BAB I
ALKALIMETRI & ASIDIMETRI
1.1. Alkalimetri
1.1.1. Tujuan Praktikum
- Membuat larutan standard natriun hidroksida 0,1 N.
- Standarisasi natrium hidroksida dengan asam oksalat.
- Menentukan kemurnian asam dalam asam cuka yang diperdagangkan.
1.1.2. Tinjauan Pustaka
Alkalimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan
larutan baku basa, bisa disebut juga sebagai titrasi asam-basa.[14]
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan
konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan
sejumlah contoh tertentu yang dianalisis.[8]
Titrasi asam - basa sering disebut asidimetri-alkalimetri bahwa titrasi
asidimetri-alkalimetri menyangkut reaksi asam dan basa diantaranya:
-
pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya
merupakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan
pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat
diketahui.[14]
Ada dua cara untuk menentukan titik ekivalen titrasi antara lain:
Range pH
Dari
Ke
Asam pikrat
Tak berwarna
Kuning
0,1-0,8
Biru timol
Merah
Kuning
1,2-2,8
2,6-Dinitrofenol
Tak berwarna
Kuning
2,0-4,0
Metil kuning
Merah
Kuning
2,9-4,0
Bromofenol biru
Kuning
Biru
3,0-4,6
Metil jingga
Merah
Kuning
3,1-4,4
Bromkresol hijau
Kuning
Biru
3,8-5,4
Metil merah
Merah
Kuning
4,2-6,2
Lakmus
Merah
Biru
5,0-8,0
Ungu
Hijau
4,8-5,4
P-nitrofenol
Tak berwarna
Kuning
5,6-7,6
Bromtimol biru
Kuning
Biru
6,0-7,6
Merah netral
Merah
Kuning
6,8-8,0
Fenol merah
Kuning
Biru
6,8-8,4
p-a Naftolftalein
Kuning
Merah
7,0-9,0
Fenolftalein
Tak berwarna
Merah
8,0-9,6
Timolftalein
Tak berwarna
Biru
9,3-10,6
Alizarin kuning R
Kuning
Violet
10,1-12,0
1,3,5-trinitrobenzena
Tak berwarna
Orange
12,0-14,0
Indikator asam-basa secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan:
a. Indikator ftalein dan Indikator sulfoftalein
Indikator ftalein dibuat dengan kondensasi anhidrida ftalein dengan fenol, yaitu
fenolftalein. Pada pH 8,0-9,8 berubah warnanya menjadi merah. Anggota
bromofenolred,
bromofenolblue,
bromocresolred,
dan
sebagainya.
b. Indikator azo, diperoleh dari reaksi amina romatik dengan garam dizonium,
misalnya, methylyellow atau p-dimetil amino azo benzene. Terlihat pengaruh
struktur pada ionisasi. Perubahan warna terjadi pada larutan asam kuat. Metilorange tidak larut dalam air. Indikator lain yang masuk kelas ini adalah
metilyellow, metilred dan tropaelino.
c. Indikator trifenilmetana, malachitegreen, metil violet, kristal violet termasuk
dalam golongan ini. Indikator azo menunjukkan kenaikan disosiasi bila
temperatur naik. Disini proton ditarik dari ion ammonium tersier meninggalkan
suatu residu tak bermuatan.[9]
Dalam
alkalimetri,
indikator
yang
digunakan
adalah
indikator
fenolftalein karena dalam titrasi ini merupakan titrasi asam lemah oleh basa kuat
yang memiliki titik ekuivalen diatas 7. Hal itu sesuai dengan rentang perubahan
pH dari indikator fenolftalein .Indikator fenolftalein tidak bewarna dalam suasana
asam dan bewarna merah muda dalam suasana basa [22], yang dimana warnanya
tampak semakin tua bila pH semakin tinggi (mendekati 9,6) dan makin muda bila
semakin kecil (mendekati 8,0). Letak trayek fenolftalein di antara 8,0-9,6
sehingga pada pH di bawah 8,0 larutan tak berwarna dan di atas 9,6 warna
merahnya tidak berubah intensitasnya.[2]
CO32-
(ion karbonat)
HCO3- +
H3O+
(ion hidronium)
HCO3- + H2O
(ion bikarbonat)
H3O+
HCO3
(bikarbonat)
(1)
(air)
H2O
(2)
(air)
Jika menggunakan metil orange sebagai indicator, maka indikator ini akan
perubahan warna akan terjadi ketika reaksi (2) secara sempurna tetapi tidak akan
CO 32
demikian, dalam titrasi asam lemah, fenolftalein adalah indikator yang tepat
digunakan, dan jika karbon dioksida telah diserap oleh titran, maka galat akan
terjadi.[1]
Larutan standar adalah larutan yang mengandung reagensia dengan bobot
yang diketahui dalam suatu volume tertentu larutan.[7] Larutan standar primer
adalah larutan dimana kadarnya dapat diketahui secara langsung, karena diperoleh
dari hasil penimbangan. Pada umumnya kadarnya dapat dinyatakan dalam N
(mol.Equivalen/L) atau M (mol/L).[24]
Reaksi antar zat yang dipilih sebagai standar primer dan asam atau basa
jelas harus memenuhi persyaratan bagi analisa titrimetrik. Tambahan pula standar
primer harus mempunyai sifat-sifat berikut:
a. Harus mudah didapat dalam bentuk murni atau dalam keadaan kemurnian yang
diketahui. Pada umumnya jumlah zat pengotor tidak boleh melebihi 0,010,02%, dan harus mungkin untuk mengujinya terhadap kotoran dengan uji
kualitatif yang kepekaannya diketahui.
b. Zat harus mudah dikeringkan dan tidak boleh demikian higroskopik sehingga
menarik air sewaktu ditimbang. Tidak boleh kehilangan berat sewaktu terkena
udara.
c. Standar primer sepatutnya mempunyai berat berat ekivalen yang tinggi untuk
dapat mengurangi akibat kesalahan dalam penimbangannya.
d. Asam atau basanya, sebaiknya yang kuat yaitu terdiosiasi tinggi.[2]
Larutan baku sekunder yaitu suatu zat yang dapat digunakan untuk
standarisasi, dan yang kandungan zat aktifnya telah ditentukan dengan
perbandingan terhadap suatu standar primer.
gr
BE
mol ek CH3COOH
= mol ek NaOH
=NV
gr
= N V BE
100 %
% asam asetat
mg analit
100%
mg sampel
% CH3COOH
Keterangan:
V
BE
FP
= faktor pengenceran
100
10
batang pengaduk
aquadest (H2O)
asam
cuka
(CH3COOH)
-
asam
oksalat
(H2C2O4.2H2O)
-
natrium
hidroksida
(NaOH)
-
phenolptalein
(C20H14O4)
beakerglass
botol aquadest
buret
corong kaca
Erlenmeyer
gelas arloji
karet penghisap
labu ukur
neraca digital
pipet tetes
pipet volume
4 tetes indikator PP
menitrasi dengan larutan standard natrium hidroksida sampai larutan
berubah warna menjadi warna merah jambu dan catat volume yang
diperlukan
- mengulangi percobaan diatas sampai 3 kali.
1.1.6. Data Pengamatan
A. Standardisasi larutan NaOH dengan asamoksalat
Tabel 1.1.6.1. Data standardisasi larutan NaOH dengan asam oksalat
Keterangan
II
III
40
40
40
500
500
500
10
10
10
9,5
9,5
9,5
II
III
107,48
107,48
107,48
112,51
112,51
112,51
5,03
5,03
5,03
10
10
10
2,6
2,7
2,7
+ H2C2O4. 2H2O
(natrium hidroksida)
(asam oksalat)
Na2C2O4 + 4H2O
(natrium oksalat)
(air)
NaOH
(natrium hidroksida)
CH3COONa + H2O
(natrium asetat)
(air)
1.1.8. Pembahasan
- Dalam membuat larutan standard natrium hidroksida , dilakukan
penimbangan terlebih dahulu natrium hidroksida 0,1 N 500 mL.
