Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

KARTOGRAFI
(DPJ P106)
ACARA IV
ABSTRAKSI KARTOGRAFI (SIMBOL)

Disusun Oleh:
Nama

: Yoruhana Yuriko

NIM

: 13/254732/SV/06275/D

Hari/ Tanggal : Minggu, 17 November 2013


Waktu

: 15.00 17.00 WIB

Kelompok

: 13

Asisten

: 1. Laila Binti Muslihah


2. Rivi Neritarani, S. Si.

PROGRAM DIPLOMA
PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
ACARA IV
ABSTRAKSI KARTOGRAFI (SIMBOL)

Laporan Praktikum Kartografi (DPJ P106)

I. TUJUAN
1. Melatih memahami jenis-jenis simbol peta dan membuatnya.
II. ALAT DAN BAHAN
1. Peta administrasi Distrik 13.
2. Data statistik kependudukan Distrik 13.
3. Rapidograph, sablon, dan alat tulis lainnya.
4. Kertas kalkir.
III.TINJAUAN PUSTAKA
Peta adalah suatu media komunikasi grafis, yang berarti informasi yang
diberikan dalam peta berupa gambar atau simbol. Sebagai bahasa grafis peta,
simbol memegang peran penting, di mana pemilihan dan pembuatannya
menentukan keberhasilan pembuatan peta (Tyner, 2010). Dan sebagai media
komunikasi, suatu peta seharusnya dapat menyampaikan informasi dengan tepat.
Oleh karena itu perlu adanya kesesuaian antara pemilihan dan pembuatan simbol
dengan data yang dipetakan (Dent et.al., 2009).
3.1.

DATA
Data dapat dideskripsikan dengan melihat sifat dan ukurannya. Sifat data

menjelaskan karakteristik data dari segi lokasi, bentuk, dan waktu keadaannya,
sedangkan ukuran data menjelaskan karakteristik data dari segi tingkatan atau
hirarkinya.
3.1.1.

Sifat Data: Lokasi


Secara garis besar, Robinson et.al. (1984) menyebutkan bahwa data

dikelompokkan menjadi empat dimensi lokasi, yaitu:


a. Dimensi 0, yaitu data yang persebarannya ditunjukkan dengan satu nilai
koordinat yang unik. Data ini disebut sebagai data titik (point) atau posisional.
Contohnya masjid, gereja, sekolah, kantor.
b. Dimensi 1, yaitu data yang persebarannya memanjang menyerupai garis. Data
ini disebut sebagai data garis (line). Contohnya jalan, sungai, batas
administrasi.

1 Yoruhana Yuriko (13/254732/SV/06275/D)

Laporan Praktikum Kartografi (DPJ P106)

c. Dimensi 2, yaitu data yang persebarannya menyebar dalam suatu luasan


bidang. Data ini disebut sebagai data area (polygon). Contohnya pola
penggunaan lahan, jenis tanah, jenis tanaman.
d. Dimensi 3, yaitu data yang persebarannya menyebar dalam suatu luasan
bidang serta memiliki nilai. Data ini disebut sebagai data volume (volumetric).
Contohnya curah hujan rata-rata, suhu permukaan, kepadatan penduduk.
3.1.2.

Sifat Data: Bentuk


Data juga dilihat dari bentuknya, yang berdasarkan konteksnya dibedakan

Dent et.al. (2009) menjadi sebagai berikut:


