Anda di halaman 1dari 79

Fisika Inti

Dosen : Yudha Satya Perkasa


197911172011011005

Spektograf

Energi Ikat (Binding Energy)

Energi separasi neutron


Energi untuk melepaskan sebuah
neutron dari suatu inti

Energi separasi proton


Energi yang dibutuhkan untuk
melepaskan sebuah proton dari
suatu inti

Energi inti
Energi inti == Energi ikat
Formulasi SEMF (Semiempirical Mass Formulation)
Formulasi SEMF pertama kali diturunkan oleh Bethe-Weizsacker

Model Liquid Drop


Model inti yang menyatakan bahwa
inti digambarkan sebagai sebuah
tetesan cairan dimana molekul
cairan tersebut terdistribusi di
seluruh inti
Model ini sangat diperlukan di dalam
menjelaskan fenomena tentang
reaksi fisi (reaksi pembelahan inti)

Momentum Sudut Inti


Di dalam inti, setiap nukleon memiliki momentum
sudut l dan momentum spin s, dgn total momentum
sudutnya j
Di dalam inti, momentum sudut inti adalah I

Momentum sudut inti sangat dipengaruhi oleh medan


magnet eksternal

Paritas
Paritas adalah indikator yang
menunjukan sifat simetris dari fungsi
gelombang
Paritas positif berkaitan dengan
fungsi gelombang yang bersifat
genap, paritas negatif memiliki fungsi
gelombang dengan sifat fungsi ganjil
Paritas memiliki simbol phi

Radioaktivitas
Inti inti yg tdk stabil hampir seluruhnya
melakukan proses radioaktivitas, yaitu
proses peluruhan inti melalui pemancaran
partikel alfa, beta, dan gamma.
Proses radioaktivitas sifatnya random dan
formalismenya diturunkan secara statistik
Probabilitas peluruhan sebanding dengan
hukum eksponensial

Radioaktivitas
Jumlah sampel yang meluruh persatuan waktu
diformulasikan sebagai :
dN

N
dt
Lambda adalah konstanta peluruhan
Hukum ekponensial :
N t N 0 e t
dimana N adalah jumlah inti dalam sampel
Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan oleh
sampel untuk meluruh menjadi setengahnya
t1/ 2

0.693

Radioaktivitas
Waktu hidup rata-rata adalah waktu
rata-rata hidup dari inti sebelum inti
tersebut meluruh

t dN

dt dt

dN

dt dt

Aktivitas adalah banyaknya inti yang meluruh


dN
persatuan
waktu
A t
N t N 0 e t A0 e t
dt
Aktivitas sampel dapat diukur hanya jika waktu
pengukuran lebih kecil
waktu paruh
t tdari
1/ 2
N N t N t t N 0 e t 1 e t
N N 0 e t t ,if t t1/ 2
N
t

N 0 e t t

Satuan peluruhan adalah peluruhan / detik (decay


/ s) atau Curie (Ci) atau Becquerel (Bq)
1 Bq = 1 decay/s
1 Ci = 3,7 x 10 10 decay/s

Banyaknya jumlah inti hasil peluruhan yang


terbentuk sama dengan jumlah inti mula-mula
N1 N 0 e t
yang meluruh
1

N 2 N 0 1 e 1t

N 0 N1 N 2

Jika inti kedua merupakan radioaktif atau inti


pertama melakukan peluruhan sementara
terbentuk, maka persamaan diatas tdk berlaku

Jika inti awal (parent) meluruh melalui dua cara yang


berbeda dan berakhir pada inti stabil yang berbeda,
maka
dN dt a
a
N
dN dt b
b
N
a adalah partial decay constant untuk modus ke a
Total laju peluruhan :
dN
dN

dt 1
dt

dN

dt
a

N a b N1

b
dimana 1 adalah konstanta peluruhan
total

Kita tidak bisa mengukur konstanta peluruhan a ataupun b secara


tersendiri, yang terukur hanyalah 1

N1 N 0 e

1,t t

1,t

N
e
, a tidak amuncul
1
0pada suku eksponensial karena
Konstanta modus a atau2b

proses peluruhan yang terjadi tidak bisa dipisahkan


antara modus a
1,t t
dan modus b
N Ne
2 ,b

Rantai peluruhan
Rantai peluruhan terjadi ketika sampel induk
(parent) menghasilkan sampel anak / turunan
(daughter) yang juga bersifat radioaktif
Kondisi awal :
N1 t 0 N 0