Berdasarkan perhitungan, diperlukan sejumlah 2 gram padatan natriun
10
1.1.9. Kesimpulan
- Dalam percobaan standardisasi larutan natrium hidroksida dengan
-
11
1.2. ASIDIMETRI
1.2.1. Tujuan Percobaan
- Membuat larutan standard asam klorida 0,1 N.
- Menetapkan konsentrasi larutan standard asam klorida dengan natrium
-
bikarbonat.
Menentukan kadar natrium karbonat dalam washing soda.
asam-basa
sering
disebut
titrasi
asidimetri-alkalimetri. [5]
12
karena dapat dipergunakan untuk analisa asam atau basa yang belum diketahui
jumlahnya dan untuk maksud itu diperlukan larutan standard basa untuk
penentuan suatu asam dan larutan larutan standard asam untuk penentuan suatu
basa. Larutan yang dititrasi dalam asidimetri-alkalimetri mengalami perubahan
pH.[10] Kata metri berasal dari bahasa Yunani dan berarti ilmu, proses atau seni
mengukur. Jadi asidimetri dapat diartikan pengukuran jumlah asam ataupun
pengukuran dengan asam (yang diukur jumlah basa atau garam).[5] Titrasi
asidimetri adalah titrasi larutan yang bersifat basa (basa bebas, dan larutan
garam-garam terhidrolisis yang berasal dari asam lemah) dengan larutan standard
asam.[38]
NaCl
(natrium klorida)
H2O
(air)
NH4Cl
(amonium klorida)
H2O
(air)
NaCH3COO + H2O
(natrium asetat)
(air)
NH4BO2
(amonium boran)
HBO2
(asam borat)
NH4Cl
(amonium klorida)
CH3COONa +
NH4OH
13
Dua asam, yaitu asam klorida dan asam sulfat, sangat luas digunakan
untuk membuat larutan asam standard. Kedua zat ini tersedia secara komersial.
Asam klorida umumnya lebih disukai, karena kebanyakan klorida dapat larut
dalam air. Asam bertitik-didih konstan ini tidak higroskopik dan juga tidak begitu
mudah menguap, serta konsentrasinya tetap tak berubah jika disimpan dalam
wadah yang tertutup rapat dan tak terkena sinar matahari. Asam ini dapat
digunakan langsung dalam pembuatan suatu larutan asam klorida dengan
konsentrasi yang diketahui.[7]
1. Asam pikrat
2. Biru timol
3. 2,6- Dinitrofenol
4. Kuning metil
5. Jingga metil
6. Hijau bromkresol
pKi
Jenis
Trayek pH
2,3
1,65
8,90
Warna
A
0,1 - 0,8
TB
Kn
1,2 - 2,8
Mr
Kn
8,0 - 9,6
Kn
Br
2,0 - 4,0
TB
Kn
3,2
2,9 - 4,0
Mr
Kn
3,4
3,1 - 4,4
Mr
Ji
4,9
3,8 - 5,4
Kn
Br
5,0
4,2 - 6,3
Mr
Kn
4,5 - 8,3
Mr
Br
5,2 - 6,8
Kn
Pr
6,12
14
7. Merah metil
8. Lakmus
7,3
6,0 - 7,6
Kn
Br
8,0
6,4 - 8,0
Kn
Mr
7,0 - 9,0
Kn
Br
7,4 - 9,6
Kn
Br
8,0 - 9,6
TB
Mr
9,3 - 10,5
TB
Br
10,1 - 12,0
Kn
Vi
12,0 - 14,0
TB
Ji
9. Purpur bromkresol
10. Biru bromtimol
11. Merah fenol
12. p- - Naftolftalein
13. Purpur kresol
14. Fenolftalein
15. Timolftalein
16. Kuning alizarin R
17. 1,3,5- Trinitrobenzen
15
1. Indikator harus berubah warna tepat pada saat titrant menjadi ekivalen dengan
titrat agar tidak terjadi kesalah titrasi, yakni selisih antara titik akhir dan titik
ekivalen.
2. Perubahan warna harus terjadi secara mendadak, gar tidak ada keragu-raguan
tentang kapan titrasi harus dihentikan. Bila perubahan warna mendadak sekali,
yakni tetes terakhir menyebabkan warna sama sekali lain, maka dikatakan,
bahwa titik akhirnya tegas atau tajam.
Beberapa bahan baku primer untuk asidimetri yang paling banyak
digunakan, yaitu:
1. Natrium karbonat kristal, Na2CO3 (BM=105,96) tersedia sebagai kristal tinggal
pakai atau sebagai natrium bikarbonat, NaHCO3, yang dapat dipanaskan
menjadi Na2CO3 pada 300 oC selama satu jam.
2. Borax atau natrium tetraborat dekahidrat, Na2B4O7.10H2O (BM=381,4).
Standardisasi dengan borax sangat dianjurkan.[5]
Berat ekivalen dalam asidimetri-alkalimetri ialah berat zat yang
mereaksikan atau membutuhkan satu gram ion H+ atau OH- dengan perkataan lain
BE = BM, dibagi jumlah ion H+ yang direaksikan atau diikat oleh sebuah molekul
zat yang bersangkutan.
=
BE
BM
, dimana n ialah jumlah ion H + yang direaksikan dengan sebuah
n
M = BM
V (ml)
N
gr
1000
BE
V(m l )
gr
1000
BM
V (m l )
ek
16
% 1000
= BE
Untuk menghitung kadar suatu analit dalam sampel, dapat digunakan rumus
sebagai berikut:
mg Analit
mg Sampel
100
100
Keterangan:
N : Normalitas larutan
M : Molaritas larutan
BM : Bobot molekul
BE : Bobot ekivalen
V : Volume larutan.
: Massa Jenis larutan
% : konsentrasi larutan dalam prosentase.[2]
1.2.3. Tinjauan Bahan
A. Aquadest (H2O)
- Berat molekul : 18,02 g/mol
- pH
: netral (7)
- Titik didih
: 100 oC
Merupakan bahan kimia yang tidak berbahaya karena mempunyai pH netral
sehingga tidak mempunyai efek tertentu bagi manusia.
B. Asam klorida (HCl)
- Massa molar : 36,46 g/mol
- Densitas
: 1,18 g/cm3
- Titik didih
: 110oC
Bersifat korosif terhadap jaringan tubuh dengan potensi kerusakan pada
rongga pernapasan, mata, kulit dan usus.
C. Methyl Orange (C15H15N3O2)
- Massa molar : 327,33 g/mol
- Densitas
: 1,28 g/cm3
- Titik didih
: >300oC
Metil Orange (Methyl Orange) adalah senyawa organik dengan rumus
C14H14N3NaO3S dan biasanya dipakai sebagai indikator dalam titrasi asam
basa. Indikator
metil orange
17
dibawah 3.1 dan menjadi warna kuning pada pH diatas 4.4 jadi warna
transisinya adalah orange.
