Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Shevrina Faradiba
NIM : 1111103000046
KATA PENGANTAR
Saya menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak sangat saya harapkan demi
kesempurnaan laporan penelitian ini.
Demikian laporan penelitian ini saya tulis, semoga bermanfaat bagi penyusun
khususnya dan para pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT berkenan
memasukkannya sebagai amal jariyah untuk tabungan di akhirat nanti. Aamiin
Penulis
vi
ABSTRAK
Shevrina. Program Studi Pendidikan Dokter. Efektivitas Bawang Putih
(Allium sativum) Dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
epidermidis. 2014
Bawang putih (Allium sativum) merupakan salah satu tanaman obat yang sudah
dikenal sejak lama oleh masyarakat. Bawang putih diketahui dapat digunakan
sebagai obat antibakteri.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas
antibakteri bawang putih terhadap Staphylococcus epidermidis secara invitro.
Sampel pada penelitian eksperimental ini adalah ekstrak bawang putih (Allium
sativum) yang dibuat dengan metode tumbukan. Metode yang digunakan adalah
uji aktivitas antibakteri dengan metode disc difusi, dibagi menjadi 4 kelompok
perlakuan dengan konsentrasi 20%, 40%, 60% dan kelompok kontrol yaitu
kontrol positif dengan amoksisilin 25ug dan kontrol negatif dengan etanol 96%.
Analisis statistik menggunakan One-Way Annova. Hasil untuk uji aktivitas
antibakteri untuk Kadar Hambat Minimum (KHM) bawang putih terhadap
Staphylococcus epidermidis didapatkan perbedaan bermakna mulai dari
konsentrasi 20% hingga 60%. Hasil dari uji aktivitas antibakteri ini adalah bersifat
bakterisid terhadap Staphylococcus epidermidis. Berdasarkan klasifikasi respon
hambatan pertumbuhan bakteri, tumbukan bawang putih tergolong memiliki
efektivitas kuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
epidermidis.
Kata kunci : Bawang Putih, Staphylococcus epidermidis, disc diffusi.
ABSTRACT
Shevrina. Medical Education Study Program. The Effectiveness of Garlic
(Allium sativum) on Inhibition Growth of bacteria Staphylococcus
epidermidis. 2014
Allium sativum is one of medicine plants known by peoplefor a long time. It has
been known for its antibacterial effect. The purpose of this research was to
measure the antibacterial effect of Allium sativum againts Staphylococcus
epidermidis. This research was an experimental study with post test control group
only design. The sample of this experimental study of Allium sativum used garlic
collision method. The antibacterial activity test uses disc diffusion method, these
were divided 4 test group with concentration 20%, 40%, 60% and control groups
were positive control with amoksisilin 25ug and negative control with etanol
96%. Statistic analysis was done by using One-Way Annova. The result of
antibacterial activity, Minimum Inhibitory Concentration (MIC) significant from
the concentration 20% until 60%. The result of antibacterial activity test were
bacteriostatic for Staphylococcus epidermidis. Based on classification of bacterial
growth inhibition response, garlic collision is classified as a strong substance in
inhibiting the growth of Staphylococcus epidermidis.
Keywords : Garlic, Staphylococcus epidermidis, disc diffuse.
