Anda di halaman 1dari 12

TELENURSING SEBAGAI TREND DAN ISSU PELAYANAN

KEPERAWATAN INDONESIA DITAHUN 2020

Analisis Perkembangan Teknologi Informasi


Ujian Tengah Semester
Sistem Imformasi Manajemen Kesehatan

Koordinator : Rr. Tutik Sri Hariyati S.Kp., MARS

OLEH:
IRFAN MAULANA
NPM : 1006748596

PROGRAM PASCA SARJANA


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
TAHUN 2011
1

TELE NURSING SEBAGAI TREND DAN ISSU PELAYANAN KEPERAWATAN


INDONESIA DITAHUN 2020

Oleh : Irfan Maulana


NPM : 1006748596

ABSTRAK
Kemajuan teknologi informasi serta teknologi dibidang kesehatan berdampak terhadap
tingginya pemahaman masyarakat terhadap dunia kesehatan, sehingga tenaga kesehatan
dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan berkualitas, profesional dan mengedepankan
perkembangan teknologi dibidang kesehatan itu sendiri. Salah satu bentuk pemanfaatan
teknologi informasi dibidang kesehatan adalah penggunaan metode Telenursing.
Tulisan ini akan membahas definisi telenursing, kelebihan dan kekurangan telenursing serta
aplikasinya dalam pelayanan keperawatan. Telenursing sudah sejak lama digunakan dalam
pelayanan keperawatan di negara-negara maju, di Indonesia sendiri model ini belum
berkembang, namun seiring dengan peningkatan prekembangan teknologi informasi di
Indonesia terutama tingginya angka penggunaan jaringan internet di Indonesia maka
diharapkan Telenursing juga dapat berkembang sebagai trend pelayanan keperawatan di
tahun 2020 nantinya.
Penelitian-penelitian Telenursing menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kepuasan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan melalui Telenursing. Dengan kemudahan akses
jalur teknologi informasi saat ini pelayanan keperawatan melalui Telenursing menjadi lebih
efektif dan efisien, sehingga kualitas dari pelayanan kesehatan yang profesional dapat
dirasakan oleh masyarakat.
Kata kunci : telenursing, keperawatan, pelayanan kesehatan

LATAR BELAKANG
Perkembangan yang sangat pesat dibidang teknologi informasi berdampak terhadap dunia
kesehatan, dimana penggunaan teknologi informasi dapat dimanfaatkan sebagai sarana dalam
mendukung perkembangan pelayanan kesehatan.
Kompilasi data estimasi pengguna Internet di Indonesia dari berbagai sumber mencapai
sedikitnya 45 juta pada akhir tahun 2010 dan menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII) optimistik akan mencapai 60 juta terutama karena didorong oleh trend
mobile access. Kompilasi data survey pasar menunjukkan Indonesia memiliki rasio
kepemilikan perangkat akses internet tertinggi, kenaikan jumlah gadget paling banyak dan
penurunan tarif layanan (termasuk paket data Internet) paling tajam di kawasan ASEAN
walau di tengah isu resesi ekonomi (Salahuddien, 2011).
Pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan dituntut
untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau. Perawat
semakin dituntut untuk professional dan mengedepankan perkembangan teknologi dibidang
kesehatan, termasuk dalam pemanfaatan teknologi informasi dibidang kesehatan terutama
pelayanan keperawatan, dimana pasien/klien yang membutuhkan asuhan keperawatan dapat
berasal dari berbagai kalangan dalam dunia maya (cybernet), dapat terakses pelayanan
keperawatan jarak jauh (Telenursing) dimanapun ia berada. Telenursing adalah suatu model
sistem pelayanan keperawatan yang diberikan dari jarak jauh dengan memanfaatkan
teknologi dibidang informasi karena keterbatasan fasilitas maupun geografis atau karena
tujuan efektifitas dan efisiensi yang memungkinkan pasien untuk tidak harus datang ke
tempat-tempat pelayanan kesehatan. Trend keperawatan Indonesia di Tahun 2020 diharapkan
sudah mampu mengaplikasikan inovasi ini nantinya. Pada kesempatan ini penulis mencoba
menggali lebih mendalam mengenai informasi dan hasil-hasil riset seputar Telenursing
tersebut.

