Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupannya tidak

bisa hidup sendiri dan memerlukan orang lain dalam kesehariannya.

Manusia terus berinteraksi sejak lahir di mulai dari lingkup paling kecil yaitu

keluarganya sampai lingkup yang lebih besar seperti masyarakat1.

Ketergantungan kepada sesama manusia menghasilkan bentuk kerjasama

dan manghasilkan bentuk masyarakat dalam sebuah kesamaaan.

Manusia sebagai warga masyarakat dalam kesehariannya sangat

memerlukan orang lain karna manusia memerlukan berkomunikasi,

berinteraksi dan bersosialisasi dengan sesamanya karena itu manusia

sejak lahir telah di sebut sebagai makluk sosial. Dalam interaksi tersebut

manusia melakukan kegiatan sosialisasi untuk memenuhi kebutuhan

jasmani maupun rohaninya. Kehendak hidup dalam kelompok adalah

perilaku yg sepontan untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan relatif tidak

terorganisasi oleh diri sendiri. Setiap kelompok pasti memiliki perbedaaan

antara kelompok yang satu dengan yang lain serta memiliki budaya yang

mencirikhaskan kelompok tersebut yang menyebabkan terlahirlah macam

1
‘Manusia Adalah Makluk Sosial - Mencari’
<https://www.bing.com/search?EID=MBHSC&form=BGGCMF&pc=W037&DPC=BG00&q=manusi
a+adalah+makluk+sosial> [accessed 28 September 2022].
macam organisasi dalam rangka menghujutkan tujuan bersama didalam

masyarakat2.

Menurut Chester L Bernard Organisasi adalah kerjasama dua orang

atau lebih, yang sama sama memiliki visi dan misi yang sama3. Dari

perkataan Chester L Bernard kita bisa menarik kesimpulan bahwa

organisasi bisa dimaknai sebagai unit sosial yang di dalamnya dua orang

atau lebih yang berkumpul dan berkordinasi secara sadar dengan tujuan

yang sama.

Organisasi masyarakat adalah organisasi yang didirikan dan

dibentuk oleh masyarakat secara sukarala berdasarkan kesamaan aspirasi,

kehendak, kebutuhan, kepentingan kegiatan dan tujuan utuk berpastisipasi

dalam pembangunan demi tercapainnya tujuan negara berdasarkan

pancasila dan UUD 19454. Undang Undang Dasar 1945 membebaskan

warga negara untuk merdeka dalam berserikat, berkumpul dan

berpendapat serta mengembangkan dirinya untuk membangun bangsa dan

negara sebagai penghujutan hak asasi manusia. Organisasi masyarakat

akhirnya tumbuh subur dan berkembang beriringan dengan

berkembangnya kehidupan bermasyarakat.

2
Aulia Asmul Fauzi, ‘Peran Lembaga Kesatuan Bangsa Politik (KESBANGPOL) Provinsi Sumatera
Utara Dalam Pemberdayaan Organisasi Masyarakat (Studi Di Kantor Kesbangpol Sumatera
Utara)’, 2017.
3
‘Teori Organisasi Menurut Para Ahli - Jasa Pembuatan Skripsi Dan Tesis 0852-2588-7747 (WA)’
<https://idtesis.com/teori-organisasi-menurut-para-ahli/> [accessed 28 September 2022].
4
‘√ 15 Jenis Organisasi Di Masyarakat Dan Penjelasannya | DosenSosiologi.Com’
<https://dosensosiologi.com/organisasi-di-masyarakat/> [accessed 28 September 2022].
Organisasi masyarakat pada pelaksanaannya di dalam negara

kesatuan republik indonesia juga diatur dalam UU No.17 Tahun 20135.

Undang undang tersebut mengatur mulai dari pendirian ormas sampai

pembubaran ormas. Dalam penerapan UU tersebut Kebebasan

berorganisasi dijamin oleh negara selama tidak bertentangan dengan

pancasila dan UUD maka organisasi masyarakat tersebut diperbolehkan

berdiri dan berkegiatan. Dalam UU No.17 Tahun 2013 ayat 6 tujuan

didirikannya organisasi masyarakat yaitu :

1. Meningkatkan partisipasi dan budaya berorganisasi masyarakat

2. Memberikan pelayanan yang sukarela untuk kepentingan masyarakat

3. Menjaga nilai agama dan kepercayaaan kepada tuhan yang maha esa

4. Memelihara dan melestarikan nilai nilai kenormaan, etika, moral, serta

budaya dalam hidup bermasyarakat

5. Melestarikan sumber daya alam dan lingkungan hidup

6. Mengembangkan dan meningkatkan rasa kesetiakawanan, sosial,

gotong royongserta toleransi dalam kehidupan bermasyarakat

7. Memelihara, menjaga, memperkuat, dan sebagai pelopor persatuan

dan kesatuan bangsa

8. Mewujudkan tujuan negara

Ormas dalam pengertian dan tujuannya pembentukan ormas

sebagai peningkat partisipasi masyarakat sangatlah penting dalam

5
‘Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 - Wikisource Bahasa Indonesia’
<https://id.wikisource.org/wiki/Undang-Undang_Republik_Indonesia_Nomor_17_Tahun_2013>
[accessed 28 September 2022].
mempermudah pekerjaan pemerintah guna mencapai tujuan negara.

Ormas dapat menjadi agen untuk melaksanakan program program

pemerintah. Sebagai organisasi yang paling melekat dengan masyarakat

karena anggotanya adalah masyarakat itu sendiri serta mempunyai kultur

dan struktur yang dekat dan melekat dengan keseharian masyarakat,

ormas memiliki peran besar dalam suatu konflik sosial baik yang bersifat

pemicu konflik ataupun sebagai penyelesai konflik sosial di masyarakat.

Dalam realita dilapangan ormas tidaklah jarang berpotensi sebagai pemicu

timbulnya konflik sosial seperti ormas yang berfaham ekstrimis, intoleran,

radikal dan terorisme. Ormas berpaham tersebutlah yang menjadi masalah

bagi pemerintah maupun masyarakat. Berdasakan draf perpu ormas pada

bagian penjelasan pasal 59 ayat 4 huruf c menjelaskan bahwa “ ajaran atau

paham yang bertentangan dengan pancasila antara lain ateisme,

komunisme, marxisme, leninisme atau paham lain yang bertujuan

menggantikan atau mengubah pancasila dan undang undang dasar 19456.

sebagai Seperti pada kasus organisasi masyarakat Front Pembela islam

(FPI), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang di anggap berpaham radikal yang

bertentangan dengan pancasila.

Dalam perjalanan DKI Jakarta sebagai ibukota negara tidaklah luput

dari perkembangan organisasi masyarakat yang berpaham yang tidak

sesuai dengan pancasila maupun UUD. Penyebaran paham paham

6
‘Kontroversi Isi Perppu Ormas, Bukti Keberanian Atau Jalan Pintas? Halaman All - Kompas.Com’
<https://nasional.kompas.com/read/2017/07/13/07414181/kontroversi-isi-perppu-ormas-bukti-
keberanian-atau-jalan-pintas-?page=all> [accessed 28 September 2022].
ekstrimis inilah yang harus di cegah sebelum mengakar di masyarakat

terutama pemuda pemuda yang sering kali terjerumus karna tidak memiliki

pemahaman yang kuat sebelum masuk organisasi masyarakat, yang pada

akhirnya pemuda pemuda tersebut terjerumus ke organisasi masyarakat

yang berpaham ekstrimis, intoleran, radikal dan terorisme.

