Sangihe
Sangihe
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
penyelidikan
terletak
di
perairan
Sangir-Talaud,
Kabupaten
PENDAHULUAN
(Ketua Tim)
2.
(Ahli Geologi)
3.
(Ahli Geologi)
4.
(Ahli Geologi)
5.
(Ahli Geologi)
6.
Dra. Ai Yuningsih
(Ahli Oseanografi)
7.
Ir. Hartono
(Ahli Geologi)
8.
(Teknisi Komputer)
9.
Sarip
(Teknisi Geofisika)
(Teknisi Navigasi)
(Teknisi Geofisika)
PENDAHULUAN
12. Sugiyono
(Teknisi Percontohan)
(Teknisi Percontohan)
PENDAHULUAN
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
Secara tektonik, Kepulauan Sangihe merupakan bagian dari Jalur Volkanik
Minahasa Sangihe yang membatasi Laut Sulawesi di bagian timur (Darman dan
Sidi, 2000). Aktivitas volkanik di kepulauan ini umumnya berumur Kuarter dan
merupakan hasil dari penyusupan Lempeng Laut Maluku di bawah Lempeng
Benua Eurasia (Zulkarnain, 2002).
Batuan gunung api pembentuk Sangihe Besar merupakan batuan volkanik
berkomposisi andesitik hingga basaltik yang berumur Pliosen Awal hingga
Holosen (Samodra, 1994). Selain itu dijumpai juga batuan terobosan berkomposisi
dioritik hingga andesitik. Batuan penyusun Sangihe Besar dari yang tertua hingga
termuda menurut Samodra (1994) adalah: Batuan Gunungapi Biaro, Batuan
Gunungapi Sahendaruman, Batuan Terobosan, Formasi Pintareng, Batuan
Gunungapi Awu dan Alluvium (Gambar 2).
2.1
GUNUNGAPI BIARO
Batuan Gunungapi Biaro dihasilkan oleh aktivitas volkanik pada akhir Neogen
yang disebabkan oleh penunjaman Lempeng Maluku di bawah Busur Sangihe
(Samodra, 1994). Satuan Gunungapi Biaro berupa perulangan breksi gunungapi
dan lava, bersisipan tuf lapili dan batupasir tufan. Breksi gunungapi berkemas
terbuka dan terpilah buruk, didominasi oleh komponen andesit dan basal.
Sebagian lavanya amigdaloid bersusunan andesit-basal dengan kenampakan
struktur bantal. Beberapa sisipan tuf lapili lapuk mempunyai tebal 2-3 m. Batupasir
tufan yang berukuran sedang-kasar berstuktur perarian sejajar dan tak berfosil.
Korelasinya dengan satuan sejenis di lengan utara Sulawesi memberi kesan
umurnya adalah Miosen Akhir-Pliosen Awal. Lingkungan pengendapannya adalah
darat-peralihan. Tebal satuan lebih dari 300 m.
GEOLOGI REGIONAL
GEOLOGI REGIONAL
terobosan yang dijumpai di daerah ini terbentuk oleh sistem retakan dan
menyebabkan mineralisasi pada Plio-Plistosen (Samodra, 1994). Beberapa
sumber daya mineral yang telah diidentifikasi oleh Samodra (1994) antara lain
emas, perak, besi, tembaga, timbal dan seng, serta mineral sulfida (pirit dan
kalkopirit). Emas terdapat di daerah Lapango dan Binebase. Emas letakan
didulang oleh penduduk setempat di daerah Lapango dan Sowaeng. Hematit
dijumpai di Sowaeng, G. Bukide dan Bukit Bahu (P. Siau).
BAB III
METODA DAN PERALATAN PENYELIDIKAN
Metoda penyelidikan meliputi penentuan posisi, pengamatan parameter hidrooseanografi, perekaman data geofisika, pengamatan kondisi geologi termasuk
karakteristik pantai dan percontohan sedimen serta analisa laboratorium.
3.1 PENENTUAN POSISI
Peralatan penentuan posisi mengunakan Sistem Navigasi Satelit Terpadu
dari Moving GPS Marine dan Land (Garmin 235 Map Survey dan Garmin
75).
Cara pengukuran sistem GPS dilakukan secara down load data posisi,
dengan menggunakan minimum 7 (tujuh) satelit. Cara mengkorelasi antara
posisi GPS dengan fix point pada rekaman yaitu dengan menggunakan titik
ikat pasang surut sebagai base station. Sistem koordinat pada peta dasar di
lapangan ini sudah dikaitkan dengan sistem koordinat Bakosurtanal, dengan
pengukuran datum survei menggunakan WGS 84.
Cara pengukuran, terutama untuk pengukuran kontinyu pada lintasan kapal
untuk pemetaan kedalaman laut, diperoleh dari pengolahan data digital
posisi menggunakan Paket Program Modifikasi PPPGL. Dalam hal
kehilangan data akibat posisi orbit satelit, digantikan oleh asumsi gerak linear
kapal pada haluan dan kecepatan kapal yang konstan.
