Anda di halaman 1dari 30

JAWABAN SOAL KOLOID

1. Koloid adalah suatu sistem pencampuran antara dua zat atau lebih secara heterogen (dua
fase) antara zat terlarut dan pelarut, di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid
tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi atau pemecah). Di mana di
antara campuran homogen dan heterogen terdapat sistem pencampuran yaitu koloid, atau bisa
juga disebut bentuk (fase) peralihan homogen menjadi heterogen. Campuran homogen adalah
campuran yang memiliki sifat sama pada setiap bagian campuran tersebut, contohnya larutan
gula dan hujan. Sedangkan campuran heterogen sendiri adalah campuran yang memiliki sifat
tidak sama pada setiap bagian campuran, contohnya air dan minyak, kemudian pasir dan
semen.
Sedangkan yang dimaksud dengan larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan
pelarut. Zat terlarut dinamakan juga dengan fasa terdispersi atau solut, sedangkan zat pelarut
disebut dengan fasa pendispersi atau solvent.
Perbedaan antara koloid dengan larutan sejati itu disebabkan oleh besarnya partikel yang
berlainan. Hal ini mengakibatkan sifat-sifat terhadap cahaya dan kertas saring menjadi
berlainan pula. Adapun perbedaan sifat-sifat tersebut dapat dijelaskan dalam tabel sebagai
berikut :

No

Pembeda

Larutan Sejati

Sistem Koloid

1.

Jumlah Fase

Satu Fase

Dua Fase

Homogen, tidak dapat


dibedakan meskipun
menggunakan mikroskop
ultra
10
Amikron, dapat dilihat
dengan mikroskop elektron,
tetapi tidak dapat dilihat
dengan mikroskop ultra

Secara makroskopis bersifat


homogen, tetapi heterogen jika
diamati dengan menggunakan
mikroskop ultra
10 - 10
Submikron, dapat dilihat
dengan mikroskop ultra, tetapi
tidak dapat dilihat dengan
mikroskop biasa
Tidak dapat disaring dengan
kertas saring biasa, tetapi dapat
disaring dengan kertas saring
ultra (kertas perkamen)

2.

Distribusi Partikel

3.

Ukuran Partikel

4.

Penyaringan

Tidak dapat disaring

Kestabilan

Tahan sangat lama,


Tidak mengendap,
Stabil

5.

Tahan lama,
Sukar mengendap. Diendapkan
dengan ultra sentrifuge

6.

Contoh

Larutan gula,
Udara bersih,
Air laut

7.

Sistem Dispersi

Molekuler

Campuran susu dengan air,


Susu,
Selai
Padatan Halus

2. GERAK BROWN
Gerak Brown adalah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus
tetapi tidak menentu (gerak acak atau tidak beraturan) dalam medium pendispersinya, yang
artinya partikel-partikel ini tidak pernah dalam keadaan stasioner atau sepenuhnya diam. Jika
kita mengamati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikelpartikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak
Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak
seperti pada zat cair dan gas (dinamakan gerak brown), sedangkan pada zat padat hanya
beroszillasi di tempat (tidak termasuk gerak brown). Untuk koloid dengan medium
pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan
dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah.
Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak
seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah
gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi.
Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang
terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak
ditemukan dalam campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi). Gerak Brown
juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi
kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari
partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin
rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
Hal ini, pertama kali dibuktikan dan dicetuskan oleh Robert Brown seorang botanis
Skotlandia pada tahun 1827. Prinsip gerak ini mudah sekali, Brown mengamati beberapa
partikel dengan mikroskop dan dia menemukan bahwa pergerakan terus menerus dari
partikel-partikel kecil tersebut makin lama makin cepat bila temperaturnya makin tinggi.
Gerak ini dapat diamati pada zat cair koloid atau gas. Di dalam suatu ruang
pergerakan partikel gas tersebut (analogie terhadap zat cair juga) bergerak bebas dan tidak

teratur, dengan kata lain partikel gas itu bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda. Bila
partikel gas tersebut menabrak partikel gas lain atau menabrak tembok dinding ruang, maka
kecepatan serta arah vektornya ikut berubah. Penyebaran kecepatan ini dapat dirumuskan
dengan penyebaran kecepatan Maxwell yang memberikan gambaran bahwa kecepatan
partikel tergantung dari temperatur ruang dan lingkungannya.
Kecepatan rata-rata pergerakan molekul di udara adalah 500 m/s atau 1800 km/h.
Kecepatan ini melebihi kecepatan gelombang suara yang besarnya 330 m/s. Energi dari
partikel gas ideal juga tergantung dari suhu udara. Teori gas kinetik memberikan hubungan
proporsional antara energi rata2 kinetik dengan temperatur gas.
EFEK TYNDALL
Efek tyndall ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris.
Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall. Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu
larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut
tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan
dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang
relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati,
partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat
sulit diamati.
3. Contoh Efek Tyndall dalam kehidupan sehari-hari :
a. Terjadinya warna merah dan jingga di langit pada pagi hari atau sore hari dan warna biru
di langit pada siang hari.
b. Sorot lampu proyektor di gedung bioskop akan tampak tidak jelas saat ada asap. Hal ini
membuat gambar film menjadi kabur.
c. Cahaya matahari yang masuk melalui ventilasi dan mengenai partikel-partikel debu di
dalam ruang berdebu.
4. Elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid di bawah pengaruh medan listrik. Partikelpartikel koloid dapat bermuatan listrik karena terjadi penyerapan ion pada permukaan koloid.
Kestabilan sistem koloid disebabkan adanya muatan listrik pada permukaan partikel koloid,
selain karena adanya gerak Brown. Pada peristiwa elektroforesis, partikel koloid akan
dinetralkan muatannya dan digumpalkan pada elektroda. Kegunaan dari sifat ini adalah untuk
menentukan muatan yang dimiliki oleh suatu partikel koloid. Pada elektroforesis, ke dalam
elektrolit dimasukkan dua batang elektroda kemudian dihubungkan dengan sumber arus

searah, maka partikel-partikel koloid akan bergerak ke salah satu elektroda tergantung pada
jenis muatannya. Koloid yang bermuatan negatif akan bergerak ke anode (elektode positif)
sedangkan koloid yang bermuatan positif bergerak ke katode (elektrode negatif).
Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan
partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. Di mana partikel-partikel
sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka pertikel-partikel zat cair atau gas
tersebut akan terakumulasi pada permukaan zat padat tersebut. Beda halnya dengan absorpsi.
Absorpsi adalah fenomena menyerap semua partikel ke dalam sol padat bukan di atas
permukaannya, melainkan di dalam sol padat tersebut.
Untuk berlangsungnya adsorpsi, minimum harus ada dua macam zat, yaitu zat yang tertarik
disebut adsorbat, dan zat yang menarik disebut adsorban. Apabila terjadi penyerapan ion
pada permukaan partikel koloid, maka partikel koloid dapat bermuatan listrik yang
muatannya ditentukan oleh muatan ion-ion yang mengelilinginya. Partikel koloid mempunyai
kemampuan menyerap ion atau muatan listrik pada permukaannya. Oleh karena itu, partikel
koloid bermuatan listrik. Penyerapan pada permukaan ini disebut dengan adsorpsi
Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi partikel-partikel pada
permukaannya, baik partikel netral atau bermuatan (kation atau anion) karena mempunyai
permukaan yang sangat luas. Contoh :
(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.
(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.
Koagulasi adalah peristiwa pengendapan atau penggumpalan koloid. Koloid distabilkan oleh
muatannya. Jika muatan koloid dilucuti atau dihilangkan, maka kestabilannya akan
berkurang sehingga dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan. Pelucutan muatan
koloid dapat terjadi pada sel elektroforesis atau jika elektrolit ditambahakan ke dalam sistem
koloid. Apabila arus listrik dialirkan cukup lama ke dalam sel elektroforesis, maka partikel
koloid akan digumpalkan ketika mencapai electrode. Koagulasi koloid karena penambahan
elektrolit terjadi karena koloid bermuatan positif menarik ion negatif dan koloid bermuatan
negatif menarik ion positif. Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Jika
selubung itu terlalu dekat, maka selubung itu akan menetralkan koloid sehingga terjadi
koagulasi.
Koagulasi dapat terjadi dengan tiga cara, yaitu :
1. Cara mekanik, misalnya : pemanasan, pendinginan, dan pengadukan
2. Cara Kimia, misalnya : dengan penambahan larutan elektrolit

