TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Biogas
Biogas adalah campuran gas-gas yang dihasilkan dari suatu proses
fermentasi bahan organik olek bakteri dalam keadaan tanpa oksigen (anaerobic).
Atau biogas merupakan bahan bakar gas yang dapat diperbaharui yang dihasilkan
secara anaerobic dari bahan organik dengan menggunakan bakteri metana seperti
Methanobacteriium sp. Gas yang dihasilkan adalah gas metana (CH4), hidrogen
sulfida (H2S), nitrogen (N2), oksigen (O2), dan karbon dioksida (CO2). Produk ini
dihasilkan dari sejumlah bahan organik, yang disebut sebagai substrat biomassa,
melalui tindakan mikroorganisme yang disebut sebagai biomassa aktif. Biogas
sangat potensial sebagai bahan bakar karena memiliki kandungan metana.
Biogas juga sudah mulai dikembangkan dan dimanfaatkan oleh beberapa
industri sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak. Tetapi biogas
mengandung H2S dan CO2 yang cukup tinggi sehingga berpotensi mencemari
lingkungan. Biogas perlu pemurnian sebelum digunakan sebagai bahan bakar.
Secara umum penghilangan/pengurangan H2S dan CO2 dari biogas dapat
dilakukan secara fisika, biologi dan kimia, tetapi selami ini masih memiliki
beberapa kelemahan-kelemahan.
2.2.
Komposisi Biogas
(purifikasi) metana, biogas dapat diaplikasikan sebagai sumber bahan baku energi
alternatif. Berikut adalah kandungan yang terdapat dalam biogas pada umumnya :
Tabel 2.1. Komponen utama biogas
No
Komponen
Satuan
1
2
3
4
5
6
7
%Vol
%Vol
%Vol
%Vol
%Vol
Ppm
Ppm
Komposisi
1
2
50-75
54-70
24-40
27-45
<2
0-1
<1
0-1
0,1
<2
0,1
<3
Sedikit
Potensi gas
Bahan baku
per Kg
Suhu (C)
Limbah sapi
Limbah ayam
Limbah manusia
Kotoran (m3)
0.023-0.040
0.065-0.116
0.020-0.028
34.6
37.3
20.0 26.2
Persentase
Waktu
CH4
Fermentasi
58
60
-
10
30
21
Pada beberapa literatur sering disebutkan nilai energi yang berbeda dari
limbah yang berbeda terlihat pada Tabel 2.2, hal ini berkaitan erat dalam kondisi
lingkungan setempat dan karakteristik subtraksi yang tidak selalu sama.
2.2.3. Kandungan Energi
Nilai kalori dari 1 meter kubik Biogas dapat menghasilkan sumber energi
listrik sekitar 420 Wh yang setara dengan setengah liter bensin. Kotoran sapi yang
diproduksi oleh satu sapi dalam waktu satu tahun dapat dikonversi menjadi gas
metana setara dengan lebih dari 200 liter bensin. Oleh karena itu Biogas sangat
cocok digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan
pengganti minyak tanah, LPG, butana, batu bara, maupun bahan-bahan lain yang
berasal dari fosil. Berikut ini merupakan nilai kalor pada beberapa sumber energi :
Tabel 2.3. Perbandingan jumlah kalor dari berbagai jenis bahan bakar
Bahan Nakar
Gas Alam
Jumlah Kalor
8600 kcal/kg
LPG
10800 kcal/kg
Kerosin
10300 kcal/kg
Solar
10700 kcal/kg
Biogas
5000 kcal/m3
Sumber : Tasneem Abbasi & S.M. Tauseef S.A. Abbasi. Biogas Energy. 2012
dan
beberapa
bakteri
usus
lainnya,
Methanobacillus,
dan
3nCO2 + 3nCH4
Selulosa
(C6H10O5)n + nH2O
Selulosa
2) Pengasaman
Asam Lemak
dan Alkohol
a) (C6H12O6)n
water
etanol Karbondioksida
b) 2n(C2H5OH) + n CO2
3)
Metanogenik
Glukosa
Glukosa
Etanol
n(C6H12O6)
2n (CH3COOH)
Glukosa
2n (CH3COOH)
Asam asetat
2n CH4(g) + 2n CO2(g)
Metana
Karbondioksida
CH4 + CO2
Gambar 2.1. Diagram Proses Pembentukan Biogas
2.4.
Karbon (C) dan nitrogen (N) pada kandungan makanan yang diberikan
bersamaan akan memberikan proses anaerobik menjadi optimal. CN ratio
akan menunjukkan jumlah perbandingan dari karbon dan nitrogen
tersebut. C/N ratio dengan nilai 30 (C/N = 30/1 atau karbon 30 kali dari
jumlah nitrogen) akan menyebabkan proses pencernaan pada tingkat yang
optimum, jika kondisi yang lain ikut mendukung. Jika karbon yang
dihasilkan terlalu banyak, nitrogen akan habis terlebih dahulu. Hal ini bisa
menyebabkan proses berjalan dengan lambat. Bila nitrogen yang terlalu
banyak dibanding jumlah karbon (C/N ratio rendah, misalnya 30/15),
maka karbon habis lebih dulu dan proses fermentasi berhenti.