Selain ormas ormas yang berpaham ekstrimis dan intoleran yang

tumbuh subur di masyarakat yang kadang tampa masyarakat tau organisasi

tersebut berpaham yang berlawanan dengan pancasila, terdapat juga

masalah ormas yaitu perselisihan antar ormas yang menyebabkan bentrok

antar ormas di lingkungan masyarakat. Bentrok antar ormas marak terjadi

di masyarakat oleh hal hal yang berbau mempertahankan eksitensi ormas

tersebut seperti perebutan wilayah, salah paham antar anggota ormas atau

pun karna saling menghina antar ormas7. Salah satu contohnya adalah

ormas yang merasa memiliki hak dan wewenang atas wilayah tertentu

kadang memulai memperebutkan wilayah dengan ormas lain untuk

menunjukan esistensinya terhadap wilayah yang merasa miliki.

Sebagai wujud pembinaan dan pengawasan terhadap organisasi

masyarakat, pemerintah memiliki lembaga negara yang khusus mengurus

urusan organisasi masyarakat maupun politik yg terjadi di lingkungan

masyarakat. Semua urusan tersebut berada di bawah kementrian dalam

7
‘Perebutan Wilayah Kekuasaan Yang Berujung Bentrokan Ormas FBR Dan PP Di Lenteng Agung’
<https://megapolitan.kompas.com/read/2021/02/05/06361221/perebutan-wilayah-kekuasaan-
yang-berujung-bentrokan-ormas-fbr-dan-pp-di?page=1> [accessed 28 September 2022].
negeri yaitu di lembaga Kesatuan Bangsa dan Politik ( Kesbangpol) yang

berdasarkan permendagri nomor 43 tahun 2015 tentang struktur organisasi

tata kerja kemendagri8.

DKI Jakarta sebagai ibu kota menjadi tempat berkumpulnya segala

macam suku bangsa yang memiliki pemikiran yg berbeda satu sama

lainnya, membuat sangat banyaknya organisasi masyarakat terbentuk di

daerah DKI Jakarta khususnya kota administrasi jakarta utara. Organisasi

organisasi tersebut mewarnai keberagaman kehidupan di tengah

masyarakat jakarta utara. Organisasi yang ada di daerah jakarta utara ini

berbentuk organisasi kemasyarakatan daerah maupun yang cakupannya

nasional. Organisasi tersebut mulai dari tingkatan struktural pimpinan di

wilayah hingga yang paling kecil yaitu ranting atau kecamatan. Perbedaaan

pandangan dan rasa fanatisme sebuah organisasi pada para kadernya

kerap menimbulkan gesekan antar organisasi yang kadang menimbulkan

kerusuhan di masyarakat seperti tauran dan perkelahian antar kelompok

yang menyebabkan kerugian harta sampai nyawa. Serta paham paham

ekstrimis, intoleran, radikal dan terorisme yang mulai menjamur serta

masuk ke dalam paham paham organisasi masyarakat yang harus di

hindari penyebarannya di masyarakat. Untuk tidak terus menerus

mengulangi kejadian yang merugikan masyarakat maka dibutuhkan

kehadiran negara dalam pembinaan dan pengawasan ormas pada

8
‘PERMENDAGRI No. 43 Tahun 2015 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Dalam
Negeri [JDIH BPK RI]’ <https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/139081/permendagri-no-43-
tahun-2015> [accessed 28 September 2022].
khususnya di wilayah DKI Jakarta kota administrasi jakarta utara yaitu oleh

badan kesatuan bangsa dan politik .

Dalam pembinaan dan pengawasan tersebut diperlukan

implementasi atau pelaksanaan dan penerapan dalam suatu tindakan

praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan ke arah yang

lebih baik. Dalam pelaksaaan implementasi pembinaan dan pengawasan

organisasi masyarakat di daerah Jakarta Utara apakah sudah membawa

hasil sebagaimana yang diharapkan dalam sistem pembinaan dan

pengawasan. dengan demikian implementasi dalam pembinaaan dan

pengawasan organisasi masyarakat sangatlah penting serta bermanfaat

bagi masyarakat bila di teliti lebih dalam.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menjadi tertarik untuk

melakukan penelitian terhadap “ IMPLEMENTASI PEMBINAAN DAN

PENGAWASAN ORGANISASI MASYARAKAT OLEH BADAN

KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DI KOTA ADMINISTRASI

JAKARTA UTARA ”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang dijelaskan diatas dapat

dikatakan bahwa pembinaan dan pengawasan badan kesatuan bangsa dan

politik di kota administrasi jakarta utara sangatlah diperlukan, maka yang

menjadi rumusan masalah yang akan menjadi pembahasan dalam

penelitian ini adalah :


1. Bagaimana implementasi badan kesatuan bangsa dan politik dalam

pengoptimalan pembinaaan dan pengawasan organisasi

masyarakat di kota administrasi jakarta utara ?

2. Bagaimana pengaturan pembinaan dan pengawasan terhadap

organisasi masyarakat di kota administrasi jakarta utara ?

3. Bagaimana upaya badan kesatuan bangsa dan politik kota

administrasi jakarta utara terhadap organisasi yang melanggar

aturan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Diliat dari pokok pokok permasalahan yg telah di jelaskan, maka

tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaturan pembinaan dan pengawasan yang

belaku di organisasi masyarakat

2. Untuk mengetahui implementasi dari badan kesatuan bangsa dan

politik kota administrasi jakarta utara dalam upaya pembinaaan dan

pengawasan organisasi masyarakat

3. Untuk mengetahui upaya badan kesatuan bangsa dan politik dalam

menindaklanjuti organisasi masyarakat yang melanggar aturan,

seperti bentrok antar ormas dan ormas yang berpaham

bertentangan dengan pancasila dan UUD


1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian yang dilakukan dapat dipergunakan untuk perkembangan

ilmu pengetahuan serta upaya memperkaya ilmu pengetahuan dalam

bidang pemerintahan, khususnya dalam pembinaan dan pengawasan

organisasi masyarakat oleh badan kesatuan bangsa dan politik.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi pemerintahan negara khususnya pemerintahan daerah,

sebagai sebuah tambahan pemikiran dan sumber informasi

dalam upaya pengembangan pembinaan dan pengawasan

organisasi masyarakat.

b. bagi institut pemerintahan dalam negeri, diharapkan dapat

memberikan tambahan bahan bacaan sebagai kontribusi kepada

perkembangan ilmu pengetahuan dan dimaksudkan menjadi

referensi bacaan bagi praja.

c. bagi peneliti, hasil dari penelitian dapat menjadi penambah

wawasan dalam berfikir dan menambah pengetahuan untuk

bekal terjun di dalam dunia kerja di bidang pemerintahan, serta

untuk menjadi salah satu syarat dalam menyelesaikan

pendidikan di Institut Pemerintahan Dalam Negeri


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya menjadi sebuah acuan bagi penulis dalam

meneliti dan menggali informasi untuk sebagai bahan perbandingan serta

memperbanyak teori untuk melakukan penelitian. Selain itu penelitian juga

menggali informasi dari buku, jurnal maupun skripsi terdahulu untuk

mendapatkan teori yang berkaitan dengan judul sebagai memperkaya

bahan kajian pada penelitian yang akan dilakukan penulis. Berikut

merupakan penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan yang akan diteliti

antara lain :