D. Natrium karbonat (Na2CO3)
- Berat molekul : 106 g/mol
- Densitas
: 1,311 g/cm3
- Titik leleh
: 851 oC [4]
Natrium karbonat (juga dikenal sebagai cuci soda atau soda abu), Na2CO3
adalah natrium garam dari asam karbonat . Ia paling umum terjadi sebagai
kristalheptahidrat , yang mudah effloresces untuk membentuk bubuk putih,
monohidrat tersebut.
batang pengaduk
beakerglass
botol aquadest
buret
corong kaca
Erlenmeyer
gelas arloji
karet penghisap
labu ukur
neraca analitik
pipet tetes
pipet volume
aquadest (H2O)
asamklorida (HCl)
washing soda
18
II
III
0,265
0,265
0,265
53
53
53
25
25
25
10
10
10
10,5
10,4
10,5
II
III
25
25
25
10
10
10
19
8,2
2NaCl
(natrium klorida)
8,3
+ H2O
(air)
8,2
CO2 [1]
(karbondioksida)
1.2.8. Pembahasan
-
20
100%
% Na2CO3
21
BAB II
PERMANGANOMETRI
2.1.
Tujuan Percobaan
- Membuat larutan standad kalium permanganat 0,1 N.
- Standardisasi larutan kalium permanganat dengan larutan natrium
oksalat.
- Menentukan kemurnian garam nitrit.
2.2. Tinjauan Pustaka
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi
oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi
dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi
dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi
dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe +, asam
atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya.[26]
Kalium
permanganat
telah
banyak
dipergunakan
sebagai
agen
pengoksidasi. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan tidak
membutuhkan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer. Setelah
permanganat 0,1 N memberikan warna merah muda yang tampak, kepada larutan
yang volume lazim digunakan dalam titrasi. Warna ini digunakan untuk
menyatakan berlebihnya reagen itu. Permanganat bereaksi secara beraneka,
karena mangan dapat memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, +7.[2]
22
Mn2+ + 4H2O
(mangan)
(air)
MnO2
+ 2H2O
(mangan oksida)
(air)
MnO2
(mangan oksida)
+ 4OH- [11]
(hidroksida)
Ion permanganat dalam larutan asam adalah zat pengoksid yang kuat.
Asam sulfat adalah asam yang paling sesuai, karena tidak bereaksi terhadap
permanganat dalam larutan encer. Dengan asam klorida, akan terjadi reaksi:
2MnO4-
+ 10Cl- + 16H+
2Mn2+ + 5Cl2 +
(mangan)
8H2O
(klorida) (air)
Dan sedikit permanganat dapat terpakai dalam pembentukan klor. Reaksi ini
terutama berkemungkinan akan terjadi dengan garam-garam besi, kecuali jika
tindakan-tindakan pencegahan yang khusus diambil. Dengan asam bebas yang
sedikit berlebih, larutan yang sangat encer, temperatur yang rendah, dan titrasi
yang sangat lambat sambil mengocok terus-menerus, bahaya dari penyebab ini
telah dikurangi sampai minimal. Namun ada pula beberapa titrasi, seperti titrasi
dengan arsen(III) oksida, stibium trivalen, dan hidrogen peroksida, yang dapat
dilakukan dengan adanya asam klorida.
Untuk titrasi larutan yang tak berwarna atau sedikit saja berwarna,
pemakaian indikator tidaklah perlu karena kalium permanganat 0,01N yang hanya
serendah 0,01 cm3 sudah memberi warna merah jambu pucat kepada 100 cm3air.
Intensitas warna dalam larutan-larutan yang encer dapat ditingkatkan, jika
dikehendaki, dengan penambahan suatu indikator redoks.[7] Indikator Redoks
adalah indikator yang berubah warnanya karena terjadi reaksi reduksi-oksidasi
(redoks). Dalam titrasi redoks ada 3 jenis indikator:
a. Indikator Redoks Reversibel
Indikator oksidasi - reduksi yang sebenarnya tidak tergantung dari salah satu
zat, tetapi hanya pada perubahan potensial larutan selama titrasi. Indikator ini
dapat dioksidasi dan direduksi secara reversibel (bolak-balik).
23
b. Indikator yang berubah warnanya karena oksidasi dari oksidator dan sifatnya
tidak dapat berubah kembali seperti semula.
c. Indikator Redoks Khusus
Indikator khusus yang bereaksi dengan salah satu komponen yang bereaksi,
Contoh indikator yang paling kita kenal ialah Amilum, yang membentuk
kompleks biru tua dengan ion triIodida.[32]
A. Pembuatan larutan KMnO4:
KMnO4 dapat diperoleh dalam keadaan murni, tetapi larutan titernya tidak
dibuaat langsung dengan menimbang saksama. Ini disebabkan oleh waktu
dilarutkan dalam air ia akan bereaksi dengan pengotor yang mungkin dalam
air atau dinding wadah. Karena itu mula-mula dibuat larutan kira-kira sama
dengan
yang
dikehendaki
kemudian
dibakukan,
misalnya
dengan
akan
6H+
(permanganat) (hidrogen)
2Mn2+ + 5H3AsO4
(mangan)
(asam arsenik)
24
2Mn2+ + 10CO2 +
8H2O
(oksalat) (permanganat) (hidrogen)
(air)
4MnO4 +
4OH- + 3O2
Karena reaksi ini ssangat lambat, maka apa bila pengaruh katalis dapat
dihindar konsentrasi larutan boleh dikatakan konstan selama 3 minggu.
Penyimpanan lebih lama dari itu, perlu dilakukan pembakuan lagi. Reaksi
diatas dapat dikatalisir oleh cahaya, Ion mangan(II), dan mangan (IV) oksida.
Karena itu larutan kalium permanganat disimpan dalam botol coklat tertutup
rapat, terlindung cahaya.[11]
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain:
25
1.
2.
3.
(air)
5MnO2
4H+
Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti Na2C2O4 dan
telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk
peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
Na2C2O4 +
(natrium oksalat)
O2
(oksigen)
Na2O2
(natrium peroksida)
Na2O2
2CO2
Na2O + O2
(air) (oksigen)
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO 4 yang diperlukan untuk
titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang
dilaksanakan.[17]
Kurva titrasi redoks:
26
2.3.
Tinjauan Bahan
2.4.
27
A.
-
II
III
10
mL
10
mL
10 mL
28
6 mL
7 mL
Volume rata-rata
B. Tabel 2.6.2.
7 mL
6,67 mL
II
III
15 mL
15 mL
15 mL
7 mL
7 mL
6,8 mL
Volume rata-rata
6,93 mL
(asam sulfat)
10H+
5Na2C2O4
(natrium oksalat)
Na2SO4
(natrium sulfat)[9]
(asam oksalat)
5C2O
2
4
2K+ +
2KMnO4
(kalium permanganat)
(ion kalium)
2MnO
(ion permanganat)
Oksidasi:
C2O4
(ion oksalat)
Reduksi: MnO
+ 8H+ + 5e
5C2O
2
4
2MnO4- +
16H+
2CO2 + 2e
(karbondioksida)
Mn2+ + 4H2O
(ion mangan(II))
(air)
10CO2 + 2Mn2+
+ 8H2O
(ion oksalat) (ion permanganat) (ion hidrogen) (karbondioksida) (ion mangan(II)) (air)[1]
(merah rosa)
29
H2SO4
+ 2NaNO2
(asam sulfat)
2HNO2
(natrium nitrit)
(asam nitrit)
Reduksi: MnO
(air)
8H+ + 5e
2MnO4-
6H+ +
5NO2-
+ NaSO4
(natrium sulfat)[8]
NO3- + 2H+ + 2e
Mn2+
(ion mangan(II))
+ 4H2O 2
(air)
2.8. Pembahasan
A. Preparasi larutan
Penggunaan aquadest yang sebelumnya telah didihkan telebih dahulu
bertujuan untuk menghilangkan zat-zat pereduksi, karena zat pereduksi
tersebut akan membentuk MnO2 yang mengkatalis penguraian KMnO4.
