Anda di halaman 1dari 4

Nama : Retno Anggraini

No. Bp : 2020812011

Magister Sosiologi

Tugas Resume Teori Modal Sosial

MEMAHAMI MODAL SOSIAL DALAM BIDANG POLITIK

Menurut Portes (1998) modal sosial adalah kemampuan dari para aktor untuk menjamin
manfaat dengan bertumpu pada keanggotaan dalam jejaring sosial dan struktur-struktur sosial
lain. Sedangkan menurut Woolcock (1998) modal sosial adalah derajat kohesi sosial yang ada
dalam komunitas. Ia mengacu pada proses-proses antar orang yang membangun jejaring,
norma-norma, dan social trust, dan memperlancar koordinasi dan kerjasama yang saling
menguntungkan. Tidak seperti ahli lainnya, Portes melihat bahwa modal sosial tidak sekadar
tentang jejaring sosial pada pencapaian tujuan-tujuan positif, pemikiran bahwa koproduksi
bisa menciptakan modal sosial, terutama dalam hubungan antara warga masyarakat dan para
pejabat pemerintah (misalnya) yang menjadi pelaku pembangunan.

Sedangkan modal adalah sesuatu yang kita miliki untuk mencapai tujuan misalnya:
uang, dengan uang bisa kita beli apa yang kita suka, dan bisa, melakukan segalanya, akan
tetapi tidak demikian, karena bukan hanya uang saja yang bisa mencapai tujuan kita, tetapi
juga modal sosial yang kita miliki. Bahkan untuk menjadi seorang gubernur dalam
melakukan kampanye tidak harus membutuhkan uang yang banyak, jika kita memiliki modal
sosial dan memabngun modal sosial itu sendiri dengan baik simpati dan empati akan timbul
dari pihak yang bersangkutan dengan kita. Seperti hal yang dijelaskan oleh unsur-unsur
modal sosial menurut hasbullah (2006:9) sebagai berikut:

1. Nilai dan norma. Nilai merupakan sesuatu yang dianggap baik atau buruk ditengah
masyarakat. Sedangkan norma merupakan aturan yang tertulis dan tidak tertulis di
dalam sebuah masyarakat. Jika kita lihat dalam kehidupan sehari, nilai dan noram
seperti apa yang bisa membantu seseorang dalam dunia perpolitikan. Misalnya ;
seorang cagub yang dalam kehidupan sehari-harinya setiap waktu shalat selalu
shalat berjamaah dimesjid dan mengikuti agenda keagamaan seperti majelis taklim
baik di dalam daerahnya sendiri maupun di luar kota. Sehingga disana masyakarat
(anggota majelis taklim) melihat ada nilai dan norma baik dari tokoh cagub
tersebut, dan menimbulkan keinginan dari para anggota majelis taklim untuk
memilih cagub tersebut, dikarenakan nilai dan norma yang sudah terlihat pada
setiap kegiatan majelis taklim dilaksanakan dan yang dihadirinya.
2. Keterlekatan merupakan hubungan yang didasarkan oleh keinginan yang kuat dari
anggota kelompok untuk tidak saja berpartisipasi tetapi senantiasa mencari jalan
bagi keterlibatan mereka dalam suatu kegiatan. Misalnya dalam kegiatan kampanye
tanpa sepengetahuan dari dari cagub ini poster-poster kampanye dia sudah dicetak
dan di sebar oleh pihak ikatan alumni kelompok di tempat cagub tersebut kuliah ke
setiap kabupaten-kabupaten yang bersangkutan. Kenapa hal ini bisa terjadi karena
adanya ikatan kelompok alumni yang kuat karena cagub telah membangun modal
sosial dengan keterlekatan walaupun dia sudah alumni.
3. Jaringan merupakan hubungan yang didasarkan atas link atau jaringan. Jaringan
tersebut bisa dari orang yang terdekat kita atau kita dapatkan dari oarng lain yang
tidak terdekt melalui komunikasi yang baik. Misalnya kenapa poster cagub bisa
tercetak dan tersebar dimana-mana, tampa sepengetahuannya itu karena dia
membangun modal sosial dengan jaringan satu kelompok, tapi karena dalam satu
kelompok alumni tersebut bersal dari daerah yang berbeda-beda, hal seperti ini
yang membuat jaringan cagub menjadi lebih luas.
4. Resiprocity (pertukaran) yaitu hubungan seseorang yang didasarkan atas adanya
pertukaran. Misalnya seorang cabup yang disaat kampanye, kalau memilih dia yang
dijalaskan dalam visi msinya seperti petani akan makmur, pedagang juga. Jikalau di
terpilih menjadi bupati dikabupatenya. Karena visi-misinya masyarakat
beranggapan lebih baik pilih dia dengan harapan adanya nilai pertukaran yang
didapatkan masyarakat melalui visi misi yang disampaikannya tadi dari baik secara
langsung maupun tidak langsung.
5. Trust (kepercayaan) yaitu hubugan seseorang yang didasarkan atas kepercayaan
dalam sebuah masyarakat. jika seseorang sudah membangun kepercayaan dalam
sebuah kelompok misalnya kelompok majelis taklim, jika dia menjadi cagub,
otomatis dia udah mendapatkan suara dari kelompok tersebut untu menjadi pemilih
dia disaat pilkada berlangsung.
6. Solidaritas merupakan sesuatu yang menyatukan komunitas dalam berbagai
bentuknya atas dasar kepercayaan saling menghormati dan adanya rasa simpati.
Misalnya dalam sebuah pasar seorang cagub sudah menanamkan kepercayaan
dengan akrab dengan orang pasar, maka menimbulkan modal sosial yang
menyatukan orang dalam komunitas atas dasar simpati. Nah cagub ini sudah akrab
dengan orang pasar, atau bisa mengambil hati orang-orang di pasar, maka ketika dia
mencalon jadi cabup dia, otomatis orang pasar akan memilih dia.