a. Konteks kualitatif/ kuantitatif membedakan data berdasarkan hubungan
antardatanya. Data yang menunjukkan perbedaan jenis disebut sebagai data
kualititatif, contohnya rumah peribadatan dibedakan menjadi masjid, gereja,
pura, vihara. Data yang menunjukkan perbedaan nilai disebut sebagai data
kuantitatif, baik nilai absolut maupun nilai relatif. Contoh nilai absolut adalah
jumlah penduduk desa A adalah 1000 jiwa sedangkan jumlah penduduk desa
B adalah 1500 jiwa. Contoh nilai relatif adalah desa A dan desa B termasuk
desa dengan klasifikasi sedang karena jumlah penduduknya antara 800-1600
jiwa.
b. Konteks keruangan membedakan data berdasarkan distribusi datanya, yaitu
diskret atau kontinyu. Data diskret adalah data yang persebarannya hanya ada
di satu titik yang unik, contohnya curah hujan di suatu stasiun hujan dan
jumlah penduduk di suatu kota. Sedangkan data kontinyu adalah data yang
persebarannya merata di suatu area dan dapat ditemukan di mana saja di
dalam area tersebut. Data kontinyu biasanya berupa generalisasi atau
interpolasi, contohnya ketinggian tempat. Pengukuran ketinggian dilakukan di
beberapa titik yang memiliki perbedaan tinggi (data diskret) yang kemudian
dihubungkan dan dilakukan interpolasi sehingga membentuk area-area dengan
ketinggian yang sama (data kontinyu). Robinson et.al. (1984) menyebut data
diskret dengandata tidak halus (nonsmooth) dan data kontinyu dengan data
halus (smooth).
c. Konteks atribut membedakan data berdasarkan tingkat pengolahan datanya,
yaitu mutlak (total) atau turunan (derived). Suatu data dikatakan mutlak bila
2 Yoruhana Yuriko (13/254732/SV/06275/D)

Laporan Praktikum Kartografi (DPJ P106)

datanya masih mentah, contohnya jumlah penduduk di suatu wilayah. Data


tersebut dapat berubah menjadi data turunan bila telah mengalami pengolahan
lebih lanjut, misalnya dengan membagi jumlah penduduk dengan luas
wilayah. Hasil berupa kepadatan penduduk itulah yang disebut sebagai data
turunan.
3.1.3.

Sifat Data: Waktu


Fenomena di permukaan Bumi sangat dinamis, sehingga keterangan waktu

adanya data penting untuk dicantumkan dalam judul atau dalam keterangan
sumber data. Hal ini dilakukan untuk mengetahui akurasi suatu data.
3.1.4.

Ukuran Data
Data dibedakan menjadi empat ukuran, yaitu nominal, ordinal, interval,

dan rasio. Data nominal merupakan ukuran data paling rendah, di mana data
hanya dibedakan berdasarkan jenisnya. Semua data kualitatif termasuk ke dalam
ukuran data nominal. Sementara itu, data kuantitatif diuraikan menjadi tiga
ukuran, yaitu ordinal, interval, dan rasio.
Data ordinal adalah data yang menunjukkan kuantitas dalam rentang nilai,
atau dengan kata lain nilainya telah digeneralisasi dalam suatu kelompok data.
Contohnya klasifikasi kota berdasarkan jumlah penduduknya. Kota A termasuk
kota kecil, yang bila dilihat dari klasifikasinya adalah kota dengan jumlah
penduduk antara 20.000-200.000 jiwa, tanpa kita ketahui secara pasti berapa
jumlah penduduk di Kota A tersebut.
Data interval adalah data yang menunjukkan kuantitas dengan nilai pasti,
akan tetapi nilai nol-nya tidak mutlak atau nilai nol untuk setiap data berbeda.
Contoh yang sering digunakan untuk data interval adalah suhu. Suhu dapat
dinyatakan dalam derajat Celcius, Fahrenheit, Reamur, atau Kelvin. Bila Kota B
memiliki suhu 250C dan Kota C memiliki suhu 250R, maka tidak bisa dikatakan
bahwa Kota B dan Kota C memiliki suhu yang sama, karena permulaan
perhitungan untuk suhu dalam Celcius dan suhu dalam Reamur berbeda.
Data interval adalah data yang menunjukkan kuantitas dengan nilai pasti,
dan nilai nol-nya mutlak atau nilai nol untuk setiap data sama. Contohnya jumlah

3 Yoruhana Yuriko (13/254732/SV/06275/D)

Laporan Praktikum Kartografi (DPJ P106)

penduduk Kota D 200 jiwa, Kota E 400 jiwa, dan Kota F 200 jiwa, maka dapat
dikatakan bahwa jumlah penduduk kota D dan Kota F sama, atau jumlah
penduduk Kota E dua kali jumlah penduduk Kota D.
Dalam pembuatan simbolnya, data ordinal digambarkan dengan simbol
per klasifikasi, sedangkan data interval dan rasio digambarkan dengan simbol
yang apabila diplotkan ke diagram dapat diketahui nilainya secara pasti.
3.2.