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGESAHAN .........................................................iv
KATA PENGANTAR ..............................................................................................v
ABSTRAK ................................................................................................................vii
ABSTRACT ..............................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................x
DAFTAR GRAFIK ..................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................x
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................2
1.3 Hipotesis ............................................................................................................2
1.4 Tujuan Penelitian ..............................................................................................2
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................3
2.1 Landasan Teori .................................................................................................3
2.1.1 Klasifikasi Bawang Putih ...........................................................................3
2.1.2 Kandungan Bawang Putih ..........................................................................3
2.1.3 Faktor Penentu Kualitas Budidaya Bawang Putih .....................................7
2.1.3 Manfaat Bawang Putih ...............................................................................8
2.1.4 Efek Samping dan Kontra Indikasi Bawang Putih .....................................11
2.2 Bakteri Staphylococcus epidermidis .................................................................11
2.2.1 Klasifikasi Staphylococcus epidermidis.....................................................11
2.3 Acne Vulgaris ...................................................................................................14
2.4 Patogenesis Acne vulgaris oleh Staphylococcus epidermidis ...........................17
2.5 Patogenesis Staphylococcus epidermidis terhadap kandungan bawang putih ..18
2.6 Antibiotik Amoksisilin .....................................................................................18
2.7 Uji Antibakteri ..................................................................................................20
2.8 Kerangka Teori .................................................................................................22
viii
ix
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Acne vulgaris disebabkan oleh berbagai faktor antara lain infeksi bakteri
patogen yakni Propionibacterium acne atau infeksi bakteri non patogen yakni
Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus.1
Menurut data World Health Organization tahun 2008 kejadian acne
vulgaris pada wanita usia 1417 tahun berkisar 83-85% dan pada laki-laki di usia
16-19 tahun berkisar 95-100% dengan lesi predominan berupa komedo dan papul.
Sebuah survey di kawasan Asia Tenggara diketahui terdapat 40%-80% kasus acne
vulgaris. Sementara menurut catatan kelompok studi dermatologi kosmetika
Indonesia, menunjukkan terdapat 23,8% penderita acne di tahun 2003 dan 60% di
tahun 2006.2
Bakteri Staphylococcus epidermidis yang bersifat flora normal pada kulit
dapat berubah menjadi patogen sehingga menyebabkan peradangan. Peradangan
pada kulit salah satunya dapat mengakibatkan timbulnya acne vulgaris. Namun,
penyakit lain juga dapat disebabkan oleh bakteri Staphylococcus epidermidis yaitu
Endokarditis dan Septicaemia.2
Telah banyak pengobatan farmakologis untuk mengatasi acne vulgaris
akibat infeksi mikroorganisme terutama Staphylococcus epidermidis. Namun
berkembang pengobatan alternatif, salah satunya dengan bawang putih. Tanaman
ini diduga mempunyai efek antibakteri, antiviral, antifungi, antiprotozoa dan
antiparasit yang membantu penyembuhan peradangan pada kulit akibat infeksi
mikroorganisme. Efektivitas bawang putih yang dianggap memiliki kemampuan
sebagai antibakteri sudah banyak dibuktikan oleh peneliti-peneliti terdahulu.3
Hal ini juga sesuai dengan Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 61 :
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan)
dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada
Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi,
yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan
bawang merahnya.
Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meninjau lebih dalam lagi tentang
efektivitas bawang putih dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
epidermidis sehingga nantinya dapat dipergunakan sebagai salah satu alternatif
dalam pemilihan tatalaksana acne vulgaris akibat Staphylococcus epidermidis.4
1.2 Hipotesis
Bawang Putih (Allium sativum) dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus epidermidis.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Filum
Kelas
Ordo
: Liliales
Famili
Genus
: Allium
Spesies
: Allium sativum L
Bawang putih sebenarnya berasal dari Asia Tengah, di antaranya Cina dan
Jepang yang beriklim subtropik. Di Indonesia ada tiga jenis bawang putih import
kering dari China yang cukup terkenal dan mudah didapat yaitu Kating, Sin chung
dan Hunan.5
Akar serabut pada tanaman bawang hanya berfungsi untuk menyerap atau
mengisi air dan nutrisi yang ada di sekelilingnya saja. Akar tidak memiliki
kemampuan menyimpan cadangan air dan nutrisi yang cukup bagi pertumbuhan
bawang putih.5
A. Batang
Bagian yang berfungsi sebagai batang pada tanaman bawang putih adalah
cakram. Cakram merupakan lingkaran pipih yang terdapat di dasar umbi bawang
serta bertekstur kasar dan padat. Cakram ini berfungsi sebagai batang pokok tidak
sempurna bagi tanaman bawang dan terletak di dalam tanah. Pada permukaan
bawah cakram inilah nantinya tumbuh akar-akar serabut tanaman bawang putih.
