Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS FUNDAMENTAL DAN ANALISIS TEKNIKAL PASAR

MODAL

Disusun Oleh:

Tri Wahyu Ari Hastuti

B300170312

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SURAKARTA

2020
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur, penulis persembahkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Oleh
karena itu, penulis berhasil menyusun sebuah Makalah tentang Analisis Fundanmental
dan Teknikal Pasar Modal. Maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah
untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Portofolio dan Analisis Investasi .

Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Arie
Rachma. selaku Dosen Pengampu mata kuliah Teori Portofolio dan Analisis
Investasi.Tak lupa juga penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
perbaikan makalah ini. Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta, 19 Maret 2020

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

Investasi di pasar modal merupakan alternatif yang perlu dipertimbangkan


oleh orang yang ingin melakukan investasi di financial assets. Penilaian harga
sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal perlu dianalisis baik secara
fundamental maupun teknikal. Para akademisi lebih cenderung menggunakan
analaisis fundamental yang menggunakan ratio-ratio keuangan, prestasi
earnings, dan dividen daripada menggunakan analisis teknikal atau sering
disebut sebagai tape watcher/chartist yang menitikberatkan pada grafik-grafik
yang lebih disukai oleh para praktisi. Dasar pemikirannya adalah pada asumsi
yang digunakan.
Akademisi lebih mempercayai bahwa harga yang terjadi di pasar saham
bersifat Identically Independent Distributed (IID) atau terdistribusi secara identik
dan independen, tidak ada hubungan kausalitas antara harga historis, harga
sekarang, maupun harga dimasa akan datang. Harga yang terjadi benar-benar
saling asing karena dasar pemikirannya pada teori random walk. Teori ini
menyatakan bahwa harga yang terjadi bersifat random dan tidak berpola serta
tidak dapat dipengaruhi dan tidak dapat diprediksikan. Dalam jangka panjang
untuk menilai harga saham diperlukan prediksi berdasarkan atas harga teoritis
atau nilai intrinsiknya. Future earning merupakan pedoman yang penting yang
tercermin pada ekspektasi dividen. independen, tidak ada hubungan kausalitas
antara harga historis, harga sekarang, maupun harga dimasa akan datang.
Kebalikannya, para praktisi lebih mempercayai pada analisis teknikal yang
tidak terlalu risau dengan pertimbangan future earning dan dividen.
Dasar pemikirannya adalah tidak seorangpun yang tahu secara pasti apa yang
akan mempengaruhi prospek earning maupun pembayaran dividen. Yang terpenting
adalah bagaimana memprediksikan rata-rata opini yang akan terjadi dan belajar dari
hal-hal dimasa lalu agar tidak mengalami hal yang sama dimasa depan. Artinya,
kecenderungan atau trend harga merupakan factor penting dari analisis teknikal.
Selain trend rata-rata pergerakan (moving average) juga dipergunakan untuk
menaksirkan rata-rata opini yang tercermin pada gerakan harga.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal kedua pendekatan tersebut biasanya
digunakan dalam menilai harga saham dan membantu membuat keputusan investasi.
Untuk analisis fundamental dapat dipelajari pada text book investasi, teori portfolio
dan manajemen risiko. Analisis teknikal banyak dipelajari dalam training-training
pasar modal. Paper ini, penekanan pada kiat-kiat menilai saham dan bagaimana
teknik untuk memperoleh gain di pasar modal dengan menggunakan analisis
fundamental dan analisis teknikal serta software yang biasa digunakan dalam analisis
teknikal, yaitu Metastock.
BAB II

