Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK

Oleh :
RIA FAIZAH M
III-B

07.40.086

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KABUPATEN
MALANG

Di susun oleh:

RIA FAIZAH M : 07.40.086


Pembimbing:Erfandi

ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA DENGAN KEADAAN TIDAK ADA


HARAPAN SEMBUH (YANG MEGHADAPI SAAT KEMATIAN)
Seorang perawatan professional dalam merawat lanjut usia yang tidak ada
harapan mempunyai ketrampilan yang multi komplek. sesuai dengan peran yang dimiliki,
perawatan harus mampu memberikan pelayanan keperawatan dalam memenuhi
kebutuhan klien lanjut usia dan harus menyelami perasaan-perasaan hidup dan mati.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia yang sedang
menghadapi sakarotul maut tidaklah selamanya muda, klien lanjut usia akan memberikan
reaksi-reaksi yang berbeda beda, bergantung kepada kepribadian dan cara klien lanjut
usia menghadapi hidup. tetapi bagaimanapun keadaan, situasi dan kondisinya perawat
harus dapat menguasai keadaan terutama terhadapkeluarga klien lanjut usia. Biasanya,
anggota keluarga dalam keadaan krisis ini memerlukan perhatian perawatan karena
kematian pada seseorang dapat dating dengan berbagai cara, dapat terjadi secara tiba-tiba
dan dapat pula berlangsung berhari-hari. kadabg kadang sebelum ajal tiba klien lanjut
usia ke hilangan kesadarannya terlebih dahulu.
Terminologi
1. Pengertian sakit gawat

Satuan keadaan sakit yang menurut akal sehat klien lanjut usia itu tidak dapat lagi
atau tiada harapan lagi untuk sembuh.
2. Pengertian kematian/mati
Seseorang yang dianggap sudah mati ialah ia tidak lagi mempunyai denyut nadi,
tidak bernafas selama beberapa menit dan ketiadaan segala refleks, serta ketiadaan
kegiatan otak.
Sebab-sebab kematian
1. Penyakit
Keganasan, misalnya:

Carnisoma (C)

Carnisoma Hati

Carnisoma Paru

Carnisoma Mammae

Penyakit kronis,misalnya :

CVD (Cerebro Vasculair Diseases)

CRF (Chronic Renal Failure = Gangguan Ginjal

DM Gangguan Edokrin

MCI (Myocard Infarc)= Gangguan Kadiovaskuler

COPDM (Chronic Obstruction Pulmo Diesases)

2. Kecelakaan, misalnya : Epidurat Haematoma


Ciri-ciri/tanda-tanda pada klien lanjut usia menjelang kematian

1. Gerakan dan penginderaan menghilang secara berangsur-angsur. biasanya dimulai


pada anggota badan, khususnya kaki dan ujung kaki.
2. Gerakan peristaltic usus menurun.
3. Tubuh klien lanjut usia tampak mengembang.
4. badan dingin dan lembab terutama pada kaki, tangan, dan ujung hidungnya.
5. kulit nampak pucat, berwarna kebiru-biruan/kelabu.
6. denyut nadi mulai tidak teratur.
7. nafas dengkur berbunyi keras (stridor) yang disebabkan oleh adanya lender pada
saluran pernafasan yang tidak dapat dikeluarkan oleh klien lanjut usia.
8. tekanna darahnya menurun.
9. terjadi gangguan kesadaran (ingatan menjadi kabur).
Tanda-tanda kematian
1. Pupil (bola matanya) tetap membesar atau melebar dan tidak berubah-ubah.
2. Hilangnya semua refleks dan ketiadaan kegiatan otak yang tampak jelas dalam
hasil pemeiksaan EEG yang menunjukkan mendatar dalam waktu 24 jam.
Tahap-tahap menuju kematian
Tahap tahap untuk itu tidak selamanya berurutan secara tetap tetapi dapat saling
tindih kadang-kadang seorang klien lanjut usia melalui satu tahap tertentu untuk
kemudian kembali lagi ke tahap itu. Lamanya setiap dapat bervariasi mulai dari beberapa
jam sampai beberapa bulan, Aapbila suatu tahap tertentu berlangsung sangat singkat, bisa
timbul kesan seolah-olah klien lanjut usia melompati satu tahap jika perawat
memperhatikan secara seksama dan cermat.
1. Tahap pertama (tahap penolakan)

