Slide 2
Slide 3
Slide 4
Slide 5
Slide 6
Slide 7
Slide 8
Slide 9
Slide 10
Slide 11
Slide 12
Slide 13
Slide 14
Slide 15
Refleksi Kelembagaan, untuk mengkaji lembaga lembaga masyarakat yang ada apakah sudah
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Masyarakat memahami substansi Organisasi Masyarakat
Warga sebelum organisasi tersebut dibentuk, dimana keputusan masyarakat untuk kebutuhan
pembangunan lembaga baru hanya bisa dilakukan apabila masyarakat memahami substansi dan
organisasi masyarakat warga termasuk peran strategis, azas dan prinsip serta posisi, tugas dan
fungsinya. Ini berarti bahwa sebelum keputusan pembangunan organisasi masyarakat warga,
termasuk lembaga-lembaga yang dibutuhkan untuk mengelola organisasi tersebut ditetapkan,
telah dilakukan kegiatan sosialisasi secara intensif mengenai makna subtansif Organisasi
Masyarakat Warga. Kebutuhan pembangunan organisasi dan lembaga masyarakat harus atas
dasar penilaian warga masyarakat sendiri, tidak diatasnamakan atau diwakilkan kepada
sekelompok orang atau sekelompok unsur/ perwakilan masyarakat tertentu. Fokus utama
penggalian dan penjagaan kebutuhan masyarakat terutama pada aspirasi dari masyarakat miskin
dan perempuan.
Refleksi kepemimpinan, sebagai penyadaran kritis terhadap kriteria pemimpin yang akan dipilih
dan menjadi motor penggerak dalam BKM/LKM dan pembangunan masyarakat kelurahan.
Kerangka aturan main disusun bersama oleh warga masyarakat. Konsekuensinya pembahasan
aturan main dan tata nilai organisasi masyarakat, misalnya AD/ ART, harus dibahas terlebih
dahulu oleh warga masyarakat, karena menyangkut kepentingan dan kebutuhan seluruh warga
sendiri. Aturan dasar organisasi masyarakat warga tidak dapat dibicarakan atau disepakati oleh
hanya sekelompok orang atau malah perwakilan unsur dengan mengatasnamakan seluruh
masyarakat
Melibatkan masyarakat seluas mungkin, khususnya masyarakat miskin dan termiskin, dalam
keseluruhan proses pembangunan organisasi dan kelembagaan, sejak tahap penilaian lembaga
yang ada, pembahasan aturan dasar, pemilihan anggota dan lain-lain.
Pemilihan di tingkat akar rumput , dilakukan di tingkat RT atau komunitas terkecil. Warga
masyarakat yang mempunyai hak pilih (warga dewasa), diminta untuk menuliskan 3 5 nama
yang menurut mereka sesuai dengan kriteria yang telah disepakati bersama pada saat refleksi
kepemimpinan. Apabila sudah selesai maka dilakukan penghitungan suara di depan seluruh
pemilih dan ditentukan siapa yang akan masuk ke putaran pemilihan tingkat desa/kelurahan.
Penentuan jumlah yang akan masuk ke pemilihan tingkat kelurahan/desa sudah ditentukan
sebelumnya dalam proses penyusunan tata tertib pemilihan.
Pemilihan di tingkat kelurahan/desa. Semua orang yang sudah terpilih dalam komunitas terkecil
menjadi calon di tingkat kelurahan/desa dan mempunyai hak pilih dan dipilih. Masing masing
calon diberi hak untuk menuliskan 3 5 nama yang dipilih dari daftar semua calon yang masuk
ke tingkat kelurahan/desa.