KAJIAN LITERATUR
Telenursing didefinisikan sebagai praktek keperawatan jarak jauh menggunakan teknologi
telekomunikasi (National Council of State Boards of Nursing, 2011).
Teknologi

informasi

dibidang

keperawatan

adalah

teknologi

informasi

yang

mengintegrasikan ilmu keperawatan, komputer, ilmu pengetahuan, dan ilmu informasi untuk
mengelola dan mengkomunikasikan data, informasi, dan pengetahuan dalam praktek
keperawatan. Informatika keperawatan memfasilitasi integrasi data, informasi, dan
pengetahuan untuk dukungan klien, perawat, dan penyedia lainnya dalam pengambilan
3

keputusan mereka dalam semua peran dan pengaturan. (Terhuyung & Bagley-Thompson,
2002 dalam Salim, 2010).
Telenursing dapat diartikan sebagai pemakaian teknologi informasi dibidang pelayanan
keperawatan untuk memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak jauh.
Model pelayanan ini memberikan keuntungan antara lain : 1) mengurangi waktu tunggu dan
mengurangi kunjungan yang tidak perlu, 2) mempersingkat hari rawat dan mengurangi biaya
perawatan, 3) membantu memenuhi kebutuhan kesehatan, 4) memudahkan akses petugas
kesehatan yang berada di daerah yang terisolasi, 5) berguna dalam kasus-kasus kronis atau
kasus geriatik yang perlu perawatan di rumah dengan jarah yang jauh dari pelayanan
kesehatan, dan 6) mendorong tenaga kesehatan atau daerah yang kurang terlayani untuk
mengakses penyedia layanan melalui mekanisme seperti : konferensi video dan internet
(American Nurse Assosiation, 1999).
Sebagai suatu sistem tentunya tidak luput dari kekurangan, antara lain : tidak adanya interaksi
langsung perawat dengan klien yang akan mengurangi kualitas pelayanan kesehatan.
Kekawatiran ini muncul karena anggapan bahwa kontak langsung dengan pasien sangat
penting terutama untuk dukungan emosional dan sentuhan terapeutik. Sedangkan kekurangan
lain dari telenursing ini adalah kemungkinan kegagalan teknologi seperti gangguan koneksi
internet atau terputusnya hubungan komunikasi akibat gangguan cuaca dan lain sebagainya
sehingga menggangu aktifitas pelayanan yang sedang berjalan, selain itu juga meningkatkan
risiko terhadap keamanan dan kerahasiaann dokumen klien.

Gambar 1.1 Alur telenursing


(Sumber : http://www.telehealth.ca/imgs/works.gif, diperoleh tanggal 9 Oktober 2011)

Gambar 1.2 Tiga level keamanan untuk proteksi data pasien untuk menjaga privasi pasien.

Gambar 1.3. Tehnologi teleheath pada daerah pedesaan


(Sumber : http://ijahsp.nova.edu/articles/1vol2/telehealth.jpg, diperoleh tanggal 9 Oktober 2011)

Gambar 1.4. Jenis dan pembagian Telehealth


(Sumber: Greenberg M. Elisabeth, 2000)
Prinsif dalam pemberian asuhan keperawatan salah satunya adalah efektifitas dan efisiensi
sehingga tujuan pelayanan dapat tercapai. Saat ini telah banyak penelitian yang mendukung
bahwa inovasi telenursing sangat berdampak positif bagi pelayanan keperawatan, berikut
dapat dilihat pada beberapa artikel penelitian maupun artikel ilmiah lainnya di jurnal-jurnal
kesehatan sebagai berikut :

1. Impact of tele-advice on community nurses knowledge of venous leg ulcer care (Ameen,
Coll, & Peters, 2005). Pada penelitian ini dikemukakan efektifitas telenursing dibidang
manajemen perawatan ulkus kaki, desain yang digunakan adalah quasi eksperimental
dengan pendekatan pre dan post intervensi pada 2 kelompok yaitu kelompok intervensi
sebanyak 19 orang dan kelompok kontrol sebanyak 19 orang, pada penelitian ini
didapatkan bahwa terdapat perbaikan yang signifikan dalam hal kemampuan perawat
komunitas dalam manajemen perawatan ulkus kaki antara sebelum dan sesudah intervensi
melalui telenursing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tele-saran dapat menjadi
manfaat besar bagi perawat komunitas dalam meningkatkan pengetahuan mereka dalam
praktek perawatan ulkus kaki. Ini akan memiliki implikasi signifikan untuk penggunaan
sumber daya manusia yang lebih efisien dan efektivitas biaya dalam perawatan luka.