Tabel 2.1

Penelitian Sebelumnya

No Judul, Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan Teori

Nama,
Penelitian Penelitian
Tahun

1 Peran Hasil dari penelitian Persamaan Pada Teori

Lembaga ini menjelaskan metode penelitian ini efektivitas

Kesatuan bahwa peran penelitian tujuan program

Bangsa kesbangpol di yaitu penelitian

dan Politik provinsi sumatra kualitatif, berbeda yang


(KESBAN utara sudah deskriptif dan mana lebih

GPOL) terlaksana dengan membahas ke

Provinsi baik sesuai dengan tujuan pemberdaya-

Sumatra undang undang kesbangpol an organisasi

Utara dalam dalam masyarakat,

Dalam melaksanakan melaksanaan sedangkan

Pemberda- pembinaan ataupun pembinaan tujuan

yaan pemberdayaan organisasi penelitian

Organisasi organisasi masyarakat saat ini lebih

Masyara- masyarakat yang berfokus

kat (Aulia ada dan sudah pada

Asmul mencoba pembinaan

Fauzi, menertipkan dan

2017) pelangaran yang pengawasan

dibuat oleh organisasi

organisasi masyarakat.

masyarakat dengan

upaya hukum yang

berlaku

2 Urgensi Keberadaan ormas Persamaan Penelitian ini Teori

Pengawas- memberikan metode dilakukan Implement

an kontribusi yang penelitian cakupannya asi

Organisasi besar dalam yaitu lebih luas


kemasyara pembangunan kualitatif, bukan hanya

-katan oleh negara, namun di membahas lingkupan

pemerintah sisi lain banyak peran kesbangpol

( Catur ormas yang pemerintah tapi cakupan

Wibowo melakukan dalam yang lebih

dan pelanggaran UU pembinaan luas yaitu

Herman seperti bertindak dan peran

Harefa, anarkis dan pengawasan pemerintah

2015) mengganggu dalam pada dalam

lingkungan hususnya implementasi

masyarakat maka ormas pengawasan

dari itu peran oramas yang organisasi

pemerintah untuk membuat masyarakat,

menertipkan dan pelanggaran sedangkan

memberi tindakan di lingkungan penelitian

tegas sangat masyarakat saat ini

diperlukan agar menekankan

tercapainnya pada

pembinaan dan lembaga

pengawasan ormas badan

secara maksimal kesatuan

bangsa dan

politik.
3 Peran Hasil dari penelitian Persamaan Pada Teori

Badan ini menjelaskan metode penelitian ini Peran

Kesatuan bahwa peran penelitian lebih

Bangsa kesbangpol di Kota yaitu menekankan

Dan Politik Sungai Penuh kualitatif, peran

Kota mempunyai tugas bertujuan pembinaan

Sungai melaksanakan mencari tau dan

Penuh penyusunan dan cara pengawasan

Dalam pelaksanaan kesbangpol kesbangpol

Pembinaa kebijakan di bidang dalam kepada

an kesatuan bangsa pembinaan ormas,

Organisasi dan politik. dalam ormas sedanglan

Sosial melaksanaan penelitian

Politik tugasnya saat ini lebih

Organisasi kesbangpol kota menekankan

Kemasyar sungai penuh efektifitas

akatan melaksanakan dalam

(Suci pembinaan pelaksanaan

Hermiken, organisasi sosial pembinaan

2022) politik dan dan

organisasi pengawasan

kemasyarakatan tersebut.

dengan cara
sosisalisasi atau

pelatihan,

koordinasisi secara

rutin, pengawasan

dan evaluasi.

4 Peran Hasil dari penelitian Persamaan Dalam Teori

KESBANG ini menyimpulkan metode penelitian ini Peran

POL bahwa penelitian di tambahkan

LINMAS KESBANGPOL yaitu kualitatif juga

Dalam LINMAS untuk deskriptif pembinaan

Pembinaa menjaga dalam aspek

n kesetabilan dengan politik,

Organisasi cara pembinaan sedangkan

Sosial terhadap organisasi penelitian ini

Politik dan masyarakat yang lebih

Organisasi ada, pembinaan menekankan

Kemasyar tersebut dilakukan kepada

akatan lewat pelatihan pembinaan

(Yasni pelatihan di bidang dalam aspek

Efyanti, sosial politik dan konflik

2018) melakukan organisasi

sosialisasi kepada masyarakat

ormas ormas yang serta


keberadaaanya pencegahan

belum terdaftar organisasi

serta melakukan masyarakat

pengawasan dan terpapar

memonitoring paham

kegiatan kegiatan paham

yang dilakukan oleh intoleran

organisasi karna itu di

masyarakat. ambil

efektifitas

pembinaan

dan

pengawasan

organisasi

masyarakat

oleh

kesbangpol

Sumber: Data diolah 2022

Perbedaan pada penelitian terdahulu yang di sajikan di tabel 2.1

dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu, jika pada

beberapa penelitian terdahulu yang di sajikan di atas lebih membahas

peran kesbangpol terhadap penerapan pengawasan dan pembinaan

organisasi masyarakat, serta di paparkan faktor faktor yang mempengaruhi


dalam pelaksaan pembinaan dan pengawasan yang di lakukan kesbangpol

yang berbeda dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, selain

lokus penelitian yang berbeda pada penelitian yang akan di lakukan peneliti

juga lebih menekankan kepada efektifitas dalam pembinaan dan

pengawasan organisiasi masyarakat oleh badan kesatuan bangsa dan

politik. serta apa yang menjadi penghabat dan upaya yang dilakukan untuk

mengatasi hambatan dalam efektifitas pembinaan dan pengawasan

organisasi masyarakat.

2.2 Landasan Teoritis dan Legalistik

2.2.1 Landasan Teoritis

Landasan teoritis merupakan kumpulan teori yang mampu

menganalisis dalam proses penelitian berbentuk konsep yang tersusun rapi

dan sistematis. Landasan teoritis berguna untuk mempermudah

penyusunan kerangka berfikir sehingga fakta dan peristiwa yang ada dapat

di gambarkan dengan jelas. Teori teori disusun secara sistematis guna

mengetahui hubungan antar variabel variabel dalam sebuah penelitian

sehingga akan menjadi dasar yang kuat sebuah penelitian serta

menghasilkan analasis mendetail dengan cara pemecahan masalah yang

ilmiah9

9
‘√ Pengertian Landasan Teori, Macam, Cara Menulis, Dan Contohnya | PenelitianIlmiah.Com’
<https://penelitianilmiah.com/landasan-teori/> [accessed 28 September 2022].
2.2.1.1 Implementasi

Menurut Guntur Setiawan implementasi adalah perluasan aktivitas

yang saling menyesuaikan proses interaksi antar tujuan dan tindakan dalam

mencapai serta memerlukan jaringan pelaksana birokrasi yang efektif10`

Menurut Syaukani dkk menjelaskan bahwa implementasi

merupakan suatu rangkaian aktivitas dalam rangka mengantarkan

kebijaksanaan kepada masyarakat sehingga kebijakan tersebut dapat

membawa hasil sebagaimana diharapkan11. Rangkaian kegiatan tersebut

mencakup :

1. Persiapan seperangkat peraturan lanjutan yang merupakan interpretasi

dari kebijakan tersebut.

2. Menyiapkan sumber daya guna menggerakkan kegiatan implementasi

termasuk didalamnya sarana dan prasarana, sumber daya keuangan

dan tentu saja penetapan siapa yang bertanggung jawab melaksanakan

kebijaksanaan tersebut.