3. Pencampuran dua koloid yang berbeda muatan, misalnya : sol Alumunium Hidroksida
bermuatan positif dicampur dengan sol Astatin Sulfida akan membentuk endapan.
Koloid Pelindung
Ada koloid yang bersifat melindungi koloid lain supaya tidak mengalami koagulasi. Koloid
semacam ini disebut koloid pelindung. Koloid pelindung ini membentuk lapisan di sekeliling
partikel koloid yang lain sehingga melindungi muatan koloid tersebut. Koloid pelindung ini
akan membungkus partikel zat terdispersi, sehingga tidak dapat lagi mengelompok.
Dialisis
Untuk stabilitas koloid diperlukan sejumlah muatan ion suatu elektrolit. Akan tetapi, jika
penambahan elektrolit ke dalam sistem koloid terlalu banyak, kelebihan ini dapat
mengendapkan fase terdispersi dari koloid itu. Hal ini akan mengganggu stabilitas sistem
koloid tersebut. Untuk mencegah kelebihan elektrolit, penambahan elektrolit dilakukan
dengan cara dialisis.
Dialisis merupakan proses pemurnian koloid dengan membersihkan atau menghilangkan ionion pengganggu menggunakan suatu kantong yang terbuat dari selaput semipermiabel.
Caranya, sistem koloid dimasukkan ke dalam kantong semipermeabel, dan diletakkan ke
dalam air. Selaput semipermeabel ini hanya dapat dilalui oleh ion-ion, sedang partikel koloid
tidak dapat melaluinya, dengan demikian akan diperoleh koloid yang murni. Ion-ion yang
keluar melalui selaput semipermeabel ini kemudian larut dalam air. Dalam proses dialisis
hilangnya ion-ion dari sistem koloid dapat dipercepat dengan menggunakan air yang
mengalir. Peristiwa dialisis ini diaplikasikan dalam proses pencucian darah di dunia
kedokteran.
5. Contoh proses pemanfaatan sifat elektroforesis adalah proses identifikasi DNA.
6. Contoh proses pemanfaatan sifat adsorpsi adalah :
a. Penyembuhan sakit perut (diare) dengan norit
Norit adalah table yang terbuat dari karbon aktif. Di dalam usus, norit membentuk sistem
koloid yang dapat mengadsorpsi gas atau zat racun.
b. Penjernihan air dengan tawas
Untuk menjernihkan air dapat dilakukan dengan menambahkan tawas atau aluminium
sulfat. Di dalam air, aluminium sulfat terhidrolisis membentuk Al(OH) yang berupa

koloid. Koloid Al(OH) ini dapat mengadsorpsi zat-zat warna atau zat pencemar dalam
air.
c. Pencelupan serat wol untuk proses pewarnaan
d. Penjernihan air tebu pada pembuatan gula
Gula yang masih berwarna dilarutkan dalam air kemudian dialirkan melalui tanah
diatome dan arang tulang. Zat-zat warna dalam gula akan diadsorpsi, sehingga diperoleh
gula yang putih bersih.
7. Contoh proses pemanfaatan sifat Koagulasi adalah :
a. Pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat (lempung) dalam air
b. Karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam format.
c. Lumpur koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan menambahkan tawas. Sol
tanah liat dalam air sungai biasanya bermuatan negatif, sehingga akan digumpalkan oleh
ion Al dari tawas (aluminium sulfat).
d. Asap atau debu dari pabrik industri dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik dari
Cottrel.
e. Penebalan albuminoid dalam darah sehingga mengakibatkan penggumpalan yang dapat
menutup luka.
8. Contoh proses pemanfaatan sifat koloid pelindung adalah :
a. Penambahan kasein pada susu
b. Penambahan lesitin pada margarin
c. Penambahan gelatin pada es krim
d. Penambahan minyak silikon pada cat
9. Contoh proses pemanfaatan sifat dialisis adalah :
a. Proses cuci darah bagi penderita gagal ginjal
b. Proses pemisahan hasil-hasil metabolisme dari darah oleh ginjal
10. Delapan sistem koloid
Sistem koloid adalah campuran yang heterogen. Telah diketahui bahwa terdapat tiga fase zat,
yaitu padat, cair, dan gas. Dari ketiga fase zat ini dapat dibuat sembilan kombinasi campuran
fase zat, tetapi yang dapat membentuk sistem koloid hanya delapan. Kombinasi campuran
fase gas dan fase gas selalu menghasilkan campuran yang homogen (satu fase) sehingga
tidak dapat membentuk sistem koloid.
1. Sistem Koloid Fase Padat-Cair (Sol)

Sistem koloid fase padat-cair disebut sol. Sol terbentuk dari fase terdispersi berupa zat
padat dan fase pendispersi berupa cairan. Sol yang memadat disebut gel. Berikut contohcontoh sistem koloid fase padat-cair.
a. Agar-agar
Padatan agar-agar yang terdispersi di dalam air panas akan menghasilkan sistem
koloid yang disebut sol. Jika konsentrasi agar-agar rendah, pada keadaan dingin sol
ini akan tetap berwujud cair. Sebaliknya jika konsentrasi agar-agar tinggi, pada
keadaan dingin sol akan menjadi padat dan kaku. Keadaan seperti ini disebut gel.
b. Pektin
Pektin adalah tepung yang diperoleh dari buah pepaya muda, apel, dan kulit jeruk.
Jika pektin didispersikan di dalam air, terbentuk suatu sol yang kemudian memadat
sehingga membentuk gel. Pektin biasa digunakan untuk pembuatan selai.
c. Gelatin
Gelatin adalah tepung yang diperoleh dari hasil perebusan kulit atau kaki binatang,
misalnya sapi. Jika gelatin didispersikan di dalam air, terbentuk suatu sol yang
kemudian memadat dan membentuk gel. Gelatin banyak digunakan untuk pembuatan
cangkang kapsul. Agar-agar, pektin dan gelatin juga digunakan untuk pembuatan
makanan, seperti jelly atau permen kenyal (gummy candies).
d. Cairan Kanji
Tepung kanji yang dilarutkan di dalam air dingin akan membentuk suatu suspensi.
Jika suspensi dipanaskan akan terbentuk sol, dan jika konsentrasi tepung kanji cukup
tinggi, sol tersebut akan memadat sehingga membentuk gel. Suatu gel terbentuk
e.
f.
g.
h.
i.
j.

karena fase terdispersi mengembang, memadat dan menjadi kaku.


Air sungai (tanah terdispersi di dalam medium air).
Cat tembok dan tinta (zat warna terdispersi di dalam medium air).
Cat kayu dan cat besi (zat warna terdispersi di dalam pelarut organik).
Gel kalsium asetat di dalam alkohol.
Sol arpus (damar).
Sol emas, sol Fe(OH)3, sol Al(OH)3, dan sol belerang.

2. Sistem Koloid Fase Padat-Padat (Sol Padat)


Sistem koloid fase pada-padat terbentuk dari fase terdispersi dan fase pendispersi yang
sama-sama berwujud zat padat sehingga dikenal dengan nama sol padat. Lazimnya,
istilah sol digunakan untuk menyatakan sistem koloid yang terbentuk dari fase terdispersi
berupa zat padat di dalam medium pendispersi berupa zat cair sehingga tidak perlu
digunakan istilah sol cair. Contoh sistem koloid fase padat-padat adalah logam campuran

(aloi), misalnya stainless steel yang terbentuk dari campuran logam besi, kromium dan
nikel. Contoh lainnya adalah kaca berwarna yang dalam ini zat warna terdispersi di dalam
medium zat padat (kaca).
3. Sistem Koloid Fase Padat-Gas (Aerosol Padat)
Sistem koloid fase padat-gas terbentuk dari fase terdispersi berupa padat dan fase
pendispersi berupa gas. Kita sering menjumpai asap dari pembakaran sampah atau dari
kendaraan bermotor. Asap merupakan partikel padat yang terdispersi di dalam medium
pendispersi berupa gas (udara). Partikel padat di udara disebut partikulat padat. Sistem
dispersi zat padat dalam medium pendispersi gas disebut aerosol padat. Sebenarnya
istilah, aerosol lazim digunakan untuk menyatakan sistem dispersi zat cair di dalam
medium gas sehingga tidak perlu disebut aerosol cair. Contoh sistem koloid fase padatgas adalah asap, salju, dan debu.
4. Sistem Koloid Fase Cair-Gas (Aerosol)
Sistem koloid fase cair-gas terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan fase
pendispersi berupa gas. Contoh sistem koloid ini adalah kabut dan awan. Partikel-partikel
zat cair yang terdispersi di udara (gas) disebut partikulat cair. Contoh aerosol adalah
hairspray, obat nyamuk semprot, parfum (body spray), cat semprot dan lain-lain. Pada
produk-produk tersebut digunakan zat pendorong (propellant) berupa senyawa
klorofluorokarbon (CFC).
5. Sistem Koloid Fase Cair-Cair (Emulsi)
Sistem koloid fase cair-cair terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan medium
pendispersi yang juga berupa cairan. Campuran yang terbentuk bukan berupa larutan,
melainkan bersifat heterogen. Misalnya campuran antara minyak dan air. Air yang
bersifat polar tidak dapat bercampur dengan minyak yang bersifat nonpolar. Untuk dapat
mendamaikan air dan minyak, harus ada zat penghubung antara keduanya. Zat
penghubung ini harus memiliki gugus polar (gugus yang dapat larut di dalam air) dan
juga harus memiliki gugus nonpolar (gugus yang dapat larut di dalam minyak) sehingga
zat penghubung tersebut dapat bercampur dengan air dan dapat pula bercampur dengan
minyak.