Dengan pemimpin kolektif yang mempunyai kriteria sifat sifat baik, diharapkan akan memunculkan
keputusan yang adil dan didasarkan pada keikhlasan dan kejujuran, sehingga menumbuhkan
kepercayaan masyarakat kepada lembaga dan pemimpin. Kepercayaan merupakan modal yang sangat
berharga bagi BKM/LKM, dengan kepercayaan swadaya dan keterlibatan masyarakat bisa digalang
dengan lebih mudah, di pihak lain juga akan menumbuhkan kepercayaan pihak luar untuk bermitra dan
berjaringan dengan BKM/LKM dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
Modal Sosial:
Modal BKM/LKM dan Masyarakat Menanggulangi Kemiskinan
Semua masyarakat kelurahan satu sama lain pasti saling berhubungan, hanya saja kualitas hubungan di
antara masing masing warga akan sangat berlainan. Kualitas ikatan sosial akan terbangun apabila di
antara warga saling berinteraksi pada waktu yang relatif lama dan mendalam. Biasanya kualitas ikatan
sosial tadi akan lebih baik apabila sesama warga tergabung untuk melakukan kegiatan kegiatan
bersama dalam berbagai kelompok atau organisasi atau kegiatan kegiatan yang sifatnya sesaat.
Modal dasar dari adanya ikatan sosial yang kuat adalah adanya kerjasama di antara anggota kelompok
atau organisasi dalam hal komunitas kelurahan ikatan sosial akan terbanguan apabila ada kerjasama di
antara semua warga masyarakat. Kerjasama akan terbangun dengan baik apabila berlandaskan
kepercayaan di antara para anggotanya.
Kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi mencapai tujuan bersama di dalam berbagai kelompok dan organisasi disebut M
Masyarakat yang mempunyai modal sosial yang kuat adalah masyarakat yang guyup (Jawa) dan dinamis.
Di Indonesia modal sosial yang paling menonjol adalah gotong royong yang dalam masa sekarang
terutama di daerah perkotaan sudah mulai luntur.
Kemampuan komunitas atau kelompok kelompok untuk bekerjasama dan menumbuhkan kepercayaan
baik di antara anggota anggotanya maupun dengan pihak luar merupakan kekuatan yang besar untuk
bekerjasama dan menumbuhkan kepercayaan pihak lain, karena itulah disebut modal sosial. Jika warga
masyarakat saling bekerjasama dan saling percaya yang didasarkan kepada nilai nilai universal yang
ada , maka tidak akan ada sikap saling curiga, saling jegal, saling menindas dan sebagainya sehingga
ketimpangan ketimpangan antara kelompok yang miskin dengan yang kaya akan bisa diminimalkan. Di
pihak lain komunitas kelurahan yang kuat dan mempunyai modal yang layak dipercaya akan
memudahkan jaringan kerjasama dengan pihak luar.
Penerimaan
Sejak awal hubungan, setiap orang membutuhkan jaminan bahwa mereka diterima sepenuhnya,
termasuk rasa aman untuk mengemukakan pendapat dan berkontribusi dalam kegiatan kelompoknya.
Membutuhkan suasana saling menghargai untuk tumbuhnya penerimaan dalam kelompok, sehingga
kelompok tersebut akan tumbuh menjadi komunitas yang kuat. Dalam perkembangan ikatan sosial
sebuah komunitas, saling mengenal dengan baik merupakan awal dari tumbuhnya komunitas tersebut,
kepercayaan tidak akan tumbuh terhadap orang baru dengan begitu saja, perlu pembuktian dalam sikap
dan perilaku masingmasing dalam waktu yang relatif lama.
Sikap dan perilaku yang berdasarkan kepada nilainilai universal yang diyakini sebagai nilai yang berlaku
di seluruh tempat di dunia seperti jujur, adil, kesetiaan, saling melindungi di antara sesama semua warga
komunitas. Apabila salah satu warga melakukan kecurangan, maka kepercayaan terhadap orang tersebut
otomatis akan luntur.
Menentukan Tujuan
Kebutuhan yang ketiga adalah untuk menentukan tujuan bersama. Setiap anggota (warga) tidak akan
tertarik dan memberikan komitmen yang dibutuhkan apabila tidak terlibat dalam perumusan tujuan.