Tahap ini adalah kejutan dan penolakan. Biasanya sikap itu ditandai
dengan komentar : Saya? tidak mungkin. selama tahap ini klien lanjut usia
sesungguhnya mengatakan bahwa maut menimpa semua orang kecuali dia. klien
lanjut usia biasanya terpengaruh oleh penolaknnya sehingga ia tidak
memperhatikan fakta-fakta yang mugkin sedang dijelaskan kepadanya oleh
perawat. ia malahan dapat menekan apa yang telah ia dengar atau mungkin akan
minta pertolongan dari berbagai macam sumber profesional dan non professional
dalam upaya melarikan diri dari kenyataan bahwa maut sudah ada di ambang
pintu.
2. Tahap kedua (tahap marah)
Tahap ini ditandai oleh rasa amarah dan emosi yang tidak terkendalikan.
klien lanjut usia itu berkata : Mengapa saya ? seringkali klin lanjut usia akan
selalu mencela setiap orang dalam segala hal. ia mudah marah terhadap perawat
dan petugas petugas kesehatan lainnya terhadap apa saja yang mereka lakukan.
pada tahap ini bagi klin lanjut usia lebih merupakan hikmah daripada kutukan .
kemarahan di sini merupakan mekanisme pertahanan diri klin lanjut usia . akan
tetapi, kemarahan yang sesungguhnya tertuju kepada kesehatan dan kehidupan.
Pada saat ini perawat kesehatan harus hati-hati dalam memberikan penilaian
dalam mengenali kemarahan dan emosi yang tak terkendalikan sebagai reaksi
uyang terhadap kematian yang perlu diungkapkan.
3. Tahap ketiga (tahap tawar-menawar)
Pada tahap ini klien lanjut usia pada hakekatnya berkata: ya. benar, Aku,
tetapi, Kemaraahan biasanya mereda dank lien lanjut usia dapat menimbulkan

kesana sudah dapat menerima apa yang sedang terjadi dengan sendirinya . akan
tetapi, pada tahap tawar-menawar inilah banyak orang cenderung untuk
menyelesaikan urusan rumah tangga mereka sebelum maut tiba, dan akan
menyiapkan hal-hal seperti membuat surat dan mempersiapkan jaminan hidup
bagi orang orang tercinta yang ditinggalkan.
selam tawar-menawar segala permohonan yang dikemukakan hendaknya
dapat dipenuhi karena merupakan bagian dari urusan-urusan yang belum selesai
dan harus dibereskan sebelum mati. misalnya klien lanjut usia mempunyai satu
permintaan terakhir untuk melihat pertandingan olahraga , mengunjungi seorang
kerabat, melihat cucu terkecuali, pergi makan di restorant, dan sebagainya.
perawat dianjurkan memenuhi permohonan itu karena tawar menawae membantu
klien lanjut usia memasuki tahap-tahap berikutnya.
4. Tahap keempat (tahap sedih)
Tahap ini klien lanjut usia pada hakekatnya berkata : ya, benar aku, ini
biasanya merupakan saat-saat yang sedih, karena klien lanjut usia sedang dalam
suasana berkabung karena di masa lampau ia sudah kehilangan orang yang
dicintainya dan sekarang ia akan kehilangan nyawanya sendiri ,bersama dengan
itu harus harus meninggalkan semua hal yang menyenangkan yang telah
dinikmatinya . selama tahap ini klien lanjut usia cenderung untuk tidak banyak
bicara dan sering menangis. saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang di
samping klien lanjut usia yang sedang melalui masa sedihnya sebelum mati.
5. Tahap kelima (tahap akhir/tahap menerima)

tahap ini ditandai oleh sikap menerima kematian. Menjelang saat ini klien
Lanjut Usia telah membereskan urusan-urusan yang belum selesai dan mungkin
tidak ingin berbicara lagi oleh karena ia sudah menyatakan segala sesuatunya.
tawar-menawar sudah lewat dan tibalah saat kedamaian dan ketenanagan.
seseorang mungkin saja berada lama sekali dalam tahap menerima tetapi bukanlah
tahap pasrah yang berarti kelelahan. Dengan kata lain, pasrah kepada maut tidak
berarti menerima maut.

