NASIONAL MELALUI
PERLINDUNGAN PASAR
TRADISIONAL DAN PELAKU
UMKM, SERTA SINERGITAS
TERHADAP TOKO RITEL
MODERN MILIK INVESTOR
BESAR
1.
1.1.
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kehadiran toko modern atau swalayan bukanlah merupakan suatu hal asing
lagi bagi masyarakat yang hidup di kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya, juga
beberapa kota besar lainnya. Pada awalnya,toko modern atau swalayan hadir
sebagai anti-tesis terhadap pasar tradisional yang dianggap kotor, dan kumuh
sebagai penyedia kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat. Toko modern atau
swalayan hadir dengan beragam skala penjualan, dari skala kecil yang menyediakan
barang dalam jumlah satuan, hingga ada yang menyediakan dalam skala partai
besar secara grosir.
Pendirian toko modern atau swalayan sepanjang diatur dengan baik memiliki
banyak dampak positif terhadap perkembangan ekonomi nasional. Namun jika
sebaliknya, hal ini akan memiliki kecenderungan mematikan usaha kecil, dan pasar
tradisional. Bagi banyak masyarakat, berbelanja di toko modern atau swalayan
terasa lebih nyaman ketimbang harus masuk di pasar tradisional yang cenderung
kotor, dan kumuh. Toko modern atau swalayan pada umumnya menawarkan
beragam kenyamanan yang tidak didapatkan di pasar tradisional, seperti tawaran
diskon, toko yang representatif, serta beragam tawaran lainyang hanya mungkin
dilakukan oleh pelaku usaha dengan modal yang besar.
Atas kesadaran untuk menjaga kehadiran pedagang kecil, pasar tradisional,
usaha mikro kecildan menengah (UMKM), maka pendirian toko modern atau
swalayan telah diatur melalui Surat Edaran Mendag Nomor 1310/M-Dag/12/2014
tentang Perizinan Toko Modern, Perpres Nomor 112 Tahun 2007, dan Permendag
Nomor 70 Tahun 2013. Peraturan tersebut diantaranya mengatur mengenai
pendirian toko modern atau swalayan hanya dapat dilakukan di daerah yang sudah
memiliki Rencana Detil Tata Ruang (RDTL). Hal ini dimaksudkan agar pendirian toko
modern atau swalayan dapat diposisikan di bagian wilayah yang tidak berpotensi
mengganggu dan mengancam kelangsungan pedagang kecil di pasar tradisional,
dan UMKM setempat yang telah lebih dahulu ada sebelumnya.
Dalam periode tahun 20072012, jumlah gerai ritel modern di Indonesia
mengalami pertumbuhan rata-rata 17,57% per tahun. Pada tahun 2007, jumlah
usaha ritel di Indonesia masih sebanyak 10.365 gerai, kemudian pada tahun 2011
mencapai 18.152 gerai tersebar di hampir seluruh kota di Indonesia. Pertumbuhan
jumlah gerai tersebut tentu saja diikuti dengan pertumbuhan penjualan. Menurut
AsosiasiPerusahaan Ritel Indonesia (Aprindo), pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia
antara 10%15% per tahun. Penjualan ritel pada tahun 2006 masih sebesar Rp49
triliun, dan melesat hingga mencapai Rp120 triliun pada tahun 2011. Sedangkan
pada tahun 2012, pertumbuhan ritel diperkirakan masih sama, yaitu 10%15%, atau
mencapai Rp138 triliun. Jumlah pendapatan terbesar merupakan kontribusi dari
hipermarket, kemudian disusul oleh minimarket dan supermarket.
Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 237 juta jiwa dengan total
konsumsi sekitar Rp3.600-an triliun merupakan pasar potensial bagi bisnis ritel
modern. Ini didukung oleh perilaku berbelanja penduduk Indonesia yang sudah
mulai bergeser, dari berbelanja di pasar tradisional menuju ritel modern. 1
Dengan dibukanya pintu masuk bagi para peritel asing sebagaimana
Keputusan Presiden No. 118/2000 yang telah mengeluarkan bisnis ritel dari negative
list bagi penanaman modal asing (PMA), sejak itu ritel asing mulai marak masuk ke
Indonesia. Masuknya ritel asing dalam bisnis ini menunjukkan bisnis ini sangat
menguntungkan. Namun di sisi lain, masuknya hipermarket asing yang semakin
ekspansif memperluas jaringan gerainya, dapat menjadi ancaman bagi peritel lokal.
