Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN

PROYEK TELEKOMUNIKASI
PENGAPLIKASIAN POWER SUPPLY UNTUK PENGISIAN BATERAI
LI-ION OTOMATIS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Proyek Telekomunikasi
Semester 7
Dosen Pembimbing :
Mochammad Taufik, ST.MT.

OLEH :
KELOMPOK 6 / JTD-4C
Candra Setiya Fajriawan

(1241160058)

Fajar Hanif Salasa

(1241160005)

Fanny Nur Amalia Sari

(1241160068)

Rianda Savira Kusuma

(1241160043)

PROGRAM STUDI JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Catu daya atau power supply merupakan suatu rangkaian elektronik yang
mengubah arus listrik bolak-balik menjadi arus listrik searah. Catu daya
menjadi bagian yang penting dalam elektonika yang berfungsi sebagai sumber
tenaga listrik misalnya pada baterai atau accu.
Secara garis besar, power supply dibagi menjadi dua macam, yaitu power
supply tak distabilkan dan power supply distabilkan. Power supply tak
distabilkan dan Power supply distabilkan. Power supply tak distabilkan
merupakan jenis power supply yang paling sederhana. Pada power supply
jenis ini, tegangan maupun arus keluaran dari power supply tidak distabilkan,
sehingga berubah-ubah sesuai keadaan tegangan masukan dan beban pada
keluaran.
Disisi lain, penggunaan handphone sudah menjadi gaya hidup di era
globalisasi ini. Hampir seluruh kegiatan manusia dapat ditunjang oleh adanya
handphone serta setiap manusia membutuhkan handphone hampir di setiap
waktu. Oleh karena itu, daya tahan handphone harus dapat mencakup seluruh
kegiatan yang bisa menunjang kegiatan manusia.
Pada prinsipnya, pengisian muatan baterai adalah dengan cara mengaliri
baterai dengan arus listrik secara terus-menerus. Pengisian dihentikan ketika
tegangan baterai telah sampai pada tegangan manksimumnya (muatan penuh).
Jika baterai telah mencapai tegangan maksimumnya tetapi tetap dilakukan
pengisian maka akan menimbulkan kerugian yaitu pemborosan energy listrik
serta

akan

terjadi

pemanasan

berlebihan

pada

baterai

yang

akan

memperpendek umurnya. Untuk menghindari kerugian tersebut, maka akan


lebih baik jika charger dapat bekerja secara otomatis untuk mengisi baterai.
Jika baterai itu kosong muatannya (tegangan dibawah nilai nominalnya) serta
berhenti mengisi jika baterai telah penuh. Oleh karena itu, kami akan
merencanaan pembuatan charger yang pengisiannya akan otomatis berhenti
jika baterai penuh.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana merancang charger untuk baterai Li-Ion?

1.2.2

Bagaimana cara mendeteksi baterai saat sudah penuh ?

1.3 Batasan Masalah


1.3.1 Charger ini dirancang dengan nilai maksimal sebesar 12 VDC
1.3.2 Charger ini dirancang dengan tegangan output maksimal 4,2 V
1.4 Tujuan
1.4.1 Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang prinsip power
1.4.2

supply
Mahasiswa dapat merancang dan membuat charger baterai dengan
system otomatis

BAB II
TEORI DASAR
2.1 Power Supply

Gambar 2.1 Blok Diagram Power Supply


2.1.1 Transformator

Gambar 2.1.1.1 Trafo


Transformator atau trafo adalah komponen elektromagnet yang dapat
mengubah taraf suatu tegangan AC ke taraf yang lain.
a. Prinsip kerja trafo
Transformatorbekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.
Tegangan

masukan

bolak-balik

yang

membentangi

primer

menimbulkan fluks magnet yang idealnya semua bersambung dengan


lilitan sekunder. Fluks bolak-balik ini menginduksikan GGL dalam lilitan
sekunder. Jika efisiensi sempurna, semua daya pada lilitan primer akan
dilimpahkan ke lilitan sekunder.
b. Hubungan primer sekunder
Rumus untuk fluks magnet yang ditimbulkan lilitan primer adalah
dan rumus untuk GGL induksi yang terjadi di lilitan
sekunder adalah
.