3.2 HIDRO-OSEANOGRAFI
Pengukuran aspek oseanografi meliputi pengukuran pasang surut, arus, dan
pergerakan massa air (float tracking).
3.2.1
metode
harmonik
British
Admiralty
untuk
menghitung
konstanta harmonik yang terdiri atas: paras laut rata-rata (mean sea
level), amplitudo dan fasa yang terdiri atas 9 (sembilan) komponen
utama pasang surut, yaitu: M2, S2, N2, K1, O1, M4, MS4, K2 dan P1;
dengan keterangan sebagai berikut:
An
N2
K2
O1
P1
K1
10
: Tinggi paras air laut rata-rata di atas titik nol rambu amat
An
Gn
wt
: Waktu
astronomis
11
3.2.2
dengan
meletakkan
alat
tersebut
disuatu
tempat
yang
Dari data tersebut kemudian dipilih angin-angin kuat pada setiap arah
METODA DAN PERALATAN PENYELIDIKAN
12
Pemeruman (Sounding)
Pemeruman menggunakan alat Echosounder JMC-800 200/50 KHz
yang bekerja dengan prinsip pengiriman pulsa energi gelombang
suara dari permukaan laut melalui transmitting transducer secara
vertikal ke dasar laut. Kemudian gelombang suara akan dipantulkan
dari dasar laut dan diterima oleh receiver transducer. Gelombang
suara yang diterima akan ditransformasikan menjadi pulsa energi
listrik ke receiver. Sinyal-sinyal tersebut diperkuat dan direkam pada
recorder dalam bentuk grafis maupun digital dengan sapuan terkecil
pada kerta selebar 200 mm antara kedalaman 0 80 m kemudian
dilakukan pendigitan di instansi PPPGL. Pengambilan data kedalaman
dilakukan secara simultan dengan pengambilan data lintasan kapal
tegak lurus dan sejajar garis pantai sekitar P. Sangihe Besar.
Data pemeruman digunakan untuk mendapatkan data kedalaman laut
sebagai
bahan
pembuatan
peta
kedalaman
laut
(batimetri),
13
C = B - MSL
E=D-C+d
dengan :
C
= Nilai
tinggi
air/pasang
surut
terukur
di
lapangan
3.3.2
Seismik
Seismik pantul dangkal saluran tunggal bekerja dengan prinsip
pengiriman gelombang akustik yang ditimbulkan oleh Boomer ke
bawah permukaan laut dan Hydrophone menerima kembali sinyal
yang dipantulkan setelah melalui media lapisan bawah laut.Sinyal
yang diterima akhirnya direkam dan akan tampak sebagai penampang
horison-horison seismik pada kertas rekaman.
Seismik pantul dangkal menggunakan sistem Boomer dengan catu
daya 300 Joule, frekuensi 250-4000 Hz dan sapuan 0.25 per detik.
Peralatan yang digunakan adalah Uniboom EG & G 230, Hydrophone
Bentos 10 elemen, Graphic Recorder EPC 3200, Power Supply EG &
G 234, Band Pass Filter Khron Hite 3700, generator set Yanmar 5
KVA, dan generator set Honda Elemex SH-1000DX.
Pengukuran seismik pantul dangkal dimaksudkan utnuk mendapatkan
penampang seismik guna mengetahui keadaan sedimen dan struktur
geologi, baik permukaan maupun bawah laut.
14
3.4.1
karakteristik
pantai
dilakukan
dengan
mengadakan
berpengaruh,
macam
dan
jenis
sedimen
serta
proses
3.4.3
dianalisis sebanyak 0,5 kg, dan sisanya disimpan pada cool storage di
PPPGL Cirebon. Secara umum analisis besar butir ini dilaksanakan
melalui metoda pengayakan dan pipet, kemudian diklasifikasi menurut
Klasifikasi Folks (1980). Prosedur umum laboratorium untuk analisis
besar butir dapat diterangkan sebagai berikut :
1. Sampel basah + 1 Kg di aduk homogen
2. Sampel basah + 500 gram dikeringkan pada suhu 110 o C
3. Setelah sampel kering, ditimbang untuk berat asal sebanyak 100
gram
4. Sampel direndam + sehari semalam, selanjutnya dimasukkan
pada sampel Stirrer (pengaduk contoh), supaya butiran
lebih
cepat terpisah
5. Sampel basah dengan saringan 4 phi, untuk memisahkan butiran
lumpur dengan butiran di atasnya
6. Sampel Pan (di bawah 4 phi) dan butiran di atasnya dikeringkan
7. Sampel butiran di ayak kering dengan menggunakan Sieve
Shaker, dengan interval ayakan 0,5 phi + 10 menit (ayakan mulai
dari -2,0 phi s/d 4,0 phi)
8. Hasil tiap ayakan ditimbang dan ditulis dalam bentuk tabular
9. Jika hasil ayak basah lebih dari 20 gram (lebih dari 20%) sampel
diambil 20 gram untuk dipipet, jika kurang dari 15 gram sampel
tidak dipipet
10. Untuk sampel yang berdasarkan hasil deskripsi ahli geologi
berbutir
16
3.5.2
diperiksa
dibawah
mikroskop
binokuler
mengenai
17
Analisa Geokimia
Analisa geokimia yang dilakukan terdiri atas Analisa Atomic Adsorbent
Spectophotometry (AAS), X-Ray Flouresence (X-RF), dan Fire Assay.