2. Tele-education in emergency care (Binks & Benger, 2007). Dalam artikel ini dijelaskan
bahwa Telenursing juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petugas kesehatan dalam hal ini adalah perawat, terutama petugas kesehatan
yang bertugas didaerah-daerah terpencil yang kadang sulit diakses melalui jalan darat
karena kondisi geografis yang tidak memungkinkan sehingga mereka kurang terpapar
informasi-informasi maupun pengetahuan terkini menghenai pelayanan keperawatan.
Disini dijelaskan bagaimana telenursing dimanfaatkan sebagai sarana penambahan
wawasan dan pengetahuan mengenai keperawatan gawat darurat terhadap petugas
kesehatan yang bertugas di daerah terpencil. Dalam Tele-education dapat diterapkan
empat domain pembelajaran, yaitu : 1) pengetahuan, 2) keterampilan, 3) hubungan
(relationship), dan 4) sikap (attituds).
3. Efficacy of tele-nursing consultations in rehabilitation after radical prostatectomy: a
randomised controlled trial study (Jensen, Kristensen, Christensen, & Borre, 2011).
Dalam artikel ini dijelaskan bahwa terdapat peningkatan angka dalam insiden kanker
prostat menyebabkan tuntutan yang lebih tinggi terhadap peran perawatan kesehatan
masyarakat. Untuk mengatasi kondisi tersebut, prostatektomi radikal jalur cepat telah
diperkenalkan, sehingga waktu rawat menjadi pendek dan sedikit waktu yang tersedia
untuk edukasi terhadap pasien post op prostektomy, maka pasien dituntut agar mampu
melakukan perawatan secara mandiri melalui bantuan Telenursing. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menyelidiki apakah konsultasi telepon perawat yang dipimpin (TC)
dapat mengoptimalkan sumber daya, rehabilitasi secara aman dan kepuasan pasien dalam
7

periode pasca-operasi. Penelitian ini merupakan uji coba terkontrol secara acak prospektif
dari 95 pasien baik intervensi atau standar tindak lanjut. Intervensi yang diberikan adalah
TC tambahan 3 hari pasca bedah. Pendidikan perawatan dan pasien selama rawat inap
yang diberikan adalah sama untuk semua pasien. Data dikumpulkan dari catatan medis
dan kuesioner 2 minggu pasca-bedah. Memang tidak ditemukan perbedaan dalam
keberhasilan keseluruhan tentang kepuasan pasien, rasa aman dan ketidaknyamanan
pasca-operasi. Beberapa pasien memiliki kebutuhan yang belum terpenuhi saat dirawat di
rumah sakit sehingga peberian TC menjadi alternatif pilihan yang baik. Secara umum,
pasien cukup terdidik dalam pengelolaan rehabilitasi awal dan mereka menyatakan
kepuasan yang tinggi dan rasa aman pada periode pasca operasi setelah pulang meskipun
tanpa TC. Oleh karena itu, TC tidak akan menjadi prosedur standar, tetapi hasilnya telah
meningkatkan kesadaran dalam praktek klinis sehari-hari dan dapat dioptimalkan
pemanfaatannya.

4. Using the Tele-ICU Care Delivery Model to Build Organizational Performance, Part 1
(Rufo, 2011). Dalam artikel ini dijelaskan bahwa paradigma dalam model pemberian
perawatan saat ini telah bergeser ke arah perbaikan kualitas hidup pasien dan keamanan
perawatan pasien. Tele-health terintegrasi adalah salah satu contoh. Dengan
menggunakan perangkat mobile dan keahlian dari dokter yang berpengalaman dapat
dihubungkan ke lokasi terpencil, sehingga pemberi asuhan keperawatan didaerah
terpencil sekarang dapat menerima bantuan untuk manajemen pasien secara langsung
melalui metode ini. Tele-ICU adalah salah satu contoh dari penerapan model teknologi
yang mempercepat pemecahan masalah klinis dan pengambilan keputusan, sehingga
mempercepat pemberian perawatan kritis dan akhirnya meningkatkan hasil yang
diharapkan.