Karena kedua kumparan dihubungkan dengan fluks yang sama, maka

dimana dengan menyusun ulang persamaan akan didapat

sedemikian hingga

Dengan kata lain, hubungan antara tegangan primer dengan tegangan


sekunder ditentukan oleh perbandingan jumlah lilitan primer dengan lilitan
sekunder.

c. Efisiensi
Efisiensi transformator dapat diketahui dengan rumus

Karena adanya kerugian pada transformator. Maka efisiensi


transformator tidak dapat mencapai 100%. Untuk transformator daya
frekuensi rendah, efisiensi bisa mencapai 98%.
2.1.2 Rectifier
a. Dioda
Dalam

elektronika, dioda adalah

komponen

aktif

bersaluran dua (dioda termionik mungkin memiliki saluran ketiga


sebagai pemanas). Dioda mempunyai dua elektroda aktif dimana
isyarat listrik dapat mengalir, dan kebanyakan dioda digunakan
karena karakteristik satu arah yang dimilikinya. Dioda varikap
(VARIable

CAPacitor/kondensator

variabel)

digunakan

sebagai kondensator terkendali tegangan.


Sifat kesearahan yang dimiliki sebagian besar jenis dioda
seringkali disebut karakteristik menyearahkan. Fungsi paling
umum dari dioda adalah untuk memperbolehkan arus listrik
mengalir dalam suatu arah (disebut kondisi panjar maju) dan untuk
menahan arus dari arah sebaliknya (disebut kondisi panjar
mundur). Karenanya, dioda dapat dianggap sebagai versi
elektronik dari katup pada transmisi cairan.

Dioda sebenarnya tidak menunjukkan kesearahan hidupmati yang sempurna (benar-benar menghantar saat panjar maju dan
menyumbat pada panjar mundur), tetapi mempunyai karakteristik
listrik tegangan-arus taklinier kompleks yang bergantung pada
teknologi yang digunakan dan kondisi penggunaan. Beberapa jenis
dioda juga mempunyai fungsi yang tidak ditujukan untuk
penggunaan penyearahan.
Awal mula dari

dioda

adalah

peranti kristal

Cat's

Whisker dan tabung hampa (juga disebut katup termionik). Saat ini
dioda yang paling umum dibuat dari bahan semikonduktor
seperti silikon atau germanium.
b. Penyearah
Penyearah adalah rangkaian elektronika yang berfungsi
menyearahkan gelombang arus listrik. Arus listrik yang semula
berupa arus bolak-balik (AC) jika dilewatkan rangkaian Penyearah
akan berubah menjadi arus searah (DC). Jenis Jenis Penyearah
antara lain :
Penyearah Setengah Gelombang
Pada rangkaian ini, dioda berperan untuk hanya meneruskan
tegangan

positif

ke

beban

RL.

Ini

yang

disebut

dengan penyearah setengah gelombang (half wave).

Penyearah gelombang penuh


Tegangan positif phasa yang pertama diteruskan oleh D1
sedangkan phasa yang berikutnya dilewatkan melalui D2 ke
beban R1 dengan CT transformator sebagai common ground..
Dengan

demikian

beban

R1

mendapat

suplai

tegangan gelombang penuh seperti gambar di atas. Untuk


beberapa aplikasi seperti misalnya untuk men-catu motor dc
yang kecil atau lampu pijar dc, bentuk tegangan seperti ini
sudah cukup memadai. Walaupun terlihat di sini tegangan
ripple dari kedua rangkaian di atas masih sangat besar.

2.1.3 Filter

Dengan bentuk gelombang tegangan keluaran DC yang masih


memiliki ripple yang sangat besar, sehingga jika digunakan sebagai catu
daya, akan mengganggu kinerja peralatan. Salah satu cara untuk mengurangi
tegangan riak ini adalah dengan menambahkan rangkaian tapis RC
a. Penyearah setengah gelombang dengan filter C

Gambar rangkaian penyearah setengah gelombang dengan filter C


Gambar di atas adalah rangkaian penyearah setengah gelombang
dengan filter kapasitor C yang paralel terhadap beban R. Ternyata
dengan filter ini bentuk gelombang tegangan keluarnya bisa menjadi
rata.