ANALISA AAS
Prosedur umum untuk analisa AAS adalah sebagai berikut :
1. Masukkan 0.5 gram contoh ke dalam gelas kimia.
2. Campurkan 5 ml larutan HN03 dan 10 ml larutan HF.
3. Panaskan di atas Hot Plate sampai kering.
4. Tambahkan 5 ml larutan HNO3 dan 10 ml larutan HClO4.
5. Panaskan sampai keluar asap putih.
6. Tambahkan 5 ml larutan HNO3 dan tanda bataskan.
7. Periksa larutan ini dengan Spectrophotometry.
ANALISA X-RF Untuk Trace Element
Langkah-langkah analisa adalah sebagai berikut :
1. Timbang contoh lalu masukkan ke dalam Curvet.
2. Tempatkan pada contoh Holder, atur panjang gelombang dengan
unsur yang diuji.
3. Periksa dengan X-Ray.
ANALISA FIRE-ASSAY UNTUK UJI Au dan Ag
Prosedur untuk uji base metal adalah sebagai berikut :
1. Timbang contoh.
2. Masukkan ke dalam Crucible tambah bahan kimia.
3. Panaskan di dalam tungku pada suhu 100 C.
18
19
BAB IV
HASIL PENYELIDIKAN
4.1 PENENTUAN POSISI
Lokasi setiap pengambilan data di lapangan meliputi lintasan penyelidikan,
lokasi pengambilan contoh sedimen pantai maupun permukaan dasar laut,
lokasi pasang surut, pengukuran arus, dapat dilhat pada peta-peta terlampir.
4.2 HIDRO-OSEANOGRAFI
Oleh : Ai Yuningsih
Pengukuran pasang surut dilakukan di Pelabuhan Tahuna dengan
menempatkan rambu ukur di dermaga pelabuhan. Data pengukuran pasang
surut selama 15 hari setiap 1 jam disajikan dalam bentuk grafik pembacaan
rambu terhadap waktu pengamatan. Pengukuran arus statis dilakukan di
dermaga pengisian bahan bakar Pertamina untuk Kabupaten Kepulauan
Sangihe. Data pengukuran arus statis disajikan dalam bentuk tabel.
Pengukuran arus dinamis dilakukan di sekitar Teluk Tahuna. Data
pengukuran arus dinamis disajikan dalam bentuk lintasan pergerakkan alat
Float Tracking saat pasang dan saat surut.
4.2.1
Pasang Surut
Pengamatan pasang surut dalam penyelidikan ini dilakukan di satu
stasion pengamatan yang ditempatkan dermaga Pelabuhan Tahuna
dengan koordinat 1253015.66BT dan 033614.52 LU. Pengukuran
dilakukan dengan menggunakan rambu ukur (Peilschaal) yang
dipasang di dermaga secara permanen untuk mengetahui perubahan
elevasi permukaan air laut secara vertikal pada saat pasang naik
maupun pasang surut di mana titik nol dari rambu masih digenangi air
pada saat surut terendah. Lokasi tersebut dipilih karena tempatnya
cukup representatif untuk mewakili daerah telitian dan dianggap stabil
karena tidak terlalu dipengaruhi gelombang laut maupun lalu lintas
kapal
atau
perahu
nelayan
sehingga
menambah
ketelitian
20
pembacaan.
Pengamatan dilakukan selama berlangsungnya kegiatan pemeruman
dan seismik, sedangkan untuk mengetahui muka laut rata-rata
dilakukan dengan metoda seri pendek yaitu pencatatan tinggi
rendahnya muka laut dilakukan setiap 1 jam sekali secara menerus
selama 15 piantan yang diamati mulai tanggal 11 sampai 25 Mei 2004.
Data variasi pasang surut tersebut dihubungkan data ketinggiannya
(BM) melalui pengukuran leveling.
Selanjutnya data pasang surut ini diproses dengan menggunakan
Metoda harmonis The British Admiralty. Metoda ini digunakan untuk
menghitung konstanta harmonis pasang surut yang terdiri atas muka
laut rata-rata (Mean Sea Level), amplitudo dan phase dari 9
(sembilan) komponen utama konstanta pasang surut (M2, S2, N2, K1,
O1, M4, MS4, K2 dan P1).
Konstanta pasang surut ini digunakan untuk menghitung berbagai
referensi elevasi atau datum vertikal, yaitu level muka air rata-rata
(MSL), level muka air tertinggi (HWS) dan level muka air terendah
(LWS). Level acuan yang digunakan pada penelitian ini adalah level
muka air rata-rata (MSL).