Proses pengambilan keputusan akan menentukan komitmen warga dalam pelaksanaan pemecahan
masalah bersama.
Pengorganisasian dan Tindakan
Pada tahap awal dalam menentukan tujuan yang hendak dicapai oleh seluruh anggota (warga
masyarakat), memastikan ada yang akan bertanggung jawab untuk menggerakan semua kegiatan untuk
mencapai tujuan, untuk itu diperlukan seorang atau sekelompok pemimpin. Dalam organisasi, kelompok,
atau komunitas warga masyarakat peranan sikap dan perilaku pemimpin sangat dominan untuk
menumbuhkan kepercayaan anggotanya. Perilaku pemimpin yang jujur, adil, peduli dan melindungi
anggotanya (warga), akan menumbuhkan kepercayaan dari semua unsur komunitasnya.
Setelah tujuan ditetapkan, harus ada perencanaan untuk
melaksanakan keputusankeputusan yang sudah dibuat.
Adalah penting untuk mengetahui kebutuhankebutuhan apa
yang dirasakan oleh anggotanya untuk memecahkan
masalah.Untuk itulah perlunya keterlibatan (partisipasi)
warga masyarakat dalam proses menemukenali masalah
(kebutuhan)
mereka
yang
akan
menjadi
dasar
perencanaan.Kebutuhan yang ditentukan oleh pemimpin
tanpa melibatkan warga masyarakat, sering tidak menjawab
masalah
yang
sebenarnya
ada
sehingga
dapat
menghilangkan kepercayaan warga kepada niat baik
pemimpinnya.
Untuk memastikan bahwa rencana yang sudah dibuat
efektif dalam pelaksanaannya, dan semua orang
melaksanakan yang menjadi tanggung jawabnya maka
harus dilakukan pemantauan dan evaluasi secara
terbuka dengan semua warga.
sosial di wilayahnya. Modal sosial yang dibangun akan menjadi modal (potensi) yang sangat besar bagi
seluruh warga kelurahan untuk berjaringan di antara sesama warga, maupun dengan pihak luar.
Merumukan
Menjalankan tugas yang diamanahkan oleh masyarakat dengan pengelolaan yang jujur dan adil.
Adil bukan berarti bagi rata, akan tetapi menentukan prioritas berdasarkan kebutuhan yang nyata,
bukan untuk kepentingan pribadi. Contohnya dalam menentukan penerima manfaat langsung, harus
berdasarkan data KK/Jiwa miskin berdasarkan hasil PS, bukan atas dasar kekeluargaan atau kedekatan.
Tidak mencari keuntungan pribadi, akan tetapi menjalankan tugas dan tanggung jawab semata
mata untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat.
Mampu melindungi masyarakatnya (terutama warga miskin), tidak memihak kepada kelompok
tertentu akan tetapi memberikan kesempatan kepada semua warga untuk terlibat dalam keseluruhan
kegiatan.
Memberikan kesempatan seluas luasnya kepada warga mayarakat untuk berpartisipasi dalam
proses dari menemukenali masalah (refleksi kemiskinan dan pemetaan swadaya,merencanakan
(menyusun PJM) dan monitoring evaluasi kegiatan, walaupun keputusan terakhir BKM/LKM yang
menentukan sebagai pengambil kebijakan.
PENDAHULUAN
1. Sadar tidak sadar proses pembangunan yang dilaksanakan sampai saat ini telah membentuk pola-pola
kemasyarakatan yang cenderung terkotak-kotak baik berdasarkan penghasilan, suku/ras, agama, politik,
dsb. Situasi ini sebenarnya sangat tidak kondusif untuk pembangunan itu sendiri yang pada hakekatnya
menuntut adanya kesatuan dan persatuan berdasarkan kewargaan. Lebih lanjut situasi ini juga
memudarkan kepemimpinan yang berakar pada masyarakat, sehingga sulit sekali ditemukan pemimpin
masyarakat yang sejati, yang banyak muncul adalah pemimpin golongan/kelompok yang justeru secara
konseptional memperkuat polarisasi masyarakat dan menghasilkan keputusan-keputusan yang tidak
dilandasi oleh nilai-nilai moral yang universal, hal ini terlihat dimana keputusan yang dihasilkan lebih
untuk kepentingan kelompok tertentu saja yang pada akhir menyebabkan terjadinya bias pembangunan
dengan korbannya adalah rakyat kecil.
