Anda di halaman 1dari 28

Slide 1

Slide 2

Slide 3

Slide 4

Slide 5

Slide 6

Slide 7

Slide 8

Slide 9

Slide 10

Slide 11

Slide 12

Slide 13

Slide 14

Slide 15

Badan Keswadayaan Masyarakat dan Modal Sosial


Marnia Nes
Dalam proses pengorganisasian masyarakat untuk mengenali masalah (kebutuhan) dan melakukan upaya
pemecahan masalah, intervensi yang dilakukan PNPM Mandiri Perkotaan adalah dengan menyadarkan
masyarakat mengenai pentingnya membangun organisasi masyarakat warga.Organisasi masyarakat yang
dimaksud adalah organisasi dan lembaga yang dibangun (ataupun dimampukan) oleh masyarakat yang
didorong oleh kebutuhan untuk menanggulangi persoalan bersama yaitu kemiskinan secara terorganisasi
dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan di wilayah mereka misalnya
BKM/LKM, Kelompok Kemitraan, UPK, KSM, Forum BKM /LKM dan lain-lain.
Penggunaan istilah pembangunan dimaksudkan bahwa organisasi dan lembaga masyarakat dalam PNPM
Mandiri Perkotaan tersebut terbentuk melalui serangkaian proses kegiatan dan kesepakatan yang
dilandasi oleh kesadaran kritis masyarakat terhadap persoalan dan potensi mereka serta pemahaman
akan makna organisasi masyarakat warga.
Pada dasarnya pengorganisasian masyarakat dalam PNPM Mandiri Perkotaan menganut paham bahwa
pengorganisasian masyarakat merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran kritis masyarakat
akan kondisi yang dihadapi bersama termasuk persoalan, potensi dan peluangnya, sehingga kalau
kemudian masyarakat membangun suatu wadah, maka hal tersebut terjadi akibat masyarakat yang
berorganisasi sehingga muncul kebutuhan wadah organisasi.

Membangun BKM /LKM


Persoalannya wadah organisasi yang bagaimana yang paling cocok dengan tujuan PNPM Mandiri
Perkotaan? Organisasi dalam PNPM Mandiri Perkotaan adalah organisasi masyarakat warga yang dinamai
secara generik sebagai BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) atau LKM (Lembaga Keswadayaan
Masyarakat). Organisasi masyarakat warga ini dibangun dan dibubarkan atas dasar kesepakatan warga
penduduk kelurahan yang bersangkutan sehingga mampu mempertahankan kemerdekaan dan
otonominya terhadap berbagai lembaga yang ada. Hal ini penting karena merupakan sifat dasar suatu
organisasi masyarakat warga, oleh sebab itu benar-benar dimiliki oleh seluruh warga, dan bukan dimiliki
sekelompok unsur/ perwakilan atau pihak-pihak diluar masyarakat.
Pembangunan BKM/LKM haruslah didasarkan atas kebutuhan warga masyarakat. PNPM Mandiri Perkotaan
mengajak masyarakat belajar menemukan kebutuhan akan organisasi masyarakat melalui refleksi
refleksi, yaitu :

Refleksi Kemiskinan, untuk menemukenali penyebab kemiskinan termasuk pola pola


pengambilan keputusan dalam masyarakat, dan keterlibatan warga miskin di dalamnya.

Refleksi Kelembagaan, untuk mengkaji lembaga lembaga masyarakat yang ada apakah sudah
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Masyarakat memahami substansi Organisasi Masyarakat
Warga sebelum organisasi tersebut dibentuk, dimana keputusan masyarakat untuk kebutuhan
pembangunan lembaga baru hanya bisa dilakukan apabila masyarakat memahami substansi dan
organisasi masyarakat warga termasuk peran strategis, azas dan prinsip serta posisi, tugas dan
fungsinya. Ini berarti bahwa sebelum keputusan pembangunan organisasi masyarakat warga,
termasuk lembaga-lembaga yang dibutuhkan untuk mengelola organisasi tersebut ditetapkan,
telah dilakukan kegiatan sosialisasi secara intensif mengenai makna subtansif Organisasi
Masyarakat Warga. Kebutuhan pembangunan organisasi dan lembaga masyarakat harus atas
dasar penilaian warga masyarakat sendiri, tidak diatasnamakan atau diwakilkan kepada

sekelompok orang atau sekelompok unsur/ perwakilan masyarakat tertentu. Fokus utama
penggalian dan penjagaan kebutuhan masyarakat terutama pada aspirasi dari masyarakat miskin
dan perempuan.

Refleksi kepemimpinan, sebagai penyadaran kritis terhadap kriteria pemimpin yang akan dipilih
dan menjadi motor penggerak dalam BKM/LKM dan pembangunan masyarakat kelurahan.

Kerangka aturan main disusun bersama oleh warga masyarakat. Konsekuensinya pembahasan
aturan main dan tata nilai organisasi masyarakat, misalnya AD/ ART, harus dibahas terlebih
dahulu oleh warga masyarakat, karena menyangkut kepentingan dan kebutuhan seluruh warga
sendiri. Aturan dasar organisasi masyarakat warga tidak dapat dibicarakan atau disepakati oleh
hanya sekelompok orang atau malah perwakilan unsur dengan mengatasnamakan seluruh
masyarakat

Melibatkan masyarakat seluas mungkin, khususnya masyarakat miskin dan termiskin, dalam
keseluruhan proses pembangunan organisasi dan kelembagaan, sejak tahap penilaian lembaga
yang ada, pembahasan aturan dasar, pemilihan anggota dan lain-lain.