Peritel asing tidak hanya membuka gerai di Jakarta. Misalnya Carrefour, dalam
enam tahun belakangan sudah merambah ke luar Jakarta, termasuk ke Yogyakarta,
Surabaya, Semarang, Palembang, dan Makassar.
Semakin maraknya ritel modern tentu saja menimbulkan persaingan sesama
ritel modern tersebut. Selain itu, maraknya ritel modern memudahkan konsumen
untuk memilih ritel yang disukai dan cocok dengan keinginan konsumen. Sehingga
konsumen dengan mudah bisa berganti ritel modern yang dikunjungi, atau tetap
loyal dengan satu ritel karena sudah merasa cocok.
Survei Top Brand yang mengukur tiga parameter, yaitu TOM BA,last usage,
dan future intention, selain digunakan untuk mengetahui Top Brand Index, bisa juga
digunakan untuk mengetahui perilaku switching konsumen. Berikut ditampilkan
perilaku switching konsumen berdasarkan hasil survei Top Brand 2012, atribut last
Sinaga, Pariaman. 2006. Penelitian Dampak Keberadaan Pasar Modern (Supermarket dan
Hypermarket) Terhadap Usaha Ritel Koperasi/Waserda dan Pasar Tradisional. Jurnal Pengkajian
Koperasi dan UKM: nomor 1 tahun 1-2006: 85-99.
1
Bagaimana tidak, dari 16 ribu toko modern yang ada di Indonesia, pemiliknya tidak
lebih dari seribu orang. Memajukan pasar tradisional agar bisa dinikmati seperti
negara lain menurutnya jauh lebih bermanfaat ketimbang melonggarkan izin
pendirian toko modern yang hanya dimiliki segelintir pihak. 3
Sejalan dengan Bambang Haryo Soekartono, Hafisz Tohir yang juga
merupakah Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
memiliki anggapan serupa terhadap kebijakan ini. Menurutnya pemerintah saat ini
memiliki kecenderungan berpihak pada pro-kapitalis dengan mengeluarkan
kebijakan ini.4
Maka menjadi menarik bagi penulis mengangkat persoalan pelonggaran ijin
pendirian toko ritel modern. Bagi pemerintah dalam hal ini Kementrian Perdagagan,
pelonggaran tersebut akan membantu mengatasi pertumbuhan ekonomi yang
sedang lesu, dan memacu pertumbuhan di sektor toko ritel. Hal ini dianggap tidak
sepenuhnya tepat bagi banyak orang termasuk beberapa Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Komisi VI. Maka karya tulis ini akan mencoba menelaah
mengenai implikasi pelonggaran ijin pendirian toko ritel modern ini dikaitkan dengan
pemberdayaan UMKM.
1.2.
PERNYATAAN PERMASALAHAN
Dengan berdasarkan latar belakang permasalahan yang teah diuraikan di
1.3.
PERTANYAAN PENELITIAN
1.4.
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam rangka pengumpulan data dan analisa penemuan penelitian, maka
akan dipergunakan:
Metode penelitian yuridis-normatif, atau penelitian doktrinal yaitu dengan melakukan
penelitian dan pembahasan melalui bahan kepustakaan buku, artikel, majalah,
koran, pendapat ahli, peraturan perundangan, jurnal ilmiah, yang kesemuanya
didapat dalam bentuk cetak maupun melalui media on-line.
2.
2.1.
10
modern. Kedua hal ini tidak bisa dipisahkan selalu berjalan berdampingan. Seperti
yang terjadi pada pasar tradisional menghadapi persaingan retail modern.