3. Bagaimana mengahantarkan kebijaksanaan secara kongkrit ke

masyarakat.

10
‘Pengertian Implementasi: Arti Para Ahli, Tujuan & Teori Implementasi Kebijakan’
<https://artikelsiana.com/Pengertian-implementasi-para-ahli-tujuan-teori-kebijakan/> [accessed
28 September 2022].
11
‘Pengertian Implementasi: Arti Para Ahli, Tujuan & Teori Implementasi Kebijakan’.
‘Pengertian Implementasi: Arti Para Ahli, Tujuan & Teori Implementasi Kebijakan’.
Menurut Nurdin Usman dalam mengemukakan pendapatnya

mengenai implementasi atau pelaksanaan adalah bermuara pada aktifitas,

aksi, timdakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan

sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan untuk

mencapai tujuan kegiatan12.

Dilihat dari pendapat para ahli dapat dipahami bahwa implementasi

merupakan fenomena yg terjadi setelah adanya sebuah kebijakan yang

berjalan, kebijakan ini dilakukan untuk mencapai suatu tujuan yg ditetapkan

sebelumnya yang dilakukan oleh individu atau kelompok atas dasar

perencanaan yang jelas.

Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini menggunakan teori

implementasi yang menurut George C. Edward III (1990) dalam Agustiono

(2016:136- 141) faktor faktor yang menentukan berhasilnya implementasi

yaitu : (a) Komunikasi (b) sumber daya (c) disposisi dan (d) struktur

Birokrasi13.

Berikut ini penulis akan menjelaskan secara rinci model

implementasi kebijakan :

1. Komunikasi

12
‘Pengertian Implementasi: Arti Para Ahli, Tujuan & Teori Implementasi Kebijakan’.
13
‘Pengertian Implementasi Menurut Para Ahli Dan Contohnya’
<https://kuliahpendidikan.com/pengertian-implementasi-menurut-para-ahli/> [accessed 29
September 2022].
Goerge C. Edward III mengemukakan komunikasi Merupakan

salah satu faktor yang menentukan implementasi sehingga dalam

proses pencapaiaan suatu tujuan dari implementasi kebijakan perlu

mentelaah faktor komunikasi. Dimana implementasi bisa

terhujudnsecara efektif bila pemerintah mengetahui apa saja yang

harus dilakukan.

Pada pengukuran variabel komunikasi ada tiga faktor yang

digunakan yaitu transmisi, kejelasan dan konsistensi.

a) Transmisi yaitu penyaluran komunikasi yang berjalan dengan baik

yang akan menghasilkan implementasi komunikasi yang baik

juga.

b) Kejelasan sangatlah penting untuk di perhatikan dan dipahami

terhadap instruksi yang diberikan, agar kebijakan yang

diimplementasikan tepat sasaran.

c) Konsisten mengenai kepastian dalam perintah, dalam

pelaksanaan komunikasi perintah yang diberikan harus

konsisten dan jelas.

2. Sumber Daya

Faktor atau Variabe kedua yang berpengaruh dalam

keberhasilan implementasi adalah sumberdaya . Dalam variabel

sumber daya terdiri dari beberapa faktor yang digunakan, yaitu :


a) Staf adalah unsur paling penting dalam penunjang pelaksanaan

implementasi kebijakan. Kegagalan yang sering terjadi dalam

implementasi dalam sebuah kebijakan disebabkan karna staf

yang tidak mencukupi, memadai, atau tidak kompeten dalam

bidangngnya. Maka dari itu untuk sebuah implementasi berjalan

dengan baik diperlukan staf yang berkompeten dan memiliki

keahlian maupun keterampilan sesuai bidang dan kebutuhan

yang diperlukan .

b) Informasi merupakan salah satu hal paling penting dalam unsur

implementasi. terdapat dua bentuk informasi yaitu yang pertama

adalah informasi yang berhubungan dengan cara pelaksanaan

kebijakan, Yang berarti pelaksana harus melakukan saat meraka

diberi perintah. Kedua, informasi mengenai data mengenai

kepatuhan kepada pelaksanaan peraturan dan regulasi yang

telah di tetapkan oleh pemerintah, artinya pelaksana harus

mengetahuai apakah orang yang terlibat dalam pelaksanaan

implementasi tersebut patuh atau tidak.

c) Wewenang pada umumnya bersifat formal yang membuat

perintah dapat dilaksanakan dengan jelas. Karna itu wewenang

akan berbeda di setiap program yang terlaksana. Seseorang

mungkin saja memiliki wewenang yang besar namun tidak efektif

dalam mengimplementasikan suatu kebijakan.


d) Fasilitas, fasilitas juga merupakan unsur penting dalam

sumberdaya di implementasi. Walaupun pelaksana atau staf tau

apa yang harus dilakukan serta memiliki wewenang untuk

melaksanakan tugasnya namun tanpa tersedianya fasilitas

pendukung (sarana dan prasarana) maka implementasi tersebut

tidak akan terlaksana dengan baik.

3. Disposisi (sikap pelaksana)

Disposisi atau sikap pelaksana merupakan faktor ketiga dalam

pendekatan pelaksanaaan suatu implementasi, jika ingin

pelaksanaan suatu implementasi efektif maka pelaksana tidak hanya

harus mengetahui apa yg harus dilakukan namun juga harus memiliki

kemampuan untuk pelaksanaanya sehingga dalam pelaksanaannya

tidak terjadi bias. Yang artinya disposisi ini berkaitan dengan

kesedian para implementator dalam melaksanakan kebijakan.

4. Struktur Birokrasi

Variabel yang terakhir yang mempengaruhi keberhasilan

sebuah implementasi adalah struktur birokrasi. Kebijakan yang

begitu kompleks memerlukan kerjasama dalam pelaksanaannya.

Ketika struktur birokrasi tidak kondusif pada kebijakan yg telah di

tetapkan dapat menyebabkan sumber daya tidak efektif yang

membuat terhambatnya kebijakan. Sebagai pelaksana seorang

birokrasi harus dapat mendukung kebijakan dengan cara melakukan


kordinasi dengan baik. Hal mendasar dalam struktur birokrasi adalah

standar opertaing procedures (SOP) dan kordinasi antar struktur

birokrasi.

2.2.1.2 Pembinaan dan Pengawasan

Menurut Sudjana (2000:223) pembinaan yaitu sebuah rangkaiaan

upaya mengendalikan secara profesional terhadap semua unsur unsur agar

berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai tujuan

dapat terlaksana secara berbudaya guna dan berhasil guna14.

Menurut Thoha (2001:7) pembinaan adalah proses, hasil atau

pertanyaan menjadi lebih baik, dalam hal ini mewujudkan adanya sebuah

perubahan, kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evaluasi dan

kemungkinan atas sesuatu15.

Dari pengertian proses pembinaaan di atas penulis sebagai peneliti

dapat menyimpulkan pembinaan adalah proses mewujudkan terjadinya

perubahan dalam suatu hal yang berupa kemajuan dan perkembangan.

Proses pembinaan dalam pelaksanaan tugas sangat diperlukan untuk

mendapat hasil dan fungsi dengan baik sesuai yang di harapkan.