N 2 t 0 N 3 t 0 ... 0

Asumsikan rantai peluruhan terjadi hanya sampai


3 sampel saja dengan konstanta peluruhan (1 , 2
, 3 )
Maka :
dN1 1 N1dt

dN 2 1 N1dt 2 N 2 dt

Rantai Peluruhan
N1 t N 0 e 1t
Jumlah sampel anak pertama dapat diturunkan dengan menggunakan
solusi umum :

N 2 t Ae 1t Be 2t
dan kondisi awal

N 2 0 0

Maka akan didapatkan :

N2 t N0
e 1t e 2t
2 1
12 1t 2t

A2 t 2 N 2 t N 0
e e
2 1

Rasio antara A1 dan A2 :


2 N 2
2

1 e 2t 1t
1 N1 2 1

Beberapa kasus khusus


1 2

R
N2 t
1 e 2 t
2

1
R
N0
1 2
1
2 t
N2 t N0
e
1 2

Deret peluruhan
Deret peluruhan terjadi jika inti stabil terbentuk
setelah n-1 inti yang meluruh
dN i i 1 N i 1dt i N i dt
n

An N 0 ci e i t
i 1

cm

i 1

'
i

i 1

12 3 ....n
1 m 2 m ... n m

Bateman equation

Peluruhan alpha
Peluruhan alpha terjadi karena efek dari
repulsi coloumb
Kenapa meluruh melalui partikel alpha ?
Inti meluruh secara spontan melalui partikel
alpha karena alpha memiliki struktur yang
sangat stabil
Emisi alpha spontan :
A
A 4
Untuk mempelajari
proses peluruhan alpha
X

Z
N
Z 2 X ' N 2
kita harus mengenal konservasi energy,
momentum linear dan momentum sudut

Konservasi Energi
Konservasi energi peluruhan alpha :
Spontan jika Q > 0 m X c 2 m X 'c 2 TX ' m c 2 T

mX mX ' m c 2 TX ' T
Q m X m X ' m c 2
Q TX ' T

Konservasi momentum : T mc 2 , p p

X'
T p 2 2m
Q
Ta
1 m m X '

m m X ' 4 A 4
A 4

T Q1 4 A

Alpha memiliki energi sekitar 5 MeV dan


Inti recoil sebesar 100an KeV (lebih besar
dari energi ikat antar atom)
Inti recoil dapat keluar dari sampel
radioaktif jika berada di permukaan sampel
(berbahaya!!), namun dapat di-shield
dengan shield tipis karena jarak tembus
kecil
Energi kinetik dari partikel alpha dapat
dihitung dengan magnetic spectrometer,
sehingga Q dapat dihitung

Teori emisi alpha


Sistematika peluruhan alpha

Teori emisi alpha


Geigger-Nuttal trend (inverse
relationship between alpha decay half
life and Q) memberikan kurva yang
halus untuk Z dan N sama2 genap
Genap-ganjil, ganjil-genap, dan ganjilganjil memberikan trend yang sama
walaupun tidak sehalus yg
sebelumnya

Teori emisi alpha


Perilaku Geiger-Nuttal trend dapat
dijelaskan oleh teori mekanika quantum
oleh Gamow, Gurney, dan Candon
Teori ini mengasumsikan bahwa partikel
alpha bergerak di dalam region (daerah)
berbentuk bola (spherical) yang ditentukan
oleh inti anak
Model one body ini menyatakan bahwa
partikel alpha terbentuk di dalam inti
parents

Teori ini sangat berhasil untuk


menjelaskan inti genap-genap walaupun
tidak ada data eksperimen yang
menjelaskan bahwa alpha terbentuk di
dalam inti parent
Untuk menjelaskan dinamika inti anak
(residu) dengan partikel alpha pada
proses peluruhan harus dibentuk sebuah
potensial interaksi pada sistem tersebut

Potensial Interaksi

Potensial interaksi
Di dalam inti, partikel alpha memiliki energi
potensial Q + Vo. Energi kinetik ini
digunakan oleh partikel alpha untuk
mencoba menembus barrier pada r = a
Kasus : Pada inti U-238, partikel alpha
harus menumbuk barrier sebanyak 10 38
kali untuk bisa menembus barrier
Pada energi rendah, partikel alpha dari luar
tidak dapat menembus barrier, kebanyakan
dihamburkan oleh repulsi coulomb