SIMBOL
Simbol

adalah

gambar

atau

tanda

yang

memiliki

arti.

Peta

menggambarkan data dalam bentuk dua dimensi, sehingga simbol yang


digunakan terbatas pada simbol dua dimensi. Terdapat tiga bentuk dasar simbol,
yaitu titik (dot), garis (dash), dan area (patches) (Kraak dan Ormeling, 2007).
Suatu data titik tidak selalu digambarkan dengan simbol titik, akan tetapi bisa
digambarkan dengan simbol area. Demikian juga dengan data garis, area, dan
volume. Pemilihan bentuk simbol ini disesuaikan dengan skala peta, yang terkait
juga dengan generalisasi. Cara penggambaran simbol pun bervariasi, ada yang
mirip dengan bentuk aslinya (pictorial), penyederhanaan bentuk asli (asosiatif),
atau menggunakan bentuk-bentuk abstrak (geometric).
Seperti yang telah disebutkan di awal, perlu adanya kesesuaian antara
pemilihan dan pembuatan simbol dengan data yang dipetakan (Dent et.al., 2009).
Kesesuaian tidak hanya dilihat dari sifat dan ukuran data, tetapi juga ketepatan
pemilihan variabel visual untuk menghasilkan persepsi visual yang seharusnya.
3.2.1.

Persepsi Visual
Persepsi visual adalah kesan yang diperoleh ketika melihat suatu peta.

Terdapat empat macam persepsi visual, yaitu asosiatif, selektif, bertingkat, dan
kuantitatif. Persepsi asosiatif dan selektif diperoleh dari penyajian data nominal,
persepsi bertingkat diperoleh dari penyajian data ordinal dan interval, dan
persepsi kuantitatif diperoleh dari penyajian data rasio.
Persepsi visual erat kaitannya dengan variabel visual. Agar perbedaan
simbol dipersepsi hanya sebagai perbedaan kualitatif, ia harus dipersepsi sebagai

4 Yoruhana Yuriko (13/254732/SV/06275/D)

Laporan Praktikum Kartografi (DPJ P106)

memiliki nilai sama, dengan perbedaan dalam jenis warna, bentuk, serta orientasi.
Perbedaan dalam tingkatan akan dapat dipersepsi dari simbol yang berbeda dalam
ukuran, perbedaan-perbedaan nilai abu-abu, atau nilai kecerahan dan dari
perbedaan-perbedaan dalam tekstur demikian juga dari perbedaan-perbedaan
dalam saturasi warna (Kraak dan Ormeling, 2007).
3.2.2.

Variabel Visual
Semua perbedaan yang bisa diimajinasikan antara simbol dapat

disimpulkan sebagai variabel visual (Bertin, 1983, dalam Kraak dan Ormeling,
2007). Dua diantaranya disebut dimensi planar, yaitu posisi X dan Y pada ruang
dua dimensi yang dimiliki oleh semua data. Sementara enam variabel lainnya,
yaitu bentuk, ukuran, warna, nilai, arah, dan pola/ tekstur dapat digunakan untuk
menambahkan informasi yang lebih kompleks dalam pembuatan peta tematik
(Bertin, 1983, dalam Dent et.al., 2009).
Variabel bentuk umumnya digunakan untuk membedakan jenis data
kualitatif, dengan penerapan pada simbol titik dan garis. Contohnya
penggambaran bangunan dengan persegi, kota dengan lingkaran, jalan raya
dengan garis solid, dan sungai dengan garis putus-putus. Variabel bentuk tidak
bisa diterapkan secara langsung ke dalam simbol area mengingat bentuk suatu
area menyesuaikan dengan areanya. Bila diterapkan ke simbol area, maka
hasilnya cenderung ke perbedaan pola.
Variabel ukuran digunakan untuk menunjukkan tingkatan data, sehingga
lebih tepat digunakan untuk menyajikan data kuantitatif. Sama dengan variabel
bentuk, variabel ukuran penerapannya pada simbol titik dan garis, tidak bisa
diterapkan secara langsung ke dalam simbol area mengingat ukuran simbol area
menyesuaikan dengan areanya. Contohnya perbedaan diameter lingkaran pada
kota, di mana semakin besar diameternya maka semakin banyak penduduknya.
Contoh lain yaitu perbedaan lebar garis pada jalan, di mana semakin lebar
garisnya maka kelas jalannya semakin tinggi.
Variabel warna (hue) menyajikan data dengan warna yang berbeda. Warna
di sini diartikan sebagai warna dasar hasil penguraian warna dengan prisma. Tidak