2. PNPM Mandiri Perkotaan sebagai suatu program penanggulangan kemiskinan yang dalam
konsepsinya dilandasi oleh keyakinan bahwa :
kemiskinan adalah suatu produk atau hasil dari keputusan-keputusan yang tidak dilandasi oleh nilainilai luhur (membela yg lemah, adil, jujur, kesetaraan, dsb).
perbaikan nasib kaum miskin hanya dapat dilakukan melalui perbuatan baik yang murni
manusia pada dasarnya baik dan suka memberi
Ditambah dengan kesadaran akan memudarnya kebersamaan dan kemampuan bertindak secara moral
(moral capability) di berbagai tataran, maka PNPM Mandiri Perkotaan telah mencoba memperkenalkan
pola kepemimpinan masyarakat melalui konsep BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat)/ LKM (Lembaga
Keswadayaan Masyarakat) sebagai suatu pimpinan kolektif masyarakat warga.
II.
MASYARAKAT WARGA
2.1.
3. Yang dimaksud dengan masyarakat warga dalam hal ini adalah terjemahan umum dari
civil society yang secara konsepsional dapat diuraikan sebagai berikut di bawah ini.
4. Civil society adalah himpunan masyarakat warga yang diprakarsai dan dikelola secara
mandiri oleh warga, yang secara damai berupaya memenuhi kebutuhan atau kepentingan
bersama, memecahkan persoalan bersama dan atau menyatakan kepedulian bersama
dengan tetap menghargai hak orang lain untuk berbuat yang sama dan tetap
mempertahankan kemerdekaannya (otonomi) terhadap institusi negara, keluarga, agama
dan pasar.
Civil Society is totally of self initiating and self regulating organizations, peacefully pursuing a
common interest, advocating a common cause, or expressing a common passion; respecting the
right of others to do the same, and maintaining their relative autonomy vis--vis the state, the
family, the temple and the market
(Saad Eddin Ibrahim, Nurturing Civil Society at the World Bank, Dec 1996)
5. Secara singkat sering kali masyarakat warga dirumuskan sebagai ; Organisasi-organisasi
warga yang diprakarsai dan dikelola oleh warga masyarakat yang posisinya berada diantara
keluarga dan negara
Civil society is generally defined as the self initiating and self regulating organizations that are
situated between the household and the state
2.2.
6. Ciri utama suatu masyarakat warga atau civil society adalah sebagai berikut.
2.3.
Adanya kesetaraan, dimana masyarakat terbentuk sebagai himpunan warga yang setara
Tiap anggota atau warga berhimpun secara proaktif, yaitu telah mempertimbangkan berbagai
aspek sebelum bertindak, karena adanya ikatan kesamaan (common bond) seperti antara lan
kepentingan, persoalan, tujuan, dsb.
Tiap anggota atau warga berhimpun secara suka rela dan bukan karena karena adanya paksaan
Membangun semangat saling percaya
Bekerja sama dalam kemitraan
Secara damai memperjuangkan berbagai hal termasuk dalam hal ini menanggulangi kemiskinan
Selalu bersikap menghargai keragaman dan hak azasi manusia sebagai dasar membangun sinergi
Menjunjung nilai-nilai demokrasi, dalam konsep musyawarah, dalam setiap keputusan yang
diambil
Selalu mempertahankan otonomi atau kemerdekaan dari berbagai pengaruh kepentingan.