14
‘Fungsi Manajemen - Pengelolaan Lembaga Kursus Dan Pelatihan (LKP)’
<https://123dok.com/article/fungsi-manajemen-pengelolaan-lembaga-kursus-pelatihan-
lkp.ye8nwney> [accessed 30 September 2022].
15
‘Pembinaan Kepala Sekolah Terhadap Guru 1. Pengertian Pembinaan’
<https://123dok.com/article/pembinaan-kepala-sekolah-terhadap-guru-pengertian-
pembinaan.zwvp1wpg> [accessed 30 September 2022].
Menurut Henry Fayol (dalam Harahap, 2001:10) menjelaskan

pengawasan sebagai berikut :

Control consist in verifying occurs in conformity with the plan

adopted, the instruction issued and principles established. It has

objective to point out weaknesses and errors in orderto rectify then

prevent recurrance. Pengawasan mencakup upaya memeriksa

apakah semua terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan,

perintah yang di keluarkan, dan prinsip yang dianut, yang

dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan agar

dapat di hendari kejadiannya di kemudian hari16.

Dalam pendapat lain menurut Simbolon (2004:61) pengawasan

adalah suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahi dalam pelaksanaan

pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan sudah sesuai dengan rencana,

perintah, tujuan kebijakan yang telah ditetapkan. Dalam intinya

pengawasan harus berpedoman kepada17 :

1. Rencana (planning) yang sudah di tetapkan.

2. Perintah (orders) menyangkut pelaksanaan pekerjaan (performance).

16
S. (Sururi) Sururi, ‘Pengembangan Profesionalitas Pengawas Pendidikan’, Jurnal Administrasi
Pendidikan UPI, 13.1 (2011), 73966 <https://www.neliti.com/publications/73966/> [accessed 30
September 2022].
17
‘Pengertian Dan Fungsi Manajemen Pengawasan Menurut Para Ahli - Materi Belajar’
<https://www.materibelajar.id/2016/05/pengertian-dan-fungsi-manajemen.html> [accessed 30
September 2022].
3. Tujuan.

4. Kebijakan yang telah di tetapkan sebelumnya.

Dapat di simpulkan bahwa pengawasan secara umum berarti usaha

yang dilakukan untuk mengetahui apakah pelaksanaan tugas yang telah

diberikan sudah dilakukan sesuai tujuan pencapaian untuk mencegah

terjadinya penyelewengan. Untuk mencegah sebuah penyelewengan

diperlukan pihak terkait untuk melakukan pengawasan dan memberikan

evaluasi berupa arahan yang bermaksud memperbaiki pelaksanaan yang

berjalan agar perencanaan yang telah dibuat tidak meleset dari hasil yang

diinginkan.

2.2.1.3 Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) merupakan

lembaga yang menangani semua urusan pemerintahan umum berdasarkan

permendagri 43 tahun 2015 tentang struktur organisasi tata kerja

kemendagri18. Kesbangpol adalah lembaga yang dibentuk berdasarkan

Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 258 Tahun 2016 yang

mengatur tentang organisasi dan tata kerja badan kesatuan bangsa dan

politik, untuk membantu pelaksanaan tugas dan fungsi penyelengaraan

pemerintah daerah. Pada Pergub No 258 Tahun 2016 tersebut di Bab 1

18
Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,
‘Peraturan Kementerian Dalam Negeri (Permendagri) Tentang Organisasi Dan Tata Kerja
Kementerian Dalam Negeri’, Peraturan.Bpk.Go.Id, 564, 2015, 1
<https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/139081/permendagri-no-43-tahun-2015>.
Pasal 1 dijelaskan tentang ketentuan umum yaitu Badan Kesatuan Bangsa

dan politik terdapat di tingkat provinsi yang dipimpin Kepala Badan. Pada

tingkat kota administrasi di sebut sebagai Suku Badan Kesatuan Bangsa

dan Politik yang di pimpim oleh Kepala Suku Badan. Kesbangpol

mempunyai fungsi dan tugas pokok terhadap pembanggunan wilayah dan

pemerintahan umum seperti pembinaan dan pengawasan di wilayah

provinsi maupun kota administrasi19.

2.2.1.4 Organisasi Masyarakat

Setelah selesainya Orde Baru yang digantikan dengan Orde

Reformasi terdapat perubahan paradigma dari pergerakan sosial politik

yang awalnya berbasis elit berubah menjadu kerakyatan. Perubahan ini lah

yang membuat keberlangsungan demokrasi menjadi lebih terasa di

masyarakat. Terdapat tiga pilar mendasar bagi berlangsungnya demokrasi

yaitu hak kebebasan berserikat, hak kebebasan berkumpul, dan hak

kebebasan berekspresi20. Tiga pilar inilah dasar memperjuangkan hak dan

kepentingan masyarakat di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya.

Untuk menghujudkan program pembagunan yang prioritasnya kepada

pemenuhan kepentingan masyarakat maka dibutuhkan kemitraan antara

pemerintah dan masyarakat. Diperlukannya wadah bagi masyarakat ikut

19
Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 258 Tahun 2016,
‘Organisasi Dan Tata Kerja Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik’, 2016, 23–24.
20
‘Isi Pasal 28E Ayat 3 UUD 1945 Mengenai Kebebasan Berpendapat Dan Berasosiasi |
Kumparan.Com’ <https://kumparan.com/berita-hari-ini/isi-pasal-28e-ayat-3-uud-1945-
mengenai-kebebasan-berpendapat-dan-berasosiasi-1wdTBaGzXyT/full> [accessed 1 October
2022].
turut berpastisipasi dalam pembangunan negara, salah satunya dengan

dibentuknya sebuah organisasi kemasyarakatan.

Organisasi masyarakat (Ormas) merupakan organisasi berbasis

masa yang tidak bertujuan politis. Ormas terbentuk karna adanya

kesamaan misal agama, sosial, budaya, pendidikan, profesi atau suatu

tujuan tertentu. Ormas dibentuk oleh individu atau pun kelompok atas

kesamaan dengan sukarela tanpa tujuan komersial untuk mendapatkan

keuntungan.

Ormas sebagaimana sarana partisipasi masyarakat sangatlah

penting bagi negara untuk melaksanakan dan sebagai agen pembagunan.

Partisipasi masyarakat sangatlah menentukan proses pembangunan yang

berhasil. Untuk itu, Ormas sangatlah menarik bagi penulis untuk mengkaji

apakah ormas sebagai media bagi masyarakat melakukan pastisipasi

sudah sesuai atau belum dalam pelaksanaannya.

2.2.2 Landasan Legalistik

Ilmu pemerintahan yang ada di indonesia merupakan

pengembangan dari ilmu hukum. Kewenangan yang pemerintah miliki

disahkan melalui de jure (hukum). Dalam tinjauan legalistik suatu gejala dan

peristiwa di atur dari sudut pandang aturan formal. Perundang undangan

merupakan hukum positif yang mengatur jalannya pemerintahan maka dari

itu undang undang dijadikan pedoman dalam mengkaji peristiwa

pemerintahan.
2.2.2.1 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013

tentang Organisasi Kemasyarakatan

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013

tentang Organisasi Kemasyarakatan terdiri dari 19 Bab terdiri dari 87 Pasal.

Dalam Undang Undang ini diatur secara terperinci mengenai; asas, ciri, dan

sifat, tujuan, fungsi, dan ruang lingkup; pendirian; pendaftaran; hak dan

kewajiban; organisasi, kedudukan, dan kepengurusan; keanggotaan, AD

dan ART; keuangan, badan usaha, dan pemberdayaan organisasi

kemasyarakatan. Inti dalam undang undang ini mengatur mengenai semua

organisasi masyarakat yang beraktifitas di indonesia. Lebih lanjut, baik

organisasi masyarakat asing yang didirikan oleh warga negara asing mau

pun warga negara indonesia. Undang- undang ini pun mengatur mengenai

pengawasan, penyelesaikan sengketa organisasi, larangan dan sanksi bagi

organisasi kemasyarakatan.