Fenomena seperti ini dipertegas dengan teori Dualisme yang dicetuskan
pertama kali oleh J.H Boeke dalam bukunya yang berjudul Economics and economic
Policy in Dual Societies, 1953. Menurut Boeke (dalam Sukirno, 2005:162)
mengatakan bahwa di dalam suatu masyarakat mungkin terdapat terdapat dua
sistem yang berbeda. Kedua-duanya wujud berdampingan di mana yang satu tidak
dapat sepenuhnya menguasai yang lainnya.
Persaingan Antara Pasar Tradisional dan Retail Modern Menurut Samuelson
(1996:214) dengan kondisi yang terjadi di pasar jika banyak perusahaan menjual
produk-produk yang serupa tapi tak sama hal ini termasuk ke dalam struktur 5 pasar
yang dikenal dengan persaingan monopolistik.
Persaingan monopolistik menyerupai persaingan sempurna dalam tiga hal :
pertama terdapat banyak penjual dan pembeli, kedua mudah keluar masuk industri,
dan ketiga perusahaan-perusahaan menganggap harga perusahaan lain tetap.
Adapun perbedaan antar persaaingan sempurna dengan monopolistik adalah pada
produknya. Jika pada persaingan sempurna produknya identik tetapi pada
monopolistik produknya lebih diferensiasikan. Diasumsikan, produk yang dijual tidak
homogen akan tetapi sengaja dibedakan melalui berbagai macam program promosi
penjualan sehingga meskipun barang yang diperdagangkan sebenarnya dapat
saling menggantikan, konsumen mempunyai preferensi untuk memilih produk dari
pasar tradisional maupun retail modern.
Kemudian menurut Salvatore (1993:283) persaingan monopolistik mengacu
pada organisasi pasar di mana terdapat banyak perusahaan yang menjual komoditi
11
yang hampir serupa tetapi tidak sama. Karena adanya diferensiasi produk konsumen
sendiri yang menentukan pilihan.
Dengan semakin pesatnya pertumbuhan jumlah retail modern maka
persaingan di bidang perdagangan semakin ketat. Bagi para pedagang yang tidak
siap menghadapi gencaran masuknya pedagang baru yang lebih menarik dengan
menggunakan berbagai strategi pemasaran yang menarik dan disertai dengan
teknologi yang modern dibarengi dengan manajemen yang lebih baik maka
persaingan akan semakin ketat. Siapa saja yang tidak bisa membaca peluang bisnis
yang terjadi maka akan menjadi ancaman tertindas atau kalah dalam persaingan.
West (dalam Suryani, 2010:17) mengatakan bahwa dengan berlanjutnya
pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya rata-rata pendapatan yang dapat
dibelanjakan, akan bertambah besar pula permintaan akan pasar yang lebih khusus
dan spesifik. Sehingga dapat dikatakan bahwa pasar yang berhasil adalah yang
paling dapat menyesuaikan barang dan jasanya dengan permintaan pasar. Hal ini
dipertegas oleh pernyataan Smith (dalam Rahardja, 2010:19) bahwa memandang
perekonomian sebagai sebuah sistem seperti halnya semesta.
Sebagai
sistem,
perekonomian
memiliki
kemampuan
untuk menjaga
12
memasuki
segmen
pasar
yang
dipilih.
Keputusan-keputusan
dalam
mengalokasikan
pendapatannya
tersebut
seorang
konsumen
akan
HUKUM
DALAM
PENINGKATAN
PEREKONOMIAN
NASIONAL
2.1.3.1. Perbandingaan Hukum
a. Pembukaan UUD tahun 1945
Dari pembukaan UUD ini terdapat tujuan untuk memajukan kesejahteraan
umum artinya bukan hanya untuk sebagian masyarakat saja sehingga
14
dengan
prinsip
kebersamaan,
efisiensi
berkeadilan,
15
adalah
upaya
yang
dilakukan
oleh
pemerintah,
16
2.1.3.2.
dan berkeadilan;
Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha, Mikro, Kecil,
2.1.3.3.