Kriteria dan Pemilihan Pemimpin Kolektif BKM


Dalam menentukan kriteria pemimpin, masyarakat diajak berdiskusi melalui FGD FGD kepemimpinan
dengan menggunakan beberapa tools yang sudah disiapkan berupa pertanyaan pertanyaan kritis untuk
menemukan bahwa pemimpin dipilih bukan atas golongan, jabatan, jenis kelamin dan lainnya akan tetapi
berdasarkan kepada sifat sifat baik.
Dari diskusi yang berkembang biasanya masyarakat menemukan bahwa kriteria pemimpin yang
diharapkan adalah yang jujur, adil, peduli dan ikhlas sedangkan kriteria yang menyangkut kemampuan
intelektual biasanya tidak menjadi prioritas. Orang orang yang mempunyai sifat sifat baik, biasanya
ditentukan atau bisa diidentifikasi dari rekam jejak sikap perilakunya sehari hari. Oleh karena itu
dalam pemilihan anggota BKM/LKM sebagai pemimpin dari organisasi masyarakat warga dilakukan dari
mulai komunitas terkecil seperti RT, karena hanya orang orang yang mengenal dari dekat yang tahu
sikap perilaku seseorang sehari hari.
Proses pemilihan anggota BKM/LKM juga tidak melalui pencalonan dan kampanye, karena biasanya orang
orang yang mempunyai kriteria seperti disebutkan di atas tidak suka menyombongkan diri dan dengan
sengaja ingin dipilih. Selain itu kampanye dan pencalonan seringkali tidak memberikan kesempatan yang
luas kepada semua warga untuk muncul sebagai pemimpin. Orang yang dicalonkan oleh kelompok
tertentu, pada saat terpilih harus menyuarakan aspirasi kelompok yang diwakilinya sehingga
menyebabkan ketidakadilan dalam pengambilan keputusan. Anggota kepemimpinan kolektif BKM/.LKM
bukanlah perwakilan golongan, akan tetapi merupakan perwakilan dari nilai nilai (sifat sifat baik).
Dengan demikian mereka bertanggungjawab untuk mengambil keputusan berdasarkan sifat sifat baik
tadi,sehingga yang bisa me re-call mereka adalah pengingkaran terhadap sifat sifat baiknya.
Untuk menjamin orang orang baik yang muncul sebagai pemimpin kolektif, proses pemilihan dilakukan
sebagai berikut :

Pemilihan di tingkat akar rumput , dilakukan di tingkat RT atau komunitas terkecil. Warga
masyarakat yang mempunyai hak pilih (warga dewasa), diminta untuk menuliskan 3 5 nama
yang menurut mereka sesuai dengan kriteria yang telah disepakati bersama pada saat refleksi
kepemimpinan. Apabila sudah selesai maka dilakukan penghitungan suara di depan seluruh
pemilih dan ditentukan siapa yang akan masuk ke putaran pemilihan tingkat desa/kelurahan.
Penentuan jumlah yang akan masuk ke pemilihan tingkat kelurahan/desa sudah ditentukan
sebelumnya dalam proses penyusunan tata tertib pemilihan.

Pemilihan di tingkat kelurahan/desa. Semua orang yang sudah terpilih dalam komunitas terkecil
menjadi calon di tingkat kelurahan/desa dan mempunyai hak pilih dan dipilih. Masing masing
calon diberi hak untuk menuliskan 3 5 nama yang dipilih dari daftar semua calon yang masuk
ke tingkat kelurahan/desa.

Dengan pemimpin kolektif yang mempunyai kriteria sifat sifat baik, diharapkan akan memunculkan
keputusan yang adil dan didasarkan pada keikhlasan dan kejujuran, sehingga menumbuhkan
kepercayaan masyarakat kepada lembaga dan pemimpin. Kepercayaan merupakan modal yang sangat
berharga bagi BKM/LKM, dengan kepercayaan swadaya dan keterlibatan masyarakat bisa digalang
dengan lebih mudah, di pihak lain juga akan menumbuhkan kepercayaan pihak luar untuk bermitra dan
berjaringan dengan BKM/LKM dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

Modal Sosial:
Modal BKM/LKM dan Masyarakat Menanggulangi Kemiskinan

Apa Ikatan Sosial dan Modal Sosial itu?


Sebuah komunitas terbangun karena adanya ikatan ikatan sosial di antara anggotanya. Kita sering
mendengar komunitas petani, komunitas tukang becak, perkumpulan nelayan, asosiasi insinyur dan
sebagainya. Komunitas warga kelurahan merupakan ikatan sosial di antara semua warga kelurahan yang
terdiri dari individuindividu dan atau kelompok kelompok yang berinteraksi dalam sebuah hubungan
sosial yang didasarkan kepada suatu tujuan bersama.
Komunitas masyarakat kelurahan bisa digambarkan sebagai berikut :

Semua masyarakat kelurahan satu sama lain pasti saling berhubungan, hanya saja kualitas hubungan di
antara masing masing warga akan sangat berlainan. Kualitas ikatan sosial akan terbangun apabila di
antara warga saling berinteraksi pada waktu yang relatif lama dan mendalam. Biasanya kualitas ikatan

sosial tadi akan lebih baik apabila sesama warga tergabung untuk melakukan kegiatan kegiatan
bersama dalam berbagai kelompok atau organisasi atau kegiatan kegiatan yang sifatnya sesaat.
Modal dasar dari adanya ikatan sosial yang kuat adalah adanya kerjasama di antara anggota kelompok
atau organisasi dalam hal komunitas kelurahan ikatan sosial akan terbanguan apabila ada kerjasama di
antara semua warga masyarakat. Kerjasama akan terbangun dengan baik apabila berlandaskan
kepercayaan di antara para anggotanya.

Kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi mencapai tujuan bersama di dalam berbagai kelompok dan organisasi disebut M

Masyarakat yang mempunyai modal sosial yang kuat adalah masyarakat yang guyup (Jawa) dan dinamis.
Di Indonesia modal sosial yang paling menonjol adalah gotong royong yang dalam masa sekarang
terutama di daerah perkotaan sudah mulai luntur.

Untuk apa menumbuhkan modal sosial?

Kemampuan komunitas atau kelompok kelompok untuk bekerjasama dan menumbuhkan kepercayaan
baik di antara anggota anggotanya maupun dengan pihak luar merupakan kekuatan yang besar untuk
bekerjasama dan menumbuhkan kepercayaan pihak lain, karena itulah disebut modal sosial. Jika warga
masyarakat saling bekerjasama dan saling percaya yang didasarkan kepada nilai nilai universal yang
ada , maka tidak akan ada sikap saling curiga, saling jegal, saling menindas dan sebagainya sehingga
ketimpangan ketimpangan antara kelompok yang miskin dengan yang kaya akan bisa diminimalkan. Di
pihak lain komunitas kelurahan yang kuat dan mempunyai modal yang layak dipercaya akan
memudahkan jaringan kerjasama dengan pihak luar.

Bagaimana Membangun Kepercayaan?