Pengaruh kematian
1. Pengaruh kematian terhadap keluarga klien lanjut usia
Bersikap kritis terhadap perawatan
Keluarga dapat menerima keadaan keluarganya
Terputusnya komunikasi dengan orang menjelang maut
Penyesalan keluarga dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak
dapat mengatasi rasa
Pengalihan tanggung jawab dan beban ekonomi
keluarga menolak diaknosa, penolakan tersebut dapat memperbesar beban
emosi keluarga.
Mempersoalkan kemampuan tim kesehatan
2. Pengaruh kematian terhadap tetangga/teman
Simpati dan dukungan moril
Meremehkan / mencela kemampuan tim kesehatan
Pengertian saat kematian

Satuan proses berlanjut kematian, meliputi 5 tahap.


(LIHAT TAHAP-TAHAP KEMATIAN DI ATAS)
Pengertian umum ,tujuan dan tindakan
1. Kebutuhan kebutuhan jasmaniah
Untuk mengambarkan gejala-gejala fisik serta mengatasinya. kemampuan
terhadap rasa sakit itu berbeda pada setiap orang. tindakan tindakan

yang

memungkinkan rasa nyaman bagi klien lanjut usia ( misalnya sering mengubah
posisi tidur, perawatan fisik dan sebagainya).
2. Kebutuhan kebutuhan emosi
Untuk mengambarkan ungkapan sikap dan perasaan klien lanjut usia
dalam menghadapi kematian.

Mungkin klien lanjut usia mengalami ketakutan yang hebat (ketakutan


yang timbul akibat menyadari bahwa dirinya tak mampu mencegah kematian)

Mengkaji hal hal yang diinginkan penderita selama mendampinginya.


Misalnya lanjut usia ingin memperbincangkan tentang kehidupan di masa lalu
dan kemudian hari, bila pembicaraan tersebut berkenan, luangkan waktu
sejenak, ingat bahwa tidak semua orang senang membicarakan tentang
kematian. Apabila anda merasa tidak dapat membicarakan hal tersebut dan
yang disenangi oleh lanjut usia .

Mengkaji pengaruh kebudayaan atau agama terhadap klien lanjut usia.

Pertimbangan khusus dalam p[erawatan, tujuan, dan tindakan tindakan :


1. Tahap I penolakan dan rasa kesendirian

Untuk mengenal atau mengetahui bahwa proses ini umumnya kematiannya terjadi
karena menyadari akan datangnya kematian atau ancaman maut.
Berikan kesempatan klin lanjut usia mengunakan caranya sendiri dalam
menghadapi kematian sejauh tindakan merusak.
Memfasilitasi klien lanjut usia dalam menghadapi kematian, luangkan waktu
setidak-tidanya 10 menit sehari, baik dengan bercakap-cakap ataupun sekedar
bersamanya.

2. Tahap II kemarahan
Untuk mengenal atau meamahami tingkah laku serta tanda-tandanya.
Berikan kesempatan klien lanjut usia mengungkapan kemarahannya dengan katakata.
Ingatlah, bahwa dalam benaknya bergrjolak pertanyaan mengapa hal ini terjadi
pada diriku ?
Sering kali perasaan ini dialihkan kepada orang lain atau anda sebagai cara klien
lanjut usia bertingkah laku.
3.

Tahap III tawar menawar


Mengambarkan proses seseorang yang berusaha menawarkan waktu.

Klien lnjut usia akan mempengaruhi unjkapan-ungkapan , seperti seandainya


saya.

Berikan kepa klien lanjut usia menghadapi kematian dengan tawar menawar.