Peran Pemerintah
UU UMKM ini juga memuat peran pemerintah dalam pengembangan UMKM,
yaitu:
a. Pasal 7 ayat (1): Pemerintah dan Pemerintah daerah menumbuhkan Iklim
Usaha dengan menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan
yang meliputi aspek:
Pendanaan
Sarana dan prasarana
Informasi usaha
Kemitraan
Perizinan usaha
Kesempatan berusaha
Promosi dagang
Dukungan kelembagaan
b. Pasal 7ayat (2):
17
2.1.3.4.
pemberdayaan UMKM ada pada menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di
bidang UMKM. Pada saat ini, menteri yang dimaksud dalam UU ini adalah Menteri
Koperasi dan Usaha kecil dan Menengah. Pada Pasal 38 ayat (2) disebutkan
dinyatakan bahwa koordinasi dan pengendalian pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah dilaksanakan secara nasional dan daerah yang meliputi penyusunan
dan pengintegrasian kebijakan dan program, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi
serta pengendalian umum terhadap pelaksanaan pemberdayaan UMKM termasuk
penyelenggaraan kemitraan usaha dan pembiayaan UMKM. 6
Parsons, Wayne. 2008. Public Policy Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan. Jakarta:
Kencana.
18
Republik Indonesia, UU RI no 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah,
BAB 1, Pasal 1
19
Jumlah tenaga kerja dari sejumlah unit usaha inimencapai 107.657.509 orang
dengan pertumbuhan jumlah tenaga kerjamencapai 5.83%. 8
Angka yang tidak kecil tersebut menjelaskan seberapa besar tingkat
ketergantungan pendapatan kalangan grass root dari sektor UMKM. Hancurnya
sebagian sector ini akan menyebabkan tingkat pengangguran yang semakin tinggi
yang bisa berimbas pada kenaikan tingkat kriminalitas yang bahkan memiliki
kemungkinan untuk mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pada dasarnya kegiatan industri, termasuk kegiatan UMKM, adalah kegiatan
untuk meningkatkan nilai suatu bahan (ataujasa) sehingga menjadi lebih berharga
melalui proses pengolahan baik secara manual maupun mekanis untuk kemudian
dipasarkan sehingga mendapatkan keuntungan. Bagi masyarakat yang sudah
terkena imbas teknologi sehingga memiliki kemampuan maupun kepahaman akan
teknologi proses serta pemasaran, perkara industry ini bukanlah hal yang terlalu sulit
dikerjakan. Pengelola UMKM ini hanya tinggal di berikan modal dana sistensi yang
cukup maka mereka akan berkembang menjadi UMKM yang mandiri.
Harus ada yang turun tangan untuk memastikan semua daerah mampu
teroptimalisasi potensinya sehingga mampu member manfaat, tak hanya sekedar
teronggok begitu saja hingga akhirnya membusuk, khususnya pada produk-produk
pertanian. Tentu saja pemerintah yang memiliki tanggungjawab paling besar dalam
optimalisasi potensi ini, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Untukmengembantanggungjawabini, dalam UU RI no 20 tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah, di jelaskan bahwasanya pemerintah membutuhkan
bantuan dari komponen-komponen lain yang sekiranya memiliki peran dan bisa
8
Badan Pusat Statistik. Tabel Perkembangan UMKM pada Periode 1997 -2012, (8 Oktober
2015), terdapat di situs www.bps.go.id
20
DAFTAR PUSTAKA
1-2006.
Suryadarma, Daniel, dan kawan-kawan. 2007. Laporan Penelitian Dampak
Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional di Daerah
toko-ritel-sedang-diselaraskan-di-kemendag
Republika, Republika Online, (7 Oktober
2015),
terdapat
di
situs
http://republika.co.id/berita/ekonomi/makro/15/09/24/nv5l7a359-pelonggaranizin-pendirian-toko-ritel-modern-diniliai-ngawur
Republika,
Republika
Online,
(7
Oktober
2015),
terdapat
di
situs
http://republika.co.id/berita/ekonomi/makro/15/09/24/nv67ef254-komisi-vi-dprnilai-mendag-pro-kapitalis