Pada bab XIV dijelaskan mengenai pengawasan yang mengatur

ornas yang dilaksanakan sesuai mekanisme yang di atur di dalam AD

dan/atau ART organisasi. Pengawasan dilakukan oleh dua pihak yaitu pihak

internal dan eksternal. Pihak internal terdiri dari pengawas internal

organisasi itu sendiri yang berfungsi menegakan kode etik organisasi dan

bertugas memutuskan sanksi dalam lingkup internal organisasi. Kemudian

pihak eksternal terdiri dari elemen warga masyarakat, pemerintah dan/atau


pemerintah daerah. Pengawasan yang dilakukan masyarakat berupa

pengaduan yang disampaikan kepada pemerintah atau pemerintah daerah.

2.2.2.2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun

2016 tentang Pelaksanaan Undang Undang Nomor 17 Tahun

2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun

2016tentang Pelaksanaan Undang Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang

Organisasi Kemasyarakatan yang didalamnya terdapat 10 Bab dan 74

Pasal. Peraturan Pemerintahan ini menjelaskan lebih lanjut dari Undang

Undang No 17 Tahun 2013 mengenai pengertian; pendaftaran;

pemberdayaan; sistem informasi ormas; perizinan, tim perizinan, dan

pengesahan ormas yang didirikan oleh warga negara asing; pengawasan;

mediasi penyelesaian sengketa ormas; sanksi; dan ketentuan peraturan

lain yang berkaitan dalam perubahan kepengurusan organisasi

masyarakat.

Pada bab VI sebanyak 10 Pasal dijelaskan mengenai pengawasan

organisasi masyarakat , yang mengatur mekanisme pengawasan yang

berupa pengawasan internal yang dilakukan oleh pengawas internal

organisasi masyarakat tersebut dan pengawasan eksternal yang dilakukan

oleh masyarakat , pemerintah, dan/atau pemerintah daerah.

Pengawasan oleh masyarakat berupa pengaduan masyarakat

secara tertulis atau tidak tertulis yang difasilitasi oleh pemerintah pada unit
pelayanan pengaduan masyarakat baik lembaga pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah sesuai dengan peraturan perundang undangan.

Pengaduan masyarakat harus setidaknya memuat informasi mengenai

subjek, objek, serta materi pengaduan uang bersifat objektif dan akuntabel.

Pengawasan eksternal juga dilakukan oleh pemerintah pusat

maupun daerah yang dilakukan secara terencana dan sistematis baik

sebelum maupun sesudah pengaduan oleh masyarakat, Yang berupa

monitoring dan evaluasi oleh tim terpadu yang penetapannya dilakukan

oleh menteri penyelenggara urusan pemerintahan dalam negeri maupun

luar negeri, gubernur, bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

2.2.2.3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 57

Tahun 2017 tentang Pendaftaran dan Pengelolaan Sistem

Informasi Organisasi Kemasyarakatan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 57

Tahun 2017 tentang Pendaftaran dan Pengelolaan Sistem Informasi

Organisasi Kemasyarakatan merupakan peraturan tindak lanjutan Pasal 20

dan Pasal 33 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun

2016 tentang Pelaksanaan Undang Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang

Organisasi Kemasyarakatan. Dalam peraturan ini terdiri dari 10 Bab 46

Pasal dan dilengkapi dengan format lampiran surat administrasi yang

berkaitan dengan organisasi masyarakat.


Pelaporan kegiatan oleh organisasi masyarakat di atur pada Bab VI

yang menjelaskan organisasi masyarakat diharuskan untuk melaporkan

perkembangan dan kegiatan organisasi setiap enam bulan sekali.

Kemuadian laporan ditandatangani oleh ketua dan sekretaris atau sebutan

lainnya kepada menteri, gubernur, atau bupati/wali kota. Pada laporan

kegiatan oramas haruslah berisi nama dan jenis kegiatan; tempat dan waktu

kegiatan; dan hal yang di anggap perlu di lampirkan dalam kegitan tersebut.

Pada Bab VII mengenai pembinaan dang pengawasan organisasi

masyarakat dijelaskan bahwa

1. Pembinaan dan pengawasan pendaftaran ormas yang tidak

berbadan hukum secara nasional dilakukan oleh Menteri

melalui Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum.

2. Pembinaan dan pengawasan pendaftaran ormas yang tidak

berbadan hukum di daerah provinsi dilakukan oleh Gubernur

melalui Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik di Provinsi

dalam wilayahnya.

3. Pembinaan dan pengawasan Pendaftaran ormas yang tidak

berbadan hukum di daerah kabupaten/kota dilakukan oleh

bupati/walikota melalui Kepala Badan/Kantor Kesatuan

Bangsa dan Politik di kabupaten/kota dalam wilayahnya.

Pembinaan dilakukan melalui koordinasi, bimbingan,

pendidikan dan pelatihan, supervisi, dan konsultasi dalam


pengembangan sistem informasi organisasi kemasyarakatan

(SIORMAS) yang dilakukan secara berjenjang.

2.2.2.4 Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Nomor 258 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Melaksanakan Pasal 2 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 41

Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, Pembentukan

organisasi masyarakat daerah ditetapkan dengan peraturan daerah.

Dalam Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota

Jakarta Nomor 258 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan

Kesatuan Bangsa dan Politik yang didalamnya terdapat 6 Bab dan 49 pasal

yang dimaksudkan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13 Peraturan

Daerah Nomor 5 tahun 2016 tentang pembentukan dan susunan perangkat

daerah provinsi DKI Jakarta maka diperlukan penetapan Organisasi dan

Tata Kerja Badan Kesatuan Bangsa dan Politik.

Pada Bab 2 dijelaskan bahwa badan kesbangpol merupakan unsur

pelaksana fungsi penunjang urusan pemerintahan bidang kesatuan bangsa

dan politik yang di pimpin oleh kepala badan yang kedudukannya dibawah

dan bertanggung jawab kepada gubernur melalui sekretaris daerah. Serta

dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya dikordinasikan oleh asisten

pemerintahan.
Pada Bab 3 pasal 4 ayat 1 poin E di jelaskan bahwa dalam badan

kesatuan bangsa dan politik memiliki bidang ketahanan ekonomi, seni,

budaya, agama dan kemasyarakatan yang didalamnya terdapat subbidang

organisasi masyarakatan yang menangani langsung tentang segala urusan

organisasi kemasyarakatan yang di jabarkan tugas dan fungsi pada bagian

keenam pasal 25 ayat 3 yaitu :

a. menyusun bahan rencana strategis dan rencana kerja dan

anggaran Bidang Ketahanan Ekonomi, Seni, Budaya, Agama

dan Kemasyarakatan seuai dengan lingkup tugasnya;

b. melaksanakan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan

anggaran Bidang Ketahanan Ekonomi, Seni, Budaya, Agama

dan Kemasyarakatan sesuai dengan Iingkup tugasnya;

c. menyusun bahan kebijakan, pedoman dan standar teknis

hubungan organisasi kemasyarakatan;

d. menghimpun, mengolah, menyajikan, memanfaatkan dan

mengembangkan data dan informasi mengenai keberadaan,

jumlah dan kegiatan organisasi kemasyarakatan;

e. melaksanakan kemasyarakatan; kajian dan evaluasi organisasi

f. memfasilitasi pendaftaran organisasi kemasyarakatan;

g. melaksanakan pengawasan, pengendalian, monitoring dan

evaluasi perizinan dan non perizinan pada organisasi

kemasyarakatan;
h. menyusun bahan rekomendasi kepada penyelenggara

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dalam rangka penetapan

dan pemberian sanksi atas pelanggaran/penyalagunaan

perizinan dan non perizinan pada organisasi masyarakatan;

i. melaksanakan fasilitas kegiatan organisasi kemasyarakatan;

j. memfasilitasi penyelenggaraan pendidikan politik bagi

organisasi kemasyarakatan;

k. melaksanakan koordinasi, konsultasi dan kerjasama dengan

instansi/ lembaga terencana kerja dan anggaranit dalam

pembinaan organisasi kemasyarakatan; dan

l. mealaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan

tugas Subbidang Organisasi Kemasyarakatan.