Kepercayaan tidak akan tercapai dengan sendirinya, memerlukan proses untuk membangun kepercayaan
secara terus menerus. Untuk menumbuhkan kepercayaan setiap kelompok (komunitas) paling tidak
membutuhkan 4 hal yang mendasar, yaitu :

Penerimaan
Sejak awal hubungan, setiap orang membutuhkan jaminan bahwa mereka diterima sepenuhnya,
termasuk rasa aman untuk mengemukakan pendapat dan berkontribusi dalam kegiatan kelompoknya.
Membutuhkan suasana saling menghargai untuk tumbuhnya penerimaan dalam kelompok, sehingga
kelompok tersebut akan tumbuh menjadi komunitas yang kuat. Dalam perkembangan ikatan sosial
sebuah komunitas, saling mengenal dengan baik merupakan awal dari tumbuhnya komunitas tersebut,
kepercayaan tidak akan tumbuh terhadap orang baru dengan begitu saja, perlu pembuktian dalam sikap
dan perilaku masingmasing dalam waktu yang relatif lama.
Sikap dan perilaku yang berdasarkan kepada nilainilai universal yang diyakini sebagai nilai yang berlaku
di seluruh tempat di dunia seperti jujur, adil, kesetiaan, saling melindungi di antara sesama semua warga
komunitas. Apabila salah satu warga melakukan kecurangan, maka kepercayaan terhadap orang tersebut
otomatis akan luntur.

Berbagi Informasi dan Kepedulian


Setiap orang yang berhubungan dalam satu komunitas, agar bisa memecahkan masalah bersama,
membutuhkan informasi mengenai :

Kehidupan, pengalaman, gagasan, nilai masingmasing.

Masalahmasalah yang dianggap penting dalam kehidupan mereka.

Untuk menumbuhkan kepercayaan,pertukaran informasi yang diberikan di antara warga haruslah


informasi yang jujur dan terbuka. Informasi yang diberikan tidak akan berarti apabila dalam hubungan
hubungan tadi tidak didasari kepedulian. Setiap warga yang berhubungan dalam masyarakat akan
menggunakan dan terlibat untuk memecahkan masalah di lingkungannya apabila ada kepedulian di
antara mereka. Apabila warga masyarakat mempunyai kemampuan dan kemauan saling berbagi, saling
peduli , maka kepentingankepentingan individu akan mengalah kepada kepentingankepentingan
komunitas kelompok.

Menentukan Tujuan
Kebutuhan yang ketiga adalah untuk menentukan tujuan bersama. Setiap anggota (warga) tidak akan
tertarik dan memberikan komitmen yang dibutuhkan apabila tidak terlibat dalam perumusan tujuan.
Proses pengambilan keputusan akan menentukan komitmen warga dalam pelaksanaan pemecahan
masalah bersama.
Pengorganisasian dan Tindakan
Pada tahap awal dalam menentukan tujuan yang hendak dicapai oleh seluruh anggota (warga
masyarakat), memastikan ada yang akan bertanggung jawab untuk menggerakan semua kegiatan untuk
mencapai tujuan, untuk itu diperlukan seorang atau sekelompok pemimpin. Dalam organisasi, kelompok,
atau komunitas warga masyarakat peranan sikap dan perilaku pemimpin sangat dominan untuk
menumbuhkan kepercayaan anggotanya. Perilaku pemimpin yang jujur, adil, peduli dan melindungi
anggotanya (warga), akan menumbuhkan kepercayaan dari semua unsur komunitasnya.
Setelah tujuan ditetapkan, harus ada perencanaan untuk
melaksanakan keputusankeputusan yang sudah dibuat.
Adalah penting untuk mengetahui kebutuhankebutuhan apa
yang dirasakan oleh anggotanya untuk memecahkan
masalah.Untuk itulah perlunya keterlibatan (partisipasi)
warga masyarakat dalam proses menemukenali masalah
(kebutuhan)
mereka
yang
akan
menjadi
dasar
perencanaan.Kebutuhan yang ditentukan oleh pemimpin
tanpa melibatkan warga masyarakat, sering tidak menjawab
masalah
yang
sebenarnya
ada
sehingga
dapat
menghilangkan kepercayaan warga kepada niat baik
pemimpinnya.
Untuk memastikan bahwa rencana yang sudah dibuat
efektif dalam pelaksanaannya, dan semua orang
melaksanakan yang menjadi tanggung jawabnya maka
harus dilakukan pemantauan dan evaluasi secara
terbuka dengan semua warga.

Bagaimana BKM/LKM membangun modal sosial?


BKM/LKM, sebagai dewan pimpinan kolektif , yang bertanggung jawab untuk menggerakan potensi warga
masyarakat kelurahan untuk menanggulangi kemiskinan, mempunyai tugas untuk membangun modal

sosial di wilayahnya. Modal sosial yang dibangun akan menjadi modal (potensi) yang sangat besar bagi
seluruh warga kelurahan untuk berjaringan di antara sesama warga, maupun dengan pihak luar.

Modal sosial yang harus dibangun oleh


BKM/LKM:

Menumbuhkan kerjasama dan kepercayaan di antara


anggota BKM/LKM

Menumbuhkan kerjasama dan kepercayaan antara


BKM/LKM dengan warga masyarakat

Menumbuhkan kerjasama dan kepercayaan antar


kelompok masyarakat

Menumbuhkan kerjasama dan kepercayaan antara


BKM/LKM, warga masyarakat dan pihak luar.

Menumbuhkan Kerjasama dan Kepercayaan


antar Anggota BKM/LKM Keterbukaan dan
kejujuran di antara anggota BKM/LKM, merupakan
unsur yang paling penting untuk bekerjasama. Oleh karena itu BKM/LKM harus menerapkan pola pola
hubungan yang jujur dan terbuka, dengan cara:

Merumukan

semua keputusan dan tindakan


bersama, tidak ada anggota yang memutuskan
sendiri berdasarkan kepentingannya.

Menjalin dialog terbuka dengan diskusi dikusi


secara berkala, saling memberikan informasi dan
bertukar pengalaman. (transparansi informasi)

Mencatat semua kegiatan yang dilakukan dan

informasi yang diterima, agar semua anggota bisa


mengakses
informasi
tersebut.
(transparansi
informasi)

Memberikan kesempatan yang sama kepada semua


anggota untuk berpendapat dan mengemukakan
perasaan perasaannya dalam suasana saling
menghargai.

