Ria Faizah
Ria Faizah
Oleh :
RIA FAIZAH M
III-B
07.40.086
Di susun oleh:
Satuan keadaan sakit yang menurut akal sehat klien lanjut usia itu tidak dapat lagi
atau tiada harapan lagi untuk sembuh.
2. Pengertian kematian/mati
Seseorang yang dianggap sudah mati ialah ia tidak lagi mempunyai denyut nadi,
tidak bernafas selama beberapa menit dan ketiadaan segala refleks, serta ketiadaan
kegiatan otak.
Sebab-sebab kematian
1. Penyakit
Keganasan, misalnya:
Carnisoma (C)
Carnisoma Hati
Carnisoma Paru
Carnisoma Mammae
Penyakit kronis,misalnya :
DM Gangguan Edokrin
Tahap ini adalah kejutan dan penolakan. Biasanya sikap itu ditandai
dengan komentar : Saya? tidak mungkin. selama tahap ini klien lanjut usia
sesungguhnya mengatakan bahwa maut menimpa semua orang kecuali dia. klien
lanjut usia biasanya terpengaruh oleh penolaknnya sehingga ia tidak
memperhatikan fakta-fakta yang mugkin sedang dijelaskan kepadanya oleh
perawat. ia malahan dapat menekan apa yang telah ia dengar atau mungkin akan
minta pertolongan dari berbagai macam sumber profesional dan non professional
dalam upaya melarikan diri dari kenyataan bahwa maut sudah ada di ambang
pintu.
2. Tahap kedua (tahap marah)
Tahap ini ditandai oleh rasa amarah dan emosi yang tidak terkendalikan.
klien lanjut usia itu berkata : Mengapa saya ? seringkali klin lanjut usia akan
selalu mencela setiap orang dalam segala hal. ia mudah marah terhadap perawat
dan petugas petugas kesehatan lainnya terhadap apa saja yang mereka lakukan.
pada tahap ini bagi klin lanjut usia lebih merupakan hikmah daripada kutukan .
kemarahan di sini merupakan mekanisme pertahanan diri klin lanjut usia . akan
tetapi, kemarahan yang sesungguhnya tertuju kepada kesehatan dan kehidupan.
Pada saat ini perawat kesehatan harus hati-hati dalam memberikan penilaian
dalam mengenali kemarahan dan emosi yang tak terkendalikan sebagai reaksi
uyang terhadap kematian yang perlu diungkapkan.
3. Tahap ketiga (tahap tawar-menawar)
Pada tahap ini klien lanjut usia pada hakekatnya berkata: ya. benar, Aku,
tetapi, Kemaraahan biasanya mereda dank lien lanjut usia dapat menimbulkan
kesana sudah dapat menerima apa yang sedang terjadi dengan sendirinya . akan
tetapi, pada tahap tawar-menawar inilah banyak orang cenderung untuk
menyelesaikan urusan rumah tangga mereka sebelum maut tiba, dan akan
menyiapkan hal-hal seperti membuat surat dan mempersiapkan jaminan hidup
bagi orang orang tercinta yang ditinggalkan.
selam tawar-menawar segala permohonan yang dikemukakan hendaknya
dapat dipenuhi karena merupakan bagian dari urusan-urusan yang belum selesai
dan harus dibereskan sebelum mati. misalnya klien lanjut usia mempunyai satu
permintaan terakhir untuk melihat pertandingan olahraga , mengunjungi seorang
kerabat, melihat cucu terkecuali, pergi makan di restorant, dan sebagainya.
perawat dianjurkan memenuhi permohonan itu karena tawar menawae membantu
klien lanjut usia memasuki tahap-tahap berikutnya.
4. Tahap keempat (tahap sedih)
Tahap ini klien lanjut usia pada hakekatnya berkata : ya, benar aku, ini
biasanya merupakan saat-saat yang sedih, karena klien lanjut usia sedang dalam
suasana berkabung karena di masa lampau ia sudah kehilangan orang yang
dicintainya dan sekarang ia akan kehilangan nyawanya sendiri ,bersama dengan
itu harus harus meninggalkan semua hal yang menyenangkan yang telah
dinikmatinya . selama tahap ini klien lanjut usia cenderung untuk tidak banyak
bicara dan sering menangis. saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang di
samping klien lanjut usia yang sedang melalui masa sedihnya sebelum mati.
5. Tahap kelima (tahap akhir/tahap menerima)
tahap ini ditandai oleh sikap menerima kematian. Menjelang saat ini klien
Lanjut Usia telah membereskan urusan-urusan yang belum selesai dan mungkin
tidak ingin berbicara lagi oleh karena ia sudah menyatakan segala sesuatunya.
tawar-menawar sudah lewat dan tibalah saat kedamaian dan ketenanagan.
seseorang mungkin saja berada lama sekali dalam tahap menerima tetapi bukanlah
tahap pasrah yang berarti kelelahan. Dengan kata lain, pasrah kepada maut tidak
berarti menerima maut.