2.3 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

1. UU Nomor 17 Tahun 2013

2. PP Nomor 58 Tahun 2016

3. Permendagri RI Nomor 57 Tahun 2017

4. Pergub Provinsi DKI Jakarta Nomor 258 Tahun 2016

Implementasi Pembinaan dan Pengawasan Organisasi


Masyarakan Oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Kota Administrasi Jakarta Utara Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta

Upaya yang Dilakukan

Teori Implementasi menurut George C.


Edward III (1990) dalam Agustiono
(2016:136- 141) :

1. Komunikasi Faktor Penghambat

2. Sumber Daya

3. Disposisi

4. Struktur Birokrasi

Tertibnya Pembinaan dan Pengawasan Organisasi Masyarakat oleh Badan


Kesatuan Bangsa Dan Politik
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian menurut Silalahi adalah kegiatan penyidik, metodis, dan

sistematis, penelitian adalah solusi untuk suatu masalah untuk menemukan

solusi atas masalah tersebut serta meningkatkan pengetahuan. Penelitian

dapat diartikan merupakan proses menyelidiki sesuatu dalam jangka waktu

yang telah ditentukan yang menggunakan metode ilmiah dan aturan yang

baku. Penelitian dilakukan secara sistematis adalah proses penelitian yang

dilakukan dengan cara bertahap yang berlandaskan berfikir secara logis

dan rasional. Untuk memepermudah dalam melakukan penelitian

diperlukannya rancangan yang sistematis yang disebut pendekatan

penelitian.

Pada penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan metode

penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan pendekatan induktif,

alasan mengapa peneliti menggunakan metode dan pendekatan ini karna

untuk menggambarkan fenomena yang terjadi secara deskriptif dengan

tidak memisahkan fokus serta tidak menyudutkan pihak manapun dalam

implementasi pembinaan dan pengawasan ormas oleh badan kesatuan

bangsa dan politik.

Menurut effendy penelitian kualitatif ialah penelitian yang

menggunakan dirinya sendiri sebagai istrumen, mengikuti asumsi dan data


ke dalam dunia sosial responden, peneliti diharapkan dleksibel dan reflektif

tetapi tetap berjarak dengan objek yang diteliti. Maksudnya peneliti memiliki

peran penting dalam penelitian dan hasil penelitian, yang dimana pola pikir

peneliti menjadi sumber untuk menghadapi masalaj yang ditemukan

dilapangan.

Menurut Juliansyah Noor menjelaskan metode penelitian desktiptif

adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu peristiwa,

kejadian, dan gejala yang terjadi saat ini. Metode ini berfokus pada

permasalahan yang sedang terjadi saat penelitian dilaksanakan. Maka

peneliti mencoba mendesktipsikan kejadian dan peristiwa yang menjadi

fokus penelitian agar diperoleh inforamasi yang baku dan sesuai dengan

fakta yang ada di lapangan.

Penggunaan pendekatan induktif dilakukan dengan cara

mengumpulkan fakta atau data yang bersifat nyata dan murni dari sebuah

pengalaman di lapangan, dengan cara mengamati serta mempelajari

masalah masalah yang dialami kemudian dianalis dan diinterpretasikan

secara tepat sehingga menghasilkan sebuah tulisan ataupun gambaran

permasalahan yang diteliti. Dengan penjelasan diatas, penelitian kualitatif

dengan pendekatan deskriptif induktif dalam penelitian ini mendeskripsikan

Implementasi Pembinaan dan Pengawasan Organisasi Masyarakat Oleh

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik di Kota Administrasi Jakarta Utara

Provinsi DKI Jakarta. Dalam penelitian ini dilakukan secara


mengklasifikwasikan, lalu menganalisis serta menyimpulkan data baru yang

disimpulkan dari khusus ke umum.

3.2 Operasionalisasi Konsep

Tabel 3.1

Operasionalisasi Konsep

Judul Konsep Dimensi Indikator

Implementasi Teori Komunikasi Implementasi fungsi

Pembinaan Implementasi kesbangpol dalam

dan oleh pengwasan dan pembinaan

Pengawasan George C. melalui komunikasi kepada

Organisasi Edward III pihak ormas

Masyarakat (1990) dalam Sumber Implementasi pelaksanaan

Oleh Badan Agustiono Daya wewenang kesbangpol

Kesatuan (2016:136- dalam melakukan

Bangsa dan 141) pembinaan dan

Politik di Kota pengawasan ormas

Administrasi Disposisi Komitmen kesbang dalam

Jakarta Utara (sikap menghujudkan peran dan

Provinsi DKI pelaksana) fungsi pembinaan dan

Jakarta pengawasan organisasi

masyarakat yang efektif


Struktur Struktur kesbangpol yang

Birokrasi bersinggungan langsung

kepada kordinasi dengan

pihak organisasi

masyarakat dalam

pelaksanaan pembinaan

dan pengawasan

Sumber : Diolah penulis 2022

3.3 Sumber Data dan Informan

3.3.1 Sumber Data

Pengertian Sumber data menurut Suharsimi Arikunto adalah sumber

data yang dimaksud dalam penelitian adalah subjek dari mana data

diperoleh. Peneliti dapa penelitian ini menggunakan dua sumber data yaitu:

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung

meberikan data kepada pengumpul data. Disebut sebagai data

primer karna sumber data diperoleh langsung dari masyarakat

atau informan dengan melakukan secara wawancara ataupun

observasi terhadap objek penelitian.

Sumber primer dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara

terhadap beberapa informan yang berada di Suku Badan


Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Administrasi Jakarta Utara,

serta peneliti melakuakan observasi di lokasi tersebut.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh secara

tidak langsung melainkan didapat melalui literatur, internet, buku,

jurnal ilmiah, bagan, tabel, atau dokumen yang terkait dengan

penelitaian yang diperoleh pada Suku Badan Kesatuan Bangsa dan

Politik Kota Administrasi Jakarta Utara.

3.3.2 Informan

Menurut L.J Moleong disebutkan bahwa informan ialah orang yang

dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi tentang situasi dan kondisi

yang ada di tempat penelitian.

Menurut Sugiyono untuk memilih informan diperlukan setidaknya

empat kategori, yaitu :

1. Memiliki pemahaman dalam permasalahan yang di teliti;

2. Informan aktif dalam bidang yang diteliti;

3. Memiliki waktu untuk memberikan informasi kepada peneliti dan;

4. Memberikan informasi yang sesuai dengan fakta yang ada di

lapangan.