Konstanta disintegrasi
Konstanta disintegrasi dari emitter alpha :

fP
f adalah frekuensi keberadaan partikel
alpha di dalam barrier yang kuantitasnya
orde v/a, dimana v adalah kecepatan
alpha di dalam inti
Jika Vo (potensial depth) diketahui (35
MeV) dan Q = 5 MeV, maka f = 6 x 10 21 /s

Probabilitas penetrasi
Probabilitas penetrasi bisa didapatkan secara
mekanika kuantum melalui : 1
T

Untuk potensial :

k2

2m V
2

V02
1
1
sinh 2 k 2 a
4 E V0 E

Tinggi Barrier
Tinggi barrier B :
1 zZ ' e 2
B
4 0 a
q1 ze,q2 Z ' e Z z e
k2

2m 1 2 B Q
2

Untuk inti berat dengan Z = 90 dan a = 7,5 fm, B


sekitar 34 MeV, sehingga k2 = 1,6 fm-1
Radius b :
1 zZ ' e 2
b
4 0 Q

Probabilitas penetrasi
Inti berat kebanyakan memiliki Q = 6
MeV dan b = 42 fm sehingga
1
k 2 b a 1
2

Probabilitas penetrasi dapat didekati


oleh :
2 k 2 1 / 2 b a

Pe

Probabilitas penetrasi ini dapat


menjelaskan perubahan radikal dari t1/2
antara Q = 5 MeV s/d Q = 6 MeV
Perhitungan kuantum secara eksak juga
dapat dilakukan hampir mirip dengan
aproksimasi diatas
Probabilitas penetrasi untuk barrier dr
adalah :
2

dP exp 2dr

2m V r Q

Probabilitas penetrasi
Probabilitas penetrasi untuk barrier total adalah :
P e 2 G
b

2m
1/ 2

V
r

dr
2
a

2m zZ ' e 2
G
arccos x x1 x
2
Q 4 0
xa bQ B

2 2 x1/ 2 , if x 1 mostdecay

Waktu paruh peluruhan


alpha
Perhitungan secara kuantum mekanik
t1/ 2

a
0.693
c

mc 2
exp 2
2V0 Q

2mc 2 zZ ' e 2
Q
2

2
c Q 4 0 2
B

Teori ini mampu menjelaskan kenapa peluruhan ke


dalam partikel ringan lain tdk bisa terjadi, contoh :
220-Th 12-C + 208-Po
Q = 32,1 MeV
t 1/2 = 2,3 x 10 6 dtk 1013 lebih lama
dibandingkan alpha

Peluruhan Beta
Peluruhan beta terdiri dari emisi elektron
negatif (negatron = elektron) dan elektron
positif (positron)
Peluruhan beta pada dasarnya muncul dari
proses konversi neutron proton atau
sebaliknya
Peluruhan beta berasal dari pembentukan
elektron dan bukan karena elektron berada
dalam inti (teori peluruhan beta)

Peluruhan beta
n pe

p ne

pe n
Proton tetap berada di dalam inti

Energi peluruhan beta


Energi partikel beta bersifat kontinu,
bernilai 0 s/d endpoint energy (sama
dengan selisih energi awal dan akhir)
Energi peluruhan alfa bersifat diskrit
Secara eksperimen energi beta tidak
memiliki kesamaan dengan selisih energi
reaksi, namun lebih kecil
Energi yang hilang ini disebabkan oleh
keberadaan partikel lain yg disebut neutrino

Neutrino tdk memiliki muatan dan massa


serta memiliki spin
Neutrino muncul pada proses emisi
positron dan penangkapan elektron,
antineutrino muncul pada proses emisi
beta minus

n p e v

Q mn m p me mv c
Q T p Te Tv

Berdasarkan perhitungan massa


antineutrino sangat kecil sekali, shg
ia bergerak dg kecepatan cahaya

Teori Fermi (peluruhan beta)


Perlakuan peluruhan beta berbeda dengan
alpha, dimana :
- elektron dan neutrino tidak terbentuk
sebelum peluruhan, shg harus
memperhitungan proses pembentukannya
- elektron dan neutrino bersifat relativistik
- teori harus dpt memprediksikan distribusi
energi yang kontinu

Probabilitas transisi
Probabilitas transisi merupakan
kuantitas utama yang diharapkan di
dalam perhitungan teori peluruhan
Probabilitas ini menunjukan faktor
peluang pembentukan keadaan
transisi dari level-level energi
Di dalam peluruhan beta, probabilitas
transisi diakibatkan oleh interaksi yang
menghasilkan keadaan quasi-stasioner