Mampu bekerja secara mandiri
Posisi Masyarakat Warga
7. Secara tegas dapat dikatakan bahwa masyarakat warga ini adalah himpunan warga yang posisinya :
8. Jadi tidak ada yang diwakili, dalam hal ini semua orang sebagai warga mewakili diri sendiri jadi semua
dalam kesetaraan, meskipun mungkin saja kedudukan sehari-hari seseorang adalah kepala sekolah, yang
lain tukang sapu dinas kebersihan, yang lain lagi tukang pos, guru, direktur suatu perusahaan, dokter,
komandan kodim, pendeta, dsb dalam himpunan masyarakat warga berkedudukan mereka setara yaitu
sesama warga. Oleh sebab itu masyarakat warga baik secara keseluruhan maupun dalam arti himpunan
atau paguyuban warga setempat selalu memiliki kemerdekaan sendiri.
III.
3.1.
Pengertian BKM/LKM
9. Pedoman Umum PNPM Mandiri Perkotaan menguraikan tentang BKM/LKM sebagai berikut :
Untuk memimpin organisasi masyarakat warga ini dipilih pimpinan kolektif yang terdiri dari pribadi-pribadi
yang dipercaya warga berdasarkan kriteria kemanusiaan yang disepakati bersama dan dapat mewakili
warga dalam berbagai kepentingan. Pimpinan kolektif warga ini kemudian secara jenerik disebut
BKM/LKM. Tidak ada satupun anggota BKM/LKM yang memiliki hak istimewa dan semua keputusan
BKM/LKM dilaksanakan secara kolektif melalui mekanisme Rapat Anggota BKM/LKM . Musyawarah
menjadi norma utama yang mendasari semua pengambilan keputusan.
10. Sebagai pimpinan kolektif dari suatu himpunan masyarakat warga setempat BKM/LKM merupakan
bagian organik dari himpunan masyarakat warga tersebut sehingga haruslah memiliki ciri-ciri yang sama
dan posisinya pun sama seperti layaknya masyarakat warga itu sendiri, yaitu :
di luar institusi pemerintah
11. Jadi jelaslah bahwa BKM/LKM adalah suatu lembaga pimpinan kolektif dari himpunan masyarakat
warga setempat (suatu kelurahan) yang anggota-anggotanya dipilih berdasarkan kriteria kemanusiaan
bukan perwakilan golongan sehingga memungkinkan berperan secara penuh sebagai pemimpin
masyarakat warga dan menghindarkan kecenderungan menjadi partisan.
12. Kolektifitas kepemimpinan ini penting dalam rangka memperkuat kemampuan individu untuk dapat
menghasilkan dan mengambil keputusan yang lebih adil dan bijaksana oleh sebab terjadinya proses
saling asuh, saling asah dan saling asih antar anggota kepemimpinan yang pada akhirnya akan menjamin
terjadinya demokrasi, tanggung gugat dan transparansi. Disamping itu pola kepemimpinan kolektif ini
juga merupakan disinsentif bagi para pemimpin yang justeru ingin mendapatkan kekuataan absolut di
satu tangan yang pada gilirannnya akan melahirkan anarki dan tirani yang mementingkan diri sendiri
sehingga memperkuat ketidakadilan.
13. BKM/LKM ini menjadi unsur strategik dalam himpunan masyarakat warga setempat yang selalu peka
terhadap berbagai perubahan khususnya yang terkait dengan kemiskinan dan merumuskan jawabanjawabannya dalam bentuk kebijakan-kebijakan yang dilandasi oleh nilai-nilai luhur dan merencanakan
perbuatan-perbuatan baik yang murni untuk dilaksanakan oleh UP UP (unit pengelola)
14. Sebagai lembaga pimpinan BKM/LKM juga menjadi sumber energi dan inspirasi untuk membangun
prakarsa dan kemandirian warga, yang secara damai berupaya memenuhi kebutuhan atau kepentingan
warga bersama, memecahkan persoalan bersama dan atau menyatakan kepedulian bersama khususnya
dikaitkan dengan kemiskinan dengan tetap menghargai hak pihak lain untuk berbuat yang sama dan
tetap mempertahankan kemerdekaannya (otonomi) terhadap berbagai dominansi pengaruh.