Sistem koloid cair-cair disebut emulsi. Zat penghubung yang menyebabkan pembentukan
emulsi disebut emulgator (pembentuk emulsi). Jadi, tidak ada emulsi tanpa emulgator.
Contoh zat emulgator, yaitu sabun, detergen, dan lesitin. Minyak dan air dapat bercampur
jika ditambahkan emulgator berupa sabun atau deterjen. Oleh karena itu, untuk
menghilangkan minyak yang menempel pada tangan atau pakaian digunakan sabun atau
deterjen, yang kemudian dibilas dengan air.
Susu, air santan, krim, dan lotion merupakan beberapa emulsi yang kita kenal dalam
kehidupan sehari-hari. Susu murni (dalam bentuk cair) merupakan contoh bentuk emulsi
alami karena di dalam susu murni telah terdapat emulgator alami, yaitu kasein. Di dalam
industri makanan, biasanya susu murni diolah menjadi susu bubuk. Susu bubuk yang
terbentuk menjadi sukar larut dalam air, kecuali dengan menggunakan air panas. Oleh
karena itu, digunakan zat emulgator yang berupa lesitin sehingga susu bubuk tersebut
dapat mudah larut dalam air, sekalipun hanya dengan menggunakan air dingin. Susu
bubuk yang dicampur dengan zat emulgator dikenal dengan istilah susu bubuk instant.
Contoh lain emulsi adalah krim (emulsi yang berbentuk pasta), dan lotion (emulsi yang
berbentuk cairan kental atau krim yang encer).
Sistem emulsi banyak digunakan dalam berbagai industri seperti berikut.
a. Industri kosmetik: dalam bentuk berbagai krim untuk perawatan kulit, dan berbagai
lotion yang berasal dari minyak, serta haircream (minyak rambut).
b. Industri makanan: dalam bentuk es krim dan mayones.
c. Industri farmasi: dalam bentuk berbagai krim untuk penyakit kulit, sirup, minyak ikan,
Mayones terbuat dari minyak tumbuh-tumbuhan (minyak jagung atau minyak kedelai)
dan air. Pada mayones ini digunakan kuning telur sebagai zat emulgator.
6. Sistem Koloid Fase Cair-Padat (Emulsi Padat)
Sistem koloid fase cair-padat terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan medium
pendispersi berupa zat padat sehingga dikenal dengan nama emulsi padat. Sebenarnya,
istilah emulsi hanya digunakan untuk sistem koloid fase cair-cair. Jadi, emulsi berarti
sistem koloid fase cair-cair (tidak ada istilah emulsi cair). Contoh emulsi padat, yaitu
keju, mentega, dan mutiara.
7. Sistem Koloid Fase Gas-Cair (Busa)
Sistem koloid fase gas-cair terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan medium
pendispersi berupa zat cair. Jika kita mengocok larutan sabun, akan timbul busa. Di

dalam busa sabun terdapat rongga yang terlihat kosong. Busa sabun merupakan fase gas
dalam medium cair. Contoh-contoh zat yang dapat menimbulkan busa atau buih, yaitu
sabun, deterjen, protein, dan tanin.
Pada proses pencucian, busa yang ditimbulkan oleh sabun atau deterjen dapat
mempercepat proses penghilangan kotoran. Busa atau buih pada zat pemadam api
berfungsi memperluas jangkauan (voluminous) dan mengurangi penguapan air. Pada
proses pemekatan bijih logam, sengaja ditimbulkan busa agar zat-zat pengotor dapat
terapung di dalam busa tersebut.
Di dalam suatu proses industri kimia, misalnya proses fermentasi, kadang-kadang
pembentukan busa tidak diinginkan sehingga dilakukan penambahan zat antibusa
(antifoam), seperti silikon, eter, isoamil alkohol, dan lain-lain.
8. Sistem Koloid Fase Gas-Padat (Busa Padat)
Sistem koloid fase gas-padat terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan medium
pendispersi berupa zat padat, yang dikenal dengan istilah busa padat, sedangkan dispersi
gas dalam medium cair disebut busa dan tidak perlu disebut busa cair. Di dalam
kehidupan sehari-hari, dapat menemui busa padat yang dikenal dengan istilah karet busa
dan batu apung. Pada kedua contoh busa padat ini terdapat rongga atau pori-pori yang
dapat diisi oleh udara.
Secara garis besar, kedelapan jenis sistem koloid tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel
berikut ini.
Fase

Medium

Terdispersi

Pendispersi

1.

Padat

Cair

Sol

2.
3.
4.

Padat
Padat
Cair

Gas
Padat
Gas

Aerosol padat
Sol padat
Aerosol

Cair

Cair

Emulsi

6.
7.
8.

Cair
Gas
Gas

Padat
Cair
Padat

Emulsi padat
Buih, busa
Busa padat

No.

11. Cara pembuatan koloid

Nama Koloid

Contoh
Sol emas, agar-agar, jelly, cat,
tinta, air sungai
Asap, debu padat
Paduan logam, kaca berwarna
Kabut, awan
Santan, susu, es krim, krim,
lotion, mayonaise
Keju, mentega, mutiara
Busa sabun
Karet busa, batu apung

1. Dengan Cara Kondensasi Partikel Larutan Sejati Bergabung Menjadi Partikel


Koloid
Ukuran partikel terletak antara partikel larutan sejti dan partikel suspensi sehingga sistem
koloid dapat dibuat dengan cara kondensasi dan dispersi.
Kondensasi adalah ion atau atom dan molekul yang lebih kecil ukuran dari koloid
diperbesar atau diubah menjadi partikel koloid. Atau partikel larutan sejti diubah menjadi
partikel koloid.
a. Cara Kimia
1. Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.
Misalnya:
- Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan

melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organik formaldehida HCOH:


2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)
Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO 2 yang terlarut dalam air

dengan mengalirinya gas H2S :


2H2S(g) + SO2 (aq) 3S(s) + 2H2O(l)
Sol emas dapat diperoleh melalui reduksi emas (III) klorida dengan formalin.
Persamaan reaksinya sebagai berikut.
2AuCl3 + CH4O + 3H2O2Au + 6HCl + CH4O2
Awalnya emas terbentuk dalam keadaan atom-atom bebas, kemudian
beragregat menjadi berukuran partikel koloid. Partikel koloid distabilkan oleh
ion-ion OH yang teradsorpsi pada permukaan partikel koloid. Ionion OH ini
berasal dari ionisasi air.

2. Reaksi Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.
Misalnya:
- Sol Fe(OH)3 dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan cara

memanaskan larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih
FeCl3 (aq) + 3H2O(l) Fe(OH)3 (koloid) + 3HCl(aq)
Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air
mendidih
AlCl3 (aq) + 3H2O(l) Al(OH)3 (koloid) + 3HCl(aq)

3. Reaksi Subtitusi
Reaksi subtitusi merupakan reaksi penggantian, misalnya pengggantian ion.
Reaksi penggantian ion umumnya dilakukan untuk membuat koloid dari zat-zat
yang sukar larut.

Misalnya :
- Sol As2S3 dibuat dengan cara mengalirkan gas H2S perlahan melalui larutan

As2S3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang
2 H3AsO3(aq) + 3 H2S(g) As2S3(s) + 6 H2O(l)
Larutan natrium tiosulfat direaksikan dengan larutan asam klorida , maka akan
terbentuk belerang. Partikel belerang akan bergabung menjadi semakin besar

sampai berukuran koloid sehingga terbentuk sel belerang. Seperti reaksi


Na2SO3(aq) + 2HCl(aq) 2 NaCl(aq)+ H2O(l) + S(s)
4. Reaksi Penggaraman
Garam-garam yang sukar larut dapat dibuat menjadi koloid melalui reaksi
pembentukkan garam. Untuk menghindari pengendapan biasanya digunakan suatu
zat pemecah. Sol gara
Misalnya :
- AgNO3(aq) + NaCl(aq) AgCl(s) + NaNO3(aq)
- Na2SO4 (aq) + Ba(No3)2 (aq) 2NaNO3 (aq) + BaSO4 (s)
- AgNO3(aq) + HCl(aq) AgCl(s) + HNO3 (aq)
b. Cara Fisis
1. Pendinginan
Proses pendinginan akan menggumpalkan partikel larutan menjadi suatu koloid.
Misalnya :
- Dalam pembuatan sol belerang, sol belerang dalam hal ini dapat dibuat
dengan melarutkan belerang ke dalam air panas, kemudian didinginkan.
Dengan cara pendinginan ini, lambat laun akan terbentuk suatu sol.
Belerang mudah larut dengan alkohol, sedangkan dalam air tidak. Bila ke
dalam larutan belerang dalam alkohol tersebut ditetesi air, lambat laun akan
terbentuk sol belerang, sebagai akibat adanya penurunan kelarutan belerang.
Jadi, penambahan air ke dalam larutan belerang dalam alkohol dapat
menurunkan kelarutannya.
2. Penggantian pelarut
Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fase
terdispersi yang semula larut setelah diganti pelarutanya menjadi berukuran
koloid.
Misalnya :
- Untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut
dalam alkohol seperti etanol dengan medium pendispersi air, belerang harus
terlebih dahulu dilarutkan dalam etanol sampai jenuh. Baru kemudian larutan

belerang dalam etanol tersebut ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air
sambil diaduk. Sehingga belerang akan menggumpal menjadi pertikel koloid
-

dikarenakan penurunan kelarutan belerang dalam air.


Kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula dilarutkan terlebih
dahulu dalam air, kemudian baru dalam larutan tersebut ditambahkan etanol
maka terjadi kondensasi dan terbentuklah koloid kalsium asetat.

3. Pengembunan uap
Diterapkan pada sol raksa. Sol raksa di buat dengan menguapkan raksa, uap raksa
selanjutnya dialirkan melalu air dingin sehingga mengembun dan diperoleh
partikel raksa berukuran koloid.
2. Dengan cara partikel kasar pecah menjadi partikel koloid
Dispersi adalah menghaluskan partikel menjadi partikel berukuran koloid
1. Cara mekanik
Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan proses
penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat yang
digunakan untuk cara ini biasa disebut penggilingan koloid, yang biasa digunakan
dalam :
- Industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim
- Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, deterjen
- Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna
- Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan kertas
2. Cara busur bredig
Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam, sperti Ag,
Au, dan Pt. Dalam cara ini, logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel koloid
akan digunakan sebagai elektrode. Kemudian kedua logam dicelupkan ke dalam
medium pendispersinya (air suling dingin) sampai kedua ujungnya saling berdekatan.
Kemudian, kedua elektrode akan diberi loncatan listrik. Panas yang timbul akan
menyebabkan logam menguap, uapnya kemudian akan terkondensasi dalam medium
pendispersi dingin, sehingga hasil kondensasi tersebut berupa pertikel-pertikel kolid.
Karena logam diubah jadi partikel kolid dengan proses uap logam, maka metode ini
dikategorikan sebagai metode dispersi.
3. Cara peptisasi

Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-butir kasar atau dari
suatu endapan / proses pendispersi endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi
(pemecah). Zat pemecah tersebut dapat berupa elektrolit khususnya yang
mengandung ion sejenis ataupun pelarut tertentu.
Contoh:
- Agar-agar dipeptisasi oleh air , karet dipeptisasi oleh bensin.
- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S, endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.
- Sol Fe(OH)3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH)3 yang baru terbentuk
dengan sedikit FeCl3. Sol Fe(OH)3 kemudian dikelilingi Fe+3 sehingga bermuatan
positif
-

Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membnetuk sistem
koloid. Contohnya: gelatin dalam air.

4. Pembuatan di alam
Di alam terbentuk juga koloid yang penting.
Misalnya : protoplasma dalam sel mahkluk hidup, garam-garam silikat, dan humus.
12. Perbedaan antara koloid liofil dan liofob
Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas koloid liofil dan koloid
liofob. Suatu koloid disebut koloid liofil apabila terdapat gaya tarik-menarik yang cukup
besar antara zat terdispersi dengan mediumnya. Liofil berarti suka cairan (Yunani: lio =
cairan, philia = suka). Sebaliknya, suatu koloid disebut koloid liofob jika gaya tarik-menarik
tersebut tidak ada atau sangat lemah. Liofob berarti tidak suka cairan (Yunani: lio = cairan,
phobia = takut atau benci). Jika medium dispersi yang dipakai adalah air, maka kedua jenis
koloid di atas masing-masing disebut koloid hidrofil dan koloid hidrofob.
Koloid liofil atau hidrofil lebih mantap dan lebih kental daripada koloid liofob atau
hidrofob. Butir-butir koloid liofil atau hidrofil membungkus diri dengan cairan (air)
mediumnya. Hal ini disebut solvatasi (hidratasi). Dengan cara itu butir-butir koloid tersebut
terhindar dari agregasi (pengelompokan). Hal demikian tidak terjadi pada koloid liofob atau
hidrofob. Koloid liofob atau hidrofob mendapat kestabilan karena mengadsorpsi ion atau
muatan listrik. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa muatan koloid menstabilkan sistem
koloid.
Sol hidrofil tidak akan menggumpal pada penambahan sedikit elektrolit. Zat
terdispersi dari sol hidrofil dapat dipisahkan dengan pengendapan atau penguapan. Apabila

zat padat tersebut dicampurkan kembali dengan air, maka dapat membentuk kembali sol
hidrofil. Dengan perkataan lain, sol hidrofil bersifat reversibel. Sebaliknya, sol hidrofob
dapat mengalami koagulasi pada penambahan sedikit elektrolit. Sekali zat terdispersi telah
dipisahkan, tidak akan membentuk sol lagi jika dicampur kembali dengan air. Perbedaan sol
hidrofil dengan sol hidrofob disimpulkan sebagai berikut.
No
1.
2.
3.

Koloid Liofob
Umumnya koloid anorganik
Gerakan Brown jelas
Untuk pengendapan, memerlukan

Koloid Liofil
Koloid organik
Gerak Brown tidak jelas
Memerlukan banyak elektrolit

4.
5.
6.
7.

sedikit elektrolit
Irreversible (Tidak dapat balik)
Kurang stabil
Tidak mengadsorpsi mediumnya
Hanya stabil pada konsentrasi kecil

Reversible (dapat balik)


Stabil dan mantap
Mengadsorpsi mediumnya
Dapat dibuat dengan konsentrasi yang

8.

Bermuatan listrik tertentu

relative besar
Bermuatan listrik bergantung pada

9.

Menggumpal dengan penambahan

mediumya
Tidak menggumpal dengan penambahan

10.
11.

elektrolit
Viskositas (kekentalan) rendah
Viskositas hampir sama dengan

elektrolit
Viskositas (kekentalan) tinggi
Viskositas lebih besar daripada

12.
13.
14.

mediumnya
Efek Tyndall lebih jelas
Hanya dibuat dengan cara kondensasi
Partikel terdispersinya mengadsorspsi

mediumnya
Efek Tyndall lemah
Umumnya dibuat dengan cara dispersi
Partikel terdispersinya mengadsorspsi

ion
Contoh dalam kehidupan sehari-hari

molekul

a. Koloid Liofil (hidrofil)


: protein, sabun, detergen, agar-agar, kanji, dan gelatin
b. Koloid Liofob (hidrofob) : susu, mayonaise, sol belerang, sol Fe(OH), sol-sol sulfide
13. Prinsip Pengolahaan air dalam PDAM
Untuk memperoleh air bersih, perlu dilakukan upaya penjernihan air. Kadangkadang air dari mata air, seperti sumur gali dan sumur bor tidak dapat dipakai sebagai air
bersih jika tercemari. Air permukaan perlu dijernihkan sebelum dipakai. Upaya penjernihan
air dapat dilakukan baik skala kecil (rumah tangga) maupun skala besar seperti yang
dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pada dasarnya penjernihan air itu
dilakukan secara bertahap.

Mula-mula, yang harus dilakukan adalah mengendapkan atau menyaring bahanbahan yang tidak larut dengan saringan pasir. Kemudian air yang telah disaring ditambah zat
kimia, misalnya tawas atau aluminium sulfat dan kapur agar kotoran menggumpal dan
selanjutnya mengendap, dan kaporit atau kapur klor untuk membasmi bibit-bibit penyakit.
Air yang dihasilkan dari penjernihan itu, apabila akan dipakai sebagai air minum, harus
dimasak terlebih dahulu sampai mendidih beberapa saat lamanya.
Untuk memperjelas tentang penjernihan air perhatikan gambar berikut

Proses pengolahan air tergantung pada mutu baku air (air belum diolah), namun pada
dasarnya melalui 4 tahap pengolahan. Tahap pertama adalah pengendapan, yaitu air baku
dialirkan perlahan-lahan sampai benda-benda yang tak larut mengendap. Pengendapan ini
memerlukan tempat yang luas dan waktu yang lama. Benda-benda yang berupa koloid tidak
dapat diendapkan dengan cara itu.
Pada tahap kedua, setelah suspensi kasar terendapkan, air yang mengandung koloid
diberi zat yang dinamakan koagulan. Koagulan yang banyak digunakan adalah aluminium
sulfat, besi II sulfat, besi III klorida, dan klorinasi koperos (FeCl 2Fe2(SO4)3). Pemberian
koagulan selain untuk mengendapkan partikel-partikel koloid, juga untuk menjadikan pH air
sekitar 7 (netral). Jika pH air berkisar antara 5,5 6,8, maka yang digunakan adalah
aluminium sulfat, sedangkan untuk senyawa besi sulfat dapat digunakan pada pH air 3,55,5.
Pada tahap ketiga, air yang telah diberi koagulan mengalami proses pengendapan,
benda-benda koloid yang telah menggumpal dibiarkan mengendap. Setelah mengalami
pengendapan, air tersebut disaring melalui penyaring pasir sehingga sisa endapan yang masih
terbawa di dalam air akan tertahan pada saringan pasir tersebut.
Pada tahap terakhir, air jernih yang dihasilkan diberi sedikit air kapur untuk menaikkan
pHnya, dan untuk membunuh bakteri diberikan kalsium hipoklorit (kaporit) atau klorin (Cl2).