Menumbuhkan kerjasama dan kepercayaan antara BKM/LKM dengan masyarakat


Sebagai pemimpin kolektif dari masyarakat warga, BKM/LKM harus mendapat kepercayaan warganya.
Untuk kepentingan tersebut, BKM/LKM harus mengembangkan pola pola hubungan yang timbal balik
antara BKM /LKM dengan masyarakat.
Beberapa cara menumbuhkan kepercayaan masyarakat yang bisa dilakukan oleh BKM/LKM adalah:

Menjalankan tugas yang diamanahkan oleh masyarakat dengan pengelolaan yang jujur dan adil.
Adil bukan berarti bagi rata, akan tetapi menentukan prioritas berdasarkan kebutuhan yang nyata,
bukan untuk kepentingan pribadi. Contohnya dalam menentukan penerima manfaat langsung, harus
berdasarkan data KK/Jiwa miskin berdasarkan hasil PS, bukan atas dasar kekeluargaan atau kedekatan.

Tidak mencari keuntungan pribadi, akan tetapi menjalankan tugas dan tanggung jawab semata
mata untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat.

Mampu melindungi masyarakatnya (terutama warga miskin), tidak memihak kepada kelompok
tertentu akan tetapi memberikan kesempatan kepada semua warga untuk terlibat dalam keseluruhan
kegiatan.

Memberikan kesempatan seluas luasnya kepada warga mayarakat untuk berpartisipasi dalam
proses dari menemukenali masalah (refleksi kemiskinan dan pemetaan swadaya,merencanakan
(menyusun PJM) dan monitoring evaluasi kegiatan, walaupun keputusan terakhir BKM/LKM yang
menentukan sebagai pengambil kebijakan.

Memberikan informasi mengenai kegiatan BKM/LKM, keuangan


dan informasi lain yang
dibutuhkan masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan yang menjadi tanggung jawab BKM/LKM
(transparansi). Transparansi informasi tersebut bisa melalui informasi terbuka di kantor BKM/LKM,
papan pengumuman yang ditempatkan di tempat strategis, rapat tahunan atau rapat lain apabila
diperlukan, melalui media warga dan sebagainya.

Mempertanggung jawabkan pengelolaan keuangan dengan audit independen dan lainnya


,kegiatan kegiatan yang dilakukan dalam rapat pertanggungjawaban dan kebijakan yang dikeluarkan
(akuntabilitas).

Menumbuhkan kerjasama dan kepercayaan antar warga masyarakat


Dalam mencapai tujuan penanggulangan kemiskinan, masyarakat tidak bisa bergerak sendiri sendiri,
akan tetapi perlu kerjasama di antara mereka. Untuk dapat bekerjasama diperlukan hubungan sosial
yang kuat dan guyup (Jawa). Oleh karena itu BKM/LKM perlu menggerakan modal sosial di masyarakat
dengan menciptakan hubungan hubungan tadi dengan berbagai cara di antaranya :

Menumbuhkan kepedulian warga dengan menggerakan kesadaran kritis masyarakat terhadap


permasalahan bersama terutama yang menyangkut kemiskinan dengan cara melakukan refleksi kritis
dengan berbagai pihak, misal melalui Komunitas Belajar Kelurahan; melibatkan seluruh unsur
masyarakat di dalam setiap tahapan program dari mulai identifikasi masalah, perencanaan,
pelaksanaan sampai monitoring evaluasi.

Menggalang kegiatan yang bisa menumbuhkan kebersamaan melalui kelompok kelompok


seperti KSM, sehingga KSM dibentuk bukan hanya sekedar untuk kepentingan pencairan dana BLM
akan tetapi menjadi sarana kegiatan bersama. Saling menghargai, saling percaya di antara anggota
kelompok akan tumbuh apabila kelompok tersebut dibangun dalam suasana keterbukaan, kejujuran,
keikhlasan dan saling peduli di antara anggotanya. Dalam kelompok yang seperti ini yang menjadi hal
utama adalah tujuan kelompok bukan tujuan pribadi. Kejujuran dalam pengelolaan KSM juga akan
menjadi modal untuk dapat dipercaya oleh kelompok masyarakat yang lain baik warga kelurahan
setempat atau pihak lain, sehingga kemungkinan untuk bermitra dengan berbagai pihak menjadi
sangat terbuka. Misal: pengembalian dana bergulir dari KSM, akan menumbuhkan kepercayaan dari
warga lain, juga BKM/LKM terhadap KSM tersebut.

Menumbuhkan kerjasama antara BKM/LKM dengan pihak luar


Apabila kerjasama dan kepercayaan dalam ketiga hal di atas dapat terwujud, hal tersebut merupakan
modal bagi BKM /LKMuntuk dapat dipercaya oleh pihak luar. Apabila kepercayaan pihak luar sudah
tumbuh, merupakan keniscayaan bagi para pihak baik itu lembaga swasta, pemerintah maupun individu
individu untuk mau bermitra denngan BKM/LKM.
BKM/LKM yang menjunjung tinggi kejujuran, keterbukaan, keadilan, tidak mementingkan kepentingan
pribadi dan bekerja untuk kepentingan penanggulangan kemiskinan merupakan modal sosial yang
sangat besar untuk dapat memperoleh kepercayaan dari berbagai pihak baik masyarakat kelurahan
maupun pihak luar. Dengan demikian modal sosial ini akan menjadi modal yang sangat penting untuk
mengembangkan jaringan dengan berbagai pihak, sehingga masyarakat dapat semakin maju dan
sejahtera.

BKM SEBAGAI LEMBAGA PIMPINAN KOLEKTIF MASYARAKAT WARGA


Parwoto
I.

PENDAHULUAN

1. Sadar tidak sadar proses pembangunan yang dilaksanakan sampai saat ini telah membentuk pola-pola
kemasyarakatan yang cenderung terkotak-kotak baik berdasarkan penghasilan, suku/ras, agama, politik,
dsb. Situasi ini sebenarnya sangat tidak kondusif untuk pembangunan itu sendiri yang pada hakekatnya
menuntut adanya kesatuan dan persatuan berdasarkan kewargaan. Lebih lanjut situasi ini juga
memudarkan kepemimpinan yang berakar pada masyarakat, sehingga sulit sekali ditemukan pemimpin
masyarakat yang sejati, yang banyak muncul adalah pemimpin golongan/kelompok yang justeru secara
konseptional memperkuat polarisasi masyarakat dan menghasilkan keputusan-keputusan yang tidak
dilandasi oleh nilai-nilai moral yang universal, hal ini terlihat dimana keputusan yang dihasilkan lebih
untuk kepentingan kelompok tertentu saja yang pada akhir menyebabkan terjadinya bias pembangunan
dengan korbannya adalah rakyat kecil.
2. PNPM Mandiri Perkotaan sebagai suatu program penanggulangan kemiskinan yang dalam
konsepsinya dilandasi oleh keyakinan bahwa :
kemiskinan adalah suatu produk atau hasil dari keputusan-keputusan yang tidak dilandasi oleh nilainilai luhur (membela yg lemah, adil, jujur, kesetaraan, dsb).
perbaikan nasib kaum miskin hanya dapat dilakukan melalui perbuatan baik yang murni
manusia pada dasarnya baik dan suka memberi
Ditambah dengan kesadaran akan memudarnya kebersamaan dan kemampuan bertindak secara moral
(moral capability) di berbagai tataran, maka PNPM Mandiri Perkotaan telah mencoba memperkenalkan
pola kepemimpinan masyarakat melalui konsep BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat)/ LKM (Lembaga
Keswadayaan Masyarakat) sebagai suatu pimpinan kolektif masyarakat warga.
II.