Bentuk gelombang dengan filter kapasitor


Gambar di atas menunjukkan bentuk keluaran tegangan DC dari
rangkaian penyearah setengah gelombang dengan filter kapasitor.
Garis b-c kira-kira adalah garis lurus dengan kemiringan tertentu,
dimana pada keadaan ini arus untuk beban R1 dicatu oleh tegangan
kapasitor. Sebenarnya garis b-c bukanlah garis lurus tetapi
eksponensial sesuai dengan sifat pengosongan kapasitor.
Kemiringan kurva b-c tergantung dari besar arus (I) yang
mengalir ke beban R. Jika arus I = 0 (tidak ada beban) maka kurva b-c

akan membentuk garis horizontal. Namun jika beban arus semakin


besar, kemiringan kurva b-c akan semakin tajam. Tegangan yang
keluar akan berbentuk gigi gergaji dengan tegangan ripple yang
besarnya adalah :
Vr = VM -VL dan tegangan dc ke beban adalah Vdc = VM +
Vr/2
Rangkaian penyearah yang baik adalah rangkaian yang memiliki
tegangan ripple (Vr) paling kecil. VL adalah tegangan discharge atau
pengosongan kapasitor C, sehingga dapat ditulis :
VL = VM e-T/RC
Jika persamaan (3) disubsitusi ke rumus (1), maka diperoleh :
Vr = VM (1 - e-T/RC)
Jika T << RC, dapat ditulis : e-T/RC 1 - e-T/RC sehingga jika ini
disubsitusi ke rumus (4) dapat diperoleh persamaan yang lebih
sederhana :
VL = VM (T/RC)
VM/R tidak lain adalah beban I, sehingga dengan ini terlihat
hubungan antara beban arus I dan nilai kapasitor C terhadap tegangan
ripple Vr. Perhitungan ini efektif untuk mendapatkan nilai tegangan
ripple yang diinginkan.
Vr = I T/C
Rumus ini mengatakan, jika arus beban I semakin besar, maka
tegangan ripple akan semakin besar. Sebaliknya jika kapasitansi C
semakin besar, tegangan ripple akan semakin kecil. Untuk
penyederhanaan biasanya dianggap T=Tp, yaitu periode satu
gelombang sinus dari jala-jala listrik yang frekuensinya 50Hz atau
60Hz. Jika frekuensi jala-jala listrik 50Hz, maka T = Tp = 1/f = 1/50 =
0.02 det. Ini berlaku untuk penyearah setengah gelombang. Untuk
penyearah gelombang penuh, tentu saja frekuensi gelombangnya dua
kali lipat, sehingga T = 1/2 Tp = 0.01 det.
b. Penyearah gelombang penuh dengan filter C
Penyearah gelombang penuh dengan filter C dapat dibuat
dengan

menambahkan

kapasitor

pada

rangkaian

penyearah

gelombang penuh seperti gambar dibawah ini.

Gambar rangkaian penyearah gelombang penuh dengan filter C


Sebagai contoh, anda mendisain rangkaian penyearah gelombang
penuh dari catu jala-jala listrik 220V/50Hz untuk mensuplai beban
sebesar 0.5 A. Berapa nilai kapasitor yang diperlukan sehingga
rangkaian ini memiliki tegangan ripple yang tidak lebih dari 0.75 Vpp.
Jika rumus (7) dibolak-balik maka diperoleh.
C = I.T/Vr = (0.5) (0.01)/0.75 = 6600 uF
Untuk kapasitor yang sebesar ini banyak tersedia tipe elco yang
memiliki polaritas dan tegangan kerja maksimum tertentu. Tegangan
kerja kapasitor yang digunakan harus lebih besar dari tegangan
keluaran catu daya. Anda barangkali sekarang paham mengapa
rangkaian audio yang anda buat mendengung, coba periksa kembali
rangkaian penyearah catu daya yang anda buat, apakah tegangan
ripple ini cukup mengganggu. Jika dipasaran tidak tersedia kapasitor
yang demikian besar, tentu bisa dengan memparalel dua atau tiga buah
kapasitor.
2.1.4 Voltage Regulator
Rangkaian penyearah sudah cukup bagus jika tegangan ripple-nya
kecil, namun ada masalah stabilitas. Jika tegangan PLN naik/turun, maka
tegangan outputnya juga akan naik/turun. Seperti rangkaian penyearah di
atas, jika arus semakin besar ternyata tegangan dc keluarnya juga ikut turun.
Untuk beberapa aplikasi perubahan tegangan ini cukup mengganggu,
sehingga diperlukan