B. Standarisasi larutan kalium permanganat dengan larutan natrium oksalat dan
penentuan kadar kemurnian garam nitrit
Penambahan asam sulfat encer pada larutan natrium oksalat dilakukan untuk
menentukan kadar reduktor dalam suasana asam, karena asam sulfat tidak
bereaksi terhadap permanganat dalam larutan encer. Larutan tersebut
kemudian dipanaskan hingga suhu lebih kurang 70oC, hal ini disebabkan
karena reaksi berlangsung lambat pada temperatur kamar sehingga
dibutuhkan pemanasan. Kemudian larutan dititrasi dengan larutan KMnO 4
tanpa ditambahkan indikator, hal ini disebabkan karena KMnO 4 itu sendiri
berperan sebagai indikator. Titrasi berakhir sampai larutan berwarna merah
rosa. Hasil standardisasi KMnO4 dengan asam oksalat didapatkan 0,149 N
dan dalam prosedur seharusnya 0,1 N. Hal ini disebabkan karena apabila
percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret
yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2- dan pemberian KMnO4 yang
terlalu cepat pada larutan Na2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah
dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4 dengan Mn2+ serta
penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan Na2C2O4 dan telah
dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk
30
peroksida yang kemudian terurai menjadi air. Begitu pula dengan penentuan
kadar kemurnian garam nitrit, penambahan asam sulfat encer pada larutan
natrium oksalat dilakukan untuk menentukan kadar reduktor dalam suasana
asam, karena asam sulfat tidak bereaksi terhadap permanganat dalam larutan
encer. Larutan tersebut kemudian dipanaskan hingga suhu lebih kurang
70oC, Hal ini disebabkan karena reaksi berlangsung lambat pada temperatur
kamar sehingga dibutuhkan pemanasan. Pada titrasi permanganometri tidak
digunakan indikator karena KMnO4 itu sendiri berperan sebagai indikator.
Titrasi berakhir sampai larutan berwarna merah rosa.
2.9. Kesimpulan
-
31
BAB III
IODIMETRI-IODOMETRI
3.1. Tujuan percobaan
- Membuat larutan standard dalam iodometri.
- Standarisasi larutan natrium tiosulfat dengan larutan kalium dikromat.
- Menggunakan larutan standard natrium tiosulfat untuk penetapan kadar
tembaga dalam garam tembaga sulfat pentahidrat.
3.2. Tinjauan Pustaka
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan
konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan
sejumlah contoh tertentu yang dianalisis.[8]
32
dengan iodium. Jadi penetapan iodimetri sedikit jumlahnya. Tetapi banyak zat
pengoksid yang cukup kuat untuk bereaksi secara lengkap dengan ion iodida, dan
terdapat banyak penerapan proses iodometri. Ion iodium berlebih ditambahkan
pada zat pengoksid yang akan ditetapkan, dibebaskan iodium, yang kemudian
dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat. Reaksi antara iosium dan tiosulfat
berlangsung baik.
Larutan iodium standar dapat dibuat dengan menimbang langsung
iodium murni dan melarutkannya serta mengencerkan dalam sebuah botol
volumetri. Iodium dimurnikan dengan sublimasi dan ditambahkan ke dalam
larutan KI pekat, yang ditimbang dengan tepat sebelum maupun sesudah
penambahan iodium. Tetapi biasanya larutan itu distandarkan terhadap standar
primer, yang paling lazim digunakan adalah As2O3.
Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri
adalah natrium tiosulfat. Garam ini biasanya tersedia sebagai pentahidrat
Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarkan berdasarkan penimbangan
langsung, melainkan harus distandarkan terhadap suatu standar primer. Larutan
natrium tiosulfat tidak stabil dalam waktu yang lama. Sejumlah zat dapat
digunakan sebagai standar primer untuk larutan tiosulfat. iodium murni
merupakan standar yang paling nyata, tetapi jarang digunakan karena kesukaran
dalam penanganan dan penimbangan, lebih sering digunakan pengoksid kuat yang
akan membebaskan iodium dan iodida, jadi suatu proses iodometri.[2]
Ada dua macam proses dari iodometri dan iodimetri yaitu dengan titrasi langsung
(Iodimetri) dan titrasi tak langsung ( iodometri).
1. Titrasi langsung (Iodimetri)
Titrasi dilakukan langsung dengan larutan standard iod sebgai oksidasitor,
karena iod oksidator lemah, penggunaannya terbatas.
Contoh zat-zat yang ditentukan melalui titrasi iodimetri seperti pada tabel
berikut:
Tabel 3.2.1. Beberapa zat yang ditentukan melalui titrasi iodimetri
Zat
Hasil
H2S
SO2-2
SO42-
33
S2O3-3
S4O62-
AsO3-3
AsO4-
SbO3-
SbO4-
3I- + S4O62-
(iodium) (tiosulfat)
(iod) (tetraionat)
Hasil
Cr2O72-
Cr2O7 2- + 6 I- + 14 H+
Cr3+ + 3 I2 + 7 H2O
MnO4-
MnO4- + 10 I- + 16 H+
Mn2+ + 5 I2 + 8 H2O
BrO3-
BrO3- + 6 I- + 6 H+
Cu2+
Cu2+ + 4 I-
Cu2I2 + I2
Cl2
Cl2
+ 2 I-
2 Cl- + I2
H2O2
Br- + 3 I2 + 3 H2O
2H2O + I2
Perbedaan yang lain dari iodometri dan iodimetri adalah: pada iodometri
perubahan warna pada titik ekivalen dan biru menjadi tak berwarna, sedangkan
pada iodimetri perubahan warna pada titik ekivalen dari tak berwarna menjadi
biru.[6]
Indikator yang dapat digunakan dalam titrasi ini antara lain:
1. Indikator amilum
Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air,
berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbauserta tidak membentuk kompleks
yang tidak dapat larut dengan air dan iod. Pati merupakan bahan utama yang
dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai
produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Amilosa memberikan warna ungu
34
pekat pada tes iodin sedangkan amilopektin tidak bereaksi.[26] Dengan iod
berlebih,warna larutan yang mengandung 1 ml kanji akan berwarna hijau,
selagi konsentrasi iod berkurang, warna berubah menjadi biru, yang menjadi
biru tua tepat sebelum titik akhir dicapai. Titik akhir sangatlah tajam dan
tereproduksikan dan tidak hanyut dalam larutan encer.
2. Indikator kanji
Kanji bereaksi denagn iod , dengan adanya iodida membentuk suatu kompleks
yang berwarna biru tua , yang terlihat pada konsentrasi iod yang sangat rendah.
Kepekaan reaksi warna ini adalah sedemikian hingga warna biru akan terlihat
bila konsentrasi iod adalah 2 x 10-5 M dan konsentrasi iodide labih besar dari
pada 4 x 10-4 M pada 20
temperature larutan. Kanji tidak dapat digunakan dalam mium yang sangat
asam karena akan terjadi hirolisis dari kanji itu.[18]
3. Indikator amilopektin
Amilopektin merupakan molekul raksasa dan mudah ditemukan karena
menjadi satu dari dua senyawa penyusun pati, bersama-sama dengan
amilosa.Walaupun tersusun dari monomer yang sama, amilopektin berbeda
dengan amilosa, yang terlihat dari karakteristik fisiknya. Amilopektin tidak
larut dalam air.[26]
(asamklorida)
Cl2 +
CaCl2
2KI
H2O + Cl2
2KCl
I2
2Cr3+ + 21H2O
(kromium(III))
2I-
I2
(1)
(air)
+ 2e
(3)
(iodida)
35
(kromium (III))
HCl
KCl
(air)
(iodida)
HI
FeCl3 +
2HI
2HCl
+ 2FeCl3
I2
4KI
2K2SO4 +
2CuI2
2CuI2
(tembaga(II)iodida)
2CuSO4 +
2CuI
I2
4KI
2K2SO4
+ 2CuI
I2
NaCl
+ NaClO
H2O
[16]
: 1,18 g/cm
Titik didih
Titik lebur
: 48 C (larutan 38%)
pKa
: -8,0
Aquadest (H2O) merupakan bahan kimia yang tidak berbahaya
karena mempunyai pH netral sehingga tidak mempunyai efek tertentu
bagi manusia.