5. A second set of eyes: an introduction to tele-ICU (Goran, 2010). Dalam artikel ini
dijelaskan bahwa Tele-ICU, eICU, virtual ICU, atau pusat ICU terpencil telah diterapkan
dalam perawatan pasien ICU oleh dokter di 28 negara, lebih dari 40 sistem perawatan
kesehatan, dan lebih dari 200 rumah sakit. Meskipun di beberapa tim perawatan tetap
belum terbiasa untuk aplikasikan metode baru ini, sedangkan yang lain tetap skeptis
meskipun rasio biaya perawatan yang bisa ditekan dan manfaat yang didapat. Namun,
dengan perluasan berbagai program dan publikasi hasil klinis dan fiskal, tele-ICU
menjadi lebih diperhatikan dan mengubah wawasan tentang perawatan klinis.
8

Konsep tele-ICU memberikan manfaat bagi tim perawatan untuk memperoleh kemudahan
dalam pengawasan pasien jarak jauh, tidak untuk mengendalikan atau mengganggu, tetapi
untuk mendukung dan meningkatkan kualitas perawatan. Saat pasien kritis keluarga, tim
ICU dan tele-ICU dapat berbagi pengalaman, berkolaborasi untuk menemukan solusi, dan
pemahaman melalui tele-ICU, serta belajar bagaimana bersama tim dapat meningkatkan
perawatan pasien.

6. Nu!RehaVR: virtual reality in neuro tele-rehabilitation of patients with traumatic brain


injury and stroke (Gervasi, Magni, & Zampolini, 2010). Dalam arikel ini dijelaskan
Ketersediaan lingkungan virtual di Web untuk mengembangkan aplikasi baru realitas
virtual dalam beberapa bidang, termasuk beberapa aplikasi therapeutical. Disini disajikan
aplikasi virtual reality diterapkan pada tele-rehabilitasi pasien dengan cedera otak
traumatis dan stroke. Sistem ini berdasarkan teknologi X3D dan Ajax3D, meningkatkan
kemungkinan untuk membuat latihan tele-rehabilitasi ditujukan pada pemulihan dari
penyakit neurologis. Sistem, yang disebut Nu! RehaVR ini, telah dirancang untuk
mengintegrasikan aktivitas yang dilakukan pada sistem tele-rehabilitasi, Nu Reha (Nu!
Reha adalah merek dagang dari produk virtual web ini.(Lihat http://www.nureha.eu).
Sistem ini dirancang untuk memungkinkan pemantauan dan penilaian kegiatan pasien
oleh staf medis di rumah sakit menggunakan fasilitas komunikasi sistem tele-rehabilitasi.
7. Socio-technical and organizational challenges to wider e-Health implementation.
Chronic Respiratory Disease (Vitacca, Mazz, & Scalvini, 2009). Kemajuan terbaru
dalam teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan kontak dengan pasien di
rumah melalui e-Health layanan. Artikel ini memberikan wawasan tentang seni e-Health
dan telemedicine untuk penggunaan klinis yang lebih luas di masa depan. Peluang
telemedicine dirangkum sebagai tele home care, teleconsulting antara dokter umum dan
spesialis dan kegiatan kesehatan online. Saat ini prioritas Uni Eropa adalah Inisiatif pada
Telemediciene (TM) untuk manajemen penyakit kronis seperti pemantauan kesehatan di
rumah dan Visi masa depan untuk Eropa 2020 didasarkan pada pengembangan Pelayanan
Terpadu Telemedicine, meskipun masih ada pro dan kontra. Kualitas, akses dan efisiensi
adalah isu-isu kunci utama untuk keberhasilan e-Health dan implementasi telemedicine.
Teknologi sebenarnya adalah sumber daya manusia yang tersedia ke dalam organisasi.
Untuk e-Health dan telemedicine agar lebih berkembang, maka akan diperlukan riset

yang lebih luas lagi, seperti efektivitas biaya, manfaatnya terhadap perbaikan kualitas
hidup pasien dan dampak pada kualitas kesehatan masyarakat.