2.5.
Pemurniaan Biogas
Zeolit pada umumnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu zeolit alam dan
zeolit sintetik. Zeolit alam biasanya mengandung kation-kation K + ,Na+, Ca2+ atau
Mg2+ sedangkan zeolit sintetik biasanya hanya mengandung kation-kation K+ atau
Na+. Pada zeolit alam, adanya molekul air dalam pori dan oksida bebas di
permukaan seperti Al2O3, SiO2, CaO, MgO, Na2O, K2O dapat menutupi pori-pori
atau situs aktif dari zeolit sehingga dapat menurunkan kapasitas adsorpsi maupun
sifat katalisis dari zeolit tersebut. Inilah mengapa zeolit alam perlu diaktivasi
terlebih dahulu sebelum digunakan.
Pemisahan kandungan CO2 dalam biogas dapat dilakukan dengan
menggunakan zeolit karena zeolit memiliki pori-pori berukuran molekuler
sehingga mampu memisahkan atau menyaring molekul dengan ukuran tertentu.
Pemisahan kandungan CO2 dalam biogas dilakukan dengan mengalirkan biogas
kedalam purifier yang didalamnya terdapat zeolit. Zeolit tersebut akan
mengabsorbsi gas CO2 yang melewati alat purifier.
Selain gas metana, di dalam biogas juga terdapat gas-gas pengotor
(impurities) yang tidak diperlukan seperti karbondioksida, uap air, dan asam
sulfida. Adapun cara untuk mengurangi kadar CO2 dan H2S dapat digunakan zeolit
padat yang dipanaskan dan direaksikan dengan senyawa KOH atau NaOH. Zeolit
padat dapat digunakan untuk menyerap CO2 dan H2S sehingga nilai CH4 dalam
biogas akan semakin meningkat (Pamudji, 2013). Saat ini telah banyak teknologi
murah
2000).
2.5.2. Kriogenik
Kriogenik
dengan kondensasi
adalah
suatu
fraksional
distilasi pada
suhu rendah.
Dalam
prosesnya biogas dikompresi sampai tekanan 80 bar. Proses kompresi ini berjalan
secara multistage 3 dengan intercooler, biogas yang telah dikompresi kemudian
dihilangkan kandungan airnya dengan tujuan mencegah terbentuknya pembekuan
selama proses pendinginan berlangsung. Kemudian biogas yang telah dingin
keluaran chiller dan penukar panas bersuhu 45 oC, CO2 yang terkondensasi
dihilangkan didalam separator. Kemudian CO2 diproses lebih lanjut untuk
recovery metana yang terlarut, hasil recovery kemudian di recycle menuju
inlet gas. Melalui proses ini CH4 yang dihasilkan mencapai 97% kemurnian.
2.5.3. Adsorpsi
Proses penyerapan permukaan padat melibatkan transfer zat terlarut dalam
gas menuju ke permukaan zat padat, dimana proses transfer digerakkan oleh
gaya
yang
memiliki luas permukaan yang besar tiap satuan volume. Pemurnian gas dapat
menggunakan padatan yang berupa alumina, silika, karbon aktif atau silikat yang
kemudian dikenal dengan nama molecular sieve (Wise, 1981).
2.5.4. Pemisahan Dengan Membran
Pada metode ini, beberapa komponen atau campuran dari gas akan
ditransportasikan melalui lapisan tipis membran (< 1mm). Transportasi tiap
komponen dikendalikan oleh perbedaan tekanan parsial antara membran dan
bagian luar membran dan permeabilitas tiap komponen dalam membran. Untuk
10
mencapai gas metana dengan kemurnian yang tinggi maka permeabilitas harus
tinggi. Membran padat dapat disusun dari polimer selulosa asetat yang
mempunyai permebilitas untuk CO2 dan H2S mencapai 20 dan 60 kali berturut
turut lebih tinggi dibanding permeabilitas CH4. Tekanan sebesar 25 sampai 40 bar
diperlukan untuk proses pemisahan membran tersebut (Hagen dkk., 2001).
2.6.