: netral (7)
Titik didih
: 100 oC
Densitas
: 0.998 g/cm
36
: 1,5 g/cm
: 100 C
pH
: 6,5
: 500 C
Titik lebur
: 398 C
Kalium Iodida (KI) mempunyai penampilan kristal padat
: 3,89 g/cm
: 681 C
Titik didih
: 1330 C
Natrium Tiosulfat (Na2S2O3.5H2O) mempunyai penampilan padat
berwarna putih. Berfungsi sebagai titran dalam uji iod. Pembakaran dapat
menghasilkan oksida belerang.
Massa molar : 158,11 g/mol
pH
: 8,6
Titik lebur
: 48 C
37
Titik didih
: >100 C
Tembaga Sulfat (CuSO4.5H2O) mempunyai penampilan padat,
dan berwarna biru. Stabil pada suhu kamar dalam wadah tertutup di bawah
kondisi penyimpanan normaldan kondisi penanganan.
Massa molar : 249,70 g/mol
Densitas
Titik didih
: 2,284 g/cm
:150 C
38
Erlenmeyer
menambahkan 25 ml aquadest dan 15 ml larutan asamklorida 10%
II
III
10
10
10
7,2
6,7
6,8
II
III
10
10
10
39
4,6
4,5
Ditambah+ H2O
Na2S2O3.5H2O
K2Cr2O7
KI
HCl
CuSO4.5H2O
+HCl
K2Cr2O7 +
H2O
Larutan
berwarna
kuning
+KI
+C12H20O10
Dititrasi
Larutan
berwarna
coklat
Lar.A
Larutan
berwarna
kuning
Lar.B
Larutan
berwarna
bening
Lar.C
+ KI
CuSO4.5H2O
Larutan berwarna
kuning tua
C12H20O10
Dititrasi
40
Larutan
berwarna hitam
Lar.D
Larutan
berwarna putih
Lar.E
(iodium)
Reduksi
(dikromat) (hidrogen)
Cr2O72-
2Cr3+
(kromium (III))
6I- + 14H+
(dikromat)
(iod)
Oksidasi
Reduksi
2Cr3+
3I2 + 7H2O
S4O62- + 2e(tetrationat)
2e-
2I(iod)
+ 2S2O32-
(iodium)
2S2O32+
7H2O
(air)
(iodium)
I2
(hidrogen)
(tiosulfat)
I2
2e -
2I-
(tiosulfat)
(iod)
+ S4O62-
(tetrationat)
Reduksi
: 2CuSO4 + 4KI
(tembaga sulfat) (kalium iodida)
2CuSO4
+
4KI
2K2SO4
2CuI2[4]
2K2SO4
+ 2CuI
I2
3.8. Pembahasan
1. Preparasi larutan
- Pembuatan larutan natrium tiosulfat dengan menggunakan aquadest
yang sudah didihkan menghasilkan larutan tak berwarna. Larutan
-
41
42
sebagai reduktor
3.9.
Kesimpulan
Normalitas natrium tiosulfat hasil percobaan adalah sebesar 0,145 N.
Kadar tembaga dalam tembaga sulfat pentahidrat adalah sebesar 12,715%.
BAB IV
KOMPLEKSOMETRI
4.1. Tujuan Percobaan
-
43
CH2COOH
NCH2CH2N
CH2COOH
HOOCCH2
1. EDTA (C10H16N2O8)
Dalam kimia analitik, EDTA digunakan dalam titrasi kompleksometri dan
analisis kesadahan air atau sebagai agen masking untuk menyerap ion logam
yang akan mengganggu analisis.
2. Eriochrome black T (C20H12N3O7)
44
45
Air harus jernih atau tidak keruh, tidak berwarna, rasanya tawar dan tidak
berbau.
2.
Derajat keasaman (pH) nya netral sekitar 6,5 8,5 . Air yang pHnya
rendah akan terasa asam, sedangkan bila pHnya tinggi terasa pahit.
3.
Tidak mengandug zat kimia beracun, misalnya arsen, timbal, nitrat,
senyawa raksa, senyawa sulfida, senyawa fenolik, amoniak serta bahan
4.
radioaktif.
Kesadahannya
rendah.
Kesadahan
air
dapat
diakibatkan
oleh
kandungan ion kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+), serta ion-ion Mangan
(Mn2+) dan besi (Fe2+) yang memberikan rasa anyir pada air dan berbau.
5.
46
No
Parameter
Satuan
Besi
Mg/I
1,0
Kadmium
Mg/I
0,005
Mg/I
500
Klorida
Mg/I
600
Mangan
Mg/I
0,5
Timbal
Mg/I
0,05
pH
Mg/I
6,5-9,0
: 18,015 g/mol
: 99.98 oC
: 161,47 g/mol
: 680 oC
: 740 oC
: 57,7 g/100 ml
: 17,0306 g/mol
: -77,73 oC
: -33,34 oC
: 89,9 g/100 ml
47
- sifat
: korosif, higroskopis
E. Natrium hidroksida (NaOH)
- Titik lebur
: 318 C (591 K)
- Titik didih
: 1390 C (1663 K)
- Massa molar
: 39,9971 g/mol
- Kelarutan dalam air : 111 g/100 ml (20 C)
- Penampilan
: zat padat putih
F. Natrium klorida (NaCl)
- titik didih
: 1465 C (1738 K)
- massa molar
: 58.44 g/mol
- kelarutan dalam air : 35.9 g/100 mL (25 C)
- warna
: putih
- bentuk
: kristal
G. EDTA (C10H16N2O8)
- Masa molar
: 292,24 g mol-1
- Densitas
: 0,86 g cm-3
H. Indikator EBT (C20H12N3O7)
- Massa molar
: 461,381 g / mol
- Penampilan
: merah tua / coklat bubuk
I. Indikator murexid (NH4C8H4N5O6)
- Massa molar
: 284,19 g / mol
4.4. Alat dan Bahan
A. Alat
- batang pengaduk
B. Bahan
- air sumur
- beakerglass
ammonia (NH3)
- botol aquades
- buret
aquadest (H2O)
- corong
etilendiamintetraasetat
- Erlenmeyer
(HO2CCH2)2NCH2CH2N(CH2CO2H)2)
- gelas arloji
- kertas saring
- labu ukur
- neraca analitik
- pipet ball
- pipet tetes
- pipet volume
- statif dan klem
- termometer
48
Erlenmeyer 250 mL
menambahkan kurang lebih 75 mL aquadest dan 2 mL larutan buffer pH
10
mengocok lalu menambahkan sedikit indikator EBT-NaCl sampai warna
biru
- mengulangi percobaan sampai 3 kali.
C. Menentukan kesadahan total
- memipet 25 mL larutan contoh, memasukkan ke dalam Erlenmeyer
- menambahkan 20 tetes larutan NaOH 2 M dan sedikit indikator
Murexide-NaCl
- menitrasi dengan larutan EDTA sampai terjadi warna merah anggur
- melakukan percobaan sampai 3 kali.