Hasil perhitungan akhir pasang surut
sebagai berikut :
A(cm)
S0
M2
S2
N2
K2
K1
O1
P1
M4
MS4
220.3
54.2
45.2
9.8
10.4
12.1
19.2
4.0
0.6
1.9
-51.9
184.9
308.9
184.9
96.1
162.2
96.1
192.0
523.9
g (0 )
Dimana :
A
So
21
M2
S2
N2
K2
K1
O1
P1
M4
MS4
Pengukuran Arus
Untuk mengetahui pergerakan massa air yang menyangkut arah dan
kecepatan gerak massa air diamati dengan menggunakan Float
tracking dan Current meter . Float tracking dilakukan di sekitar Teluk
Tahuna. Sedangkan Current meter diletakkan di dermaga pengisian
22
23
24
parameter
gelombang
hasil
prediksi
disetiap
titik
tenggara.
METODA DAN PERALATAN PENYELIDIKAN
25
Energi
26
survey,
komponen
serta
arah
arus
sejajar
pantai.
27
28
29
berupa
pasir
halus-kasar
dan
batu
kerikil-bongkah.
tebing
pantai
atau
dinding
sungai
(proses
30
Pemeruman
Pemeruman dilakukan mengitari P. Sangihe Besar dengan jarak dari
garis pantai rata-rata 2 km. Lintasan pengukuran mencapai kurang
lebih 155 km. Data posisi yang disajikan berupa data koordinat setiap
2 menit pembacaan kedalaman. Data yang disajikan dalam bentuk
tabel yang nantinya akan dikoreksi dengan pembacaan pasang surut
kemudian akan diolah menjadi data kedalaman laut atau batimetri
(LAMPIRAN PETA).
Kondisi morfologi dasar laut Perairan Sangihe tergambar dari pola
kontur yang mengikuti garis pantai dengan kedalaman dasar laut yang
terukur 100 m sampai 10 m memperlihatkan pola yang rapat dan
terjal. Jarak 1,4 km dari garis pantai sudah mencapai kedalaman 100
m atau lebih. Hal ini disebabkan karena pulau-pulau di perairan
Sangir-Talaud merupakan pulau yang terbentuk karena munculnya
gunungapi bawah laut sebaga akibat aktifitas lempeng tektonik
Lempeng Maluku di sebelah baratnya.
4.3.2
rekaman
analog
yang
diperoleh
ternyata
tidak
semuanya
Sekuen A
Sekuen ini dicirikan oleh konfigurasi internal paralel dengan
kontinuitas tinggi dan amplitudo serta frekuensi yang sedang. Melihat
model reflektor sekuen ini diperkirakan tersusun oleh material yang
berbutir halus sampai sangat kasar, diendapkan pada lingkungan
energi laut yang sedang. Bila disebandingkan dengan kondisi geologi
darat maka sekuen ini kemungkinan sama dengan satuan batuan hasil
produk gunungapi berupa breksi andesit dan tuf. Hasil gunungapi
yang mempengaruhi daerah ini merupakan hasil produk gunungapi G.
Awu yang terletak disebelah utara daerah selidikan.
Sekuen B
Sekuen ini dicirikan oleh internal reflektor paralel-sub paralel dengan
amplitudo dan kontinuitas yang relatif sedang dengan frekuensi yang
METODA DAN PERALATAN PENYELIDIKAN
32
umumnya
bersusunan
andesit-basal,
sering
33
34
Karakteristik Pantai
Oleh: Duddy A. SR, M. Akrom, R. Zuraida
Secara umum morfologi sepanjang pantai
berrelief
tinggi
dengan
tutupan
vegetasi
hutan
dan
36
37
selain terdapat pula sumber pasir pada dinding pantai seperti pasir
besi ataupun pasir karbonat yang bersumber dari laut.
Fenomena tingkat konfigurasi garis pantai yang relatif rendah di
kawasan utara ini dapat diinterpretasikan bahwa kawasan ini masih
tergolong sedimentasi aktif atau pantai kawasan ini belum stabil.
dalam
alur-alur
sungai
menuju
pantai.
Pasir
besi
Kauhise dan Desa Naga. Hal ini logis karena tidak aktifnya lagi G.
Sahendaruman maka sedimentasi dan tranportasi fraksi halus lebih
dominan sehingga sangat mungkin bonghkah-baongkah telah tertutupi
oleh fraksi halus yang kemudian ditumbuhi vegetasi.
Vegetasi bakau dan adanya koral merupakan dua hal yang
menjadikan ciri utama dengan jenis pantai bagian utara. Bakau
tumbuh karena kestabilan sedimentasi lumpur menuju pantai juga
agitasi gelombang yang tidak terlampau kuat. Lumpur itu sendiri
merupaka hasil pelapukan kimiawi daratan yang kemudian terbawa
sampai ke pantai. Tumbuhan bakau juga berfungsi sebagai perangkap
sedimen, seperti teramati di Desa Binebas. Sedimen lumpur kemudian
bertumpuk terus dan dapat menutupi batuan-batuan sebelumnya.