Dari empat poin itu diartikan informan dipilih haruslah paham serta

mengerti permasalahan yang sedang peneliti teliti agar dapat memberikan


informasi sesuai dengan fakta yang ada dilapangan, serta memiliki waktu

agar agar informasi yang diberikan tidak setengah setengan dan membuat

permasalah karna kesalah tangkapan dalam informasi yang diberikan.

Tabel 3.2

Informan Penelitian

No. Informan Jumlah

1. Kepala Suku Badan Kesbangpol 1

2. Ketua Organisasi Masyarakat 2

3. Kepala Suku Bidang Ketahanan Ekonomi, Seni, 1

Budaya, Agama dan Kemasyarakatan

4. Kepala Suku Subbidang Organisasi Kemasyarakatan 1

5. Masyarakat 3

Total 8 orang

Sumber : Diolah penulis 2022

3.4 Instrumen Penelitian

Sebuah kualitas dalam proses penulisan salah satunya di pengaruhi

oleh instrumen penelitian itu sendiri. Dalam penelitian kualitatif, peneliti

menjadi instrumen penelitian itu sendiri, dengan makna lain peneliti menjadi

instrumen penelitian seperti yang sampaikan oleh Sugiyono, dalam

penelitian kualitatif peneliti menjadi instrumen atau alat penelitian. Maka

peneliti harus divalidasi dalam kesiapan penelitian dengan mengetahui

metode penelitian kualitatif, menguasai bidang yang diteliti, dan siap terjun
langsung ke lapangan. Dalam penelitian ini peneliti terjun langsung ke

lokasi untuk berinteraksi dengan pihak Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Kota Administrasi Jakarta Utara yang berkaitan langsung dengan proses

pembinaan dan pengawasan organisasi masyarakat.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang akurat dan diyakini kebenarannya

peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Wawancara

Teknik pengumpulan data secara wawancara adalah sebuah

kegiatan mengumpulkan informasi dari orang lain dengan cara

mengajukan pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu. Dengan

wawancara diharapkan diperolehlah informasi secara mendalam

dari para responden dengan susunan kata dan urutan yang

disesuaikan dari setiap responden yang di wawancara.

Wawancara yang akan dilakukan peneliti menggunakan

wawancara semi terstruktur yang dimana wawancara dilakukan

peneliti dengan menyiapkan pertanyaan dan jawaban dari

pertanyaan itulah menjadi bahan kajian penelitian dalam pembinaan

dan pengawasan ormas oleh kesbangpol.

b. Observasi

Observasi merupakan kegiatan memperhatikan atau

pengamatan yang sistematis dan cermat tehadap suatu sasaran


perilaku bermaksud dengan tujuan menemukan data yang

digunakan untuk membuat kesimpulan atau diagnosis.

Teknik observasi yang di gunakan oleh peneliti adalah teknik

observasi partisipasi, yang mana peneliti terlibat dalam aktivitas

sehari hari objek yang sedang diamati sebagai sumber penelitian.

Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan dengan ikut langsung

dengan apa yang dikerjakan oleh sumber data sehingga dapat

merasakan apa yang dirasakan oleh sumber data, yang bertujuan

agar data yang diperoleh valid dan memang benar banar sesuai

dengan kenyataan yang terjadi dilapangan

c. Dokumentasi

Cresswell menjelaskan bahwa pengumpul data kualitatif

dapat diperoleh melalui dokumen, dokumen yang di maksud yaitu

dokumen publik ataupun dokumen privat dan materi audio visual

berupa foto, objek objek, vidio tape atau pun segala jenis suara serta

bunyi.

Dalam teknik pengumpulan data secara dokumentasi

dihasilkan catatan catatan penting yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti. Dokumentasi merupakan cara memperkuat

penelitian kualitatif dalam hal pertanggungjawaban agar dapat

dipercaya kebenarannya.

Pengumpulan data secara dokumentasi ini peneliti ingin

mendapatkan data seperti profil, struktur organisasi, serta


penerapan pembinaan dan pengawasan ormas oleh badan

kesbangpol di kota administrasi jakarta utara.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah suatu langkah yang pengaruhnya

sangatlah penting dalam suatu penelitian, Dikarenakan teknik analisis data

memiliki fungsi menyimpulkan hasil dari sebuah penelitian. Menurut Nazir “

Analisis data merupakan bagian yang sangatlah penting dari metode ilmiah

karena dengan menganalisis data dapat diberikan makna dan arti yang

berguna untuk memecahkan masalah penelitian. Pemakaian teknik analisis

data yang sugiyono kemukakan penulis dapat menganalisis data yang

sudah terkumpul dengan langkah langkah :

1. Date Reduction ( reduksi data)

Data yang didapatkan dalam penelitian di tulis atau diketik

dalam bentuk uraian yang terperinci. Laporan yang didapat

kemudian direduksi dan dirangkum dengan memilih hal-hal pokok

dan penting serta mendasar, dan mencari tema dan pola

permasalahan agar laporan dapat tersusun secara terstruktur dan

sesuai dengan prosedur agar mudah dipahami dan dikendalikan.

2. Date Display (penyajian data)

Dalam tahap penyajian data data yang ada direduksi dalam

laporan yang sistematis, serta disajiakan dalam narasi berupa


informasi mengenai hal yang berkaitan dengan pembinaan dan

pengawasan ormas oleh badan kesbangpol.

3. Conslusion drawing/verivivation (pengambilan kesimpulan dan

verivikasi)

Data yang telah di olah serta dianalisis dan menghasilkan

hipotesis melalui langkah langkah reduksi dan penyajian data diatas

kemudian ditarik kesimpulan secara kritis dengan menggunakan

metode kualitatif pendekatan secara induktif yang bertolak kepada

kesimpulam umum yang objektif.

Kesimpulan tersebut kemudian diverifikasi dengan kembali

melihat reduksi dan penyajian data sehingga kesimpulan yang

diambil dapat terangkum dengan baik dan tidak menyimpang dari

permasalahan penelitian.

3.7 Jadwal dan Lokasi Penelitian

3.7.1 Lokasi Penelitian

Untuk menyesuaikan dengan fokus yang akan diteliti serta untuk

mendapatkan kelengkapan data-data yang dibutuhkan maka peneliti

mengambil tempat penelitian di Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota

Administrasi Jakarta Utara.


3.7.2 Jadwal Penelitian

Tabel 3.3
Jadwal Kegiatan Penelitian dan Penyusunan Skripsi Praja Utama
Tahun Akademik 2022/2023

AGS SEPT OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN
NO. KEGIATAN 2022 2022 2022 2022 2022 2023 2023 2023 2023 2023 2023
123 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan AAA A
Judul dan PPP P
Penyusunan RRR R
Usulan 222 2
1. Penelitian 000 0
222 2
222 2
Pengumpulan
Naskah
2.
Usulan
Penelitian &
Seminar Usulan
3. Penelitian
Perbaikan
Usulan
4.
Penelitian
Penelitian dan
5. pengumpulan
data
Penyusunan
6. Skripsi
Pengumpulan
7. Skripsi
Ujian
6. Komprehensif
Perbaikan dan
Pengumpulan
7.
Skripsi
Sumber : Kalender Akademik IPDN Tahun 2022/2023
Keterangan : : Pelaksanaan Kegiatan

Anda mungkin juga menyukai