D. Menentukan kesadahan tetap
- memipet 25 mL larutan contoh, memasukkan ke dalam Erlenmeyer
- menambahkan 20 tetes larutan NaOH 2 M dan 5 mL larutan buffer pH 10
-
II
III
49
25
25
25
21,8
22
23
22,26
II
25
25
4,6
4,7
4,65
II
25
25
2,5
2,3
2,4
50
sumur
Keterangan
II
25
25
kran
Keterangan
II
25
25
3,5
3,6
3,55
(EDTA)
ZnY2(Seng-EDTA)
B. Kesadahan total
Ca(HCO3)2
(Kalsium bikarbonat)
Mg(HCO3)2
CO2 +
(Karbondioksida)
CO2
C. Kesadahan tetap
H2O
+ CaCO3
+
(Air)
H2O +
MgCO3
(Magnesium Karbonat)
51
CaCl2
Na2CO3
MgCl2
Ca(OH)2
CaCO3
2NaCl
Mg(OH)2
CaCl2
4.8. Pembahasan
A. Standarisasi larutan EDTA
EDTA dapat selalu membentuk kompleks ketika direaksikan dengan ion
logam, dan dapat bereaksi cepat dengan banyak jenis ion logam. Tujuan
penambahan larutan buffer (NH4Cl dan NH3) dalam titrasi kompleksometri
adalah untuk menjaga agar pH tetap konstan. Titrasi dapat ditentukan
dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai tanda tercapai
titik akhir titrasi. Indikator yang digunakan dalam percobaan ini adalah EBT.
Dengan penambahan EBT akan menimbulkan warna merah anggur
kemudian dititrasi dengan larutan EDTA, maka warnanya berubah menjadi
warna biru.
B. Menentukan kesadahan total
Pada penentuan kesadahan total, ditambahkan larutan NaOH 2M. Tujuan
penambahan NaOH disini yaitu untuk meningkatkan pH sampel.
Kemudian ditambahkan indikator Murexide (NH4C8H4N5O6)-NaCl yang
akan membentuk warna merah. Kemudian dititrasi dengan larutan EDTA
dan menimbulkan perubahan warna menjadi merah anggur.
C. Menentukan kesadahan tetap
Pada penentuan kesadahan tetap setelah ditambahkan larutan NaOH 2M
dan larutan buffer pH 10 dengan indikator EBT-NaCl akan membentuk
warna merah anggur. Tujuan penambahan larutan buffer dalam titrasi
kompleksometri adalah untuk menjaga agar pH tetap konstan. Lalu dititrasi
dengan larutan EDTA dan terjadi perubahan warna menjadi biru. Fungsi
penambahan NaOH disini yaitu untuk meningkatkan pH sampel.
52
4.9. Kesimpulan
-
jadi
membentuk
hasil
berupa
kompleks. Titrasi
53
BAB V
ARGENTOMETRI
5.1. Tujuan Percobaan
- Membuat larutan standard perak nitrat 0,01 N.
- Standardisasi larutan perak nitrat dengan larutan natrium klorida.
- Menetapkan kadar natrium klorida dalam garam dapur kotor.
5.2. Tinjauan Pustaka
Titrasi pengendapan adalah golongan titrasi di mana hasil reaksi
titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya
adalah reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap
penambahan titran, tidak ada pengotor yang mengganggu dan diperlukan indikator
untuk melihat titik akhir titrasi.[9]
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang
tidak mudah larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak
dipakai adalah titrasi penentuan natrium klorida dimana ion Ag + dari titran
akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak
mudah larut perak klorida.
Ag(NO3)(aq) + NaCl(aq)
AgCl
(s) (endapan
putih)
NaNO3(aq)[27]
(perak nitrat) (natrium klorida)
(perak klorida)
(natrium nitrat)
54
Volhard
metode Fajans didasarkan pada penyerapan indikator berwarna oleh endapan
pada titik ekivalen.[34]
Dalam titrasi yang melibatkan garam perak, terdapat tiga
indikator yang digunakan, antara lain:
(ion klorida)
(perak klorida)
55
Ag+(aq) + CrO42-(aq)
Ag2CrO4
(s)
(coklat kemerahan)
[27]
(perak kromat)
Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan nilai pH antara 6 10. Dalam
larutan yang lebih basa perak oksida akan mengendap. Dalam larutan asam
konsentrasi ion kromat akan sangat dikurangi, karena HCrO4- hanya terionisasi
sedikit sekali. Lagi pula hidrogen kromat berada dalam kesetimbangan dengan
dikromat:
2H+ + 2CrO42(ion hidrogen) (ion kromat)
2HCrO4(hidrogen perak)
Cr2O72- + H2O
(ion dikromat) (air)
56
: NaCl
: 1465C (1738 K)
: 58.44 g/mol
: 35.9 g/100 mL (25C)
: putih
: kristal
: AgNO3
: 169,87 g/mol
57
- densitas
- warna
- bentuk
C. Kalium kromat:
- rumus kimia
- titik didih
- kelarutan dalam air
- massa molar
- densitas
: 4,35 g/cm3
: putih
: padatan
: K2CrO4
: 1000C
: 637 g/l (20C)
: 194,19 g/mol
: 2,73 g/cm3
Erlenmeyer 250 mL
menambahkan kurang lebih 5 mL indikator kalium dikromat 1%
menitrasi dengan larutan perak nitrat sampai terjadi endapan merah dari
indikatornya
mengulangi percobaan sampai 3 kali.
58
II
III
25 mL
25 mL
25 mL
31 mL
31 mL
32.5 mL
II
III
10 mL
10 mL
10 mL
12,5 mL
12,5 mL
12,5m
L
NaCl(aq)
AgCl
(s) (endapan
putih)
NaNO3(aq)
(perak nitrat) (natrium klorida)
2Ag+(aq)
(perak klorida)
CrO42-(aq )
(ion perak)
kemerahan)
(ion kromat)
(natrium klorida)
Ag2CrO4
(s) (endapan
(perak kromat)
coklat
59
Pembahasan
- Dalam membuat larutan standard perak nitrat, dilakukan penimbangan
5.8.
60
5.9. Kesimpulan
- Untuk membuat larutan standard perak nitrat 0,01 M sebanyak 250 mL
-
kadar
61
BAB VI
ANALISA DENGAN SPEKTROFOTOMETER
SINAR TAMPAK
6.1. Tujuan Percobaan
- Mengetahui metode analisa spektrofotometri.
- Penentuan kadar sulfat dalam sampel.
6.2. Tinjauan Pustaka
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau
kisi difraksi dengan detektor fototube.[18]
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban
suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang.[1] Spektrometer menghasilkan
sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang.[9]
Komponen-komponen spektrofotometer adalah:
Bagian Optik
Sumber
Monokromator
Wadah sampel
Detektor
Penguat
Pembacaan
Gambar 6.2.1. Diagram Spektrofotometer sinar tunggal
62
Keterangan:
1. Sumber
Sumber energi yang biasa untuk daerah tampak (dari) spektrum itu maupun
daerah ultraviolet dekat dan infra merah dekat adalah sebuah lampu pijar
dengan kawat rambut terbuat dari wolfram. Pada kondisi operasi biasa,
keluaran lampu wolfram ini memadai dari sekitar 325 atau 350 nm ke sekitar 3
m.