ANALISIS FUNDAMENTAL

A. EFFICIENT MARKET THEORY


Efficient Market Theory (Teori Pasar Efisien) mengatakan bahwa harga
sekuritas dinilai secara pas dan benar serta merefleksikan semua informasi dan
ekspektasi investor. Teori ini menyatakan bahwa investor tidak dapat mendapatkan
keuntungan dari pasar saham secara konsisten karena pasar mengikuti IID
(Identically Independent Distributed). Pasar bereaksi sesuai dan segera setelah
informasi baru datang. Oleh karena itu diasumsikan bahwa pasar mempunyai harga
yang pas/tepat tidak terjadi undervalued atau overvalued untuk semua sekuritas
dalam jangka waktu lama sehingga dapat diperoleh keuntungan dari transaksi jual
beli.
Dalam kenyataanya informasi tidak bisa fully efficient tetapi economically
efficient, yaitu secara weak-form bila informasi pasar yang diketahui; semi-strong
form berdasarkan atas informasi yang dipublikasikan; dan strong-form jika semua
informasi baik pasar, publik, maupun privat diketahui. Pengujian weakform efficient
dengan melihat anomali pasar (overreact hypothesis). Pengujian semi-strong melalui
event study dengan melihat abnormal return sebelum, saat dan sesudah event terjadi.
Pengujian strong-form dilakukan dengan memasukkan semua unsure informasi yang
ada. Return tidak dapat ditingkatkan dengan mempelajari data saham historis, baik
menggunakan fundamental maupun teknikal karena data lampau tidak berpengaruh
terhadap harga kini dan harga diwaktu yang akan datang.Persoalan yang timbul pada
analisis fundamental dan teknikal adalah keduanya melakukan ekspektasi
berdasarkan pada harga saham masa lampau. Menurut teori pasar efisien, return tidak
dapat diperoleh walaupun investor telah menggunakan indikator analisis teknikal
yang mempunyai track record hebat, kondisi oversold, maupun menggunakan trend
industri dls. Sebaliknya, informasi tidak simetri atau pasar tidak efisien jika
ekspektasi investor dapat mengendalikan harga. Artinya, harga masa lampau
mempunyai pengaruh yang signifikan mempengaruhi harga yang akan datang.

B. FUNDAMENTAL ANALYSIS
Fundamental analysis (analisis fundamental) merupakan analisis mengenai
ekonomi, industri, dan perusahaan yang menentukan nilai saham perusahaan. Analisis
fundamental memfokuskan pada statistik laporan keuangan perusahaan untuk
menentukan harga saham dinilai secara tepat. Sebenarnya, dalam menganalisis nilai
suatu saham akan lengkap jika menggunakan analisis fundamental dan analisis
teknikal. Analisis fundamental digunakan sebagai penunjuk arah/baromenter jangka
panjang (long-term point of view.
Analisis fundamental melihat perkembangan rasio-rasio keuangan dari sisi
likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, market to book value analysis, turnover, dan
kebijakan keuangan perusahaan dalam melakukan investasi dan pendanaan. Selain
itu, perkembangan kinerja dan kebijakan dividen dapat melengkapi analisis
fundamental.
Analisis teknikal lebih bersifat jangka pendek karena hanya menggunakan
harga saham historis (merupakan last done) sebagai pedoman. Sering terjadi
mengaplikasikan analisis teknikal ke grafik dengan menggunakan data fundamental,
misalnya membandingkan trend tingkat bunga dengan perubahan harga sekuritas.
Juga populer menggunakan analisis fundamental untuk memilih sekuritas dan
kemudian menggunakan analisis teknikal untuk melihat perdagangan secara
individual. Investor akan mendapatkan keuntungan jika menggunakan kedua analisis.
Kebanyakan informasi fundamental memfokuskan pada statistik ekonomi,
indusrtri, dan perusahaan. Ada empat konsep dasar dalam melakukan
analisis.Pendekatan yang digunakan untuk menganalsis sebuah perusahaan dilakukan
melalui empat tahap (top-down analysis)
1. melihat kondisi ekonomi secara umum (economic aspect);
2. melihat kondisi industri (industry aspects);
3. melihat kondisi perusahaan (company aspects);
4. melihat nilai saham perusahaan (stock valuation).