Jadi pada prinsipnya modal sosial itu saling berkaitan satu sama lain atau bekerja lebih
dari satu fungsinya.

Jika kita lihat kaitan modal sosial dalam politik menurut woolcock (2001) menyebutkan
ada tiga tipe modal sosial sebagai berikut:

1. Social bounding (perekat sosial) nilai, kultur, persepsi dan tradisi atau adat-istiadat.
Pengertian sosial bounding adalah tipe modal sosial dengan karakteristik adanya
ikatan yang kuat (adanya perekat sosial) dalam suatu sistem kemasyarakatan.
Misalnya dalam pilkada yang akan dilaksanakan tahun ini, dikarenakan cagubnya
orang kampung kita, maka dari itu kita memilih untuk memilih dia, karena danya
suatu harapan bahwa kalau dia menjadi gubernur, pembangunan dikampung kita
akan menjadi mudah. Hal ini disebabkan karena adanya ikatakan satu kampong,
ornag kampong awak, mamak awak kah dan lain-lain yang menyebabkan modal
sosial yang disebabkan nilai, kultur, persepsi dan tradisi atau adat istiadat.
2. Social bridging (jembatan sosial) merupakan suatu ikatan sosial yang timbul
sebagai reaksi atas berbagai macam karakteristik kelompoknya. Ia bisa muncul
karena adnya berbagai macam kelemahan yang ada disekitarnya, sehingga mereka
memutuskan untuk membangun kekuatan dari kelemahan. Misalnya kampanye
yang dilakukan oleh beberapa kelompok didalam suatu institusi itu dikarenakan
adanya hubungan sosial yang dijembatani oleh intitusi yang terkait dengan seluruh
kelompok yang ada didalamnya. Sehingga terjadinya kampanye secara spontan oleh
kelompok-kelompok yang ada dalam institusi tersebut.
3. Sosial lingking (hubungan/ jaringan sosial) merupakan yang dikarakteristikkan
dengan adnya hubungan di antara beberapa level dari kekuatan sosial maupun status
sosial yang ada dalam masyarakat. Misalnya dalam sistem kampanye yang
dilakukan cagub dan cawagub, mereka kampanye tampa mengeluarkan uang,
dikarenakan keterbatasan modal ekonomi. Akan tetapi dikarenakan cagub memiliki
modal sosial yang berupa jaringan sosial yang luas pada suatu kelompok
keagamaan. Maka kelompok ini sebagai relawan kampanyenya yang tidak
mengaharapkan imbalan. Jadi kampanye ini teraksana karena adanya suatu jaringan
sosial yang kuat antar kelompok.

Jadi pada dasarnya ketiga tipe modal sosial ini dapat bekerja tergantung dari
keadaannya. Ia dapat bekerja dalam kelemahan maupun kelebihan dalam suatu masyarakat.
Ia dapat digunakan dan dijadikan pendukung sekaligus pengahambat dalam ikatan sosial
tergantung individu dan masyarakat memaknainya.

Anda mungkin juga menyukai