15. BKM/LKM dalam posisinya sebagai pimpinan kolektif himpunan warga yang juga merupakan
representasi warga yang sah dapat menjalin hubungan kerjasama dengan berbagai organisasi dan
lembaga lain baik setempat atau di tingkat yang lebih tinggi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh
himpunan masyarakat warga setempat dengan lebih mudah dan efektif.
16. Berdasarkan keyakinan bahwa kemiskinan adalah suatu produk atau hasil dari keputusan-keputusan
yang tidak dilandasi oleh nilai-nilai luhur (membela yg lemah, adil, jujur, kesetaraan, dsb). perbaikan
nasib kaum miskin hanya dapat dilakukan melalui perbuatan baik yang murni dan benar yang
dimungkinkan karena manusia pada dasarnya baik dan suka memberi. Oleh sebab itu anggota BKM/LKM
haruslah pejuang-pejuang nilai untuk memulihkan nilai-nilai luhur kemanusia yang sempat luntur dan
membangun kembali kapital sosial di masyarakat sehingga tidak mungkin terdiri dari orang-orang
bayaran (yang menerima honor untuk melakukan sesuatu) yang dalam hidupnya sehari-hari di
lingkungan masyarakat tidak menerapkan nilai-nilai luhur tersebut. Umumnya bayaran justru akan
melemahkan kekuatan pribadi mereka dalam upaya membangun nilai-nilai dan mempengaruhi
masyarakat. Pengorbanan waktu dan pikiran justru dalah kekuatan andalan. Oleh sebab itu anggota
BKM/LKM adalah relawan-relawan sejati yang akan tetap konsisten memperjuangkan nilai-nilai luhur
tersebut, ada atau tidak ada PNPM Mandiri Perkotaan, karena masing-masing anggota BKM/LKM adalah
tauladan pelaku nilai. Mereka bukanlah wakil dari kelompok tetapi justru mereka adalah wakil dari nilainilai luhur dan bertanggung jawab kepada nilai-nilai luhur yang diyakini dan dipegangnya. Dengan kata
lain untuk itulah mereka dipilih, jadi mereka dipilih karena mereka reprensentasi dari nilai-nilai luhur
tersebut (jujur, dapat dipercaya, rendah hati, penuh dedikasi, adil, dsb), sehingga kalau pada saatnya
mereka tidak lagi mewakili sifat-sifat/nilai-nilai luhur tersebut maka mereka sudah seharusnya turun dan
diganti. BKM/LKM dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan bagi siapapun untuk terpilih dan
memilih asal mau berkorban untuk sesamanya serta menerapkan nilai nilai luhur dalam kehidupan seharihari. Menjadi anggota BKM/LKM bukan suatu profesi pekerjaan, tetapi justru merupakan aktualisasi diri
untuk pengabdian yang tulus dari seorang manusia sejati kepada sesamanya yang kurang beruntung.
Kegagalan mendapatkan orang-orang dengan perbuatan relatif paling baik dan murni di kelurahan sudah
pasti akan membuat program ini gagal.
3.2.