BAB III
KIAT-KIAT BERINVESTASI DI PASAR SAHAM

Sebelum membicarakan kiat-kiat berinvestasi di pasar saham perlu


diketahui lebih dahulu mitos-mitos yang terjadi di pasar saham yang sering
menjerumuskan calon investor dan investor dalam pengambilan keputusan
berinvestasi (Diliddo, 1998).
.
A. Mitos dalam Pasar Saham
Ada lima (5) buah mitos dalam pasar saham.
1. Price to earning ratio (P/E) memberikan informasi bahwa apakah
suatu saham mahal atau murah.
Rasio P/E mudah diketahui baik dari koran, majalah, ataupun publikasi laporan
saham (misal, Bisnis Indonesia, Warta Ekonomi, Wall Street Journal) tetapi P/E tidak
memberikan arti apapun untuk menilai saham. Tidak bisa dengan mudahnya
membandingkan suatu perusahaan A yang mempunyai P/E 7 dengan saham B yang
mempunyai P/E 14 dan kemudian dikatakan bahwa perusahaan dengan P/E 14
mencerminkan harga yang lebih murah atau justru lebih mahal. Dibutuhkan informasi
lainnya. Yang dibutuhkan investor adalah value to price ratio. Dengan value to price
ratio investor dapat menentukan dengan cepat apakah suatu saham dijual dengan
harga yang murah atau mahal. Untuk mengetahui value to price ratio dibutuhkan
rumus dan teori mengenai nilai intrinsik yang cukup komplek dan membutuhkan
lebih banyak waktu.Untuk keputusan segera value to price ratio tidak cocok untuk
digunakan.
2. Adanya asumsi bahwa risiko yang tinggi diperlukan untuk membuat
banyak uang dalam pasar saham.
Persepsi mengenai risiko tinggi dalam melakukan investasi tidak sematamata
tanpa alasan. Menginvestasikan uang dalam saham adalah jalan
yang terbaik dari rata-rata orang untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Kadang lebih aman daripada menginvestasikan uang pada real estate,
lukisan atau benda-benda antik, ataupun pada real assets lainnya.
Investor dapat memperoleh banyak uang dalam membeli saham
pada risiko yang rendah jika:
a. membeli saham dengan konsisten dengan predictable earning growth;
b. membeli saham dengan earning growth rates yang sama atau lebih
besar dari jumlah tingkat inflasi sekarang dan tingkat bunga yang berlaku;
c. jangan investasikan lebih dari 10% uangmu dalam satu buah
saham saja;
d. jangan memiliki lebih dari 2 saham dalam industri yang sama;
e. jangan masukkan seluruh uangmu dalam pasar saham tetapi distribusikan ke
investasi lain sepanjang waktu;
f. membatasi risiko dengan menggunakan stop-sell order dan stoploss
(prosentase dalam menanggung rugi untuk menghindari kerugian lebih banyak).
Saham dengan predictable earnings growth yang konsisten adalah saham teraman
yang dapat dibeli. Sebuah portofolio dengan rata-rata earnings growth rate paling
minim 14% per tahun mempunyai kemungkinan nilainya akan menjadi dua kali lipat
dalam lima tahun. Dalam 20 tahun nilainya akan meningkat 1.500 %. Jika anda
membeli 10 buah saham dan memberi batasan kerugian pada setiap saham maksimal
10% dengan menggunakan stop-sell orders, maka risiko portofolio totalnya hanya
10% karena risiko untuk setiap saham hanya 1%. Adakah investasi lain yang seaman
ini?
3. Membeli saham pada saat harga turun dan menjualnya pada saat
harga naik
Mitos ini adalah kata-kata bijak kumo yang menyatakan bagaimana memperoleh
uang dalam pasar saham, yaitu membeli rendah dan menjual tinggi. Hal ini tidak
benar. Persoalan ini timbul karena investor bingung dengan pendapat konvensional
yang mengasumsikan bahwa jika harga saham bergerak turun berarti harga rendah
dan jika harga bergerak naik berarti harga tinggi. Sebagai konsekuensinya, investor