Sementara yang tampak sebagai batang di atas permukaan tanah adalah kelopak
daun yang saling membungkus kelopak daun di bawahnya sehingga terlihat
seperti batang. Bagian ini biasanya disebut dengan batang semu.5
B. Umbi
Satu bongkahan umbi bawang putih tersusun atas beberapa siung yang
mengelompok dan duduk pada satu cakram. Setiap siung dibungkus oleh selaput
tipis yang merupakan pangkal pelepah daun. Ukuran umbi bawang putih sangat
bervariasi, bergantung pada varietasnya masing-masing.5
Siung bawang putih berbentuk lonjong dan muncul dari setiap ketiak daun.
Hampir pada setiap ketiak daun muncul siung-siung bawang putih ini, kecuali
daun paling luar. Jumlah siung yang dihasilkan tiap bongkahan umbinya berbedabeda, bergantung pada varietas dan kondisi lingkungan penanamannya. Namun,
rata-rata umbi varietas lokal menghasilkan 15-20 siung setiap umbinya. Para
petani di daerah jawa menyebut umbi tunggal ini dengan sebutan bawang
lanang.5
Bawang lanang terbentuk akibat pengaruh lingkungan. Lingkungan
penanaman yang tidak mendukung pertumbuhan tanaman bawang menyebabkan
tanaman bawang putih hanya berkembang dalam satu tunas saja, yaitu tunas
utama. Tunas utama ini tumbuh dominan merajai pertumbuhan tanaman. Ia
menekan pertumbuhan tunas-tunas lain yang merupakan bakal siung-siung
lainnya sehingga terbentuk siung tunggal yang utuh.5
Jika bagian punggung siung bawang putih dibelah secara vertical, kita bisa
melihat pertumbuhan vegetatif bibit bawang ini. Tunas vegetatif dilindungi oleh
daging buah sekaligus berfungsi sebagai cadangan makanan. Biasanya, tunas ini
terletak di bagian tengah daging buah. Pada pertumbuhannya, tunas vegetative ini
tumbuh menerobos bagian ujung siung. Kecepatan pertumbuhannya bergantung
pada kondisi lingkungan di sekitarnya.5
Oleh karena itu, siung bawang putih juga bisa digunakan sebagai calon
benih untuk penanaman bawang putih selanjutnya. Sebagai calon benih, siung
bawang putih melewati masa dormansi sekitar 6-8 bulan.5
C. Daun
Tanaman bawang putih mempunyai daun yang sangat menarik. Helain
daun menyerupai pita, tipis, dan bagian pangkalnya membentuk sudut. Daun
berwarna hijau, biasanya terlihat lebih gelap pada sebelah atas dan lebih cerah
pada sisi daun bagian bawah.5
Kelopak daun menutupi siung umbi bawang putih hingga pangkal daun.
Kelopak daun saling menutupi dan membalut kelopak daun yang lebih muda di
bawahnya sehingga kekompakan kelopak ini membentuk batang semu pada
tanaman bawang putih yang posisinya ada persis di atas umbi bawang.5
D. Bunga
Bawang putih biasanya tidak berbunga, namun pada beberapa varietas ada
juga yang menghasilkan bunga. Akan tetapi, bunga pada tanaman bawang putih
ini tidak memiliki nilai ekonomi maupun produksi. Malah jika dibiarkan tumbuh
dan berkembang, kehadiran bunga ini justru menurunkan produksi umbi. Oleh
karena itu, jika muncul pada tanaman bawang putih, sebaiknya harus segera
dibuang dari tanaman.5
Bunga tanaman bawang putih ini berwarna merah muda (pink). Biasanya
bunga ini muncul pada balutan kelopak yang membentuk batang semu. Kehadiran
bakal bunga ditandai oleh membengkaknya bagian batang semu.5
Bahan yang terkandung dalam beberapa jenis bawang kadar airnya cukup
tinggi, yaitu antara 63 ml 90 ml, sedangkan komponen utamanya berupa protein,
karbohidrat dan lemak. Komponen ini merupakan zat organik yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia serta untuk kelangsungan
Siung bernas
Gambar 2.1 Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah dan Bawang Bombay.2007.