17. Anggota BKM/LKM dipilih dari dan oleh warga masyarakat di kelurahan bersangkutan yang memenuhi
kriteria kemanusiaan yang disepakati bersama (jujur, rendah hati, tanpa pamrih, misalnya) yang
ditunjukkannya dalam hidupnya sehari-hari. Kriteria dasar ini harus disepakati terlebih dahulu oleh para
calon pemilih (warga) dan ditetapkan sebagai aturan main dalam membentukan BKM/LKM. Konsep dasar
yang dianut dalam memilih pemimpin adalah : Lebih baik mendapat pilihan pemimpin yang
paling buruk dari kumpulan orang-orang baik dari pada mendapat pilihan pemimpin yang
terbaik dari dari kumpulan orang-orang buruk. Dengan dasar pemikiran ini maka pemilihan
anggota BKM/LKM sejak awal dilakukan melalui proses penjaringan (menyaring) orang-orang baik atau
orang-orang yang memiliki ciri-ciri atau sifat-sifat kemanusiaan, yang biasanya orang tersebut rendah
hati, tidak suka menyombongkan diri dan tidak suka mengumbar janji-janji. Sehingga menyaring orangorang seperti ini tentu saja tidak dapat dilakukan dengan cara KAMPANYE, tetapi harus dilakukan
melalui proses konfirmasi nama-nama orang yang dapat dipercayai memiliki ciri-ciri kemanusiaan
semacam itu langsung dari masyarakat. Oleh sebab itu proses pemilihan dilakukan secara khusus sebagai
diuraikan di bawah.
18.
Pemilihan dilakukan tanpa pencalonan dan tiap pemilih harus menulis 3 s/d 5 nama (sesuai
kesepakatan warga) yang dianggap memenuhi kriteria tersebut di atas secara rahasia, dikumpulkan dan
dihitung. Kemudian dipilih 9 s/d 13 nama yang mendapat perolehan suara terbanyak sebagai anggota
BKMLKM/. Para anggota BKM/LKM tersebut kemudian memilih siapa diantara mereka yang akan
menjabat koordinator, wakil, sekretaris. Sesuai dengan kemampuan mereka dsb.
19.
Pemilihan atau penjaringan utusan dilakukan berjenjang dari mulai tingkat RT, RW, Dusun,
dst. Yang penting pemilihan utusan harus dilakukan di tingkat dimana antar warga saling mengenal
(komunitas terkecil seperti RT misalnya) karena pemilihan didasarkan atas rekam jejak (track record). Bila
jumlah RT sedikit maka semua utusan yang terpilih di tingkat RT, yang jumlahnya telah disepakati
sebelumnya misalnya 3 s/d 5 orang, kemudian pada hari yang telah ditentukan langsung berkumpul di
kelurahan/desa untuk memilih anggota BKM/LKM yang jumlahnya 9 s/d 13 orang dari antara utusan. Jadi
para utusan memiliki hak untuk memilih dan dipilih. Bila jumlah RTnya terlalu banyak maka para utusan
RT dapat melakukan pemilihan di tingkat RW untuk menetapkan utusan RW yang jumlahnya juga telah
disepakati sebelumnya di tingkat kelurahan/desa, baru kemudian utusan RW, pada hari yang telah
ditetapkan berkumpul di kelurahan/desa untuk memilih anggota BKM/LKM dari antara mereka.
20.
3) Dalam kerja sebagai BKM/LKM tersebut bolehkah anggota BKM/LKM menerima gaji/honor tetap?
Mengapa demikian ?
Jawab :
Tidak boleh karena :
BKM/LKM adalah wahana yang memberi peluang orang-orang baik dan tulus (ikhlas)
mengaktualisasikan dirinya.
BKM/LKM juga merupakan wahana konsolidasi sifat-sifat baik yang dituangkan dalam
kebijakan BKM/LKM.
Anggota BKM/LKM bukan orang bayaran (yang tunduk pada yang membayar) melainkan
orang-orang merdeka yang secara sadar memberikan sebagian waktunya untuk orang lain.
Sengaja dibuat tidak dibayar supaya mereka yang punya niat lain (kepentingan pribadi)
selamanya tak tertarik jadi anggota BKM/LKM . Dengan kata lain ini adalah anti virusnya
(Disinsentif) bagi orang-orang yang bermaksud kurang baik
4) BKM/LKM ingin sekali menambah modalnya dengan membuka usaha yang menguntungkan dan
untuk menjamin agar usaha tersebut berjalan dengan baik maka usaha tersebut akan langsung
dikelola oleh BKM/LKM sebagai lembaga. Bagaimana pendapat Anda ?