komponen aktif yang dapat meregulasi tegangan

keluaran ini menjadi stabil.


Regulator Voltage berfungsi sebagai filter tegangan agar sesuai dengan
keinginan. Rangkaian regulator yang paling sederhana ditunjukkan pada
gambar 6. Pada rangkaian ini, zener bekerja pada daerah breakdown,
sehingga menghasilkan tegangan output yang sama dengan tegangan zener

10

atau Vout = Vz. Namun rangkaian ini hanya bermanfaat jika arus beban
tidak lebih dari 50mA.

Prinsip rangkaian catu daya yang seperti ini disebut shunt regulator,
salah satu ciri khasnya adalah komponen regulator yang paralel dengan
beban. Ciri lain dari shunt regulator adalah, rentan terhadap short-circuit.
Perhatikan jika Vout terhubung singkat (short-circuit) maka arusnya tetap I
=

Vin/R1.

Disamping regulator

shunt,

ada

juga

yang

disebut

dengan regulator seri. Prinsip utama regulator seri seperti rangkaian pada
gambar 7 berikut ini. Pada rangkaian ini tegangan keluarannya adalah:
Vout = VZ + VBE
VBE adalah tegangan base-emitor dari transistor Q1 yang besarnya
antara 0.2 0.7 volt tergantung dari jenis transistor yang digunakan. Dengan
mengabaikan arus IByang mengalir pada base transistor, dapat dihitung besar
tahanan R2 yang diperlukan adalah :
R2 = (Vin Vz)/Iz
Iz adalah arus minimum yang diperlukan oleh dioda zener untuk
mencapai teganganbreakdown zener tersebut. Besar arus ini dapat diketahui
dari datasheet yang besarnya lebih kurang 20 mA.

11

Jika diperlukan catu arus yang lebih besar, tentu perhitungan arus base
IB pada rangkaian di atas tidak bisa diabaikan lagi. Dimana seperti yang
diketahui, besar arus IC akan berbanding lurus terhadap arus IB atau
dirumuskan dengan IC = IB. Untuk keperluan itu, transistor Q1 yang dipakai
bisa

diganti

dengan

transistorDarlington yang

biasanya

memiliki

nilai yang cukup besar. Dengan transistorDarlington, arus base yang kecil
bisa menghasilkan arus IC yang lebih besar.
Teknik regulasi yang lebih baik lagi adalah dengan menggunakan OpAmp untuk men-drive transistor Q, seperti pada rangkaian gambar 8. Dioda
zener disini tidak langsung memberi umpan ke transistor Q, melainkan
sebagai tegangan referensi bagi Op-Amp IC1. Umpan balik pada pin negatif
Op-amp adalah cuplikan dari tegangan keluar regulator, yaitu :
Vin(-) = (R2/(R1+R2)) Vout
Jika tegangan keluar Vout menaik, maka tegangan Vin(-) juga akan
menaik sampai tegangan ini sama dengan tegangan referensi Vz. Demikian
sebaliknya jika tegangan keluar Vout menurun, misalnya karena suplai arus
ke beban meningkat, Op-amp akan menjaga kestabilan di titik referensi
Vz dengan memberi arus IB ke transistor Q1. Sehingga pada setiap saat Opamp menjaga kestabilan :
Vin(-) = Vz