MASYARAKAT WARGA

2.1.

Apakah Masyarakat Warga

3. Yang dimaksud dengan masyarakat warga dalam hal ini adalah terjemahan umum dari
civil society yang secara konsepsional dapat diuraikan sebagai berikut di bawah ini.

4. Civil society adalah himpunan masyarakat warga yang diprakarsai dan dikelola secara
mandiri oleh warga, yang secara damai berupaya memenuhi kebutuhan atau kepentingan
bersama, memecahkan persoalan bersama dan atau menyatakan kepedulian bersama
dengan tetap menghargai hak orang lain untuk berbuat yang sama dan tetap
mempertahankan kemerdekaannya (otonomi) terhadap institusi negara, keluarga, agama
dan pasar.
Civil Society is totally of self initiating and self regulating organizations, peacefully pursuing a
common interest, advocating a common cause, or expressing a common passion; respecting the
right of others to do the same, and maintaining their relative autonomy vis--vis the state, the
family, the temple and the market

(Saad Eddin Ibrahim, Nurturing Civil Society at the World Bank, Dec 1996)
5. Secara singkat sering kali masyarakat warga dirumuskan sebagai ; Organisasi-organisasi
warga yang diprakarsai dan dikelola oleh warga masyarakat yang posisinya berada diantara
keluarga dan negara
Civil society is generally defined as the self initiating and self regulating organizations that are
situated between the household and the state
2.2.

Ciri Utama Masyarakat Warga

6. Ciri utama suatu masyarakat warga atau civil society adalah sebagai berikut.

2.3.

Adanya kesetaraan, dimana masyarakat terbentuk sebagai himpunan warga yang setara
Tiap anggota atau warga berhimpun secara proaktif, yaitu telah mempertimbangkan berbagai
aspek sebelum bertindak, karena adanya ikatan kesamaan (common bond) seperti antara lan
kepentingan, persoalan, tujuan, dsb.
Tiap anggota atau warga berhimpun secara suka rela dan bukan karena karena adanya paksaan
Membangun semangat saling percaya
Bekerja sama dalam kemitraan
Secara damai memperjuangkan berbagai hal termasuk dalam hal ini menanggulangi kemiskinan
Selalu bersikap menghargai keragaman dan hak azasi manusia sebagai dasar membangun sinergi
Menjunjung nilai-nilai demokrasi, dalam konsep musyawarah, dalam setiap keputusan yang
diambil
Selalu mempertahankan otonomi atau kemerdekaan dari berbagai pengaruh kepentingan.
Mampu bekerja secara mandiri
Posisi Masyarakat Warga

7. Secara tegas dapat dikatakan bahwa masyarakat warga ini adalah himpunan warga yang posisinya :

di luar institusi pemerintah


di luar institusi militer
di luar institusi agama
di luar institusi pekerjaan atau usaha
di luar institusi keluarga

8. Jadi tidak ada yang diwakili, dalam hal ini semua orang sebagai warga mewakili diri sendiri jadi semua
dalam kesetaraan, meskipun mungkin saja kedudukan sehari-hari seseorang adalah kepala sekolah, yang
lain tukang sapu dinas kebersihan, yang lain lagi tukang pos, guru, direktur suatu perusahaan, dokter,
komandan kodim, pendeta, dsb dalam himpunan masyarakat warga berkedudukan mereka setara yaitu
sesama warga. Oleh sebab itu masyarakat warga baik secara keseluruhan maupun dalam arti himpunan
atau paguyuban warga setempat selalu memiliki kemerdekaan sendiri.

III.

BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT

3.1.

Pengertian BKM/LKM

9. Pedoman Umum PNPM Mandiri Perkotaan menguraikan tentang BKM/LKM sebagai berikut :
Untuk memimpin organisasi masyarakat warga ini dipilih pimpinan kolektif yang terdiri dari pribadi-pribadi
yang dipercaya warga berdasarkan kriteria kemanusiaan yang disepakati bersama dan dapat mewakili
warga dalam berbagai kepentingan. Pimpinan kolektif warga ini kemudian secara jenerik disebut
BKM/LKM. Tidak ada satupun anggota BKM/LKM yang memiliki hak istimewa dan semua keputusan
BKM/LKM dilaksanakan secara kolektif melalui mekanisme Rapat Anggota BKM/LKM . Musyawarah
menjadi norma utama yang mendasari semua pengambilan keputusan.
10. Sebagai pimpinan kolektif dari suatu himpunan masyarakat warga setempat BKM/LKM merupakan
bagian organik dari himpunan masyarakat warga tersebut sehingga haruslah memiliki ciri-ciri yang sama
dan posisinya pun sama seperti layaknya masyarakat warga itu sendiri, yaitu :
di luar institusi pemerintah

di luar institusi militer


di luar institusi agama
di luar institusi pekerjaan atau usaha
di luar institusi keluarga