Kehadiran koral yang teramati di sepanjang pantai selatan umumnya
terendam dalam air laut namun di pantai-pantai berpasir putih
karbonat
ditemukan
pecahan
koral
dan
cangkang.
Hal
ini
39
berwarna
kelabu
kehitaman,
berukuran
halus,
40
Pasir
Pasir mempunyai penyebaran sekitar 40% dari daerah selidikan,
daerah Ngalipaeng di bagian selatan sampai daerah Sesiwung di
dekat Tahuna dan timur laut. Pasir ini mempunyai nilai Sorting dari 0,5
sampai 1,6. Nilai Skewness berkisar antara (-1,7) hingga 1,9 dan
mempunyai nilai Kurtosis antara 2,0 hingga 6,7. Kandungan kerikilnya
0% hingga 2,4% dan tidak mengandung lanau atau lempung.
Pasir kerikilan
Pasir ini mempunyai penyebaran sekitar 60% dari daerah
selidikan, terdapat di daerah Sesiwung di bagian barat daya
sampai daerah Tongenbiya di bagian timur laut. Pasir
kerikilan mempunyai nilai Sorting 0,7 hingga 2,2. Nilai
Skewness berkisar antara (-1,8) sampai 1,7 dan mempunyai
nilai Kurtosis antara 1,5 hingga 8,6. Kandungan kerikil dari
0,5% sampai 83,8%, kandungan pasirnya antara 16,2%
METODA DAN PERALATAN PENYELIDIKAN
41
42
4.5.3
Mineral Magnetit
Magnetit termasuk grup oksida (Spinel group), komposisi kimia FeO
31%, Fe2O3 69%, kilap submetalik, berwarna hitam besi, mempunyai
Berat Jenis 4.9 5.2, sepintas mirip Ilmenit, berupa endapan bijih,
terjadi pada beberapa batuan magmatik, pegmatik, dan kontak
metasomatik. Magnetit digunakan sebagai campuran pada besi dan
baja.
Mineral ini dijumpai diseluruh contoh sedimen dengan kandungan
tertinggi 16,49% pada contoh PSB-31 dan terendah 0,49% pada
contoh SBL-49.
Kandungan magnetit sepanjang pantai P. Sangihe Besar bervariasi
dengan nilai tertinggi terdapat pada contoh PSB-31 yaitu 16,49% dan
nilai terendah pada contoh PSB-01 yaitu 0,65%.
Kandungan magnetit lepas pantai mempunyai variasi dengan nilai
tertinggi pada contoh SBL-15 yaitu 13,68% dan nilai terendah pada
contoh SBL-39 yaitu 0,49%.
Mineral Augit
Augit termasuk grup monoclinic calcic pyroxene. Disebut juga
Aluminiferous pyroxene. Komposisi kimia umumnya MgO dan FeO.
Kenampakan augit berwarna hijau gelap sampai hitam, pendek,
berbentuk prisma, mempunyai Berat Jenis 3,2-3,6. Augit terdapat di
METODA DAN PERALATAN PENYELIDIKAN
43
Mineral Hornblenda
Hornblenda termasuk grup Amfibol dengan kenampakan berbentuk
panjang, berbentuk jarum prismatik, berwarna hijau gelap sampai
hitam, mempunyai Berat Jenis 3,1-3,3. Komposis kimia Ca2Na.
Hornblenda terdapat batuan beku basa dan batuan metamorfosa.
Kandungan Hornblenda sepanjang pantai P. Sangihe Besar bervariasi
dengan nilai tertinggi terdapat pada contoh PSB-03 yaitu 1,18% dan
nilai terendah pada contoh PSB-34 yaitu 0,013%.
Kandungan Hornblenda lepas pantai mempunyai variasi dengan nilai
tertinggi pada contoh SBL-15 yaitu 2,28% dan nilai terendah pada
contoh SBL-39 yaitu 0,072%.
Mineral Diopsid
Mineral Diopsid termasuk grup Piroksen dengan komposisi kimia CaO
25,9%, MgO 18,5%, SiO2 55,6%, berwarna pucat sampai tidak
berwarna, berbentuk kolom pendek, mempunyai Berat Jenis 3,273,38. Mineral Diopsid terdapat pada batuan magmatik, dan kontak
metasomatik.
Kandungan Diopsid sepanjang pantai P. Sangihe Besar bervariasi
dengan nilai tertinggi terdapat pada contoh PSB-03 yaitu 0,3% dan
nilai terendah pada contoh PSB-34 yaitu 0,005%.
Kandungan Diopsid lepas pantai mempunyai variasi dengan nilai
METODA DAN PERALATAN PENYELIDIKAN
44
tertinggi pada contoh SBL-29 yaitu 1,25% dan nilai terendah pada
contoh SBL-39 yaitu 0,03%.
Mineral Rutil
Mineral Rutil termasuk grup Rutil dengan komposisi kimia TiO2 hampir
60%, berwarna kuning gelap, coklat, merah dan hitam, berbentuk
kolom, mempunyai Berat Jenis 4,2-4,3. Mineral Rutil terdapat di
batuan beku dan batuan metamorfosa.