14. Karena Proses pembersihan noda kain oleh deterjen memanfaatkan sifat hidrofob dan hidrofil
koloid dalam proses pencucian pakaian. Apabila kotoran yang menempel pada kain tidak
mudah larut dalam air, misalnya lemak dan minyak, dengan bantuan sabun atau detergen
maka minyak akan tertarik oleh detergen. Oleh karena detergen larut dalam air, akibatnya
minyak dan lemak dapat tertarik dari kain. Kemampuan detergen menarik lemak dan minyak
disebabkan karena pada molekul detergen terdapat ujung-ujung liofil yang larut dalam air
dan ujung liofob yang dapat menarik lemak dan minyak. Akibat adanya tarik-menarik
tersebut , tegangan permukaan lemak dan minyak dengan kain menjadi turun sehingga lebih
kuat tertarik oleh molekul-molekul air yang mengikat kuat detergen. Sabun atau detergen
akan mengemulsikan minyak dalam air sehingga kotoran-kotoran berupa lemak atau minyak
dapat dihilangkan dengan cara pembilasan dengan air.
15. Karena es krim adalah sejenis makanan semi padat yang dibuat dengan cara pembekuan
tepung es krim atau dari campuran susu, lemak hewani maupun nabati, gula dan dengan atau
tanpa bahan makanan lain dan bahan makanan yang diijinkan. Es krim tidak lain berupa busa
(gas yang terdispersi dalam cairan) yang diawetkan dengan pendinginan. Walaupun es krim
tampak sebagai wujud yang padu, bila dilihat dengan mikroskop akan tampak ada lima
komponen penyusun, yaitu krim, skim, air, gula, dan stabilizer. Kadar air dalam es krim
antara 60-62%, jika air terlalu banyak maka es krim menjadi kasar, jika air terlalu sedikit
maka es krim akan menjadi terlalu padat. Untuk bisa creamy, 60-62% itu sudah ukuran yang
teruji. Dengan demikian maka kadar bahan kering adalah 38-40%. Es krim dengan
kandungan udara lebih banyak akan terasa lebih cair dan lebih hangat sehingga tidak enak
dimakan.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan es krim adalah lemak susu, padatan susu
tanpa lemak, gula, bahan penstabil, emulsifier, flavor, dan total padatan. Bahan lain yang
digunakan dalam pembuatan es krim adalah gula. Sukrosa digunakan sebagai sumber
karbohidrat. Gula sebagai pemanis makanan sering digunakan dan berhubungan dengan rasa
nikmat serat disukai. Fungsi utama gula adalah mempertinggi citarasa sehingga dapat
meningkatkan penerimaan konsumen. Konsentrasi gula yang terlalu tinggi dapat menutupi
citarasa yang diinginkan, tetapi bila kurang akan terasa hambar. Selain itu penambahan gula
dapat meningkatkan kekentalan dan memperbaiki tekstur.

Bahan penstabil dalam pembuatan es krim merupakan koloid hidrofilik yang dapat
menurunkan konsentrasi air bebas denagn menyerap air tersebut sehingga akan mengurangi
kristalisasi es, memperkecil kristal es, dan dapat meningkatkan kehalusan tekstur. Jenis-jenis
penstabil yang biasa digunakan dalam frozen dessert terbagi menjadi beberapa kategori yaitu
(a) protein misalnya gelatin,
(b) plant exudates misalnya arabic, ghatti, karaya, dan tragacant ums,
(c) sed gums misalnya locust (carob) bean, guar, dan psyllium,
(d) microbial gums, misalnya xanthan,
(e) seaweed extract misalnya agar, alginat, dan karagenan,
(f) pectin misalnya low dan high methoxyl,
(g) selulosa misalnya Carboxy Methyl Cellulose (CMC), dan lain-lain.
Pembuatan es krim sebenarnya sederhana saja, yakni mencampurkan bahan-bahan dan
kemudian mendinginkannya. Air murni pada tekanan 1 atmosfer akan membeku pada suhu
00C. Namun, bila ke dalam air dilarutkan zat lain, titik beku air akan menurun. Jadi, untuk
membekukan adonan es krim pun memerlukan suhu di bawah 0 0C. Awalnya, suhu es itu akan
kurang dari 00C (coba cek hal ini dengan mengukur suhu es yang keluar dari lemari
pendingin). Namun, permukaan es yang berkontak langsung dengan udara akan segera naik
suhunya mencapai 00C dan sebagiannya akan mencair. Suhu campuran es dan air tadi akan
tetap 00C selama esnya belum semuanya mencair. Seperti disebut di atas, jelas campuran es
krim tidak membeku pada suhu 00C akibat sifat koligatif penurunan titik beku.
Bila ditaburkan sedikit garam ke campuran es dan air tadi, kita mendapatkan hal yang
berbeda. Air lelehan es dengan segera akan melarutkan garam yang kita taburkan. Dengan
demikian, kristal es akan terapung di larutan garam. Karena larutan garam akan mempunyai
titik beku yang lebih rendah dari 00C, es akan turun suhunya sampai titik beku air garam
tercapai. Dengan kata lain, campuran es krim tadi dikelilingi oleh larutan garam yang
temperaturnya lebih rendah dari 00C sehingga adonan es krim itu akan dapat membeku.
Kalau campuran itu hanya dibiarkan saja mendingin tidak akan dihasilkan es krim,
melainkan gumpalan padat dan rapat berisi kristal-kristal es yang tidak akan enak kalau
dimakan. Bila diinginkan es krim yang enak di mulut, selama proses pembekuan tadi adonan
harus diguncang-guncang. Pengocokan atau pengadukan campuran selama proses
pembekuan merupakan kunci dalam pembuatan es krim yang baik.
Proses pengguncangan ini bertujuan ganda. Pertama, untuk mengecilkan ukuran kristal es
yang terbentuk; semakin kecil ukuran kristal esnya, semakin lembut es krim yang terbentuk.
Kedua, dengan proses ini akan terjadi pencampuran udara ke dalam adonan es krim.

Gelembung-gelembung udara yang tercampur ke dalam adonan inilah yang menghasilkan


busa yang seragam (homogen).
16. Proses dialisis untuk memisahkan partikel-partikel koloid dan zat terlarut merupakan dasar
bagi pengembangan dialisator. Penerapan dalam kesehatan adalah sebagai mesin pencuci
darah untuk penderita gagal ginjal. Ion-ion dan molekul kecil dapat melewati selaput
semipermiabel dengan demikian pada akhir proses pada kantung hanya tersisa koloid saja.
Dengan melakukan cuci darah yang memanfaatkan prinsip dialisis koloid, senyawa beracun
seperti urea dan keratin dalam darah penderita gagal ginjal dapat dikeluarkan. Darah yang
telah bersih kemudian dimasukkan kembali ke tubuh pasien.
17. Jenis koloid yang mengganggu lingkungan dan mencemari udara adalah koloid aerosol padat
(berupa butiran atau partikel padatan terdispersi dalam gas atau udara). Pencemaran ini
berasal dan asap kendaraan bermotor, industri, debu jalanan yang ditiupangin. Pencemaran
ini dapat mengganggu daya pandang (visibilitas), gangguan kesehatan (mengganggu
pernapasan). Selain itu juga dapat memengaruhi cuaca, dapat menimbulkan seringnya hujan,
karena butiran ini merupakan salah satu komponen pembentuk awan. Jenis koloid yang
mencemari air adalah limbah yang berasal dari industri, seperti logam berat (misalnya logam
Pb dan Hg), dan limbah yang berasal dan pemukiman, seperti limbah detergen. Sedangkan
jenis koloid yang mencemari tanah adalah limbah pertanian seperti pestisida dan pupuk.
18. Karena bahan kosmetika seperti foundation, finishing cream dan deodorant sendiri
merupakan suatu bahan berbentuk koloid dan umumnya sebagai emulsi. Emulsi adalah suatu
sistem koloid di mana zat terdispersi dan medium pendispersi sama-sama merupakan cairan.
Agar terjadi suatu campuran koloid, harus ditambahkan zat pengemulsi (emulgator). Susu
merupakan emulsi lemak dalam air, dengan kasein sebagai emulgatornya. Obat-obatan yang
tidak larut dalam air banyak yang dibuat dan dipanaskan dalam bentuk emulsi. Contohnya
emulsi minyak ikan. Emulsi yang dalam bentuk semipadat disebut krim. Untuk itu, seseorang
yang bercita-cita ingin menjadi hli kimia di perusahaan kosmetik harus memahami sistem
koloid.
19. Pembuatan Kecap
Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir,
koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang

sangat penting peranannya dalam kehidupan. Asam amino yang terkandung dalam proteinnya
tidak selengkap protein hewani, namun penambahan bahan lain seperti wijen, jagung atau
menir adalah sangat baik untuk menjaga keseimbangan asam amino tersebut.
Kacang-kacangan dan umbi-umbian cepat sekali terkena jamur (aflatoksin) sehingga
mudah menjadi layu dan busuk. Untuk mengatasi masalah ini, bahan tersebut perlu
diawetkan. Hasil olahannya dapat berupa makanan seperti keripik, tahu dan tempe, serta
minuman seperti bubuk dan susu kedelai.
Kedelai mengandung protein 35 % bahkan pada varitas unggul kadar proteinnya
dapat mencapai 40 - 43 %. Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung singkong, kacang
hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam, kedelai mempunyai kandungan protein yang lebih
tinggi, hampir menyamai kadar protein susu skim kering. Bila seseorang tidak boleh atau
tidak dapat makan daging atau sumber protein hewani lainnya, kebutuhan protein sebesar 55
gram per hari dapat dipenuhi dengan makanan yang berasal dari 157,14 gram kedelai.
Kedelai dapat diolah menjadi: tempe, keripik tempe, tahu, kecap, susu, dan lain-lainnya.
Proses pengolahan kedelai menjadi berbagai makanan pada umumnya merupakan proses
yang sederhana, dan peralatan yang digunakan cukup dengan alat-alat yang biasa dipakai di
rumah tangga, kecuali mesin pengupas, penggiling, dan cetakan.
Kecap adalah bumbu dapur atau penyedap makanan yang berupa cairan berwarna
hitam yang rasanya manis atau asin. Bahan dasar pembuatan kecap umumnya adalah kedelai
atau kedelai hitam. Namun adapula kecap yang dibuat dari bahan dasar air kelapa yang
umumnya berasa asin. Kecap manis biasanya kental dan terbuat dari kedelai, sementara
kecap asin lebih cair dan terbuat dari kedelai dengan komposisi garam yang lebih banyak,
atau bahkan ikan laut. Selain berbahan dasar kedelai atau kedelai hitam bahkan air kelapa,
kecap juga dapat dibuat dari ampas padat dari pembuatan tahu.
1. Bahan Baku
Jenis kedelai dapat dibedakan menjadi 4 macam yaitu : kedelai kuning, kedelai hitam
kedelai hijau, kedelai coklat. Jenis-jenis kedelai tersebut dapat didefinisikan sebagai
berikut:

Kedelai kuning adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna kuning, putih atau hijau, yang
bila dipotong melintang memperlihatkan warna kuning pada irisan keping bijinya.

Kedelai hitam adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna hitam. Kedelai hitam inilah
yang biasanya dijadikan kecap.

Kedelai hijaua dalah kedelai yang kulit bijinya berwarna hijau yang bila dipotong

melintang memperlihatkan warna hijau pada irisan keping bijinya.


Kedelai coklat adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna coklat.

a.

Biji kedelai
Bentuk biji kedelai bergantung kultivarnya, dapat berbentuk bulat, agak gepeng, dan
sebagian bulat telur. Sedangkan besar dan bobotnya dibedakan menjadi tiga, yakni :

Kedelai berbiji besar, bila bobot setiap 100 bijilebih dari 300 gr

Kedelai berbiji sedang, bila bobot setiap 100 biji antara 11-13 gr.

Kedelai berbiji kecil, bila bobot setiap 100 biji antara 7-11 gr.

b. Syarat Mutu

Syarat Umum
-

Bebas dari sisa tanaman (kulit polong, potongan batang dan ranting), batu, kerikil,

tanah, atau biji-bijian tanaman lainnya.


Biji kedelai tidakgan hama dan penyakit.
Biji kedelai tidak memar atau rusak .
Kulit biji tidak keriput.

Syarat Pokok

Tingkat mutu kedelai dapat dikategorikan menjadi tiga, yakni; mutu I, Mutu II, mutu III
(Tabel 3).
Tabel 3. Syarat pokok mutu kedelai
NO
1.

Kriteria
Kadar air Maks (% b/b)

Mutu I
13

Mutu II
14

Mutu III
16

2.

Kotoran maks (% bobot )

3.

Butir rusak (% bobot)

4.

Butir keriput (% bobot)

5.

Butir belah (% bobot)

10

6.
Butir warna lain (% bobot)
Sumber: SK Mentan No. 501/Kpts/TP.830/8/1984

c. Proses Pembuatan Kecap Kedelai


1. Alat dan Bahan
Alat

Bahan:

Kedelai hitam
Air

Tampah

Kompor

Panci

jeruk.

Kain saring

wijen)

Botol

Garam

Sendok

Jamur (laru)

Basom

Pengaduk

Bumbu (daun saalm, daun


Lengkuas,

kemiri,

2. Prosedur pembuatan kecap kedelai


1. Penyortiran
Menyiapkan biji kedelai hitam yang tua. Bebas dari sisa tanaman batu, kerikil, tanah,
biji kedelai tidak luka, bebas serangan hama dan penykit, tidak memar atau rusak, kulit
biji tidak keriput. Caranya biji kedelai diletekan pada tampah kemudian di tampi.
2. Pencucian
Setelah disortir, kedelai dicuci dengan air bersih. Tujuannya agar kotoran kotoran
yang masih melekat atau tercampur dapat hilang.
3. Perebusan
Perebusan dilakukan selama 2 jam. Caranya biji kedelai dimasukan ke dalam panci
kemudian direbus dengan kompor. Banyaknya air dalam perebusan sampai terendam
atau sekitar 2,5 kali volume bahan. Tujuannya agar mendapatkan biji kedelai yang
lunak dan kulitnya mudah dikupas.
4. Penirisan
Penirisan dilakukan dengan menggunakan kalo selama 0,5 1 jam sampai kedelai
dingin.
5. Penjamuran

Setelah kedelai dingin dilakukan penjamuran menggunakan laru kecap dengan


perbandingan 1 kg bahan membutuhkan 1 gram laru jenis Rhizopus. Sp.
6. Penggaraman
Biji kedelai yang telah berjamur dimasukan dalam larutan garam 20 %. Maksudnya
mencampur 200 gram garam kedalam air 1 liter. Sebagai patokan untuk 1 kg bahan
membutuhkan 4 liter larutan garam 20 %.
7. Penyaringan I
Selanjutnya dilakukn penyaringan dengan menggunakan kalo. Hasil utamanya berupa
filtrat, sedangkan hasil sampingnya berupa ampas.
8. Perebusan II
Sebelum direbus, kedalam filtrat ditambahkan gula kelapa yang dicairkan, bumbubumbu penyedap dan air bersih. Sebagi patokan untuk 1 liter filtrat membutuhkan 2 kg
gula kelapa yang telah dicairkan atau larutkan dalam 0,5 liter air.
9. Penyaringan II
Selanjutnya dilakukan penyaringan II dengan menggunakan kain penyaring.
10. Pembotolan
Pembotolan dengan menggunakan botol yang bersih. Kemudian cairan kecap
dimasukan ke dalam botol dan di tutup rapat.
Pembuatan Tahu
Bahan Baku
Untuk memproduksi tahu di gunakan bahan baku pokok yang sama, yaitu kedelai. Jenis
kedelai terdiri atas 4 macam, kedelai kuning, kedelai hitam, kedelai coklat dan kedelai hijau.
Pengrajin tahu biasanya menggunakan kedelai kuning, akan tetapi juga kedelai jenis lain,
terutama kedelai hitam.
Syarat mutu kedele untuk memproduksi tahu kualitas pertama adalah sebagai berikut :

Bebas dari sisa tanaman (kulit palang, potongan batang atau ranting, batu, kerikil, tanah

atau biji-bijian)
Biji kedele tidak luka atau bebas serangan hama dan penyakit
Biji kedele tidak memar
Kulit biji kedele tidak keriput