penelitian
mengenai
bawang
putih
(Allium
sativum)
10
1) Alliin
Asam amino yang membentuk Allicin.10
2) Sugar Regulation Faktor
Sejenis bahan yang dapat dimanfaatkan dalam pengobatan diabetes mellitus.10
3) Anthiarthritis Factor
Zat atau faktor anti rematik.10
4) Sinar gorwitch (gorwitch rays)
Sejenis sinar radiasi yang dapat merangsang pertumbuhan sel tubuh dan memiliki
anti-aging.10
5) Antihaemolitityc Factor
Faktor anti kekurangan sel darah darah merah.10
6) Selenium
Sejenis antioksidan (anti sel kerusakan tubuh) atau mikromineral yang sifatnya
dapat menghindari penggumpalan darah.10
7) Allithiamine
Sumber ikatan biologis yang aktif (B1).11
8) Antitoksin
Anti racun atau zat pembersih darah yang berguna menjaga daya tahan tubuh
penderita asma.11
9) Seordinin
Zat yang dapat mempercepat perkembangan tubuh, berat badan, peningkatan
tenergi dan pengobatan penyakit kardiovaskular.11
10) Methylallyl Trisulfide
Pencegah terjadinya pengumpalan darah.11
Bawang putih memiliki efek bakterisidal terhadap beberapa organisme
seperti Staphylococcus Aureus, Escherichia coli, Propionibacterium acne.Bawang
putih yang mengandung komponen kimia yakni allicin dapat menghambat dan
menghancurkan berbagai pertumbuhan jamur dan bakteri pada kulit. Sehingga
bawang putih menjadi salah satu pengobatan herbal pada tinea versikolor
(panu).12
11
Kingdom
: Protista
Divisi
: Schizophyta
Class
: Schyzomycetes
Ordo
: Eubacteriales
Famili
: Enterobacteriaceae
Genus
: Staphylococcus
Spesies
: Staphylococcus epidermidis
12
13
2) Katalase positif
Uji katalase digunakan untuk mengetahui aktivitas katalase pada bakteri. Bakteri
S.epidermidis memproduksi enzim katalase yang dapat memecah H2O2 menjadi
H2O dan O2. Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri ini selain itu proses
tersebut merupakan mekanisme pernafasan dari bakteri tersebut.14
Dinding bakteri S.epidermidis terdiri dari peptidoglikan yaitu suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit. Lapisan tersebut
menempel pada permukaan luar membran sel. Bakteri jenis ini tidak memiliki
membran luar maupun ruang periplasmik. Sehingga ketika menggunakan
perwarnaan gram, maka akan terlihat berwarna ungu.14
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi, yaitu:15
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri.15
2) Menahan tekanan osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir.15
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Ig pada manusia.15
4) Bersifat sensitif sehingga hanya untuk disinfektan berbasis fenol.15
5) Stimulator imunitas/daya tahan tubuh yang berperan sebagai adjuvant.15
6) Substrat dari imunitas yang tidak spesifik, dihancurkan oleh enzim bakteriofaga
dan lisozim tertentu.15
Selain itu, bakteri Staphylococcus epidermidis yang bersifat gram positif
memiliki molekul tambahan berupa:16
Protein A.16
14
pH rendah.16
Adanya lisozim.16
Jumlah mikroorganisme pada permukaan kulit dapat berkurang apabila
15
Ada beberapa hal yang menjadi faktor resiko timbulnya acne vulgaris, yaitu:18
1) Sebum
Merupakan faktor utama penyebab timbulnya acne.18
2) Genetik
Faktor herediter sangat berpengaruh pada besar dan aktivitas kelenjar glandula
sebasea4. Apabila kedua orang tua mempunyai parut bekas akne,
kemungkinan besar anaknya akan menderita acne.18
3) Usia
Umumnya insiden acne vulgaris terjadi pada usia 14 17 tahun pada wanita,
16 19 tahun pada pria. Pada masa itu lesi yang predominan adalah komedo
dan papul jarang terlihat lesi beradang pada penderita.18
4) Jenis kelamin
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan acne
vulgaris.18
5) Kebersihan wajah.