Kandungan Rutil sepanjang pantai P. Sangihe Besar bervariasi
dengan nilai tertinggi terdapat pada contoh PSB-28 yaitu 0,45% dan
nilai terendah pada contoh PSB-34 yaitu 0,007%.
Kandungan Rutil lepas pantai mempunyai variasi dengan nilai tertinggi
pada contoh SBL-29 yaitu 0,4% dan nilai terendah pada contoh SBL39 yaitu 0,02%.
Mineral Hipersten
Mineral Hipersten termasuk grup Piroksen dengan komposisi kimia
(Mg,
Fe)2
[Si2O6],
berwarna
hijau
sampai
hitam
kecoklatan,
45
batuan magmatik.
Kandungan Biotit sepanjang pantai P. Sangihe Besar bervariasi
dengan nilai tertinggi terdapat pada contoh PSB-16 yaitu 0,045% dan
nilai terendah pada contoh PSB-01 yaitu 0,004%.
Kandungan Biotit lepas pantai mempunyai variasi dengan nilai
tertinggi pada contoh SBL-24 yaitu 0,12% dan nilai terendah pada
contoh SBL-39 yaitu 0,0046%.
Mineral Hematit
Mineral Hematit termasuk grup Korundum-Ilmenit, komposisi kimia
Fe2O3 dengan kadar Fe 70%, berbentuk pipih dan tabular kristal,
berwarna hitam besi sampai abu-abu, mempunyai Berat Jenis 5,0-5,2.
Mineral Hematit terdapat pada batuan beku asam.
Kandungan Hematit sepanjang pantai P. Sangihe Besar bervariasi
dengan nilai tertinggi terdapat pada contoh PSB-28 yaitu 0,12% dan
nilai terendah pada contoh PSB-01 yaitu 0,0078%.
Kandungan Hematit lepas pantai mempunyai variasi dengan nilai
tertinggi pada contoh SBL-24 yaitu 0,11% dan nilai terendah pada
contoh SBL-39 yaitu 0,0028%.
Mineral Limonit
Mineral Limonit termasuk grup Lepidokrosit-Goetit, mempunyai
komposisi kimia Fe2O3 89.9% dan 10.1% H2O., berbentuk kristal
kolom (columnar crystal), berwarna coklat gelap sampai hitam,
mempunya Berat Jenis 3,3-4,0. Mineral ini terdapat pada endapan
hidrotermal.
Kandungan Limonit sepanjang pantai P. Sangihe Besar bervariasi
dengan nilai tertinggi terdapat pada contoh PSB-16 yaitu 0,027% dan
nilai terendah pada contoh PSB-01 yaitu 0,007%.
Tidak dijumpai kandungan Hematit dalam contoh sedimen lepas
METODA DAN PERALATAN PENYELIDIKAN
46
pantai.
Mineral Dolomit
Mineral Dolomit termasuk grup Kalsit, mempunyai komposisi kimia
CaO 30,4%, MgO 21,7%, dan CO2 47,9%, berbentuk butir-butir kristal,
berwarna putih keabu-abuan, kekuningan, kecoklatan dengan berat
jenis 1,8-2,9. Mineral ini terdapat pada endapan hidrotermal berbentuk
urat-urat.
Kandungan Dolomit sepanjang pantai P. Sangihe Besar bervariasi
dengan nilai tertinggi terdapat pada contoh PSB-20 yaitu 0,01% dan
nilai terendah pada contoh PSB-17 yaitu 0,0073%.
Kandungan Hematit dalam contoh sedimen lepas pantai hanya
terdapat pada tiga buah contoh yaitu SBL-13 0,008%, SBL-14 0,06%,
dan SBL-39 0,021%.
Mineral bawaan
Mineral bawaan adalah mineral yang terbawa dalam analisa mineral
berat tetapi berat jenisnya dibawah 2,87, yaitu Kuarsa dan cangkang
kerang.
Kuarsa berwarna putih susu, bentuk butir membulat tanggung tak
beraturan, berukuran 1000-1400 mikron, terdapat pada 20 contoh
sedimen dengan kandungan antara 0,2% sampai 0,02%.
Cangkang kerang ditemukan hanya pada 2 contoh sedimen dengan
demikian
lingkungan
pengendapan
daerah
selidikan
kurang
4.5.4
Analisa Geokimia
Analisa geokimia meliputi analisa Base Metal, Major Element, dan
Trace Element dilakukan terhadap 24 contoh sedimen pantai (PSB)
dan permukaan dasar laut (SBL) sehingga diperoleh hasil sebagai
47
berikut :
Seluruh contoh, baik sedimen pantai maupun sedimen permukaan
dasar laut tidak mengandung unsur Au, Ag, dan Cu.
Kandungan Magnetit (Fe2O3) sepanjang pantai P. Sangihe bervariasi,
nilai tertinggi terdapat pada contoh PSB-19 yaitu 69,2 % dan nilai
terendah terdapat pada contoh PSB-25 yaitu 6,3%. Sedangkan untuk
sedimen lepas pantai nilai tertinggi terdapat pada contoh SBL-27,
yaitu 34% dan nilai terendah terdapat pada contoh SBL-18 yaitu 9,5%.
