saling berinteraksi.[1] Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat
memengaruhi perilaku para anggotanya.
Menurut Robert Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada
tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt kemudian
membagi kelompok menjadi empat macam:
Kelompok statistik, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan
sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di
sebuah kecamatan.
Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompk yang memiliki persamaan tetapi tidak
mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya.
Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan
berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi.
Contoh: Kelompok pertemuan, kerabat.
Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan
ada persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para
anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan
organisasi formal. Contoh: Negara, sekolah.
Paguyuban (gemeinschaft)
Patembayan (gesellschaft)
Contoh: ikatan antara pedagang, organiasi dalam suatu pabrik atau industri.
Faktor pembentuk
Bergabung dengan sebuah kelompok merupakan sesuatu yang murni dari diri sendiri atau juga
secara kebetulan. Misalnya, seseorang terlahir dalam keluarga tertentu. Namun, ada juga yang
merupakan sebuah pilihan. Dua faktor utama yang tampaknya mengarahkan pilihan tersebut
adalah kedekatan dan kesamaan.
Kedekatan
Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan geografis, terhadap keterlibatan seseorang dalam
sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita membentuk kelompok bermain dengan orang-orang di
sekitar kita. Kita bergabung dengan kelompok kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun atas
individu-individu yang saling berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang,
semakin mungkin mereka saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan
fisik meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang memungkinkan
terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan menumbuhkan interaksi, yang memainkan
peranan penting terhadap terbentuknya kelompok pertemanan.
Norma muncul melalui proses interaksi yang perlahan-lahan di antara anggota kelompok. Pada
saat seseorang berprilaku tertentu pihak lain menilai kepantasasn atau ketidakpantasan perilaku
tersebut, atau menyarankan perilaku alternatif (langsung atau tidak langsung). Norma terbetnuk
dari proses akumulatif interaksi kelompok. Jadi, ketika seseorang masuk ke dalam sebuah
kelompok, perlahan-lahan akan terbentuk norma, yaitu norma kelompok.
Lembaga
Dalam sosiologi, lembaga merupakan suatu sistem norma untuk mencapai tujuan tertentu yang
oleh masyarakat dianggap penting. Sistem norma tersebut mencakup gagasan, aturan, tata cara
kegiatan, dan ketentuan sanksi
Lembaga sosial terbentuk dari norma-norma yang hidup dimasyarakat. Norma-norma tersebut
mengalami pelembagaan, yaitu proses menjadi bagian dari dari kehidupan masyarakat sehingga
dikenal, diakui, dihargai, dan ditaati. Setelah proses pelembagaan , berlangsung internalisasi,
yaitu proses penyerapan norma-norma oleh masyarakat sehinngga norma-norma atau telah
berakar sebagai pedoman cara berfikir, bersikap, berprilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Organisasi sosial
Organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan
hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi
masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup
bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu
yang tidak dapat mereka capai sendiri. Berdasarkan sifat resmi tidaknya, dikenal ada dua jenis
organisasi sebagai berikut :
Organisasi Formal
Organisasi formal sifatnya lebih teratur, mempunyai struktur organisasi yang resmi, serta
perencanaan dan program yang akan dilaksanakan secara jelas.
contohnya : OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh
Indonesia), LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), dan lain-lain.
Organisasi Informal
Karena sifatnya tidak resmi, pada organisasi ini kadangkala struktur organisasi tidak begitu
jelas/bahkan tidak ada. Begitu juga dengan perencanaan dan program-program yang akan
dilaksanakan tidak dirumuskan secara jelas dan tegas, kadang-kadang terjadi secara spontanitas.
Contohnya : kelompok pecinta puisi disekolah, fans club suatu Idol grup, dan lain sebagainya.