8. Home-Based Telemedicine: A Survey of Ethical Issues (Bauer, 2001). Dalam artikel ini
dikemukakan berupa hasil survey terhadap pemanfatan Telemediciene didapatkan data
bahwa secara ekonomis maupun efektifitasnya boleh dikatakan bagus, karena dari segi
biaya yang harus dikeluarkan relatif rendah, kemudin dari segi efektifitasnya pasien tidak
perlu datang ke tempat pelayanan kesehatan yang dituju, tetapi cukup hanya dengan
berinteraksi melalui Telemediciene maupun Telenursing pasien sudah dapat terlayani.
Namun masalah yang muncul dalam penilaian ini adalah bahwa mereka tidak
mengidentifikasi adanya nilai-nilai moral maupun implikasi etis dari penerapan metode
ini. Oleh sebab itu sebagai pengguna metode ini hendaknya petugas kesehatan atau
perawat yang mengelolanya harus memilki pemahaman yang luas tentang keilmuan
keperawatan itu sendiri maupun metode Telenursing yang digunakan.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Dari berbagai sumber hasil penelitian maupun kajian literatur diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa metode pelayanan keperawatan yang menggukana model Telenursing efektif
digunakan dalam aktifitas pelayanan kesehatan, sebagaimana berikut ini :
1. Bisa digunakan sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi petugas
kesehatan khususnya tenaga keperawatan yang berada dimasyarakat maupun dipelosok
yang secara geografis sulit diakses, dengan mengembangkan model Tele-edu atau Telecosulting yang dapat memfasilitasi pembelajaran maupun konsultasi asuhan keperawatan
dari perawat primer kepada perawat spesialis, atau model Tele-ICU dimana pelayanan
intensive care dapat diberikan pada pasien yang berada ditempat yang terisolasi namun
memiliki fasilitas ICU yang memadai serta mempunyai care giver.
2. Bisa digunakan sebagai sarana memantau perkembangan serta memandirikan pasien atau
keluarga untuk merawat diri sendiri melalui metode Telenursing. Pasien yang sudah bisa
pulang dan harus menjalani perawatan secara mandiri dirumah dapat di folow up melalui
metode ini.
3. Bisa digunakan sebagai sarana memandu dan memantau rehabilitasi pasien pasca dirawat
di rumah sakit. Dengan metode Telenursing ini petugas dapat memantau dan memandu

10

langkah-langkah rehabilitasi yang harus dijalani pasien-pasien dengan masalah tertentu


pada fase out pation.
Dalam memulai suatu sistem tentu saja terdapat kendala, baik dari segi SDMnya, fasilitas
infrasutruktur maupun biaya yang harus dikeluarkan untuk mendukung berjalannya suatu
sistem, oleh sebab itu sistem perlu dirancang secara matang dengan pendekatan
pengembangan sistem, diantaranya : 1) analisa sistem, 2) rancangan sistem, 3) implementasi
sistem, 4) pemeliharaan sistem dan 4) peningkatan sistem (Sabarguna, 2011).

Daftar pustaka
Ameen, J., Coll, A. M., & Peters, M. (2005). Impact of tele-advice on community nurses'
knowledge of venous leg ulcer care. Journal of Advanced Nursing, 50(6), 583-594.
Bauer, K. (2001). Home-Based Telemedicine: A Survey of Ethical Issues. Cambridge
Quarterly of Healthcare Ethics, 10(2), 137-146.
Binks, S., & Benger, J. (2007). Tele-education in emergency care. Emergency Medicine
Journal, 24(11), 782-784.
Gervasi, O., Magni, R., & Zampolini, M. (2010). Nu!RehaVR: virtual reality in neuro telerehabilitation of patients with traumatic brain injury and stroke. Virtual Reality, 14(2),
131-141.
Goran, S. F. (2010). A second set of eyes: an introduction to tele-ICU. Critical Care Nurse,
30(4), 46-56.
Greenberg M. Elisabeth (2000). The Domain of Telenursing : Issues and Prospects. Nursing
Economic Jurnal, 18(4) 221-222.
Jensen, B. T., Kristensen, S. A., Christensen, S. V., & Borre, M. (2011). Efficacy of telenursing consultations in rehabilitation after radical prostatectomy: a randomised
controlled trial study. International Journal of Urological Nursing, 5(3), 123-130.
Rufo, R. (2011). Using the Tele-ICU Care Delivery Model to Build Organizational
Performance, Part 1. Critical Care Nursing Quarterly, 34(3), 177-181.
Sabarguna (2011). Sistem informasi manajemen kesehatn: Tahap-tahap pengembangan
sistem. Materi kuliah Program magister ilmu keperawatan FIK UI. (Tidak
dipublikasikan).
Salahuddien (2011). Trend Keamanan Internet Indonesia di
2011. Diperoleh di
http://idsirtii.or.id/content/files/artikel/TREN%20KEAMANAN%20INTERNET%20I
NDONESIA%202011.pdf. Diakses tanggal 9 Oktober 2011.
Vitacca, M., Mazz, M., & Scalvini, S. (2009). Socio-technical and organizational challenges
to wider e-Health implementation. Chronic Respiratory Disease, 6(2), 91-97.
11

Vouyioukas, D., Maglogiannis, I., & Pasias, V. (2007). Pervasive E-health Services Using the
DVB-RCS Communication Technology. Journal of Medical Systems, 31(4), 237-246.

12

Anda mungkin juga menyukai