11. Jadi jelaslah bahwa BKM/LKM adalah suatu lembaga pimpinan kolektif dari himpunan masyarakat
warga setempat (suatu kelurahan) yang anggota-anggotanya dipilih berdasarkan kriteria kemanusiaan
bukan perwakilan golongan sehingga memungkinkan berperan secara penuh sebagai pemimpin
masyarakat warga dan menghindarkan kecenderungan menjadi partisan.
12. Kolektifitas kepemimpinan ini penting dalam rangka memperkuat kemampuan individu untuk dapat
menghasilkan dan mengambil keputusan yang lebih adil dan bijaksana oleh sebab terjadinya proses
saling asuh, saling asah dan saling asih antar anggota kepemimpinan yang pada akhirnya akan menjamin
terjadinya demokrasi, tanggung gugat dan transparansi. Disamping itu pola kepemimpinan kolektif ini
juga merupakan disinsentif bagi para pemimpin yang justeru ingin mendapatkan kekuataan absolut di
satu tangan yang pada gilirannnya akan melahirkan anarki dan tirani yang mementingkan diri sendiri
sehingga memperkuat ketidakadilan.
13. BKM/LKM ini menjadi unsur strategik dalam himpunan masyarakat warga setempat yang selalu peka
terhadap berbagai perubahan khususnya yang terkait dengan kemiskinan dan merumuskan jawabanjawabannya dalam bentuk kebijakan-kebijakan yang dilandasi oleh nilai-nilai luhur dan merencanakan
perbuatan-perbuatan baik yang murni untuk dilaksanakan oleh UP UP (unit pengelola)
14. Sebagai lembaga pimpinan BKM/LKM juga menjadi sumber energi dan inspirasi untuk membangun
prakarsa dan kemandirian warga, yang secara damai berupaya memenuhi kebutuhan atau kepentingan
warga bersama, memecahkan persoalan bersama dan atau menyatakan kepedulian bersama khususnya
dikaitkan dengan kemiskinan dengan tetap menghargai hak pihak lain untuk berbuat yang sama dan
tetap mempertahankan kemerdekaannya (otonomi) terhadap berbagai dominansi pengaruh.
15. BKM/LKM dalam posisinya sebagai pimpinan kolektif himpunan warga yang juga merupakan
representasi warga yang sah dapat menjalin hubungan kerjasama dengan berbagai organisasi dan
lembaga lain baik setempat atau di tingkat yang lebih tinggi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh
himpunan masyarakat warga setempat dengan lebih mudah dan efektif.
16. Berdasarkan keyakinan bahwa kemiskinan adalah suatu produk atau hasil dari keputusan-keputusan
yang tidak dilandasi oleh nilai-nilai luhur (membela yg lemah, adil, jujur, kesetaraan, dsb). perbaikan

nasib kaum miskin hanya dapat dilakukan melalui perbuatan baik yang murni dan benar yang
dimungkinkan karena manusia pada dasarnya baik dan suka memberi. Oleh sebab itu anggota BKM/LKM
haruslah pejuang-pejuang nilai untuk memulihkan nilai-nilai luhur kemanusia yang sempat luntur dan
membangun kembali kapital sosial di masyarakat sehingga tidak mungkin terdiri dari orang-orang
bayaran (yang menerima honor untuk melakukan sesuatu) yang dalam hidupnya sehari-hari di
lingkungan masyarakat tidak menerapkan nilai-nilai luhur tersebut. Umumnya bayaran justru akan
melemahkan kekuatan pribadi mereka dalam upaya membangun nilai-nilai dan mempengaruhi
masyarakat. Pengorbanan waktu dan pikiran justru dalah kekuatan andalan. Oleh sebab itu anggota
BKM/LKM adalah relawan-relawan sejati yang akan tetap konsisten memperjuangkan nilai-nilai luhur
tersebut, ada atau tidak ada PNPM Mandiri Perkotaan, karena masing-masing anggota BKM/LKM adalah
tauladan pelaku nilai. Mereka bukanlah wakil dari kelompok tetapi justru mereka adalah wakil dari nilainilai luhur dan bertanggung jawab kepada nilai-nilai luhur yang diyakini dan dipegangnya. Dengan kata
lain untuk itulah mereka dipilih, jadi mereka dipilih karena mereka reprensentasi dari nilai-nilai luhur
tersebut (jujur, dapat dipercaya, rendah hati, penuh dedikasi, adil, dsb), sehingga kalau pada saatnya
mereka tidak lagi mewakili sifat-sifat/nilai-nilai luhur tersebut maka mereka sudah seharusnya turun dan
diganti. BKM/LKM dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan bagi siapapun untuk terpilih dan
memilih asal mau berkorban untuk sesamanya serta menerapkan nilai nilai luhur dalam kehidupan seharihari. Menjadi anggota BKM/LKM bukan suatu profesi pekerjaan, tetapi justru merupakan aktualisasi diri
untuk pengabdian yang tulus dari seorang manusia sejati kepada sesamanya yang kurang beruntung.
Kegagalan mendapatkan orang-orang dengan perbuatan relatif paling baik dan murni di kelurahan sudah
pasti akan membuat program ini gagal.

3.2.

Bagaimana Anggota BKM/LKM Dipilih

17. Anggota BKM/LKM dipilih dari dan oleh warga masyarakat di kelurahan bersangkutan yang memenuhi
kriteria kemanusiaan yang disepakati bersama (jujur, rendah hati, tanpa pamrih, misalnya) yang
ditunjukkannya dalam hidupnya sehari-hari. Kriteria dasar ini harus disepakati terlebih dahulu oleh para
calon pemilih (warga) dan ditetapkan sebagai aturan main dalam membentukan BKM/LKM. Konsep dasar
yang dianut dalam memilih pemimpin adalah : Lebih baik mendapat pilihan pemimpin yang
paling buruk dari kumpulan orang-orang baik dari pada mendapat pilihan pemimpin yang
terbaik dari dari kumpulan orang-orang buruk. Dengan dasar pemikiran ini maka pemilihan
anggota BKM/LKM sejak awal dilakukan melalui proses penjaringan (menyaring) orang-orang baik atau
orang-orang yang memiliki ciri-ciri atau sifat-sifat kemanusiaan, yang biasanya orang tersebut rendah
hati, tidak suka menyombongkan diri dan tidak suka mengumbar janji-janji. Sehingga menyaring orangorang seperti ini tentu saja tidak dapat dilakukan dengan cara KAMPANYE, tetapi harus dilakukan
melalui proses konfirmasi nama-nama orang yang dapat dipercayai memiliki ciri-ciri kemanusiaan
semacam itu langsung dari masyarakat. Oleh sebab itu proses pemilihan dilakukan secara khusus sebagai
diuraikan di bawah.

18.

Pemilihan dilakukan tanpa pencalonan dan tiap pemilih harus menulis 3 s/d 5 nama (sesuai
kesepakatan warga) yang dianggap memenuhi kriteria tersebut di atas secara rahasia, dikumpulkan dan
dihitung. Kemudian dipilih 9 s/d 13 nama yang mendapat perolehan suara terbanyak sebagai anggota
BKMLKM/. Para anggota BKM/LKM tersebut kemudian memilih siapa diantara mereka yang akan
menjabat koordinator, wakil, sekretaris. Sesuai dengan kemampuan mereka dsb.