Bahan Pembantu Pembuatan Tahu

Bahan baku untuk membuat tahu kualitas tinggi adalah kedelai putih berbiji besarbesar. Kemudian perlu juga asam cuka (kadar 90 %) yang dipakai sebagai campuran sari
kedele agar dapat menggumpal menjadi tahu. Selain asam cuka dapat juga di pakai batu tahu
(CaSo4) atau sulfat kapur yang telah di bakar dan ditumbuk dibuat tepung.
Dalam seluruh proses produksi tahu air bersih amat penting, baik untuk mencuci,
merendam maupun untuk membuat sari kedele. Kalau pengrajin ingin membuat tahu kuning
perlu menambah kunyit yang telah diparut dan diperas. Untuk menambah rasa asin, misalnya
dapat menambah garam, untuk menambah rasa wangi sari kedele dicampur, misalnya dengan
bubuk ketumbar, jintan, kapol, cengkeh, pala atau bahan-bahan dari ramu-ramuan lain.
Pengrajin dapat pula membeli bubuk wangi buatan, misalnya bubuk buatan Cina.
Proses produksi Tahu
Tahap dalam proses produksi tahu adalah sebagai berikut :
1. Kedelai dipilih dengan penampi untuk memilih biji kedelai besar. Kemudian dicuci serta
direndam dalam air besar selama 6 jam.
2. Setelah direndam, dicuci kembali sekitar 1/2 jam Setelah dicuci bersih kedelai di bagibagi dan diletakkan dalam ebleg yang terbuat dari bambu atau plastik.
3. Selanjutnya kedelai digiling sampai halus, dan butir kedelai mengalir dengan sendirinya
ke dalam tong penampung.
4. Selesai digiling langsung direbus selama 15 - 20 menit mempergunakan wajan dengan
ukuran yang besar. Sebaiknya jarak waktu antara selesai digiling dan dimasak jangan
lebih dari 5 - 10 menit, supaya kualitas tahu menjadi baik.
5. Selesai dimasak, bubur kedelai diangkat dari wajan ke bak/tong untuk disaring
menggunakan kain belacu atau mori kasar yang telah diletakkan pada sangkar bambu.
Agar bubur dapat disaring sekuat-kuatnya, diletakkan sebuah papan kayu pada kain itu
lalu ada satu orang naik di atasnya dan menggoyang-goyang, supaya terperas semua air
yang masih ada pada bubur kedelai. Limbah dari penyaringan berupa ampas tahu. Kalau
perlu ampas tahu diperas lagi dengan menyiram air panas sampai tidak mengandung sari
lagi. Pekerjaan penyaringan di lakukan berkali-kali hingga bubur kedele habis.
6. Air sampingan yang tertampung dalam tong warna kuning atau putih adalah bahan yang
akan menjadi tahu. Air saringan dicampur dengan asam cuka untuk menggumpalkan.
Sebagai tambahan asam cuka dapat juga air kelapa atau cairan whey (air sari tahu bila
tahu telah menggumpal) yang telah dieramkan maupun bubuk batu tahu (sulfat kapur).
7. Gumpalan atau jonjot putih yang mulai mengendap itulah yang nanti sesudah dicetak
menjadi tahu. Air asam yang masih ada dipisahkan dari jonjot-jonjot tahu dan disimpan,

sebab air asam cuka masih dapat digunakan lagi. Endapan tahu dituangkan dalam kotak
ukuran misalnya 50 x 60 cm dan sebagai alasnya di hamparkan kain belacu. Adonan tahu
kotak dikempa, sehingga air yang masih tercampur dalam adonan tahu itu terperas habis.
Pengempaan dilakukan sekitar 1 menit, adonan tahu terbentuk kotak, yang sudah padat,
di potong-potong, misalnya dengan ukuran 6 x 4 cm , dan siap di jual.
Pembuatan Es Krim
Es krim adalah buih setengah beku yang mengandung lemak teremulsi dan udara.
Sel-sel udara yang ada berperanan untuk memberikan texture lembut pada es krim tersebut.
Tanpa adanya udara, emulsi beku tersebut akan menjadi terlalu dingin dan terlalu berlemak.
Bahan utama dari es krim adalah lemak (susu), gula, padatan non-lemak dari susu
(termasuk laktosa) dan air. Sebagai tambahan, pada produk komersil diberi emulsifier,
stabiliser, pewarna, dan perasa. Sebagai emulsifier biasanya digunakan lesitin, gliserol
monostearat atau yang lainnya. Emulsifier ini berguna untuk membangun distribusi struktur
lemak dan udara yang menentukan dalam membentuk sifat rasa/tekstur halus dan pelelehan
yang baik. Untuk stabilisernya bisa digunakan polisakarida dan ini berfungsi sebagai
penambah viskositas. Sedangkan pewarna dan perasa bisanya bervariasi tergantung pada
selera pasar. Jika ingin diberi rasa strawberry tentunya diberi perasa strawberry dan pewarna
merah.
Bahan-bahan

tersebut

dicampur,

dipasteurisasikan,

dihomogenasikan,

dan

didinginkan dengan cepat. Setelah emulsi minyak dalam air tersebut dibiarkan dalam waktu
yang lama, kemudian diawetkan dalam kamar yang suhunya cukup rendah untuk
membekukan sebagian campuran. Pada saat yang sama udara dimasukkan dengan cara
dikocok. Tujuan dari pembekuan dan aerasi ini adalah pembentukan buih yang stabil melalui
destabilisasi parsial dari emulsi. Pengocokan tanpa pendinginan tidak akan memberikan buih
yang stabil. Jika buih terlalu sedikit produknya akan tampak basah, keras dan sangat dingin.
Sedang jika buihnya terlalu banyak maka produknya akan tampak kering. Sel-sel udara pada
es krim harus berukuran sekitar 100 mikron. Jika sel udaranya terlalu besar, es krimnya akan
meleleh dengan cepat. Sedang jika sel udaranya terlalu kecil maka buihnya akan terlalu stabil
dan akan meninggalkan suatu head ketika meleleh.
Es krim mempunyai struktur koloid yang kompleks karena merupakan buih dan juga
emulsi. Buih padat terjadi karena adanya lemak teremulsi dan juga karena adanya kerangka
dari kristal-kristal es yang kecil dan terdispersi didalam larutan makromolekular berair yang

telah diberi gula. Peranan emulsifier (misalnya: gliserol monostearat komersial) adalah untuk
membantu stabilisasi terkontrol dari emulsi didalam freezer. Perubahan-perubahan polimorfis
lemak pada es krim selama penyimpanan menyebabkan perubahan bentuk pada globula
awalnya, yang berkombinasi dengan film protein yang agak lepas, menyebabkan terjadinya
penggumpalan di dalam freezer. Stabilisasi gelembung-gelembung udara pada es krim juga
terjadi karena adanya kristal-kristal es dan fasa cair yang sangat kental. Stabiliser
polisakarida (misalnya: carrageenan) menaikkan kekentalan fasa cair, seperti juga gula pada
padatan non-lemak dari susu. Stabiliser-stabiliser ini juga dikatakan dapat memperlambatan
pertumbuhan kristal-kristal es selama penyimpanan. Hal ini karena jika kristal-kristal esnya
terlalu besar maka akan terasa keras di mulut.
Proses Pembuatan Es Krim
Es krim sebenarnya tak lain adalah busa, atau gas yang terdispersi dalam cairan.
Es krim terlihat padat namun jika diamati di bawah mikroskop, es krim tampak terbentuk
dari empat komponen, yaitu padatan globula lemak susu, udara (ukurannya tidak lebih
dari 0,1 mm), kristal-kristal es, dan air yang melarutkan gula, garam, dan protein susu.
Secara sederhana, es krim dibuat dengan cara mencampurkan bahan-bahan dan
mendinginkannya. Garam digunakan untuk membuat es tetap beku. Kemudian, adonan
tersebut harus diguncang-guncang, dikocok atau diaduk. Pengadukan ini berpengaruh
dalam pembuatan es krim agar teksturnya baik. Pengadukan tersebut akan membuat krim
naik ke permukaan. Untuk mencegahnya, ditambahkan emulsifier. Salah satu contoh
emulsifier sederhana adalah kuning telur. Karena itulah kuning telur sering menjadi
bahan dalam membuat es krim.
Menurut Arbuckle (1986). Proses pembuatan es krim terdiri dari:
1. pencampuran,
2. pasteurisasi,
3. homogenisasi,
4. pendinginan,
5. aging atau penuaan,
6. freezing atau pembekuan,
7. hardening atau pengerasan, dan
8. penyimpanan