Digester
Digester berperan dalam mengurangi emisi gas metana (CH 4) yang
dihasilkan pada dekomposisi bahan organik yang diproduksi dari sektor pertanian
dan peternakan. Dengan menggunakan digester, kotoran sapi difermentasi menjadi
gas metana (biogas). Adapun pada prinsipnya terdapat empat tipe digester yang
dikembangkan yaitu sebagai berikut :
1) Reaktor Kubah Tetap (Fixed Dome)
Reaktor kubah tetap (fixed dome) ini dibuat pertama kali di Cina sekitar
tahun 1930-an. Reaktor tipe ini memiliki dua bagian, yaitu digester sebagai
tempat pencerna material biogas dan sebagai rumah bagi bakteri, baik bakteri
pembentukan asam ataupun bakteri pembentuk gas metana. Bagian ini dapat
dibuat dengan kedalaman tertentu menggunakan batu, batubata, atau beton.
Strukturnya harus kuat karena menahan gas agar tidak terjadi kebocoran.
Bagian yang kedua adalah kubah tetap (fixed dome). Dinamakan kubah tetap
karena bentuknya menyerupai kubah dan bagian ini merupakan pengumpul gas
yang tidak bergerak (fixed). Keuntungan dari reaktor ini adalah biaya konstruksi
lebih murah daripada menggunakan reaktor terapung karena tidak memiliki
bagian yang bergerak menggunakan besi yang tentunya harganya relatif lebih
mahal dan perawatannya lebih mudah. Sementara itu, kerugian dari reaktor ini
11
adalah mudah retak apabila terjadi gempa bumi dan sulit untuk diperbaiki jika
bocor (Wahyuni, 2012).
2) Reaktor Floating
Reaktor jenis terapung (floating) pertama kali dikembangkan di India pada
tahun 1937 sehingga dinamakan dengan reaktor India. Memiliki bagian digester
yang sama dengan reaktor kubah, perbedaannya terletak pada bagian penampung
gas menggunakan peralatan bergerak dari drum. Keuntungan dari reaktor ini
adalah dapat dilihat secara langsung volume gas yang tersimpan pada drum karena
pergerakannya. Sementara itu, kerugiannya adalah biaya material konstruksi dari
drum lebih mahal (Wahyuni, 2012).
3) Reaktor Balon
Digester balon atau digester terbuat dari plastik sehingga lebih efisien
dalam penanganannya dan mudah dipindahkan. Digester ini hanya terdiri dari satu
bagian, yaitu sumur pencerna yang berfungsi ganda sebagai tempat fermentasi dan
penyimpanan gas yang masing-masing bercampur dalam satu ruang tanpa sekat.
Bagian bawah digester terisi oleh material organik yang memiliki bobot
lebih besar dibandingkan gas yang terkumpul dibagian atas. Keuntungan dari
digester ini adalah harganya yang lebih murah, konstruksi sederhana, waktu pasang singkat, dan mudah untuk dipindahkan. Sementara itu kelemahannya adalah
mudah mengalami kebocoran (Wahyun, 2012).
12
4) Reaktor Fiberglass
Reaktor bahan fiberglass merupakan jenis reaktor yang banyak digunakan
pada skala rumah tangga dan skala industri. Reaktor ini menggunakan bahan
fiberglass sehingga lebih efisien dalam penanganan dan perubahan tempat biogas.
Reaktor ini terdiri atas satu bagian yang berfungsi sebagai digester sekaligus
penyimpanan gas yang masing-masing bercampur dalam satu ruangan tanpa sekat.
Reaktor dari bahan fiberglass ini sangat efisien karena kedap, ringan, dan
kuat. Jika terjadi kebocoran, mudah diperbaiki atau dibentuk kembali seperti
semula dan lebih efisien. Reaktor dapat dipindahkan sewaktu-waktu jika peternak
sudah tidak menggunakannya lagi (Wahyuni, 2012).
2.7.
Zeolit
Zeolit mempunyai sifat dehidrasi, yaitu melepaskan molekul H2O apabila
dipanaskan. Pada umum nya struktur kerangka zeolit akan menyusut. Tetapi kerangka dasarnya tidak mengalami perubahan secara nyata. Molekul H2O dapat
dikeluarkan secara reversible. Pada pori-pori yang terdapat kandungan air dan
katio-kation. Bila kation-kation dan molekul air dikeluarkan dari pori dengan
perlakuan tertentu maka zeolit akan meninggalkan pori yang kosong.
