BADAN POM RI
ISSN 1829-9334
DAFTAR ISI
IPendahuluan
Komunikasi adalah tulang punggung dalam pelaksanaan sebuah
program di institusi mana pun. Dalam pelayanan kesehatan, komunikasi
menjadi lebih penting karena menyangkut kelangsungan hidup serta hak
sehat manusia. Komunikasi antar dokter dan antara dokter dengan
profesi lain sudah banyak dibahas, walau pun masalah yang ada belum
sepenuhnya teratasi. Komunikasi antara dokter dengan ahli farmasi
menjadi semakin penting mengingat aktivitas pemberian obat kepada
pasien ternyata bukan sekedar penyerahan obat dari penyedia obat
kepada pasien. Berbagai aspek layak disimak mengenai komunikasi
(dapat juga disebut kerja sama atau kolaborasi) antara dokter dengan ahli
farmasi.
Peran saling melengkapi
Kamus Oxford English Dictionary menyebutkan definisi collaborate
sebagai: bekerja sama pada sebuah kegiatan atau proyek; pengertian
lain adalah: bekerja sama dengan lawan (dengan kecurigaan/
traitorously). Dalam kenyataan sehari-hari, pengertian yang kedua lebih
sering mengemuka (disadari atau tidak) terutama jika pihak yang bekerja
sama bukan berasal dari induk disiplin ilmu yang sama. Dengan
kompleksnya permasalahan kesehatan maka kerja sama yang lebih baik
antar profesi menjadi terasa semakin kebutuhan. Mahasiswa kedokteran
diminta ikut dalam rotasi perawat agar dapat lebih memahami peran
perawat dalam pengelolaan pasien; perawat diajak bekerja sama dengan
fisioterapis dalam berbagai tindakan rehabilitasi untuk mempercepat
tercapainya target pengobatan jasmani. Kerja sama antara ahli farmasi
dengan dokter belum banyak dibahas dan dilaksanakan dalam praktek
pelayanan kesehatan sehari-hari di rumah sakit baik di rawat inap mau
pun di rawat jalan. Manfaat yang dapat diperoleh setidaknya dalam hal
efisiensi pengobatan mau pun peningkatan keselamatan pasien.
Editorial
Pembaca yang terhormat,
Komunikasi yang baik antara dokter
dengan apoteker sebagai tenaga
kefarmasian dapat memberikan
banyak manfaat terutama dalam hal
keamanan dan keselamatan pasien.
Tetapi sangat disayangkan jalur
komunikasi ini sangatlah minim.
Komunikasi yang terjalin ketika
masalah muncul seringkali terjadi
secara informal dan bersifat insidentil.
Agar komunikasi terjalin dengan
efisien, komunikasi tersebut harus
masuk dalam sebuah sistem sehingga
baik dokter maupun ahli farmasi dapat
berdiskusi tentang pengelolaan
pasien tersebut. Sehubungan dengan
hal tersebut pada kesempatan kali ini
kami sajikan artikel tentang
Kerjasama Antara Dokter dan Ahli
Farmasi Pada Layanan Informasi
Kesehatan Dalam Rangka
Peningkatan Keselamatan Pasien.
Artikel ini merupakan makalah DR.,
Dr., Czeresna Heriawan Soejono,
SpPD-Kger., MEpid., FACP yang
disampaikan pada Launching IONI
2008 pada tanggal 26 Oktober 2009.
Artikel berikutnya adalah
Penatalaksanaan Keracunan Akibat
Gigitan Ular Berbisa. Ular merupakan
jenis hewan melata yang banyak
terdapat di Indonesia. Untuk itu
diharapkan penatalaksanaan
keracunan akibat gigitan ular berbisa
dapat diketahui oleh masyarakat luas
sehingga apabila ada korban gigitan
ular, dapat dilakukan langkah-langkah
yang tepat untuk mengatasi dampak
racunnya.
Sebagai institusi pemerintah yang
berwenang dalam pengawasan obat
dan makanan, Badan POM berupaya
memperkuat Sistem Pengawasan
Obat dan Makanan yang
komprehensif dan menyeluruh. Untuk
itu kami sajikan artikel Pengawasan
Pasca Pemasaran oleh Badan POM
RI agar pembaca lebih memahami
tugas pengawasan yang dilakukan
oleh Badan POM.
Edisi kali ini ditutup dengan artikel
mengenai Profil Balai Besar POM di
Surabaya.
Semoga InfoPOM edisi November ini
dapat memberikan manfaat kepada
pembaca semua.
Selamat membaca.
Dengan komunikasi
yang baik antara dokter
dengan ahli farmasi sebenarnya
banyak manfaat yang dapat
diperoleh terutama dalam hal
keamanan dan keselamatan
(pengobatan) pasien.