Meningkatkan perilaku kebersihan diri dapat mengurangi kejadian acne
vulgaris pada remaja.18
6) Psikis
Pada beberapa penderita, stres dan gangguan emosi dapat menyebabkan
eksaserbasi acne. Kecemasan menyebabkan penderita memanipulasi acne
secara mekanis, sehingga terjadi kerusakan pada dinding folikel dan timbul
lesi radang yang baru.18
7) Hormon endokrin
a) Androgen
Pada pria konsentrasi testosteron dalam plasma penderita acne tidak berbeda
dengan yang tidak menderita acne. Sedangkan pada wanita konsentrasi
testosteron plasma sangat meningkat pada penderita acne.18
b) Estrogen
Pada keadaan fisiologi, estrogen tidak berpengaruh terhadap produksi sebum.
Estrogen dapat menurunkan kadar gonadotropin yang berasal dari kelenjar
hipofisis. Hormon gonadotropin mempunyai efek menurunkan produksi
sebum.18
16
c) Progesteron
Progesteron, dalam jumlah fisiologis tidak mempunyai efek terhadap
efektivitas kelenjar lemak. Produksi sebum tetap selama siklus menstruasi,
namun kadang-kadang progesteron dapat menyebabkan acne premenstrual.18
7) Diet
Pada penderita yang makan banyak karbohidrat dan zat lemak, tidak dapat
dipastikan akan terjadi perubahan pada pengeluaran sebum atau komposisinya
karena kelenjar lemak bukan alat pengeluaran lemak yang kita makan.18,19
8) Iklim
Di daerah yang mempunyai empat musim, biasanya acne bertambah hebat
pada musim dingin, sebaliknya kebanyakan membaik pada musim panas 4.
Bertambah hebatnya acne pada musim panas tidak disebabkan oleh sinar UV
melainkan oleh banyaknya keringat pada keadaan yang sangat lembab dan
panas tersebut.18,19
9) Bakteria
Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne adalah Corynebacterium acnes,
Staphylococcus epidermidis, dan Pityrosporum ovale.18,19
10) Kosmetika
Pemakaian bahan-bahan kosmetika tertentu seperti bedak dasar (foundation),
pelembab (moisturizer), krim penahan sinar matahari (sunblock), dan krim
malam secara terus menerus dalam waktu lama dapat menyebabkan suatu
bentuk akne ringan yang terutama terdiri dari komedo tertutup dan beberapa
lesi papulopustular pada pipi dan dagu.18,19
17
jumlah
flora
folikel,
Propionibacterium
acnes
dan
18
6) Peningkatan
kadar
hormon
androgen,
anabolik,
kortikosteroid,
dapat
meningkatkan
permeabilitas
dinding bakteri
yang
19
golongan beta-laktam yaitu merusak dinding sel bakteri. Namun proses perusakan
dinding sel bakteri terjadi dalam beberapa tahapan, pertama terjadi pelekatan pada
protein mengikat penisilin yang spesifik sebagai reseptor obat pada bakteri, kedua
terjadi penghambatan sintesis dinding sel dengan cara menghambat transpeptidasi
dari peptidoglikan, dan pengaktifan enzim autolitik di dalam dinding sel yang
menghasilkan kerusakan pada dinding sel sehingga menyebabkan kematian sel
(lisis).21
Tabel Klasifikasi Zona Hambat berdasarkan CLSI guidelines 201122
Zona hambat agen antimikroba berdasarkan CLSI guidelines 2011
Antibiotik
Dosis
Perlakuan
Susceptible
(g)
Amoksisilin
Intermedietly
Resistant
susceptible
20/10
Enterobacteriaceae
18 mm
Haemophilus
20 mm
19 mm
20 mm
19 mm
14-17 mm
13 mm
influenzae
Staphylococcus
aureus
10 mm
Tidak ada
11-15 mm
Lemah
16-20 mm
Sedang
> 20 mm
Kuat
Sumber : Pratama.2005
20
Metode ini untuk menentukan aktivitas agen antibakteri. Blank disc yang berisi