Dengan mengabaikan tegangan VBE transistor Q1 dan mensubsitusi


rumus (11) ke dalam rumus (10) maka diperoleh hubungan matematis :
Vout = ( (R1+R2)/R2) Vz

12

Pada rangkaian ini tegangan output dapat diatur dengan mengatur besar R1
dan R2

2.1.5 Baterai Li-Ion


Li-ion (Lithium-ion) adalah jenis baterai ponsel yang banyak digunakan
oleh ponsel keluaran terbaru saat ini. Di dalam baterai ini, ion litium bergerak
dari elektroda negatif ke elektroda positif saat dilepaskan, dan kembali saat diisi
ulang. Baterai Li-ion memakai senyawa litium interkalasi sebagai bahan
elektrodanya, berbeda dengan litium metalik yang dipakai di baterai litium non-isi
ulang.
Baterai Lithium-ion pertama kali ditemukan pada tahun 1970 oleh M.S.
Whittingham. Saat itu baterai ini menggunakan titanium sulfide sebagai katoda
(kutub positif) dan lithium metal sebagai anoda (kutub negatif). Selama 20 tahun
intensif dalam penelitian, akhirnya baterai Li-ion diproduksi secara komersial oleh
Sony. Sejak saat itu baterai ini mengalami kenaikan cukup signifikan dan telah
membuat revolusi di dunia elektronik. Bahkan di tahun 2007 Jepang menjadi
negara produsen baterai terbesar yang dimiliki oleh Sony, Panasonic dan Toshiba.

Gambar 1 Baterai Li-Ion Nokia BL-4C


Keunggulan yang dimiliki baterai Lithium-ion di antaranya baterai ini
lebih kuat jika dibandingkan dengan baterai NiMH yang kapasitasnya dapat
hilang hampir 20% per bulan, Li-ion justru hanya 5% saja. Baterai ini juga dapat
menampung 150 Watt per jam pada setiap kilogramnya, hal ini tentu saja lebih
bertenaga dibanding baterai NiMH yang hanya bisa menampung 100 Watt per jam
pada setiap kilogramnya. Selanjutnya Lithium-ion lebih ringan karena

13

elektrodanya terbuat dari bahan lithium ringan dan karbonnya merupakan elemen
yang sangat reaktif, dengan kata lain banyak energi yang dapat di simpan pada
ikatan atomnya. Selain itu, baterai ini juga lebih awet karena dapat menahan
hingga ratusan kali siklus isi ulang dan tidak ada efek memori, sehingga pengisian
ulang

tidak

perlu

menunggu

baterai

benar-benar

kosong

dan

bisa

melakukan charge kapan saja. Dengan kelebihan-kelebihan tersebut, tidak heran


jika banyak alat elektronik menggunakan baterai ini, termasuk ponsel dan laptop.
Di samping beberapa kelebihan di atas, baterai ini juga memiliki
kekurangan, yaitu daya tahan baterai 2 sampai 3 tahun sejak pemakaian awal,
meskipun untuk ke depannya Anda menggunakan baterai ini atau tidak, namun
umumnya maskimal charge untuk baterai ini sebanyak 400 hingga 600 kali,
setelah itu kemampuan baterai akan menurun dengan sendirinya.
Kemudian baterai ini sangat sensitif terhadap suhu tinggi, akan cepat rusak
jika pemakaian sampai kosong, harganya sangat mahal dan mudah terbakar atau
meledak. Kekurangan atau kelemahan pada Lithium-ion memang memiliki
dampak sangat buruk. Oleh karena itu, bagi Anda yang menggunakan baterai ini
pada perangkat Anda, sebaiknya Anda merawatnya dengan baik. Selain
menghindari kecelakaan, dengan perawatan yang baik maka daya kerja baterai
juga bisa optimal. Dengan begitu, kegiatan Anda dengan menggunakan perangkat
yang dimiliki pun bisa bekerja dengan baik.
2.1.6 IC Timer 555
Di dalam dunia elektronika, baik analog maupun digital, IC 555 sangat
banyak dijumpai sebagai komponen utama pewaktu (timer) dan pembangkit pulsa
(pulse generator). Hal ini disebabkan karena selain harganya yang murah, juga
karena IC 555 sangat mudah dalam perancangan dan stabil saat digunakan. IC 555
diperkenalkan pertama kali oleh Signetics (diakuisisi oleh Philips) pada tahun
1971 dengan nama asli SE555/NE555 dan mendapat sebutan "The IC Time
Machine". Nama 555 sendiri diambil dari penggunaan 3 buah resistor 5-kohm
yang terdapat di dalam atau sebagai penyusun IC ini. Secara keseluruhan IC 555
tersusun atas 2 komparator tegangan, 1 flip-flop bistable, 1 transistor pembuangan
(discharge), dan 3 resistor pembagi tegangan.