5 Yoruhana Yuriko (13/254732/SV/06275/D)

Laporan Praktikum Kartografi (DPJ P106)

ada kesan lebih menonjol pada data yang disajikan. Sementara itu variabel nilai
menggunakan satu warna yang digradasikan sehingga memberi kesan bertingkat.
Sebagai contoh adalah warna hitam untuk kota dan warna merah untuk jalan.
Semakin banyak jumlah penduduk di suatu kota, maka semakin gelap warna
hitamnya, dan semakin tinggi tingkat jalannya maka semakin gelap warna
merahnya. Nilai juga dapat disajikan dalam bentuk arsiran, di mana semakin rapat
arsirannya maka semakin tinggi tingkatannya.
Dua variabel yang terakhir adalah arah dan pola/ tekstur yang
menunjukkan perbedaan jenis data kualitatif. Hubungan antara ukuran data,
persepsi visual, dan variabel visual dapat dilihat pada Tabel 3.1. sementara
variabel visual dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Tabel 3.1. Hubungan Ukuran Data, Persepsi Visual, dan Variabel Visual
dalam Desain Simbol Grafis
Ukuran
Data
Nominal

Persepsi
Visual
Asosiatif
Selektif

Variabel Visual
Dimens
Bentuk Ukuran Warna
i Planar

Ordinal

Bertingkat
Interval

Rasio
Kuantitatif

Sumber: Robinson et.al., 1984 dengan perubahan.

6 Yoruhana Yuriko (13/254732/SV/06275/D)

Nilai

Arah

Pola/
Tekstur

Laporan Praktikum Kartografi (DPJ P106)

Gambar 3.1. Variabel grafis Bertin (Vasconcellos, 1991, 1993,


dalam Almeida, t.t.) dengan perubahan.
IV. CARA KERJA
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Membuat tabel desain simbol untuk setiap peta, dengan format seperti pada
Lampiran 1.
3. Mengidentifikasi data pada setiap peta, kemudian mengisikannya pada tabel.
4.
5.
6.
7.

Data dikelompokkan berdasarkan jenis dan klasifikasinya.


Mengidentifikasi bentuk simbol untuk setiap data.
Mengidentifikasi ukuran data.
Menentukan persepsi visual yang tepat sesuai dengan ukuran data.
Memilih variabel visual yang akan digunakan untuk membentuk persepsi

visual yang tepat sesuai ukuran data.


8. Membuat desain simbol untuk setiap variabel visual yang dipilih, kemudian
menerapkannya pada peta.
9. Membandingkan hasil penerapan desain simbol, kemudian memilih salah satu
yang dianggap paling representatif.
10. Membuat peta akhir dengan layout lengkap.
V. HASIL PRAKTIKUM
1. Tabel desain simbol peta.
2. Peta Administrasi Distrik 13 Tahun 2013.
3. Peta Jenis Tanah Distrik 13 Tahun 2013.
7 Yoruhana Yuriko (13/254732/SV/06275/D)

Laporan Praktikum Kartografi (DPJ P106)