Probabilitas transisi
Probabilitas transisi ini dapat
digunakan untuk menurunkan laju
transisi
2
2

V fi E f

V fi V i gd
*
f

E f dn dE f

V fi g f * e * OX i d

Spektrum Beta
Spektrum peluruhan beta ditentukan melalui
rapat keadaan neutrino dan elektron. Rapat
keadaan ini dapat dihitung jika diketahui jumlah
keadaan final yang dapat diakses oleh produk
peluruhan (elektron & neutrino)

Jumlah Keadaan
Jumlah keadaan elektron final yang
memiliki momentum p dan p + dp adalah :
4p 2 dpV
dne
h3
4q 2 dqV
dnv
h3
Jumlah keadaan final adalah :
2 2 2
2
16

V
p
dpq
dq
2
d n dne dn
h6

Fungsi gelombang
Fungsi gelombang dari elektron dan neutrino
direpresentasikan oleh f. gelb. partikel bebas :
1 ipr/
e r
e
V
1 iqr/
r
e
V

Karena pr << 1, ekspansikan eksponensialnya


menjadi :

ip r
ip r /
e
1
... 1

iq r
iq r /
e
1
... 1

Aproksimasi (ekspansi) tersebut


merupakan aproksimasi yang dibolehkan
(allowed)
Aproksimasi ini memungkinkan untuk
menentukan energi elektron dan neutron
melalui penentuan rapat keadaan
Laju peluruhan parsial untuk
elektron
dan
2
2
2
2 2
dq
2 p dpq
neutrino
adalah
d
g M fi 4

h 6 dE f

M fi *f Ox i d

Energi final Ef adalah (untuk energi elektron yang


eksak) :

E f Ee E Ee qc

dq dE f 1 c
Jumlah elektron dengan momentum antara p dan
p+dp berdasarkan distribusi diatas adalah :

N p dp Cp q dp
2

Berdasarkan nilai Q didapatkan bahwa (recoil inti


diabaikan) :
2 2
2 4
2
Q

p
c

m
c

m
c
Q Te
e
e
q

c
c

Kurva spektrum beta


Kurva spektrum peluruhan beta ditentukan
oleh :
C 2
2
N p 2 p Q Te
c
C 2
2 p Q p 2 c 2 me2 c 4 me c 2
c

Distribusi energi elektron


Jumlah elektron yang memiliki energi
kinetik antara Te dan Te + dTe adalah :
C 2
2
2 1/ 2
N Te 5 Te 2Te me c Q Te Te me c 2
c
c 2 pdp Te me c 2 dTe

Peluruhan Gamma
Sinar gamma kebanyakan memiliki
energi antara 0,1 s/d 10 MeV dengan
panjang gelombang antara 104 s/d
100 fm
Emisi sinar gamma banyak dihasilkan
dari proses de-eksitasi reaksi nuklir

Konservasi energi dan


momentum
Inti berada dalam keadaan diam, menghasilkan
sinar gamma dan inti residu yg memiliki energi
kinetik TR

Ei E f E TR

TR p 2m
2
R

0 pR p

Energi sinar gamma


Konservasi energi :
E Ei E f
E p c
E E

E2
2 Mc 2
E
1 1 2
2
Mc

E Mc

1/ 2

Aproksimasi
Oleh karena E << Mc2 , maka ekspansikan suku
akar kuadrat, lalu ambil tiga suku pertama.
Perhitungan tersebut menghasilkan :
E

E
E

2 Mc 2

E E

Pada formulasi diatas, efek recoil dihilangkan,


namun efek tersebut sangat penting pada
fenomena Mossbauer

Reaksi Nuklir
Reaksi nuklir didefinisikan oleh :
a X Y b
X (a, b)Y

Jenis Reaksi Nuklir


Direct Reaction
- waktu relatif singkat (orde E-15 dtk)
- tumbukan antar nukleon hanya 2 atau 3 buah
Compound Reaction
- waktu relatif lama (orde E-10 dtk)
- tumbukan antar nukleon banyak
Preequilibrium Reaction
- waktu tdk terlalu lama (orde E-13)
- tumbukan antar nukleon tdk terlalu banyak