Untuk analisa unsur-unsur Trace Element didapat bahwa seluruh
contoh tidak mengandung unsur Rubidium (Rb) dan Barium (Ba). Dari
24 contoh mengandung unsur Strontium (Sr) bervariasi dengan nilai
tertinggi terdapat pada contoh PSB-28 yaitu 560 ppm dan nilai
terendah terdapat pada contoh PSB-09 yaitu 120 ppm. Kandungan
unsur Zirkonium (Zr) hampir merata dengan mempunyai nilai tertinggi
terdapat pada contoh SBL-18 yaitu 20 ppm dan nilai terendah pada
contoh SBL-15 yaitu 13 ppm. Seluruh contoh mengandung Yttrium (Y)
dengan nilai terbesar terdapat pada contoh PSB-02 yaitu 27 ppm dan
nilai terkecil terdapat pada contoh PSB-25, PSB-28, SBL-30, PSB-16,
dan PSB-11 yaitu 11 ppm.
48
BAB V
POTENSI SUMBERDAYA MINERAL DAN ENERGI
Pasir besi
Mineral industri pasir besi umumnya tersebar di sepanjang pantai timur laut
P. Sangihe Besar. Selain itu terdapat pula di P. Tagulandang, di sebelah
barat laut P. Sangihe Besar. Pasirnya berwarna abu-abu kehitaman,
berukuran halus-sangat halus, berbentuk membundar-membundar tanggung,
tersusun oleh mineral mafik, mengandung mineral hematitnya berkisar
hingga 60%.
Jika ditinjau pola sebarannya di pantai, diduga endapan ini merupakan hasil
pengendapan sungai-sungai yang merupakan tempat aliran lahar ketika G.
Awu meletus tahun 1966 yang kemudian terayak oleh gelombang dan arus
laut.
Prospek pasir besi tidak diketahui karena penyebarannya setempat-setempat
dan secara vertikal tidak menerus, perselingan dengan pasir pantai yang
tidak mengandung magnetit atau hematit.
POTENSI SUMBERDAYA MINERAL DAN ENERGI
49
Tras
Tras merupakan bahan hasil letusan gunungapi yang berbutir halus dan
mengandung Silikon Oksida (SiO2) yang telah mengalami proses pelapukan
hingga derajat tertentu (Riyanto dan Harsodo, 1993). Secara internasional
tras dikenal sebagai Puzzolan yaitu kata yang berasal dari Puzzuoli, sebuah
desa dekat kota Napoli, Italia, tempat bahan galian ini pertama diketemukan.
Endapan tras dapat berlaku sebagai bahan penganti semen yang murah
apabila dicampur dengan kapur padam dan air. Sifat semen ini akibat
terdapatnya oksida silikon amorf (SiO2) dan oksida aluminium (Al2O3) dalam
tras yang bersifat asam yang mudah bersenyawa dengan air dan kapur.
Terdapat hubungan antara ukuran butir dangan daya tahan tekan bahan
galian ini setelah pencampuran dengan kapur dan air yaitu semakin halus
ukuran semakin tinggi daya tahan tekannya. Keunggulan semen puzzolan
dibanding semen portland antara lain tahan terhadap air laut, pemuaian dan
penyusutan sangat kecil (Riyanto dan Harsodo, 1993).
Untuk konstruksi tepi laut digunakan jenis semen Portland-Puzzolan Cement
(PPC) yaitu sejenis semen yang merupakan campuran antara tras tingkat I
(kadar air 6%, waktu pengikatan tidak lebih 24 jam, daya tahan tekan 100
kg/cm3 dan daya tahan tarik 16 kg/cm2) dengan semen portland dengan
perbandingan 1:3.
Bahan galian industri ini umumnya tersebar di pesisir utara bagian barat dan
timur berupa bongkah-bongkah. Bahan galian ini banyak dimanfaatkan
penduduk setempat untuk campuran pembuatan batubata dan genteng.
Kenampakan di lapangan berupa lapukan dengan kondisi sangat rapuh,
mudah diremas dengan tangan, berwarna kelabu muda kecoklatan sampai
putih kekuningan, berbutir halus sampai kasar, mengandung kerikil andesit,
berlapis, dengan struktur berangsur. Komponen batuapung dalam tras ini
berukuran pasir sangat kasar, kerikil hingga kerakal.
50
Agregat
Agregat di daerah selidikan didominasi pasir serta kerikil dan kerakal. Pasir
mempunyai penyebaran yang luas dari arah barat hingga ke timur P.
Sangihe Besar meliputi daerah Kolongan, Beha, Kendahe dan sekitarnya.
Daerah ini merupakan daerah tempat banjir lahar ketika G. Awu meletus
pada tahun 1966. Pasir ini berpotensi sebagai bahan galian C karena
penyebarannya di sepanjang sungai aliran lahar tersebut sehingga dapat
merupakan sumber material bangunan.