4. Peta Kepadatan Penduduk Distrik 13 Tahun 2013.


(terlampir bersama laporan ini)
VI. PEMBAHASAN
Salah satu tugas kartografer adalah mendisain simbol peta. Hal ini tidaklah
mudah mengingat adanya dua kepentingan, yaitu kepentingan kartografer dalam
menyampaikan informasi dan kepentingan pengguna dalam memperoleh
informasi. Dalam pembuatan peta, salah satu panduan yang digunakan adalah
variabel visual yang dipilih dalam pendisainan simbol peta disesuaikan dengan
ukuran data dan persepsi visual. Oleh karena itu kita perlu memahami terlebih
dahulu ukuran data dan persepsi visual dari data yang akan kita petakan.
Studi kasus yang digunakan adalah pembuatan peta Distrik 13, dengan
spesifikasi Peta Administrasi, Peta Jenis Tanah, dan Peta Kepadatan Penduduk.
Peta Administrasi Distrik 13 berisi informasi persebaran kota, persebaran industri,
jaringan jalan, dan jaringan sungai di Distrik 13. Persebaran kota termasuk data
ordinal, di mana kota diklasifikasikan ke dalam tiga tingkatan jumlah penduduk,
yaitu kota kecil (kota berpenduduk <250 jiwa), kota sedang (kota berpenduduk
antara 250-500 jwa), dan kota besar (kota berpenduduk >500 jiwa) tanpa
diketahui nilai pasti untuk tiap kota. Variabel visual yang dipilih adalah ukuran
dan nilai/ gradasi warna untuk memberikan persepsi bertingkat. Semakin banyak
jumlah penduduk suatu kota, maka semakin besar ukuran simbolnya atau semakin
tinggi nilainya (warna semakin gelap atau arsiran semakin rapat). Pada
penerapannya, kedua variabel dapat diterapkan ke titik kota dengan informasi
yang tepat, dan keduanya dapat digabungkan untuk memperkuat persepsi
bertingkatnya. Perbandingan penerapan desain simbol kota dapat dilihat pada
Gambar 6.1. Variabel ukuran dan nilai dapat digunakan dalam pembuatan peta
hitam/putih bila warna gradasinya hitam putih, dan dapat diterapkan ke peta
berwarna dengan pemilihan warna gradasi lebih luas.

8 Yoruhana Yuriko (13/254732/SV/06275/D)

Laporan Praktikum Kartografi (DPJ P106)

(a)

(b)

(c)

Gambar 6.1. Kota dengan variabel ukuran (a), nilai (b), dan gabungan ukuran dan nilai (c).

Distrik 13 memiliki tiga industri, yaitu industri cokelat, industri permen,


dan industri es krim. Data industri tidak memiliki tingkatan, atau termasuk data
nominal dengan persepsi asosiatif/ selektif. Variabel yang dapat menunjukkan
perbedaan jenis adalah bentuk, warna, arah, dan pola/ tekstur. Perbandingan
penerapan masing-masing variabel dapat dilihat pada Gambar 6.2.

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 6.2. Industri dengan variabel bentuk (a), pola/ tekstur (b), arah (c), dan warna (d).

Variabel bentuk memiliki kelebihan dalam hal ketidakterbatasan bentuk yang


dapat dipilih, demikian juga untuk variabel pola/ tekstur. Keduanya dapat
9 Yoruhana Yuriko (13/254732/SV/06275/D)

Laporan Praktikum Kartografi (DPJ P106)