membeli saham pada saat harga turun dan menjualnya pada harga tinggi. Hal ini
merupakan suatu keputusan yang buruk.
4. Untuk menghindari inflasi dilakukan hedging
Bertahun-tahun para broker saham dan salesmen danareksa selalu menyatakan bahwa
saham sebaiknya di hedge untuk menghindari risiko adanya inflasi. Pernyataan
tersebut dapat dikatakan benar tetapi juga dapat dikatakan salah, tergantung darimana
kita melihatnya. Kenaikan inflasi akan menyebabkan kenaikan suku bunga. Pada
kondisi demikian investor dapat mengatakan behwa “saya bisa memperoleh uang
banyak dengan bunga obligasi yang tinggi (sebagai catatatan: obligasi dengan
floating rate) sehingga mengapa saya harus tetap menginvestasikan uang saya di
saham?” Sebagai akibatnya investor akan menjual sahamnya dan harga saham akan
turun. Hal lain akibat adanya inflasi yang pasti akan menyebabkan tingkat bunga
meningkat (Fisher effect) dan menyebabkan cost of business juga meningkat,
lanjutannya corporate earning akan turun dan harga saham akan turun pula.
Ada beberapa kiat yang dapat dilakukan dalam berinvestasi di pasar saham:
1. Gunakan pialang yang bonafit
2. Membeli saham secara bijaksana
3. Lebih menggunakan otak daripada luck
4. BerInvestasi dalam jangka panjang
5. Membiasakan diri untuk mengikuti perkembangan informasi di bursa saham
6. Memperoleh undervalued gain di IPO (Initial Public Offering)
7. Memilih saham dalam prospek industri yang akan menjadi primadona.
B. Bagaimana Memilih Saham?
Aturan-aturan yang masuk akal berikut ini merupakan pedoman dalam memilih
saham yang akan dibeli di pasar.
1. Sebaiknya memilih saham yang undervalued
Bijaksana jika memilih saham yang mempunya pengalaman memberikan
earnings yang konsisten dan growing earning yang cepat. Jika nilai saham
lebih tinggi dari harganya maka harga disebut undervalued, maka saham
jenis ini adalah kandidat untuk dipilih. Saham yang undervalued akan
memberikan kesempatan sebagai “winner” dan menghindari dari risiko
bila dibandingkan dengan saham yang overvalued.
2. Sebaiknya memilih saham yang aman
beberapa saham bagaikan sebuah yoyo yang naik-turun (di
Indonesia misalnya pada tahun 2002, Tambang Timah/TINS dan sahamsaham bank)
dan selalu menimbulkan berita, tetapi ada pula saham yang selalu stabil tenang tidak
terlalu berfluktuasi (contoh misalnya, Uniliver,
dan HM Sampurna). Kelompok saham pertama mempunyai volatilitas tinggi sebagai
pencerminan ketakutan, kekawatiran, dan ketidakpastian dimasa depan, sedangkan
kelompok lainnya mempunyai track records earnings performance yang stabil.
Volatilitas harga dan peningkatan risiko disebabkan oleh berbagai macam hal seperti,
rumors (di Indonesia amat kental nuansanya), pembunuhan secara politik, bencana
alam, kondisi keamanan dan lain sebagainya yang menimbulkan kekalutan dan
ketidakpastian. Shareholders dengan tingkat kepercayaan yang kecil akan mudah
sekali overreact dengan adanya bad news ini. Akibatnya, harga saham dengan
earnings performance yang tidak konstan akan lebih menderita bila hal-hal buruk
tersebut terjadi. Saham dengan earning yang dapat diprediksikan dan kontinyu akan
lebih kuat bertahan dari semua goncangan tersebut. Jelasnya, akan kurang berisiko
jika membeli saham dengan kondisi finansial yang stabil daripada perusahaan yang
labil (sebagai catatan: saham-saham bukan first layer dapat pula memberikan gain
lebih besar jika terjadi overreact hyphotesis).
3. Sebaiknya memilih saham yang harganya sedang naik