Berdasarkan analisis besar butir pasir gunungapi ini tersusun terutama dari
fraksi pasir dengan prosentase mulai dari 85% hingga 100%. Pasirnya
berupa pasir berwarna hitam, berukuran sedang-kasar, terpilah baik,
berbentuk membundar-membundar tanggung, tersusun oleh fragmen batuan
dan pecahan cangkang. Selain fraksi pasir dijumpai juga fraksi kerikil, fraksi
lanau dan lumpur belum dijumpai. Kerikil prosentasenya sekitar 1% hingga
15%. Berdasarkan analisa mineral berat pasir ini mengandung mineral
Hematit antara 6% hingga 19,8%.
Batuapung
Batuapung terjadi bila magma asam muncul ke permukaan dan bersentuhan
dengan udara luar. Buih gelas alam dangan gas yang dikandung di
dalamnya mempunyai kesempatan untuk keluar dan magma membeku
dengan tiba-tiba. Batuapung umumnya terdapat sebagai fragmen yang
dilemparkan pada letusan gunungapi dengan ukuran dari kerikil sampai
bongkah. Batuapung umunya terdapat
umumnya
digunakan
sebagai
bahan
penggosok,
bahan
51
52
53
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penyelidikan dan pengolahan data yang telah dilakukan
ditambah dengan data sekunder yang dikumpulkan maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
Pasang surut di daerah selidikan menunjukkan tipe pasang campuran
(ganda dominan) artinya dalam sehari semalam terjadi satu kali sampai
dua kali pasang dan surut dimana pasang yang satu lebih tinggi dari yang
lainnya.
Secara keseluruhan arah arus dominan pada saat pasang menunjukkan
arah relative ke timur (masuk ke teluk) sedangkan pada saat surut relatif
ke barat (keluar teluk). Kecepatan arus permukaan berkisar antara 0.01
m/detik 0.15 m/detik dengan arah dominan pada saat surut
menunjukkan arah selatan relatif ke baratdaya, sedangkan pada saat
pasang memperlihatkan arah utara relatif timurlaut. Pada kedalaman
menengah, kecepatan arus berkisar antara 0.01 m/detik 0.16 m/detik
dengan arah yang relatif sama dengan arus permukaan. Begitu pula
untuk arus dalam, kecepatan berkisar antara 0.01m/det sampai 0.14
m/det dengan pola arus yang relatif sama.
Untuk pantai sebelah barat arah angin yang paling berpengaruh pada
proses dinamika pantai adalah angin utara, timur laut, timur, dan
tenggara. Sedangkan
berpengaruh adalah arah baratlaut, utara, timur laut, timur, dan tenggara.
Kondisi morfologi dasar laut Perairan Sangihe tergambar dari pola kontur
yang mengikuti garis pantai dengan kedalaman dasar laut yang terukur
100 m sampai 10 m memperlihatkan pola yang rapat dan terjal. Jarak
1,4 km dari garis pantai sudah mencapai kedalaman 100 m atau lebih.
Hal ini disebabkan karena pulau-pulau di perairan Sangir-Talaud
KESIMPULAN DAN SARAN
54
55
56
unsur ini menunjukkan bahwa asal sedimen ini merupakan hasil kegiatan
gunungapi.
Beberapa bahan galian industri yang teramati adalah pasir besi, tras, dan
batuapung. Sedangkan bahan galian C berupa agregat yang terdiri atas:
pasir gunungapi, kerikil, dan kerakal.
Potensi energi yang ada berupa panas bumi, energi surya, dan tenaga air
sungai.
6.2 SARAN
Setelah melihat dan mengamati kondisi daerah selidikan maka terdapat
beberapa saran :
Belum adanya peta potensi sumberdaya mineral dan energi secara detil
maka diperlukan upaya inventarisasi sumberdaya tersebut.
Daerah P. Sangihe Besar mempunyai gunungapi aktif yaitu G. Awu,
maka diperlukan penyebaran informasi tentang bahaya dan manfaat
gunungapi tersebut kepada masyarakat.
Kurangnya
tenaga
teknis,
khususnya
tenaga
ahli
geologi
atau
57
DAFTAR PUSTAKA
Bearman, Gerry (ed), 1989, Oceaon Circulation, Poen University, United Kingdom,
England.
Bertschneider, C.L., 1954, Generation of wind wave over a Shallow Bottom, US
Army Corps of Engineers, Beach Tech. Memo No. 51.
Betekhtin, A., 1960, A course of mineralogy, Moscow Peace Publisher.
Darman, H., and Sidi, F.H. (eds), 2000, An outline of the Geology of Indonesia,
Jakarta, IAGI
Dolan, R., Hayde, B.P., Hornberger, G., Zieman, J and Vincent, M.K., 1975.
Classification
of
coastal
landform
of
the
Americas.
Zethschr
Island,
North
Sulawesi,
Indonesia,
Buletin
Geologi,
DAFTAR PUSTAKA
58