2. Monokromator
Ini adalah peralatan optik untuk mengisolasi dari sumber kontinu suatu berkas
radiasi dengan kemurnian spektral yang tinggi dengan panjang gelombang apa
saja yang diinginkan. Unsur-unsur terpenting sebuah monokromator adalah
sistem celah dan unsur dispersi.[1] Monokromator berfungsi untuk merubah
sinar polikromatis menjadi sinar monokromatis sesuai yang dibutuhkan oleh
pengukuran.[18]
3. Wadah sampel (kuvet)
Kebanyakan spektrofotometer melibatkan larutan, dan dengan demikian wadah
sampel merupakan sel untuk menempatkan larutan di dalam sinar dari
spektrofotometer.[1] Kuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan
sebagai tempat contoh atau cuplikan yang akan dianalisis. Kuvet biasanya
terbuat dari kwars, plexiglass, kaca, plastik dengan bentuk tabung empat
persegi panjang 1 x 1 cm dan tinggi 5 cm. Pada pengukuran di daerah UV
dipakai kuvet kwarsa atau plexiglass, sedangkan kuvet dari kaca tidak dapat
dipakai sebab kaca mengabsorbsi sinar UV. Semua macam kuvet dapat dipakai
untuk pengukuran di daerah sinar tampak (visible).[25]
63
64
65
Tabel 6.2.1.
Panjang gelombang
400-435 nm
Ungu (lembayung)
Warna yang
diamati/warna
komplemeter
Hijau kekuningan
450-480 nm
Biru
Kuning
480-490 nm
Biru kehijauan
Orange
490-500 nm
Hijau kebiruan
Merah
500-560 nm
Hijau
Merah anggur
560-580 nm
Hijau kekuningan
Ungu (lembayung)
580-595 nm
Kuning
Biru
595-610 nm
Orange
Biru kekuningan
610-750 nm
Merah
Hijau kebiruan
stoikiometrik.
Pereaksi tidak boleh menyerap cahaya dalam spektrum dimana dilakukan
pengukuran.
berlangsung secara
66
Pereaksi harus selektif dan spesifik (khas) untuk komponen yang dianalisa,
sehingga warna yang terjadi benar-benar merupakan ukuran bagi komponen
tersebut saja.
Tidak boleh ada gangguan-gangguan dari komponen-komponen lain dalam
larutan yang dapat mengubah zat pereaksi atau komponen komponen yang
dianalisa menjadi suatu bentuk atau kompleks yang tidak berwarna, sehingga
dengan mengubah kondisi larutan dapat diperoleh kestabilan yang lebih baik.
Warna larutan yang akan diukur harus mempunyai intensitas yang cukup tinggi
(warna harus cukup tua) yang berarti bahwa absorptivitas molarnya () besar.
Hal ini dapat dikontrol dengan mengubah pelarutnya. Dalam hal ini dengan
kecil kecil dalam nilai pH, suhu maupun kondisis-kondisi yang lain.
- Hasil reaksi yang berwarna ini harus larut dalam pelarut yang dipakai.
- Sistem yang berwarna ini harus memenuhi Hukum Lambert-Beer.[19]
3. Spektrofotometer UV-VIS
Spektrofotometer ini merupakan hubungan antara spektrofotometer UV dan
Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya yang berbeda, sumber cahaya
UV dan sumber cahaya Visible. Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling
banyak tersedia dan paling populer digunakan. Kemudahan metode ini adalah
dapat digunakan baik untuk sampel berwarna juga untuk sampel tak berwarna.
67
68
4. Spektrofotometri Diferensial
Teknik ini biasanya meliputi dua metode, yaitu absorbansi tinggi dan
absorbansi rendah. Absorbansi tinggi digunakan untuk larutan yang sangat
pekat. Sedangkan absorbansi rendah digunakan untuk larutan yang sangat
encer. Pada kedua teknik ini, konsentrasi sama sekali tidak dipengaruhi oleh
perubahan luar.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kesalahan dalam analisis panjang
gelombang dengan spektrofotometer antara lain:
1.
2.
pemekatan.
Larutan standar yang akan diukur tidak jernih, sehingga terjadi
penghamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid atau suspensi yang ada di
3.
dalam larutan.
Adanya serapan oleh pelarut.
Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan yang dapat
mengkalibrasi spektrofotometer sehingga absorbansi awal menjadi 0 (nol) yang
4.
69
linier.
Hukum itu dinyatakan dengan:
I0
log
A=
It
A = a.b.c
Spektrofotometer akan mengukur intensitas cahaya melewati sampel (I), dan
membandingkan
ke
intensitas
Gambar cahaya
6.2.9. Hukum
sebelum
Lambert-Beer
melewati
sampel
(Io).
70
yang
ditransmisikan ketika melewati sampel (It) dengan intensitas cahaya mulamula sebelum melewati sampel (Io).[31] Transmitansi larutan T merupakan
bagian dari cahaya yang diteruskan melalui larutan. Nilai dari
Transmitansi berbanding terbalik dengan absorbansi. Sementara, cahaya
akan diserap jika energi
71
72
73
gelombang
membuat kurva hubungan antara panjang gelombang dengan absorbansi
74
klorida.
mengocok selama kurang lebih 1 menit sampai terbentuk endapan barium
mengukur pH hingga 1
menambahkan 0,2 gram padatan barium klorida
mengocok selama kurang lebih 1 menit sampai terbentuk endapan barium
%T
400
54
410
53
420
50
430
52
75
Tabel 6.6.2.
440
51
450
51
460
52
470
53
480
54
490
54
500
55
510
55
520
56
%T
400
42,5
410
42,1
420
42,0
430
42,2
440
42,2
450
44,4
460
42,5
76
470
43,7
480
44,5
490
44,9
500
45,5
510
45,6
520
45,9
Tabel 6.6.4.
ppm (x)
%T
5 ppm
90
20 ppm
89
35 ppm
76
50 ppm
64
65 ppm
61
80 ppm
54
Sampel
95
%T
5 ppm
88,8
20 ppm
83,1
35 ppm
66,1
50 ppm
47,3
65 ppm
43,5
80 ppm
31,3
Sampel
90,3
77
Tabel 6.7.1.
(nm)
%T
400
54
0,2676
410
53
0,2757
420
50
0,3010
430
52
0,2839
440
51
0,2924
450
51
0,2924
460
52
0,2839
470
53
0,2757
480
54
0,2676
490
54
0,2676
500
55
0,2596
510
55
0,2596
520
56
0,2518
Tabel 6.7.2.
(nm)
%T
400
42,2
0,3716
410
42,1
0,3757
420
42,0
0,3767
430
42,2
0,3746
440
42,2
0,3746
450
44,4
0,3526
460
42,5
0,3716
470
43,7
0,3595
480
44,5
0,3516
78
490
44,9
0,3477
500
45,5
0,3419
510
45,6
0,3410
520
45,9
0,3381
Tabel 6.7.3.
ppm (x)
A (Y)
X2
X.Y
5 ppm
0,0457
25
0,2285
20 ppm
0,0506
400
1,012
35 ppm
0,1191
1225
4,1685
50 ppm
0,1938
2500
9,69
65 ppm
0,2146
4225
13,949
80 ppm
0,2676
6400
21,408
X = 255
Y = 0,8914
X2 = 14775
Sampel
= 420
A = 0,0222
Tabel 6.7.4.