19.

Pemilihan atau penjaringan utusan dilakukan berjenjang dari mulai tingkat RT, RW, Dusun,
dst. Yang penting pemilihan utusan harus dilakukan di tingkat dimana antar warga saling mengenal
(komunitas terkecil seperti RT misalnya) karena pemilihan didasarkan atas rekam jejak (track record). Bila
jumlah RT sedikit maka semua utusan yang terpilih di tingkat RT, yang jumlahnya telah disepakati
sebelumnya misalnya 3 s/d 5 orang, kemudian pada hari yang telah ditentukan langsung berkumpul di
kelurahan/desa untuk memilih anggota BKM/LKM yang jumlahnya 9 s/d 13 orang dari antara utusan. Jadi
para utusan memiliki hak untuk memilih dan dipilih. Bila jumlah RTnya terlalu banyak maka para utusan

RT dapat melakukan pemilihan di tingkat RW untuk menetapkan utusan RW yang jumlahnya juga telah
disepakati sebelumnya di tingkat kelurahan/desa, baru kemudian utusan RW, pada hari yang telah
ditetapkan berkumpul di kelurahan/desa untuk memilih anggota BKM/LKM dari antara mereka.

20.

Tidak adanya pencalonan memungkinkan anggota masyarakat memilih tanpa paksaan


siapapun yang mereka anggap bisa mewakili sifat-sifat baik kemanusiaan tersebut, sesuai pengalaman
interaksi mereka dalam kehidupan sehari-hari. Tidak adanya kampanye; karena yang dipilih adalah orang
yang perbuatan sehari-harinya saat ini sesuai dengan kriteria tersebut di atas (rekam jejak), bukan
perkataan (janji) tentang masa depan yang belum pasti. Jadi konsepnya adalah membandingkan dan
mengkonfirmasikan perbuatan/perilaku sehari-hari orang yang akan dipilih (rekam jejak) dan bukan
perkataan (janji).

1) Bagaimana proses pengambilan keputusan dalam BKM/LKM dilakukan ?


Jawab
Sebagai pimpinan kolektif maka BKM/LKM berperan sebagai dewan dimana ketua lebih berperan sebagai
koordinator, jadi semua keputusan dilakukan secara kolektif melalui musyawarah. Hanya dalam kondisi yang
sangat memaksa dapat dilakukan dengan cara suara terbanyak (voting). Oleh sebab itu untuk tiap pertemuan
utamanya yang membahas perkara yg menyangkut kepentingan orang banyak harus ditetapkan quorum yaitu
50% + 1 (satu) dari jumlah anggota BKM/LKM sehingga bila terjadi pengambilan suara masih cukup
representatif dan jumlah anggota yang hadir juga ganjil

2) Bagaimana BKM/LKM menjalankan tugas, pokok dan fungsinya ?


Jawab :
BKM/LKM harus mempunyai program kerja (di luar PJM Pronangkis)yang jelas, untuk menjalankan
kegiatan kegiatannya. Progam ini memuat antara lain :
Bagaimana monitoring dan evaluasi kegiatan UP UP
Rancangan rapat rapat secara berkala.
Bagaimana membangun transparansi, harus dijamin bahwa informasi kegiatan dan pengelolaan
keuangan bisa diakses oleh semua warga.
Bagaimana membangun mekanisme pertanggungjawaban : audit, laporan berkala, laporan
tahunan.
Bagaimana memperkenalkan program kepada pihak lain dan menjalin kemitraan (chanelling)
Bagaimana evaluasi PJM Pronangkis.
Bagaimana menjamin pelaksanaan daur program (pengulangan siklus).
Bagaimana menjamin kepedulian dan kebersamaan di antara warga masyarakat.
Bagaimana membangun mekanisme keterlibatan warga dalam proses pengambilan keputusan,
Dan sebagainya.

3) Dalam kerja sebagai BKM/LKM tersebut bolehkah anggota BKM/LKM menerima gaji/honor tetap?
Mengapa demikian ?

Jawab :
Tidak boleh karena :

BKM/LKM adalah wahana yang memberi peluang orang-orang baik dan tulus (ikhlas)
mengaktualisasikan dirinya.

BKM/LKM juga merupakan wahana konsolidasi sifat-sifat baik yang dituangkan dalam
kebijakan BKM/LKM.

Anggota BKM/LKM bukan orang bayaran (yang tunduk pada yang membayar) melainkan
orang-orang merdeka yang secara sadar memberikan sebagian waktunya untuk orang lain.

BKM/LKM bukanlah tempat untuk bekerja sebagai pengganti pekerjaan sehari-hari,


melainkan wahana pengadian bagi para anggotanya. Pengabdian adalah motivasi dan insentif
terbesar. Dibayar dalam hal ini justeru dapat menurunkan otoritas dan pengaruh dari anggota
BKM/LKM sebagai manusia sejati

Dibayar hanya akan menimbulkan konflik kepentingan bagi anggota BKM/LKM

Sengaja dibuat tidak dibayar supaya mereka yang punya niat lain (kepentingan pribadi)
selamanya tak tertarik jadi anggota BKM/LKM . Dengan kata lain ini adalah anti virusnya
(Disinsentif) bagi orang-orang yang bermaksud kurang baik

4) BKM/LKM ingin sekali menambah modalnya dengan membuka usaha yang menguntungkan dan
untuk menjamin agar usaha tersebut berjalan dengan baik maka usaha tersebut akan langsung
dikelola oleh BKM/LKM sebagai lembaga. Bagaimana pendapat Anda ?

Jawab :
Tidak dapat dibenarkan karena BKM/LKM akan terperangkap dalam kegiatan praktis sehingga
membahayakan semangatnya untuk membela di miskin melalui pemikiran dan advokasi, juga pada
gilirannya akan menjadi pesaing KSM

5) Bolehkah BKM/LKM menanam modal di suatu perusahaan swasta dengan menggunakan dana BLM.
Jawab :
Tidak boleh karena BKM/LKM akhirnya akan menjadi pengusaha, tidak sesuai dengan tupoksinya
dan makna dana BLM sebagai sumber dana untuk menglaksanakan rencana bersama PJM/Renta
Pronangkis tidak mungkin dilaksanakan disamping itu manfaat BLM harus langsung dapat dinikmati
oleh kaum miskin

6) Bolehkah BKM/LKM mendepositkan dana BLM ke bank.