Jawab :
Tidak dapat dibenarkan karena BKM/LKM akan terperangkap dalam kegiatan praktis sehingga
membahayakan semangatnya untuk membela di miskin melalui pemikiran dan advokasi, juga pada
gilirannya akan menjadi pesaing KSM
5) Bolehkah BKM/LKM menanam modal di suatu perusahaan swasta dengan menggunakan dana BLM.
Jawab :
Tidak boleh karena BKM/LKM akhirnya akan menjadi pengusaha, tidak sesuai dengan tupoksinya
dan makna dana BLM sebagai sumber dana untuk menglaksanakan rencana bersama PJM/Renta
Pronangkis tidak mungkin dilaksanakan disamping itu manfaat BLM harus langsung dapat dinikmati
oleh kaum miskin
7) Bolehkah salah satu anggota BKM/LKM sebagai anggota BKM/LKM mengelola langsung kegiatan
usaha yang dibiayai BKM/LKM dengan dana BLM ?
Jawab :
Tidak boleh karena ini konflik kepentingan
8) Apakah yang nomor satu harus dihindarkan dalam kerja BKM/LKM dan mengapa demikian ?
Jawab
Semua hal yang memungkinkan terjadinya konflik kepentingan karena hal ini akan menyebabkan
BKM/LKM tidak lagi dapat mengambil keputusan secara adil dan demokratis serta kehilangan
otoritasnya
9) Bolehkah seseorang atau suatu lembaga menanam modal dengan imbalan di BKM/LKM atau UPK ?
Jawab
Tidak boleh karena BKM/UPK pada dasarnya bekerja hanya untuk anggota yaitu penduduk kelurahan
yang bersangkutan dan juga tidak berfungsi sebagai bank. Bila BKM/LKM melakukan hal tersebut
maka BKM/LKM dapat dituduh melakukan praktek bank gelap
Tulislah dalam kertas plano hal hal di bawah ini sebelum pelatihan dimulai sebagai
Media Bantu untuk menjelaskan dan memberikan pencerahan kepada peserta
Perangkat Organisasi BKM/LKM
BKM/LKM
Sekretariat
UPS
KSM/Panitia
UPL
KSM/Panita
UPK
KSM
LKM(Koperasi, PT,CV)
Garis Perintah
Garis Fasilitasi
Garis Kemitraan
Hubungan kerja antara BKM/LKM dan UP UP diatur di dalam AD/ART BKM/LKM kelurahan
bersangkutan dan secara rinci dalam keputusan keputusan yang dikeluarkan BKM/LKM
Mekanisme PengambilanKeputusan
1. Rembug Warga Kelurahan/Desa (RWK/RWD)
Dilakukan di tingkat kelurahan/Desa
Sebagai mekanisme pertanggungjawaban dan tanggung gugat BKM/LKM kepada seluruh
warga
Mekanisme pergantian anggota BKM/LKM apabila masa jabatannya berakhir
Mekanisme apabila ada indikasi penyimpangan
Keputusan RWK/RWD sifatnya mengikat
Mengundang segenap lapisan masyarakat dan perangkat kelurahan
Mekanisme diatur dalam AD BKM/LKM
3. Biaya Operasional
sumber keuangan diperoleh dari biaya administrasi dan opersional alokasi dana PNPM Mandiri
Perkotaan
Besarnya : 1) RP 5 juta untuk pagu BLM 150 juta 2) RP 7,5 juta untuk pagu BLM 200 jt 3) Rp
10 juta untuk pagu BLM 350 jt
Pencairan dilakukan bertahap (dihitung dari seluruh kegiatan yang telah disetujui BKM/LKM)
Sumber lain : dibiayai dari keuntungan hasil usaha unit unit pengelola yang besarnya harus
disepakati dalam rapat anggota BKM/LKM dan kemampuan keuangan yang ada