Pencampuran dilakukan dengan memanaskan terlebih dahulu bahan cair dalam bejana
pencampur sampai kira-kira 40 - 50C, kemudian bahan-bahan kering seperti gula, bahan
pengemulsi dan bahan penstabil ditambahkan dan dicampur supaya larut dengan baik.
Pasteurisasi dilakukan dengan tujuan untuk membebaskan adonan dari bakteri patogen,
membantu melarutkan bahan, memperbaiki flavour dan mutu simpan. Pasteurisasi adonan
dilakukan pada suhu 68,3C selama 30 menit atau pada suhu 71C selama 30 detik. Proses
homogenisasi biasanya dilakukan pada suhu 62,8 - 76,7C. Proses ini bertujuan untuk
mencegah globula lemak bersatu, untuk mengurangi waktu yang diperlukan bagi proses
aging campuran itu dan untuk mempengaruhi kekentalan sehingga tekstur dan body es krim
menjadi lebih baik. Setelah proses homogenisasi, adonan harus cepat didinginkan sampai 04C agar tekstur es krim menjadi halus, kekentalan berkurang dan pertumbuhan mikroba
menjadi lambat. Proses aging diperlukan untuk memberi kesempatan bahan penstabil
bekerja. Selama proses ini berlangsung, terjadi perubahan-perubahan antara lain
penggabungan bahan penstabil dengan air, pengerasan lemak dan peningkatan viskositas.
Setelah itu proses pembekuan harus dilakukan dengan cepat untuk mencegah pembentukan
kristal es yang kasar. Pengerasan es krim umumnya dilakukan dalam suhu -45C sampai
-23C selama 24 jam.
Setelah proses pembuatannya selesai, es krim dikemas dalam berbagai bentuk, antara
lain cone, cup, dan stik. Dahulu, es krim selalu disajikan dalam mangkuk atau gelas
minuman. Kini, setelah ditemukannya cone, cup, dan stik, es krim bisa leluasa dijual bebas di
jalan-jalan.
Pembuatan Lem Kertas
Lem adalah sebuah bahan perekat yang bisa kita manfaatkan untuk berbagai
kebutuhan seperti merekatkan kertas, plastik dan lain-lain. Pada umumnya kita bisa dengan
mudah membeli berbagai macam merk Lem yang ada ditoko atau warung dengan harga yang
beragam, dan keperluannya pun juga bermacam-macam, dari anak-anak yang ingin membuat
prakaria untuk tugas sekolah hingga kebutuhan rumah tangga.
Cara membuat lem menggunakan tepung kanji
Bahan-bahan yang dibutuhkan
Pati kanji 1/4Kg
Air secukupnya
Pewarna secukupnya
Bahan pengawet apabila ingin menggunakannya untuk jangka panjang
Cara Membuat

1. Siapkan wadah untuk merebus, bisa dengan kaleng bekas yang bersih
2. Campurkan tepung kanji, air, bahan pengawet dan pewarna secukupnya kedalam kaleng
tersebut.
3. Rebus dengan kompor dengan api sedang, sambil diaduk hingga benar-benar mengental.
Jangan terlalu cair, apabila masih terlalu cair tambahkan tepung kanji lagi
4. Angkat dan biarkan hingga dingin
5. Masukan wadah yang bersih lem siap digunakan
6. Anda bisa membuatnya tanpa bahan pengawet, namun biasanya lem hanya bertahan
maksimal 2 hari.
Cara membuat lem dengan gabus
1. Siapkan gabus secukupnya kemudian potonglah kecil-kecil atau juga bisa diparut.
2. Siapkan wadah, bisa menggunakan kaleng bekas yang bersih
3. Masukan potongan-potongan gabus kedalam wadah tersebut, kemudian tuangkan bensin
secukupnya. Tunggu gabus hingga meleleh dan aduk secara perlahan, jika terlalu cair
tambahkan gabus lagi.
4. Lem sudah siap digunakan
Lem jenis ini lebih rekat dibandingkan dengan lem kanji, namun saran dari kami jangan
gunakan lem dari gabus ini untuk anak-anak. Selain itu lem ini juga tidak tahan lama,
sehingga lebih baik gunakan untuk keperluan darurat saja.
Proses Pembuatan Margarin
Margarine adalah makanan berlemak yang menyerupai mentega baik dalam hal
kenampakan maupun sifat dan komposisinya. Produk tersebut di buat dengan maksud
sebagai penganti dari mentega. Pengertian margarine yang lebih rinci merupakan emulsi dari
fase lemak dan fase berair. Fase lemak sebagai fase yang kontinyu yang merupakan
campuran dari berbagai jenis minyak baik hewani maupun nabati. Margarine di produksi
berdasarkan penemuan hasil penelitian seorang sarjana kimia dari Perancis yang bernama
Hippalyte Megemouries. Meskipun pengolahan dan beberapa bahan penyusun mengalami
perkembangan dan modifikasi, tetapi prinsip dasar yang digunakan masih bersumber pada
hasil penemuannya.
Bahan mentah pada pengolahan margarine meliputi lemak dan minyak dari berbagai
jenis yaitu air susu, air dan susu skim. Sedangkan bahan pembantu yang digunakan meliputi
bumbu yang ditambahkan untuk memberikan rasa dan aroma agar menyerupai mentega dan
bahan pembantu juga berfungsi sebagai emulsifier, antioksidan dan vitamin. Campuran
lemak dan minyak serta bahan pembantu yang larut didalamnya merupakan adonan fase

lemak. Air atau air susu yang telah diperam beserta bahan pembantu yang larut didalamnya
merupakan adonan fase berair.
Lemak dan minyak yang dapat digunakan sebagai bahan dasar margarine adalah yang
berasal dari berbagai bahan sumber minyak, baik dari sumber nabati maupun hewani. Dari
sumber nabati misalnya minyak kelapa sedangkan dari sumber hewani misalnya asam lemak
babi. Oleh karena sumber minyak dan lemak yang dapat digunakan terlalu banyak perlu
dilakukan pemilihan berdasarkan pertimbangan ekonomis, kualitas dan sifat margarine yang
dikehendaki.
Proses Pembuatan
1. Tahap Netralisasi
Netralisasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak atau
lemak dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya
sehingga membentuk sabun (soap stock). Netralisasi dengan kaustik soda (NaOH)
banyak dilakukan dalam skala industri, karena lebih efisien dan lebih murah
dibandingkan dengan cara netralisasi lainnya.
2. Tahap Bleaching (pemucatan)
Pemucatan ialah suatu proses pemurnian untuk menghilangkan zat-zat warna yang tidak
disukai dalam minyak. Pemucatan dilakukan dengan mencampur minyak dengan
sejumlah kecil adsorben, seperti bleaching earth (tanah pemucat), dan karbon aktif. Zat
warna dalam minyak akan diserap oleh permukaan adsorben dan juga menyerap suspensi
koloid (gum dan resin) serta hasil degradasi minyak misalnya peroksida.
3. Tahap Hidrogenasi
Hidrogenasi adalah proses pengolahan minyak atau lemak dengan jalan menambahkan
hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan mengurangi
ketidakjenuhan minyak atau lemak, dan membuat lemak bersifat plastis. Proses
hidrogenasi bertujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak
pada minyak atau lemak. Proses hidrogenasi dilakukan dengan menggunakan hydrogen
murni dan ditambahkan serbuk nikel sebagai katalisator.
Nikel merupakan katalis yang sering digunakan dalam proses hidrogenasi daripada
katalis yang lain (palladium, platina, copper chromite). Hal ini karena nikel lebih
ekonomis dan lebih efisien daripada logam lainnya. Nikel juga mengandung sejumlah
kecil Al dan Cu yang berfungsi sebagai promoter dalam proses hidrogenasi minyak
4. Tahap Emulsifikasi

Proses Emulsifikasi ini bertujuan untuk mengemulsikan minyak dengan cara penambahan
emulsifier fase cair dan fase minyak pada suhu 80oC dengan tekanan 1 atm. Terdapat dua
tahap pada proses Emulsifikasi yaitu
a. Proses pencampuran emulsifier fase minyak
Emulsifier fase minyak merupakan bahan tambahan yang dapat larut dalam minyak
yang berguna untuk menghindari terpisahnya air dari emulsi air minyak terutama
dalam penyimpanan. Emulsifier ini contohnya Lechitin sedangkan penambahan bkaroten pada margarine sebagai zat warna serta vitamin A dan D untuk menambah
gizi.
b. Proses pencampuran emulsifier fase cair
Emulsifier fase cair merupakan bahan tambahan yang tidak larut dalam minyak.
Bahan tambahan ini dicampurkan ke dalam air yang akan dipakai untuk membuat
emulsi dengan minyak. Emulsifier fase cair ini adalah : garam untuk memberikan
rasa asin TBHQ sebagai bahan anti oksidan yang mencegah teroksidasinya minyak
yang mengakibatkan minyak menjadi rusak dan berbau tengik Natrium Benzoat
sebagai bahan pengawet (Baileys,1950). Vitamin A dan D akan bertambah dalam
minyak. Selain itu minyak akan berbentuk emulsi dengan air dan membentuk
margarin. Beberapa bahan tambahan seperti garam, anti oksidan dan Natrium benzoat
juga akan teremulsi dalam margarin dalam bentuk emulsifier fase cair.

Anda mungkin juga menyukai