14

Gambar 2 IC NE 555

Gambar 3 Fungsi Pin Pada IC NE 555

Tabel 1 Fungsi Masing-masing Pin IC NE 555


PIN
1

FUNGSI
Ground (0V), adalah pin input dari sumber tegangan DC paling
negative
Trigger, input negative dari lower komparator (komparator B) yang

menjaga osilasi tegangan terendah kapasitor pada 1/3 Vcc dan

mengatur RS flip-flop
Output, pin keluaran dari IC 555.
Reset, adalah pin yang berfungsi untuk me reset latch didalam IC
yang akan berpengaruh untuk me-reset kerja IC. Pin ini tersambung

ke suatu gate (gerbang) transistor bertipe PNP, jadi transistor akan


aktif jika diberi logika low. Biasanya pin ini langsung dihubungkan ke
Vcc agar tidak terjadi reset
Control voltage, pin ini berfungsi untuk mengatur kestabilan tegangan
referensi input negative (komparator A). pin ini bisa dibiarkan

tergantung (diabaikan), tetapi untuk menjamin kestabilan referensi


komparator A, biasanya dihubungkan dengan kapasitor berorde
sekitar 10 nF ke pin ground
Threshold, pin ini terhubung ke input positif (komparator A) yang

akan me-reset RS flip-flop ketika tegangan pada pin ini mulai


melebihi 2/3 Vcc
Discharge, pin ini terhubung ke open collector transistor internal (Tr)

yang emitternya terhubung ke ground. Switching transistor ini


berfungsi untuk meng-clamp node yang sesuai ke ground pada timing
tertentu
Vcc, pin ini untuk menerima supply DC voltage. Biasanya akan

bekerja optimal jika diberi 5V s/d 15V. Supply arusnya dapat dilihat
di datasheet, yaitu sekitar 10mA s/d 15mA.

15

Fungsi dari IC555 bisa bermacam-macam, karena dapat menghasilkan


sinyal pendetak/sinyal kotak. Tergantung kreativitas saja untuk merangkainya,
beberapa diantaranya adalah sebagai clock untuk jam digital, hiasan menggunakan
lampu LED, menyalakan 7-segment dengan rangkaian astable, metronome dalam
industry music, timer counter, atau dengan lebih dalam mengutak-atik lagi dapat
memberikan PWM (pulse width modulation) yang mengatur frekuensi sinyal
logika high untuk mengatur duty cycle yang diinginkan.

Gambar 4 Skema Internal IC NE 555


Pada diagram blok di atas, internal IC NE555 yang kecil ini terdiri dari: 2
buah komparator (Pembanding tegangan), 3 buah Resistor sebagai pembagi
tengangan, 2 buah Transistor (dalam praktek dan analisis kerjanya, transistor yang
terhubung pada pin 4 biasanya langsung dihubungkan ke Vcc), 1 buah Flip-flop SR yang akan mengatur output pada keadaan logika tertentu, dan 1 buah inverter.
Dalam aplikasi rangkaiannya, IC timer 555 mempunyai 3 mode operasi dasar,
yaitu :
1. Monostable
Output rangkaian monostable hanya berupa satu pulsa (HIGH) saja, yaitu
saat input sinyal yang diumpankan pada pin trigger berubah dari kondisi
HIGH ke LOW. Rangkaian monostable juga biasa disebut dengan
rangkaian one-shoot.
2. Astable