13
Zeolit pada umumnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu zeolit alam dan
zeolit sintetik. Zeolit alam biasanya mengandung kation-kation K+ ,Na+, Ca2+ atau
Mg2+ sedangkan zeolit sintetik biasanya hanya mengandung kation-kation K+ atau
Na+. Pada zeolit alam, adanya molekul air dalam pori dan oksida bebas di
permukaan seperti Al2O3, SiO2, CaO, MgO, Na2O, K2O dapat menutupi pori-pori
atau situs aktif dari zeolit sehingga dapat menurunkan kapasitas adsorpsi maupun
sifat katalisis dari zeolit tersebut. Satu alasan mengapa zeolit alam
perlu
diaktivasi terlebih dahulu sebelum digunakan aktivasi zeolit alam dapat dilakukan
secara fisika maupun kimia. Berikut adalah kandungan yang terdapat dalam zeolit
pada umumnya :
Tabel 2.4. Spesifikasi Zeolite Powder
Oksida
Silika (SiO2)
Persen (%)
71,49
Alumina (Al2O3)
11,86
Besi (Fe2O3)
1,52
Magnesia (MgO)
0,5 6
MnO
0,029
Potash (Na2O+
1,36
K2O)
2,29
LOI
7,12
CEC/KTK
124,4
14
15
perbedaan bentuk, ukuran, dan polaritas molekul yang disaring. Sifat ini disebabkan zeolit mempunyai pori dengan ukuran tertentu. Molekul yang berukuran lebih
kecil dari pori dapat melintas sedangkan yang berukuran lebih besar dari pori akan
tertahan. Larutan yang terdiri dari CH4 dan iso-parafin dapat dipisah dengan cara
dilewatkan dalam zeolite teraktivasi. Molekul CH4 memiliki diameter lebih kecil
dari diameter pori zeolit, sedangkan n-parafin memiliki diameter yang lebih besar
daripada pori-pori zeolit. Dengan demikian CH4 dapat lolos melewati pori zeolite,
sedangkan n-parafin tertahan dan tidak dapat lewat pori zeolit.
2.8.
Semen Putih
Semen merupakan suatu campuran senyawa kimia yang bersifat hidrolisis
artinya jika dicampur dengan air dalam jumlah tertentu akan mengikat bahanbahan lain menjadi satu kesatuan massa yang dapat memadat dan mengeras.
Secara umum semen dapat didefinisikan sebagai bahan perekat yang dapat
merekatkan bagian-bagian benda padat menjadi bentuk yang kuat kompak dan
keras.
Semen Putih (White Cement) adalah semen hidrolis berwarna putih yang
dihasilkan dengan cara menggiling terak (klinker) semen putih yang memiliki
komposisi utama terdiri atas kalsium silikat digiling bersama-sama dengan bahan
tambahan yang biasanya berupa satu atau lebih kristal kalsium sulfat. Berikut
adalah kandungan yang terdapat dalam Semen Putih pada umumnya :
Tabel 2.5. Spesifikasi Semen Putih
Senyawa
Kapur (CaO)
Persen (%)
60 65
Silika (SiO2)
17 25
Alumina (Al2O3)
38
Besi (Fe2O3)
0,5 6
Magnesia (MgO)
0,5 4
Sulfur (SO3)
12
0,5 1
Semen Portland putih ini dapat digunakan untuk semua tujuan penggunaan
semen umumnya di dalam pembuatan adukan semen yang tidak memerlukan
16
Adsorpsi
Adsorpsi merupakan suatu proses kimia ataupun fisika yang terjadi ketika
suatu fluida, cairan maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (disebut
zat penyerap, adsorben) dan akhirnya membentuk suatu lapisan film (disebut zat
terserap, adsorbat) pada permukaannya. Peristiwa adsorpsi ini terjadi karena
adanya gaya tarik-menarik antar molekul-molekul yang terjadi pada permukaan
adsorben padat. Umumnya, zat penyerap atau adsorben ditempatkan pada suatu
wadah tetap, kemudian fluida dikontakkan melalui hamparan itu sampai adsorben
padat tersebut mendekati keadaan jenuh dan pemisahan yang dikehendaki tidak
dapat dilakukan lagi.
Aliran itu lalu dipindahkan melalui hamparan kedua sampai adsorbat telah
jenuh dan dapat diganti atau diregenerasi. Berikut adalah parameter adsorpsi fisika
dan kimia. Regenerasi adsorben dapat dilakukan agar didapat adsorbat dalam yang
terkonsentrasi atau mendekati murni (McCabe, 1999). Proses adsorpsi ini sendiri
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu adsorpsi fisik dan kimia.
Tabel 2.6. Parameter adsorpsi fisika dan kimia
Adsorpsi fisika
Adsorpsi kimia
17
ikatan kimia.
-40 kJ/mol.
800kJ/mol.
Adsorpsi
hanya
terjadi
pada
suhu
adsorpsi
pada
Jumlah
permukaan
adsorpsi
pada
permukaan
Tidak
melibatkan
energi
aktivasi
tertentu.
2.10.
Mekanisme adsorpsi
2.11.
Penelitian Terdahulu
Tabel 2.7. Penelitian terdahulu
18
No
1
Peneliti
Sugiarto,
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
Purifikasi
Biogas Pada penelitian ini dilakukan pengamatan
dkk (2013)
Sistem
Menggunakan Zeolit
CO2
yang terkandung
pada
biogas,
banyak yaitu 1 - 5
menyebabkan
prosentase CO2
lapis
dalam
rata-rata kandungan
sebesar
74,70% yang