Tabyakan kepada klien lanjut usia kepentingan-lepentingan apakah yang

masih ia inginkan. Dengan cara demikian dapat menunjukkan kemampuan


perawatan untuk mendengarkan keluh kesa perawatannya.
4. Tahap IV depresi
Untuk memahami bahwa tidak lam lagi lanjut usia tal mungkin lagi menolak lagi
kematian yang tak dapat dihindarkan itu, dan kini kesedihan akan kematian ini sudah
membayanginya.

Jangan menolong menyenangkan klien lanjut usia ingatlah bahwa tindakan ini
sebenarnya hanyalah memenuhi kebutuhan petugas, jangan takut menyaksikan
klien lanjut usia atau keluarganya menangis. hal ini merupakan ungkapan
pengekspresian kesedihannya. Anda boleh saja ikut berduka cita.

Apakah saya akan mati? Sebab sebetulnya pertanyaan klien lanjut usia
tersebut

hanyalah

sekedar

mengisi

dan

menghabiskan

waktu

untuk

memperbincangkan sesuatu, ia sebenarnya sudah tahu jawabannya. Apakah anda


akan meninggal dunia?
5. Tahap V
Untuk membedakan antara sikap menerima kematian dan penyerahan terhadap
kematian yang akan terjadi.
Sikap menerima : klien lanjut usia telah menerima, dapat mengatakan bahwa
kematian akan tiba dan ia tak boleh menolak..
Sikap menyerah : Sebenernya klien lanjut usia tidak menghendaki kematian ini
terjadi. jadi klien lanjut usia tidak merasa tenang dan damai.

Luangkan waktu untuk klien lanjut usia (mugkin beberapa hari dalam sekali).
setiap keluarga akan berbeda dengan sikap klien lanjut usia.Oleh karena itu, sedia
kan waktu mendiskusikan perasaan mereka.

Berikan kesempatan klien lanjut usia mengarahkan perhatian sebanyak


mungkin. Tindakan ini akan memberikan ketenangan dan perasaan aman.

HAK-HAK ASASI PASIEN YANG MENJELANH AJAL (MENINGGAL)


1. Berhak diperlakukan sebagai manusia yang hidup sampai mati.
2. Berhak untuk merasa punya harapan, meskipun fokusnya dapat saja berubahubah.
3. Berhak dirawat oleh mereka yang dapat menghidupkan terus harapan itu, walupun
dapt berubah-ubah.
4. Berhak untuk merasakan perasaan dan emosi mengenai kematian yang sudah
dekat dengan cara sendiri.
5. Berhak

untuk

berpatisipasi

dalam

pengambilan

keputusan

mengenai

perawatannya.
6. Berhak untuk mengharapakan akan terus mendapat perhatian medis dan
perawatan walaupun tujuan penyembuhan harus diubah menjadi tujuan
memberikan rasa nyaman.
7. Berhak unutu tidak mati dalam kesepian.
8. Berhak untu bebas dalam rasa nyeri.
9. Berhat untuk memperoleh jawaban yang jujur atas pertanyaan-pertanyaan.
10. Berhak untuk tidak tertipu.

11. Berhak untu mendapatkan bantuan dari dan untuk keluarganya dalam menerima
kematian.
12. Berhak untuk mati dengan benar dan terhormat.
13. Berhak untuk mempertahankan individualitas dan tidak dihakimi untuk keputusan
keputusan yang mungkin saja bertentrangan dengan orang lain.
14. Membicarakan dan memperluas pengalaman-pengalaman keagamaan dan
kerohaniaan.
15. Behak untuk mengharapakan bahwa kesucian tubuh manusia akan dihormati
sesudah mati.

Daftar pustaka:
NUGROHO, Wahjudi Perawatan lanjut usia/ Wahjudi Nugroho; editor, Silvana
Evi Linda; Desain cover, Yulli M. Jakarta : EGC, 1995
NUGROHO, Wahjudi Perawatan lanjut usia/ Wahjudi Nugroho; editor, Silvana
Evi Linda; Desain cover, Yulli M. Jakarta : EGC, 2000

Anda mungkin juga menyukai