agen antibakteri diletakkan pada media agar yang telah ditanami bakteri yang
akan berdifusi pada media agar. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan
pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan media agar. 24
2. Metode E-Test
Metode E-Test digunakan untuk menghitung MIC (Minimum Inhibitory
Concentration) atau KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) yaitu konsentrasi
minimal suatu agen antibakteri untuk dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. 24
Pada metode ini digunakan strip plastik yang mengandung agen
antibakteri dari kadar terendah hingga tertinggi dan diletakkan pada permukaan
media agar yang telah ditanami bakteri. Pengamatan dilakukan pada area jernih
yang menunjukkan kadar agen antibakteri dapat menghambat pertumbuhan
bakteri pada media agar. 24
3. Ditch Plate Technique
Pada metode ini sampel uji berupa agen antibakteri yang diletakkan pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media agar dalam cawan petri pada bagian
tengah secara membujur dan mikroba uji (maksimum 6 macam) digoreskan ke
arah parit yang berisi agen antibakteri.24
21
Hambat
Minimum)
dan
MBC
(Minimum
Bactericidal
Concentration) atau KBM (Kadar Bunuh Minimum). Cara yang dilakukan adalah
dengan membuat seri pengenceran agen antibakteri pada medium cair yang
ditambahkan dengan bakteri uji. Larutan uji agen antibakteri pada kadar terkecil
yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan bakteri uji ditetapkan sebagai
KHM. Larutan yang ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya dikultur ulang
pada media cair tanpa penambahan bakteri uji ataupun agen antibakteri dan
diinkubasi selama 18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah inkubasi
ditetapkan sebagai KBM.24
7. Metode Dilusi Padat / Solid Dilution Test
Metode ini serupa dengan metode difusi cair namun menggunakan media padat
(solid). Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi agen antibakteri yang diuji
dapat digunakan untuk menguji beberapa bakteri uji 3.
22
Acne Vulgaris
Agen Antimikroba
Senyawa alkaloid
Tanin
Racun
Hidrolisis alliin
Menghambat
enzim proteolitik
Terbentuk senyawa
intermediate asam
allyl sulfenate
Kondesasi asam
Allicin
Pertumbuhan koloni
Staphylococcus
epidermidis terhambat
Bersifat bakteriostatik
daripada bakterisidal
Permeabilitas
Menghambat sintesis
enzim
23
Bawang Putih
(Allium sativum)
Tumbuk
Bawang Putih
(Allium sativum)
Perasan
Bawang Putih
Acne vulgaris
Aktivasi
Zat aktif
Multifaktorial
Agen
Antimikroba
Bakteriosidal
Etiologi :
Staphylococcus
epidermidis
patogen
Bakteriostatik
Pertumbuhan koloni
Staphylococcus
epidermidis terhambat
24
Definisi Operasional
Skala
Kategori
Numerik
Numerik/Angka
Variabel Dependen
Diameter zona hambat pada
Zona Hambat
pertumbuhan bakteri
Staphylococcus epidermidis
secara in vitro
Variabel Independen
60%
Tumbukan (Bawang Putih
+ Aquades Steril)
Kategorik
40%
Kategorik
40%
Kontrol Negatif
Kategorik
Etanol 96%
Kategorik
Aquades steril
secara in vitro
Aquades steril digunakan
sebagai kontrol pertumbuhan
Staphylococcus epidermidis
secara in vitro
Antibiotik yang digunakan
Kontrol Positif
Kategorik
Amoksisilin 25
g
25
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Jakarta.
