before trading a doji star.
Shooting star. This pattern suggests a minor reversal when it appears after
a rally. The star's body must appear near the low price and the line should
have a long upper shadow.
Reversal Patterns
Long-legged doji. This line often signifies a turning point. It occurs when
the open and close are the same, and the range between the high and low is
relatively large.
ssuka@indosat.net.id
08164221749
42
Dragon-fly doji. This line also signifies a turning point. It occurs when
the open and close are the same, and the low is significantly lower than the
open, high, and closing prices.
Gravestone doji. This line also signifies a turning point. It occurs when
the open, close, and low are the same, and the high is significantly higher
than the open, low, and closing prices.
Star. Stars indicate reversals. A star is a line with a small real body that
occurs after a line with a much larger real body, where the real bodies do
not overlap. The shadows may overlap.
Doji star. A star indicates a reversal and a doji indicates indecision. Thus,
this pattern usually indicates a reversal following an indecisive period. You
should wait for a confirmation (e.g., as in the evening star illustration)
before trading a doji star.
ssuka@indosat.net.id
08164221749
43
Neutral Patterns
Spinning tops. These are neutral lines. They occur when the distance
between the high and low, and the distance between the open and close,
are relatively small.
Doji. This line implies indecision. The security opened and closed at the
same price. These lines can appear in several different patterns.
Double doji lines (two adjacent doji lines) imply that a forceful move will
follow a breakout from the current indecision.
ssuka@indosat.net.id
08164221749