Namun dalam praktek sehari-hari
baik di rumah sakit (rawat inap)
mau pun rawat jalan, jalur untuk
Nopember 2009
k e s a l a h a n a k i b a t
misscommunication dapat
dihindari.
Kerja sama tim multidisiplin
secara interdisiplin
Dalam hubungan kerja sama
antara dokter dengan ahli farmasi
setidaknya terdapat dua disiplin
ilmu dan dua profesi yang
berhubungan. Hubungan kerja
sama tersebut tentu merupakan
hubungan multidisiplin yang
p e n d ekatannya seharusnya
bersifat interdisiplin dan bukan
bersifat multidisiplin. Pendekatan
yang bersifat multidisiplin paling
sering keliru diinterpretasikan
sebagai model interdisiplin. Pada
pendekatan yang bersifat
multidisiplin ini disiplin atau bidang
ilmu terkait
berupaya untuk
mengintegrasikan pelayanan demi
kepentingan pasien. Mereka
bertemu, saling berbagi informasi,
merencanakan dan menetapkan
siapa yang akan ikut berperan/
berkontribusi dan jenis keahlian
apa yang dapat diperankan.
Namun demikian, setiap bidang
ilmu mengembangkan
pengalaman di bidang masingmasing kecuali untuk keahlian
yang memang berada pada area
'abu-abu' pada saat mereka
melakukan koordinasi. Tugas dan
tanggung jawab diterapkan pada
setiap bidang ilmu dengan
batasan yang tegas sesuai disiplin
masing-masing. Setiap bidang
melaksanakan (mempraktekkan)
pekerjaan mereka secara
independen, sangat berhati-hati
untuk tidak 'memasuki wilayah'
Nopember 2009
karena masing-masing
pihak ternyata mempunyai
visi yang s a m a .
Setelah kesepakatan
bersama ditaati, masingmasing pihak akan
menegaskan kembali
pengertian pendekatan
interdisiplin yang harus
diterapkan -yang berbeda
dari multidisiplin,
paradisiplin maupun
pandisiplin. Selain itu,
perbedaan yang ada dapat
disikapi dengan tingkat
toleransi yang tinggi dan
dianggap sebagai aset
positif. Setiap anggota
s a l i n g m e m b a n t u d a n saling
mendukung; mereka
berpartisipasi aktif dan selfinitiated.
Dengan pelaksanaan kolaborasi
yang secara sadar
mengedepankan pemahaman
akan peran masing-masing
September 2009
Nopember 2009
Nopember 2009
PROFIL
Laju pertumbuhan
Di Surabaya
B. Lingkungan Internal
dan mutu.
bbpom_surabaya@yahoo.co.id
TAHUN 2008
Nopember 2009
ketentuan.
tinggi yaitu 60,8% dari 204 sampel MAJS yang diuji, utamanya
Penyidikan
diperbolehkan.
di Surabaya.
Nopember 2009
11
InfoPOM
Penasehat : Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan;
Penanggung jawab : Sekretaris
Utama Badan Pengawas Obat dan
Makanan; Pimpinan Redaksi :
Kepala Pusat Informasi Obat dan
Makanan; Sekretaris Redaksi:
Budi Djanu Purwanto, SH, MH;
Tim Editor : Dra. Hardaningsih,
MHSM, Dra. Sri Mulyani, Apt, Dra.
Dyah Nugraheni, Apt, Suyanto, SP,
MSi, Yustina Muliani, SSi, Apt,
Yusra Egayanti, SSi, Apt, Yuli
Hijrah Saputri, SSi, Apt, Ellen
Simanjuntak, SE, Dra. Tri Asti I,
Apt, Mpharm, Dra. Muti Hadiyani,
Rohyanih, SKom, Dewi Sofiah,
SSi, Apt; Redaksi Pelaksana :
Yulinar, SKM, Indah
Widiyaningrum, Ssi, Apt, Eriana
Kartika Asri, Ssi, Apt, Denik
Prasetiawati, SFarm, Apt, Arlinda
Wibiayu, Ssi, Apt; Sekretariat :
Sandhyani ED, Ssi, Apt, Tanti
Kuspriyanto, Ssi, Msi, Anis Siti
Annisa, SKom;
Sirkulasi :
Surtiningsih, Netty Sirait.
Alamat Redaksi : Pusat Informasi
Obat dan Makanan Badan
Pengawas Obat dan Makanan, Jl.
Percetakan Negara No. 23, Jakarta
Pusat, Telp. 021-4259945, Fax. 0214 2 8 8 9 1 1 7 ,
e - m a i l :
informasi@pom.go.id
Redaksi menerima naskah yang
berisi informasi yang terkait
dengan obat, kosmetika, obat
tradisional, produk komplemen,
zat adiktif dan bahan berbahaya.
Kirimkan melalui alamat redaksi
dengan format minimal MS. Word
97,
halaman A4.
LABORATORIUM TERANOKOKO
BALAI BESAR POM DI SURABAYA