Lokasi
pembelian
dan determinasi
dilakukan di
Keterangan :
k = Jumlah kelompok perlakuan
n = Jumlah sampel dalam tiap kelompok
25
26
15
3n
18
18/3
Bunsen
Mikro pipet
Label
Alumunium foil
Autoclav
Baki
Ose
Kamera
Tabung reaksi
Alat tulis
Sarung tangan
Rak tabung
Timbangan
Masker
Blank disc
elektronik
Vorteks
27
Alat pendingin
Alkohol
Plastik steril
Tissue
Penggaris
Lumpang steril
Pinset
Inkubator
Kassa steril
Objek gelas
Pengukur waktu
Gelas beker
Cawan petri
Korek api
Pisau
Aquades Steril
Aseton alkohol
Bawang Putih
Etanol 96%
Safranin
Biakan
Gentian violet
bakteri
Lugol
Staphylococcus
epidermidis
(counter
stain)
Antibiotik
amoksisilin 25 ug
28
29
Konsentrasi
X 100%
Volume zat terlarut + volume pelarut
30
Volume Pelarut
31
Pengambilan Sampel
Bawang Putih
Variasi Konsentrasi
Kelompok A
(Tumbukan
bawang
putih
konsentrasi
20 % dgn
pelarut
etanol 96%
atau
Aquades
steril)
Kelompok B
(Tumbukan
bawang
putih
konsentrasi
40 % dgn
pelarut
etanol 96%
atau
Aquades
steril)
40 %
Kelompok C
(Tumbukan
bawang
putih
konsentrasi
60 % dgn
pelarut
etanol 96%
atau
Aquades
steril)
40 %
Kelompok D
Kontrol Positif
(Amoksisilin
25 ug)
Kelompok E
Kontrol Negatif
(Etanol 96%)
Kultur bakteri
Staphylococcus
epidermidis
Uji statistik
Nutrien
Agar
Kesimpulan
Kelompok F
Kontrol
Negatif
(Aquades
steril)
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Mean
Median
SD
35,83
22,50
3,18852
27,50
27,50
2,73861
22,83
35,00
2,04124
11,33
25,00
9,32884
Amoksisilin 25 ug
40
Tumbukan bawang putih
dengan pelarut equades
steril
35
30
25
20
15
10
Amoksisilin 25 ug
5
0
Etanol 96%
Aquades Steril
32
33
hambat
tertinggi
dibandingkan
dengan
parameter
lainnya
ditunjukkan oleh tumbukan bawang putih konsentrasi 60% yang telah diencerkan
dengan aquades steril sebesar 35,83 mm. Hal ini mengindikasikan bahwa lebih
besarnya konsentrasi dan volume zat terlarut dibandingkan volume zat pelarut
banyak mengandung agen antibakteri aktif. Gabungan antara agen antibakteri
aktif yang bersifat polar pada bawang putih menyebabkan pada penelitian ini
memiliki zona hambat yang paling besar.
Namun yang memiliki daya hambat terkecil yaitu tumbukan bawang putih
konsentrasi 20% yang telah diencerkan dengan aquades steril sebesar 22,83 mm.
Zona hambat yang dihasilkan oleh kontrol positif amoksisilin 25 ug sebesar 11,33
mm. Sedangkan pada kontrol negatif didapatkan hasil pada pelarut etanol 96%
ataupun aquades steril sebesar 0 mm. Dengan menghasilkan zona hambat pada
kontrol negatif sebesar 0 mm, hal ini mengindikasikan bahwa tidak adanya
pengaruh pelarut dalam zona hambat yang dihasilkan pada tumbukan bawang
putih.
Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa tumbukan bawang putih dengan
pelarut aquades steril menghasilkan zona hambat pada pertumbuhan bakteri
Staphylococcus epidermidis. Pelarut aquades steril merupakan senyawa polar
yang akan bercampur dengan senyawa polar pada tumbukan bawang putih dan
senyawa-senyawa lainnya yang memiliki efek antibakteri sehingga terbentuk zona
hambat.