16

Output rangkaian astable berupa gelombang kotak yang berosilasi pada


frekuensi dan periode tertentu, tergantung dari komponen RC yang
digunakan.
3. Bistable
Output rangkaian bistable mempunyai 2 kondisi output yang dipengaruhi
oleh input pada pin trigger dan reset. Atau dapat dikatakan, output rangkaian
bistable serupa dengan output rangkaian astable yang dioperasikan secara
manual tanpa menggunakan komponen RC sebagai pengatur pewaktuan
(timing).
2.1.7 IC LM317
IC LM317 merupakan chip IC regulator tegangan variable untuk tegangan
DC positif. Untuk membuat power supply dengan tegangan output variabel dapat
dibuat dengan sederhana apabila menggunakan IC regulator LM317. IC Regulator
tegangan variabel LM317 terdiri dari rangkaian internal sebagai berikut.

Gambar 5 Rangkaian Internal IC LM317

Gambar 6 IC LM317

Fungsi bagian pada regulator tegangan positif LM317 Voltage Reference


adalah jalur atau bagian yang berfungsi memberikan tegangan referensi kontrol
tegangan output pada regulator LM317. Input tegangan referensi daiambil dari
rangkaian pembagi tegangan variabel (R1 dan R2 pada rangkaian dibawah).
Komparator berfungsi sebagai pembanding antar tegangan output dan tegangan

17

referensi, dimana besarnya tegangan output dapat dihitung dari persamaan


dibawah. Circuit Protection adalah rangkaian pelindung IC LM317 dari erjadinya
arus konrsleting dan sebagi pelindung IC dari panan kerlebihan. Power regulator
adalah ragnkaain darlinto transistor NPN yang berfungsi untuk memperkuat arus
output regulator tegangan variabel LM317. IC regulator tegangan variabel LM317
memiliki kemampuan mengalirkan arus maksimum sebesar 1,5 Ampere dan
mampu memberikan tegangan output variabel dari 1,2 volt DC sampai dengan 37
volt DC.
Spesifikasi Regulator Tegangan Variabel LM317 yaitu arus maksimum
1,5A, dapat memberikan perubahan output dari 1,2V sampai 37V DC, dilengkapi
dengan proteksi dari hubung singkat (short circuit), dan dilengkapi dengan
proteksi over heating (panas berlebih)
2.5 Metode dan Cara Kerja Rangkaian Pengisi Baterai Otomatis
Metode kerja rangkaian pengisi baterai ini adalah mendeteksi tegangan
puncak baterai ketika penuh, tegangan puncak baterai ini biasanya antara 1,5V
1,7V / Cell (untuk bateraiNiCad & NiMH) dan 4,2V (untuk Li-Ion), untuk lebih
jelas-nya mengenai tegangan puncak ini, bisa dilihat pada datasheet / product
manual / handbook dari baterai yang bersangkutan.
Otak dari rangkaian ini adalah IC Pewaktu 555 (555 Timer IC). IC
Pewaktu 555 ini akan membandingkan tegangan puncak baterai dengan tegangan
referensi yang telah diset / atur oleh kita. Pada posisi mengisi baterai (charging),
tegangan pada pin2 IC 555 (trigger) di bawah 1/3Vcc (Vcc = tegangan sumber)
ini akan mengakibatkan keluaran pada pin3 IC 555 menjadi tinggi (HIGH) dan
menghidupkan Transistor T1 sehingga arus listrik dapat mengalir.
Ketika baterai penuh (mencapai tegangan puncak), tegangan pada PIN2
menjadi lebih tinggi dari pada tegangan pada Pin6 (Threshold) IC 555. Ini
mengakibatkan keluaran pin3 IC 555 menjadi rendah (LOW) dan menyebabkan
Transistor T1 tidak aktif sehingga arus tidak dapat mengalir.