Jawab :
Di larang keras mendeposikan BLM ke Bank karena :

kaum miskin masih sangat membutuhkan

dana BLM sebagai sarana untuk masyarakat berlatih mengembangkan program


penanggulangan kemiskinan dari, oleh dan untuk masyarakat menjadi tak berfungsi

melanggar aturan proyek

7) Bolehkah salah satu anggota BKM/LKM sebagai anggota BKM/LKM mengelola langsung kegiatan
usaha yang dibiayai BKM/LKM dengan dana BLM ?

Jawab :
Tidak boleh karena ini konflik kepentingan

8) Apakah yang nomor satu harus dihindarkan dalam kerja BKM/LKM dan mengapa demikian ?
Jawab
Semua hal yang memungkinkan terjadinya konflik kepentingan karena hal ini akan menyebabkan
BKM/LKM tidak lagi dapat mengambil keputusan secara adil dan demokratis serta kehilangan
otoritasnya

9) Bolehkah seseorang atau suatu lembaga menanam modal dengan imbalan di BKM/LKM atau UPK ?
Jawab
Tidak boleh karena BKM/UPK pada dasarnya bekerja hanya untuk anggota yaitu penduduk kelurahan
yang bersangkutan dan juga tidak berfungsi sebagai bank. Bila BKM/LKM melakukan hal tersebut
maka BKM/LKM dapat dituduh melakukan praktek bank gelap

Tulislah dalam kertas plano hal hal di bawah ini sebelum pelatihan dimulai sebagai
Media Bantu untuk menjelaskan dan memberikan pencerahan kepada peserta
Perangkat Organisasi BKM/LKM

BKM/LKM
Sekretariat

UPS

KSM/Panitia

UPL

KSM/Panita

UPK

KSM

LKM(Koperasi, PT,CV)

Garis Perintah
Garis Fasilitasi
Garis Kemitraan

Unit Pengelola Keuangan (UPK)


Dipimpin oleh seorang manajer yang dipilih melalui rapat anggota BKM/LKM
Anggota sesuai kebutuhan
Tidak diperbolehkan dirangkap oleh BKM/LKM
Pengawasan pelaksanaan UP oleh BKM/LKM
Pelayanan UP berorientasi pada masyarakat miskin
Apabila diperlukan BKM/LKM bisa mengangkat dewan pengawas keuangan untuk membantu
menjalankan tugas BKM/LKM yang sifatnya tidak permanen
Unit Pengelola (UP)
Masing masing Unit Pengelola berkedudukan mandiri dalam melaksanakan kegiatan dan
pengelolaan dana
Bertanggung jawab kepada BKM/LKM
Berkewajiban memberikan informasi dan laporan perkembangan masing masing kegiatan
Memberikan pertanggung jawaban berkala dan pertanggung jawaban akhir
Memberi masukkan bagi pertimbangan keputusan BKM/LKM
Sekretariat
Pelaksana operasional dan administrasi kegiatan sehari hari
Maksimum 3 orang, bekerja purna waktu
Tidak diperkenankan dirangkap oleh BKM/LKM atau UP

Hubungan kerja antara BKM/LKM dan UP UP diatur di dalam AD/ART BKM/LKM kelurahan
bersangkutan dan secara rinci dalam keputusan keputusan yang dikeluarkan BKM/LKM
Mekanisme PengambilanKeputusan
1. Rembug Warga Kelurahan/Desa (RWK/RWD)
Dilakukan di tingkat kelurahan/Desa
Sebagai mekanisme pertanggungjawaban dan tanggung gugat BKM/LKM kepada seluruh
warga
Mekanisme pergantian anggota BKM/LKM apabila masa jabatannya berakhir
Mekanisme apabila ada indikasi penyimpangan
Keputusan RWK/RWD sifatnya mengikat
Mengundang segenap lapisan masyarakat dan perangkat kelurahan
Mekanisme diatur dalam AD BKM/LKM

2. Rapat Anggota BKM/LKM


Rapat Anggota Tahunan (RAT)
Dilakukan setiap tahun
Sebagai evaluasi dan penilaian kinerja UP
Terbuka untuk semua masyarakat
Mekanisme diatur dalam AD/ART BKM/LKM

Rapat Koordinasi Anggota Rutin (RKA)


Dilakukan sekurangnya satu kali dalam sebulan
Mebahas perkembangan program dan kegiatan
Menetapkan rencana kegiatan lanjutan dari BKM/LKM dan UP
Rapat Prioritas Usulan Kegiatan (RPUK)
Untuk menetapkan prioritas (perangkingan) usulan usulan kegiatan hasil penilaian UP
Rapat Keputusan Khusus (RKK)
Dilakukan sesuai kebutuhan
Pengambilan keputusan yang berkenaan dengan kegiatan BKM/LKM dan penaggulangan
kemiskinan
Pengelolaan Keuangan BKM/LKM
1. Penyaluran Dana Bantuan
BKM/LKM akan mengelola dana bantuan dari PNPM Mandiri Perkotaan
Dana ini adalah dana publik
Hanya dapat digunakan untuk kepentingan penanggulangan kemiskinan
Disalurkan melalui KSM atau Panitia
Dana disalurkan melalui rekening BKM/LKM (berbentuk Giro) atas nama BKM/LKM, bukan
perorangan
Spesimen rekening Bank ditandatangani oleh minimal 3 orang anggota BKM/LKM
Nama nama penandatangan spesimen diputuskan melalui rapat anggota

2. Sumber Dana Lain


Selain dari dana bantuan PNPM Mandiri Perkotaan, keuangan BKM/LKM dapat pula bersumber dari
uang iuran, uang sumbangan, hibah dan atau penerimaan lain yang sah,dan tidak bertentangan
dengan maksud dan tujuan BKM/LKM.

3. Biaya Operasional
sumber keuangan diperoleh dari biaya administrasi dan opersional alokasi dana PNPM Mandiri
Perkotaan

Besarnya : 1) RP 5 juta untuk pagu BLM 150 juta 2) RP 7,5 juta untuk pagu BLM 200 jt 3) Rp
10 juta untuk pagu BLM 350 jt

Pencairan dilakukan bertahap (dihitung dari seluruh kegiatan yang telah disetujui BKM/LKM)
Sumber lain : dibiayai dari keuntungan hasil usaha unit unit pengelola yang besarnya harus
disepakati dalam rapat anggota BKM/LKM dan kemampuan keuangan yang ada

Anda mungkin juga menyukai