Hal ini diduga karena banyaknya dan tingginya efek antibakteri yang
terdapat pada bawang putih. Beberapa kandungan tersebut, diantaranya senyawa
alkaloid yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri atau dapat menyebabkan
sel bakteri menjadi lisis bila terpapar oleh zat tersebut dan senyawa tannin yang
akan mengganggu sel bakteri dalam penyerapan protein oleh cairan sel. Hal ini
dapat terjadi karena tannin menghambat proteolitik yang berperan menguraikan
protein menjadi asam amino.6
34
Gambar 4.1 Hasil Uji Aktivitas Bakteri Staphylococcus epidermidis dengan pelarut Aquades steril
35
Berdasarkan
penelitian
The
American
Society
of
Microbiologi
Gambar 4.1 Hasil Uji Aktivitas Bakteri Staphylococcus epidermidis dengan pelarut Etanol 96%
36
Hal ini dapat disebabkan oleh pelarut etanol 96% yang bersifat non polar,
sehingga tidak dapat menarik zat aktif yang terkandung di dalam bawang putih.
Oleh karena itu, pada penelitian ini tidak memiliki zona hambat.
Pada
peneliti
37
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1.
pelarut
aquades
steril
berpengaruh
dalam
menghambat
3.
5.2 Saran
Untuk lebih mengetahui perbandingan daya hambat yang lebih baik dari tiap
kelompok maka diperlukan penelitian selanjutnya menggunakan pelarut yang
berbeda secara in vitro.
38
DAFTAR PUSTAKA
7. Atmadja S. Manfaat Bawang Putih untuk Kesehatan. Edisi 10. Jakarta: Bumi
Aksara; 2002. 26-31 p.
9. Hadi S. Pengaruh Jenis Tanaman Obat Bawang Putih dan Bentuk Sediaan
Serbuk Terhadap Daya Bunuh Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermidis, Propionibacterium acnes Secara In Vitro. Surabaya: Jurnal
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya; 2006.
39
40
18. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi kelima. Akne, Erupsi
Akneiformis, Rosasea, Rinofima. Sjarif Wasitaatmadja. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2007. 255 p.
41
20. Miron T, Wilchek M, Weiner L. The Mode of action of Allicin :its ready
permeability through phospholipid membranes may Contribute to Its
Biological Activity. New York: Biochim Biophys Acta; 2005.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Hasil Identifikasi/Determinasi Bahan Uji
42
43
LAMPIRAN 2
Tabel 4.1 Perbandingan rata-rata dari berbagai parameter perlakuan
tumbukan bawang putih sesuai konsentrasi
(I) Uji_konsentrasi
konsentrasi 20%
konsentrasi 40%
konsentrasi 60%
kontrol positif
amoxicilin
(J) Uji_konsentrasi
konsentrasi 40%
konsentrasi 60%
kontrol positif
amoxicilin
konsentrasi 20%
konsentrasi 60%
kontrol positif
amoxicilin
konsentrasi 20%
konsentrasi 40%
kontrol positif
amoxicilin
konsentrasi 20%
konsentrasi 40%
konsentrasi 60%
Mean
Difference
(I-J)
-4.66667*
-13.00000*
Std.
Error
Sig.
1.41716
1.41716
.004
.000
11.50000*
1.41716
.000
4.66667*
-8.33333*
1.41716
1.41716
.004
.000
16.16667*
1.41716
.000
13.00000*
8.33333*
1.41716
1.41716
.000
.000
24.50000*
1.41716
.000
-11.50000*
-16.16667*
-24.50000*
1.41716
1.41716
1.41716
.000
.000
.000
44
LAMPIRAN 3
Gambar 3.6.5 Prosedur Tumbukan Bawang Putih
45
46
47
LAMPIRAN 4
Gambar 4.1 Hasil Uji Efektivitas Bawang Putih (Allium sativum) dengan pelarut
aquades steril Terhadap Staphylococcus epidermidis
Gambar 4.1 Hasil Uji Efektivitas Bawang Putih (Allium sativum) dengan pelarut
etanol 96% Terhadap Staphylococcus epidermidis
LAMPIRAN 5
RIWAYAT PENULIS
Identitas
Nama
: Shevrina Faradiba
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: shevrinafaradiba@ymail.com
Riwayat Pendidikan
1997-1998
: TK Alodia Bekasi
1998-2004
2004-2007
2007-2010
2010-2011
2011-sekarang
48