18

BAB III
PERENCANAAN
3.1 Gambar Rangkaian

Sumber : Jurnal Mobile Cellphone Charger oleh D. Mohan Kumar


A. Spesifikasi Baterai

Jenis / tipe : Nokia BL-4C


Sistem: Lithium-Ion Battery
Tegangan nominal : 3,7V

19

Tegangan maksimal : 4,2V


Pengisian arus maksimal: 950mA
Kondisi pengisian
standard charge: 250mA for 3,5h min.
fast charge: 500mA for 2,5h min.
charging method: CC-CV (constant current and constant
voltage)
Kapasitas setelah pengisian standar

nominal: 500mAh at 0,2C discharge to 2,75V

minimal: 450mAh at 0,2C discharge

400mAh at 1C discharge

Max. discharge current: 500mA


Life time expectancy: > 300 cycles
Penentuan Besar Arus Pengisian
Pada rangkaian original, arus listrik dibatasi melalui Resistor R7 dan R3, arus ini
diatur untuk mengisi baterai dengan kisaran 180 200mA. Kisaran besar arus
listrik ini diambil dari 0,1C baterai dimana C adalah kapasitas baterai dalam
mAh (mili ampere hours). Misal suatu baterai Li-Ion dengan kapasitas 950mAh,
maka besar arus pengisian :

Arus pengisian = 0,1C

Arus pengisian = 0,1 x 950

Arus pengisian = 95mA

Nilai 0,1C dipilih karena ini merupakan nilai arus pengisian yang aman untuk
mengisi suatu baterai rechargeable. Nilai yang lebih besar dari 0,1C bisa juga
digunakan (misal 0,2C atau 0,5C), tetapi ini tidak dianjurkan karena dibutuhkan
rangkaian yang lebih kompleks (rumit) untuk mencegah Pengisian Berlebih (Over
Charging) yang dapat merusak baterai.
Penentuan Besar Arus Pengisian Pada Regulator Arus LM317

20

Seperti dijelaskan sebelumnya, pada rangkaian modifikasi ditambahkan IC


LM317 yang difungsikan sebagai pengatur / regulator arus. Hal ini dilakukan
karena pengisi baterai ini nanti-nya akan lebih banyak digunakan untuk mengisi
baterai NiMH/NiCad dimana metode pengisian dengan Arus Konstan (Constant
Current) dianjurkan untuk mengisi baterai jenis ini.

Untuk menentukan nilai R7 pada rangkaian regulator arus, digunakan persamaan


berikut.
R7 = 1,25 / Arus Pengisian (A)
Misal, arus pengisian yang ingin digunakan adalah 95mA, maka:

R7 = 1,25 / Arus Pengisian

R7 = 1,25 / 95*10-3

R7 = 1,25 / 0,095

R7 = 13,16

B. Kalibrasi Pengisi Baterai


Sebelum digunakan, pengisi baterai ini harus di kalibrasi. Cara-nya
terminal keluaran (BAT+ & BAT-) dihubungkan dengan sumber tegangan
variabel. Sumber tegangan variabel diset / atur pada posisi tegangan
puncak baterai. Misal, kita akan mengisi baterai Li-Ion (baterai
Handphone), baterai ini memiliki tegangan nominal sebesar 3,7V, jika
dilihat dari datasheet, baterai Li-Ion memiliki tegangan puncak sebesar
4,2V. Maka set sumber tegangan variabel sebesar 4,2V, kemudian hubungkan kutub positif ke terminal BAT+ dan kutub negatif ke terminal BAT-.
Atur trimmer resistor VR1 pada posisi tengah, dan kemudian atur
trimmer resistor VR2 hingga lampu LED1 mati. Ini mengindikasikan

21

bahwa rangkaian akan berhenti mengisi ketika baterai mencapai tegangan


puncak baterai yakni 4,2V. jika telah selesai rangkaian pengisi baterai siap
digunakan.

Fitur Pengisi Baterai Otomatis

Pengisi baterai akan berhenti secara otomatis ketika baterai mencapai


tegangan puncak (penuh).

Lampu LED akan menyala pada saat mengisi, dan akan padam pada saat
baterai telah penuh.

22

Anda mungkin juga menyukai