Pengaruh kematian
1. Pengaruh kematian terhadap keluarga klien lanjut usia
Bersikap kritis terhadap perawatan
Keluarga dapat menerima keadaan keluarganya
Terputusnya komunikasi dengan orang menjelang maut
Penyesalan keluarga dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak
dapat mengatasi rasa
Pengalihan tanggung jawab dan beban ekonomi
keluarga menolak diaknosa, penolakan tersebut dapat memperbesar beban
emosi keluarga.
Mempersoalkan kemampuan tim kesehatan
2. Pengaruh kematian terhadap tetangga/teman
Simpati dan dukungan moril
Meremehkan / mencela kemampuan tim kesehatan
Pengertian saat kematian
yang
memungkinkan rasa nyaman bagi klien lanjut usia ( misalnya sering mengubah
posisi tidur, perawatan fisik dan sebagainya).
2. Kebutuhan kebutuhan emosi
Untuk mengambarkan ungkapan sikap dan perasaan klien lanjut usia
dalam menghadapi kematian.
Untuk mengenal atau mengetahui bahwa proses ini umumnya kematiannya terjadi
karena menyadari akan datangnya kematian atau ancaman maut.
Berikan kesempatan klin lanjut usia mengunakan caranya sendiri dalam
menghadapi kematian sejauh tindakan merusak.
Memfasilitasi klien lanjut usia dalam menghadapi kematian, luangkan waktu
setidak-tidanya 10 menit sehari, baik dengan bercakap-cakap ataupun sekedar
bersamanya.
2. Tahap II kemarahan
Untuk mengenal atau meamahami tingkah laku serta tanda-tandanya.
Berikan kesempatan klien lanjut usia mengungkapan kemarahannya dengan katakata.
Ingatlah, bahwa dalam benaknya bergrjolak pertanyaan mengapa hal ini terjadi
pada diriku ?
Sering kali perasaan ini dialihkan kepada orang lain atau anda sebagai cara klien
lanjut usia bertingkah laku.
3.
Berikan kepa klien lanjut usia menghadapi kematian dengan tawar menawar.
Jangan menolong menyenangkan klien lanjut usia ingatlah bahwa tindakan ini
sebenarnya hanyalah memenuhi kebutuhan petugas, jangan takut menyaksikan
klien lanjut usia atau keluarganya menangis. hal ini merupakan ungkapan
pengekspresian kesedihannya. Anda boleh saja ikut berduka cita.
Apakah saya akan mati? Sebab sebetulnya pertanyaan klien lanjut usia
tersebut
hanyalah
sekedar
mengisi
dan
menghabiskan
waktu
untuk
Luangkan waktu untuk klien lanjut usia (mugkin beberapa hari dalam sekali).
setiap keluarga akan berbeda dengan sikap klien lanjut usia.Oleh karena itu, sedia
kan waktu mendiskusikan perasaan mereka.
untuk
berpatisipasi
dalam
pengambilan
keputusan
mengenai
perawatannya.
6. Berhak untuk mengharapakan akan terus mendapat perhatian medis dan
perawatan walaupun tujuan penyembuhan harus diubah menjadi tujuan
memberikan rasa nyaman.
7. Berhak unutu tidak mati dalam kesepian.
8. Berhak untu bebas dalam rasa nyeri.
9. Berhat untuk memperoleh jawaban yang jujur atas pertanyaan-pertanyaan.
10. Berhak untuk tidak tertipu.
11. Berhak untu mendapatkan bantuan dari dan untuk keluarganya dalam menerima
kematian.
12. Berhak untuk mati dengan benar dan terhormat.
13. Berhak untuk mempertahankan individualitas dan tidak dihakimi untuk keputusan
keputusan yang mungkin saja bertentrangan dengan orang lain.
14. Membicarakan dan memperluas pengalaman-pengalaman keagamaan dan
kerohaniaan.
15. Behak untuk mengharapakan bahwa kesucian tubuh manusia akan dihormati
sesudah mati.
Daftar pustaka:
NUGROHO, Wahjudi Perawatan lanjut usia/ Wahjudi Nugroho; editor, Silvana
Evi Linda; Desain cover, Yulli M. Jakarta : EGC, 1995
NUGROHO, Wahjudi Perawatan lanjut usia/ Wahjudi Nugroho; editor, Silvana
Evi Linda; Desain cover, Yulli M. Jakarta : EGC, 2000