digunakan dalam pembuatan peta hitam/putih maupun berwarna. Sementara itu


variabel arah hanya bisa diterapkan ke data yang terbatas mengingat keterbatasan
kemampuan manusia dalam membedakan arah. Sama dengan bentuk dan pola/
tekstur, arah dapat digunakan dalam pembuatan peta hitam/putih maupun
berwarna. Variabel warna memiliki keterbatasan hanya bisa digunakan dalam
pembuatan peta berwarna.
Jaringan jalan yang ada di Distrik 13 dibedakan menjadi dua, yaitu jalan
utama dan jalan kelas dua. Dalam kenyataannya, kedua jalan tersebut memiliki
tingkat kepentingan yang berbeda, atau termasuk data ordinal dengan persepsi
bertingkat. Sama dengan titik kota, variabel yang dapat dipilih untuk garis jalan
adalah ukuran dan nilai. Ukuran membedakan kelas jalan berdasarkan ketebalan
garis jalannya sementara nilai membedakan kelas jalan berdasarkan tingkatan
kecerahannya. Semakin tinggi tingkatannya maka semakin tebal garisnya atau
semakin tinggi nilainya (warnanya semakin gelap). Dalam pembuatan simbolnya,
perlu ada pembedaan antara jaringan jalan dan jaringan sungai. Variabel yang
dapat digunakan adalah bentuk mengingat datanya nominal, yaitu dengan
memberikan bentuk garis solid untuk jalan dan garis putus-putus untuk sungai,
atau warna, yaitu merah untuk jalan dan biru untuk sungai. Selanjutnya bentuk
simbol ini yang akan dibedakan ke dalam klasifikasi data masing-masing.
Penerapan variabel untuk jaringan jalan dan jaringan sungai dapat dilihat pada
Gambar 6.3.

(a)

(b)

10 Yoruhana Yuriko (13/254732/SV/06275/D)

(c)

Laporan Praktikum Kartografi (DPJ P106)

Gambar 6.3. Jaringan jalan dan sungai dengan variabel ukuran dan bentuk (a), warna dan
nilai (b), dan gabungan ukuran, bentuk, warna, dan nilai (d).

Desain akhir yang dipilih dalam pembuatan Peta Administrasi Distrik 13


adalah ukuran untuk data kota dan jaringan jalan, pola/ tekstur untuk industri, dan
bentuk untuk jaringan sungai. Pertimbangan yang digunakan adalah media
penyajian petanya berupa kertas kalkir yang hanya memungkinkan penggunaan
warna hitam/putih sesuai dengan warna tinta rapidonya. Hasil pemetaannya dapat
dilihat pada Lampiran 3.
Peta yang kedua adalah Peta Jenis Tanah Distrik 13. Terdapat empat jenis
tanah di Distrik 13, yaitu aluvial, andosol, grumusol, dan regosol. Jenis tanah
termasuk data nominal karena tidak ada tingkatannya, dengan persepsi asosiatif/
selektif. Variabel yang dapat dipilih adalah bentuk, warna, arah, dan pola/ tekstur,
akan tetapi variabel bentuk kurang tepat bila diterapkan ke simbol area karena
bentuk area menyesuaikan dengan areanya, sehingga penerapan bentuknya lebih
menyerupai pola. Penerapan variabel untuk jenis tanah dapat dilihat pada Gambar
6.4.

(a)

(b)

(c)

Gambar 6.4. Jenis tanah dengan variabel warna (a), arah (b), dan pola/ tekstur (c).

Meskipun simbol warna dapat digabungkan dengan symbol arah dan pola/ tekstur
namun hal itu tidak dianjurkan mengingat ketiga variabel menunjukkan perbedaan
jenis, sehingga dikhawatirkan ada double symbol yang justru memperumit peta
dan dapat diinterpretasi berbeda. Desain akhir yang dipilih dalam pembuatan Peta
Jenis Tanah Distrik 13 adalah warna dengan pertimbangan lebih menarik dan peta
disajikan di kertas putih yang memungkinkan penggunakan warna selain

11 Yoruhana Yuriko (13/254732/SV/06275/D)

Laporan Praktikum Kartografi (DPJ P106)

hitam/putih. Yang perlu diingat adalah jenis tanah telah memiliki aturan
pewarnaan khusus sehingga ada baiknya ketika memberi warna pada peta jenis
tanah, warnanya disesuaikan dengan aturan warna yang berlaku. Hasil
pemetaannya dapat dilihat pada Lampiran 4.
Peta yang ketiga adalah Peta Kepadatan Penduduk Distrik 13 yang
termasuk ke dalam peta dengan data ordinal, di mana kepadatan penduduk
diklasifikasikan ke dalam empat tingkatan, yaitu kepadatan rendah (<75 jiwa/m2),
kepadatan sedang (antara 75-150 jiwa/m2), kepadatan tinggi (antara 150-225
jiwa/m2), dan kepadatan sangat tinggi (>225 jiwa/m2). Masih sama dengan data
kota dan data jaringan jalan, kepadatan penduduk dapat disajikan dengan
menggunakan variabel ukuran dan nilai untuk memberikan persepsi bertingkat,
akan tetapi variabel ukuran tidak secara langsung dapat diterapkan ke dalam
simbol area sehingga yang dibedakan adalah ukuran simbol di dalam areanya, itu
pun hasilnya lebih menyerupai pola/ tekstur. Nilai dapat diterapkan dalam bentuk
gradasi warna (semakin padat penduduknya maka semakin gelap warnanya) atau
dengan arsiran (semakin padat penduduknya maka semakin rapat arsirannya).
Simbolisasi kepadatan penduduk dapat dilihat pada Gambar 6.5.