Diagram umum reaksi nuklir

Spektrum reaksi nuklir

Skema Reaksi Nuklir

Skema reaksi nuklir


Reaksi nuklir diasumsikan pada umumnya diawali
dengan pembentukan inti majemuk
Potensial yang berlaku pada inti majemuk ini
adalah potensial optik
Potensial optik memodelkan reaksi nuklir sebagai
fenomena difraksi dan refleksi seperti yang terjadi
pada gelombang cahaya
Potensial optik merupakan potensial kompleks
yang terdiri dari suku real yang menyatakan
bagian dari partikel datang yang mengalami
penghamburan dan suku imajiner yang
menyatakan bagian yang melakukan reaksi
Potensial optik ini berlaku untuk range energi dari
1 KeV sampai dengan 200 MeV

Skema reaksi nuklir


Berdasarkan gambar skema diatas maka beberapa
kesimpulan dapat diambil, yaitu :
- reaksi nuklir yang terjadi merupakan proses
rantai peluruhan (emisi) partikel (neutron, proton,
deuteron, triton, gamma) mulai dari inti majemuk
pertama yang terbentuk sampai dengan inti residu
yang terakhir
- inti residu terakhir ini tidak mengalami proses
emisi partikel lagi (equiliberated), hanya
mengalami proses de-eksitasi (peluruhan) antar
level energi. Emisi partikel tidak terjadi karena
energi separasi semua partikel sudah berada
diatas energi eksitasi inti

Skema reaksi nuklir


- Proses emisi partikel maupun peluruhan antar
level (eksitasi level) dapat terjadi baik di daerah
level kontinum maupun diskrit
- Setiap level didalam inti memiliki karakteristik
(Z,N,Ex,J,) tersendiri
- istilah level hanya dipakai untuk bagian level
diskrit, sedangkan di dalam kontinum, istilah level
diganti oleh bin
- Energi eksitasi inti majemuk pertama maupun
inti residu yang terbentuk diformulasikan
dengan :

Hukum Konservasi
Di dalam fenomena reaksi nuklir,
hukum konservasi momentum dan
energi dapat memberikan hubungan
yang erat antara nilai Q dan energi
kinetik partikel

Isospin
Pada umumnya Interaksi nukleon dengan nukleon yang
lain tidak bergantung terhadap nilai proyeksi spin (spin
up atau spin down)
Hal yang berbeda terjadi jika ada interaksi
elektromagnetik pada inti, yaitu terdapat perbedaan
formalisme yang melibatkan neutron dan proton
Interaksi elektromagnetik ini akan menghasilkan
perbedaan keadaan (states) antara neutron dan proton
Perbedaan keadaan ini disebut sebagai isospin
isopin-up untuk proton dan isospin-down untuk neutron
Jika sebuah nukleon memiliki isospin t = , maka proton
akan memiliki mt = + dan neutron mt = -1/2

Isospin
Proyeksi isospin tersebut dihitung berdasarkan
kerangka koordinat 3-axis
Vektor isospin merupakan momentum sudut yang
memiliki magnitude dan proyeksi sumbu 3 :

t t 1
t3 mt

Kopling antara nukleon dalam satu sistem identik


dengan kopling spin vektor biasa, contoh inti
dengan dua nukleon dapat memiliki total isospin 0
atau 1
Total isospin pada komponen sumbu 3 :
T3 1 / 2 Z N

Penampang lintang reaksi


Penampang lintang adalah ukuran besarnya
probabilitas kejadian dari sebuah reaksi
nuklir (hamburan atau reaksi)
Penampang lintang reaksi didefinisikan oleh :
Rb

Ia N

penampang lintang, Rb laju partikel outgoing,


Ia jml partikel incoming persatuan waktu, N
jml inti target persatuan luas

Penampang lintang reaksi

Penampang lintang reaksi infinitesimal (d) :


dRb r , d 4
d r ,

d 4I a N
Penampang lintang differensial = penampang
lintang persatuan solid angle () yang berfungsi
untuk melihat distribusi sudut dari produk reaksi
Penampang lintang reaksi merupakan :

d
d

d sin d d
d
d
0
0

d/d dapat bernilai konstan

Hamburan coloumb
(rutherford)

Pada jarak paling dekat :


1 2
1 zZe 2
mvo
2
4 0 d

Pada titik intermediate -> konservasi energi :


1 2 1 2
1 zZe 2
mv0 mv
2
2
4 0 r

Penampang lintang hamburan


rutherford
Fraksi hamburan untuk d :
df nx 2bdb

f nxb 2

Konservasi momentum

Anda mungkin juga menyukai