Yang paling sulit bagi para investor adalah membeli saham pada saat harga sedang
naik. Sebagian dari para investor akan berfikir untuk menunggu sampai harga saham
turun sebelum membelinya. Ide membeli saham pada harga rendah masuk akal tetapi
itu merupakan kesalahan. Pertama, investor akan kehilangan kesempatan karena
saham yang baik tidak akan turun begitu harganya naik. Membeli saham pada harga
rendah dan menjualnya pada harga tinggi memang impian setiap orang tetapi
seringkali kita tidak pernah tahu kapan titik terendah terjadi dan kapan titik tertinggi
dapat diraih.
C. ANALISIS TEKNIKAL
Pendekatan teknikal untuk keputusan investasi merefleksikan ide bahwa
harga bergerak dalam trends yang dicerminkan dengan perubahan perilaku
investor dalam menaksirkan ekonomi, moneter, politik, dan psikologi. Seni
pendekatan teknikal adalah identify trend changes at an early stage and to
maintain an investment posture until the weight of the evidence indicates that the
trend has reversed (Pring, 2002: 2). Dasar pemikirannya adalah manusia
sebagai makluk pada dasarnya kurang lebih konstan dan trend bereaksi pada
situasi yang kurang lebih sama dengan cara yang konstan. Dengan mempelajari titik
balik pasar sebelumnya akan dimungkinkan untuk melihat beberapa karakteristik
yang dapat membantu mengidentifikasikan titik tertinggi dan titik terendah pasar.
Analisis teknikal berdasarkan atas asumsi bahwa orang akan selalu melakukan
kesalahan yang sama seperti yang pernah dilakukan sebelumnya
Hubungan manusia amat komplek dan tidak pernah sama satu sama lainnya.
Pasar yang merefleksikan keinginan orang tidak pernah identik dalam performance-
nya tetapi kesamaan karakteristiknya dapat digunakan untuk menentukan major
juncture points. Analisis teknikal membuat alat sebagai indikator dalam menangkap
dan mengisolasi titik-titik yang mencerminkan cyclical market juncture.
Analisis teknikal dapat dibagai ke dalam 3 area pokok, yaitu: (1) sentiment,
(2) flow-of-funds, dan (3) market structure indicators. Sentimen merupakan
expectational indicators yang memonitor emosi para investor. Jadi indeks sentimen
bergerak dari satu titik ekstrem pada bear market bottom ke bull market top. Asumsi
indikator ini adalah kelompok investor yang berbeda konsisten dengan aksinya pada
major market turning points. Flow-of-funds indicators menganalisis posisi finansial
dari berbagai macam kelompok investasi untuk mengetahui potensinya dalam
membeli dan menjual saham. Harga dimana transaksi tersebut terjadi harus sama
antara pembeli dan penjual. Sehingga jumlah uang yang mengalir ke luar harus sama
dengan uang yang mengalir masuk. Pendekatan flow-of-funds amat peduli dengan
before-the-fact balance antarpenawaran dan permintaan atau disebut hubungan ex
ante.
DAFTAR PUSTAKA

Akermann, C.A., and Keller, W.E., 1977. Relative Strength Does Persist. The
Journal of Portfolio Management, Fall, 38-45.
Biang Liang, 1996. The “Dartboard” Column: The Pros, the Darts, and
the
Market. Working Paper. Case Western Research University, Cleveland-
Ohio. October.
Bohan, J., 1981. Relative Strength: Further Positive Evidence. The Journal of
Portfolio Management, Fall, 36-39
Bruner, R.F., 2003. Case Studies in Finance. Fourth Edition. McGraw-Hill
Brush, J.S., 1986. Eight Relative Strength Models Compared. The Journal of
Portfolio Management, Fall, 21-28.
Chordia, T., and Shivakumar, A., and Anshuman, V.R., 2000. Trading
Activityand Expected Stock Returns. Working Paper, Emory University.

Anda mungkin juga menyukai