XY = 50,456
menggunakan
spektrofotometer 22
ppm (x)
A (Y)
X2
X.Y
5 ppm
0,0515
25
0,2575
20 ppm
0,0803
400
1,606
35 ppm
0,1797
1225
6,2895
50 ppm
0,3251
2500
16,255
65 ppm
0,3615
4225
23,4975
80 ppm
0,5044
6400
40,352
X = 255
Y = 1,5025
X2 = 14775
Sampel
= 420
A = 0,0443
6.8. Grafik
A. Penentuan panjang gelombang maksimum
XY = 88,2575
79
0.34
0.32
0.3
0.28
Absorbansi (A)
0.26
0.24
0.22
0.2
400
420
440
460
480
500
520
540
Panjang Gelombang ()
420
440
460
480
500
520
540
Panjang Gelombang ()
80
0.3
f(x) = 0x + 0.01
R = 0.96
0.25
0.2
Absorbansi (A) 0.15
0.1
0.05
0
20
40
60
80
100
Konsentrasi (ppm)
0.45
0.4
0.35
0.3
Absorbansi (A) 0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
20
40
60
80
100
Konsentrasi (ppm)
81
+ BaCl2 (s)
(barium klorida)
2 KCl (l)
(kalium klorida)
BaSO4
(barium sulfat)
(endapan putih)
6.10. Pembahasan
- Dengan menggunakan spektrofotometer 21 dan spektrofotometer 22,
diperoleh panjang gelombang maksimum () = 420 nm dengan (T21) =
50, (T22) = 42,0 dan (A21) = 0,3010, (A22) = 0,3767 yang ditunjukan pada
tabel 6.7.1 dan tabel 6.7.2. Menggunakan panjang gelombang ()
maksimum karena kepekaannya maksimum pada perubahan konsentrasi
larutan yang akan memberikan A yang paling besar dan pada panjang
gelombang () maksimum didapatkan bentuk kurva kalibrasi yang linier
-
mengandug sulfat.
Kadar SO4 dalam sampel (air PDAM) yang dianalisa spektrofotometri 21
yaitu 2,9062 ppm dan spektrofotometri 22 yaitu 9,2419 ppm. Sehingga
air pada sampel (air PDAM) layak untuk dikonsumsi dimana standart
yang diperbolehkan kurang dari 200 ppm.
6.11. Kesimpulan
- Dapat mengetahui metode analisa menggunakan spektrofotometri.
- Kadar SO4 dalam sampel (air PDAM) pada spektrofotometer 21 sebesar
2,9062 ppm dan pada spektrofotometer 22 sebesar 9,2419 ppm.
82
BAB VII
ANALISIS KATION-ANION
7.1.
Tujuan Pratikum
- Menentukan jenis kation pada sampel / garam
- Menentukan jenis anion pada sampel / garam
7.2.
Pengamatan Fisik
7.2.1. Garam 1
a. Bentuk dan Roman Zat
- Warna
: Biru
- Bentuk
: Kristal
- Sifat Higroskopis
: Tidak Higroskopis
- Bau
: Tidak Berbau
- Kation
: Cu2+
b. Reaksi nyala api
Sampel + HCl encer
Hijau
c. Sifat Zat Pada Pemanasan Kering
Zat terurai, terjadi perubahan warna
Warna biru
putih
7.2.2. Garam II
a. Bentuk dan Roman Zat
- Warna
: Hijau
- Bentuk
: Kristal
- Sifat Higroskopis : Tidak Higroskopis
- Bau
: Tidak Berbau
83
- Kation
b. Reaksi nyala api
Sampel + HCl encer
: Fe2+
Hijau
putih
7.3.
Pengamatan Kimia
7.3.1. Pengamatan Kimia Kation
Perlakuan
Pengamatan
Garam I
Larutan sampel + HCl
larutan a
Larutan a + HCl
Larutan b + H2S
Larutan c + HNO3
Larutan d + NH4Cl
larutan b
larutan c
larutan d
larutan
e
Larutan e + NH4OH
larutan
Kesimpulan
Kemungkinan
kation Cu2+
Positif kation
Cu2+
f
Larutan f + K4Fe(CN)6
larutan g
Garam II
larutan a
Larutan a + H2S
Larutan b + HNO3
larutan c
Larutan c + NH4Cl
larutan d
Larutan d + NH4OH
larutan
e
Larutan e + H2S
larutan f
Larutan f + NH4Cl
larutan g
Larutan g + NaOH
larutan
Kemungkinan
kation Fe2+
Positif kation
Fe2+
84
h
Larutan h + K4Fe(CN)6
larutan i
HCl(aq)
Cu
2+
(aq)
H2S(g)
CuS(s)
2H+(aq)
(Tembaga(II)sulfide) (hidrogen)
3CuS(s) + 8HNO3(aq)
4H2O(l)
(tembaga(II)sulfida) (asam nitrat) (tembaga)
Cu2+(aq) +
2NH4Cl(s)
(nitrat)
CuCI2(s)
2NH4+(aq)
CuCl2(s)
+ 2NH4OH(aq)
(Tembaga(II)klorida)
(ammonia)
Cu(OH)2(l)
2NH4Cl(l)
4Cu(OH)2(l)+ 3K4Fe(CN)6(s)
(aq)
(tembaga(II)hidroksida)(kaliumheksasianoferat)(tembaga(II)heksasianoferat)(kalium)
( hidroksida)
b. Kation Fe2+
- Fe(s) + 2HCl(aq)
2+
Fe
(aq)
(besi)
H2S(g)
FeS(s)
Fe
(s)
(besi)
+ 2NH4Cl(s)
+ 2H+(aq)
3FeS(s) + 8HNO3(aq)
4H2O(l)
2+
(klorida) (hidrogen)
(besi)
FeCl2(s) + 2NH4OH(aq)
(nitrat)
FeCI2(l) + 2NH4+(aq)
(besi(II)klorida) (ammonium)
Fe(OH)2(s)
2NH4Cl(l)
2Fe(OH)2(s) +
2H2S(g)
FeS(s) +
2NaOH(aq)
2FeS(s) + 4H2O(g)
(besi sulfida)
(air)
Fe(OH)2(l) +
Na2S(aq)
85
Perlakuan
Pengamatan
Kesimpulan
Kemungkina
n anion SO42-
Garam I
- Reaksi Identifikasi
Kristal x + H2SO4 encer
larutan a
Larutan a + H2SO4 + KMnO4
larutan b
- Reaksi Penegasan
Sampel + Pb(NO3)2
hilang
larutan a
Positif anion
SO42-
Endapan putih
Garam II
- Reaksi Identifikasi
Kristal x + H2SO4
Kemungkina
larutan
a
Larutan a + H2SO4 + KMnO4
-
hilang
SO42-
larutan b
Penegasan
Endapan putih
Larutan x + Pb(NO3)2
- 4Fe(OH)2(l)+ 3K4Fe(CN)6(s)
(aq)
(besi(II)hidroksida)(kaliumheksasianoferat)(besi(II)heksasianoferat)(kalium)( hidroksida)
2-
SO4
(s)
(asam sulfat)
+ 2KMnO4(l)
K2SO4(l) + 2MnO4-(aq)
(kalium sulfat) (permanganat)
Cu(NO3)2
86
b. Garam II
Reaksi identifikasi
- SO42-(s) + H2SO4(l) (encer)
(sulfat)
(asam sulfat)
2-
SO4
(s)
+ 2KMnO4(l)
K2SO4(l) + 2MnO4-(aq)
Reaksi Penegasan
CuSO4(s) + Pb(NO3)2(l)
(tembaga sulfat) (timbel nitrat)
7.4.
PbSO4(s)
+ Cu(NO3)2(l)
Kesimpulan
- Dari percobaan, didapatkan jenis kation yang dianalisa yaitu:
Garam I
: kation Cu2+, pada golongan II
Garam II
: kation Fe2+, pada golongan IV
- Dari percobaan, didapatkan jenis anion yang dianalisa yaitu:
Garam I
: anion SO42Garam II
: anion SO42-
DAFTAR PUSTAKA
1. A.L Underwood & R.A. Day, Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keempat,
Erlangga, Jakarta, 1986
87