(a)

(b)

(c)

Gambar 6.5. Kepadatan penduduk dengan variabel nilai/ gradasi (a), nilai/ arsiran (b), dan
ukuran (c).

Dari ketiga desain tersebut, desain akhir yang digunakan adalah nilai dalam
bentuk gradasi, dengan pertimbangan pemberian gradasi warna lebih mampu
menunjukkan tingkatan dan lebih tepat diterapkan pada simbol area,
penerapannya hanya optimal ketika tingkatanya tidak terlalu banyak karena
12 Yoruhana Yuriko (13/254732/SV/06275/D)

Laporan Praktikum Kartografi (DPJ P106)

adanya keterbatasan kemampuan mata manusia dalam menginterpretasi perbedaan


tingkatan warna.
VII. KESIMPULAN
1. Fenomena di permukaan Bumi dikelompokkan menjadi titik, garis, area, dan
volume, yang dapat dipetakan dalam bentuk simbol titik, garis, dan area,
sesuai dengan skala peta.
2. Pembuatan simbol memperhatikan beberapa hal, antara lain ukuran data,
persepsi visual, dan variabel visual, dengan ketentuan umum sebagai berikut:
a. Data nominal memiliki persepsi asosiatif dan atau selektif, digambarkan
dengan variabel bentuk, warna, arah, dan pola/ tekstur.
b. Data ordinal dan interval memiliki persepsi bertingkat, digambarkan
dengan variabel ukuran dan nilai.
c. Data rasio memiliki persepsi kuantitatif, digambarkan dengan variabel
ukuran dan nilai.
Ketentuan umum tersebut belum tentu dapat langsung diterapkan ke semua
bentuk simbol melainkan perlu adanya penyesuaian-penyesuaian agar
informasi dapat tersampaikan dengan tepat. Selain itu juga perlu adanya
pertimbangan dalam hal media penyajian peta, karena tidak semua variabel
dapat diterapkan ke semua media. Contohnya adalah warna yang kurang tepat
diterapkan ke kertas kalkir.
3. Variabel visual yang digunakan tidak mutlak satu jenis untuk satu data, tetapi
dapat menggabungkan dua variabel untuk memperkuat persepsi. Akan tetapi
penerapannya perlu kehati-hatian agar tidak terjadi double symbol yang justru
menimbulkan kesalahan interpretasi.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Almeida, R. t.t. Bertin Graphic Semiology and Its Relevant Contributions for
Research and Teaching in Brazil. Brazil: University of Sao Paulo.
Dent, Borden D., Jeffrey S. Torguson, dan Thomas W. Hodler. 2009.
Cartography: Thematic Map Design (6th ed.). New York: McGraw-Hill
Higher Education.

13 Yoruhana Yuriko (13/254732/SV/06275/D)

Laporan Praktikum Kartografi (DPJ P106)

Kraak, Menno-Jan dan Ferjan Ormeling. 2007. Kartografi: Visualisasi Data


Geospasial (edisi kedua). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Robinson, Arthur H., Randall D. Sale, Joel L. Morrison, dan Phillip C. Muehrcke.
1984. Elements of Cartography (5th ed.). New York: Wiley.
Tyner, Judith A. 2010. Principles of Map Design. New York: The Guilford Press.

14 Yoruhana Yuriko (13/254732/SV/06275/D)

Anda mungkin juga menyukai