Anda di halaman 1dari 108

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
1 dari 98

STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN


A. STANDAR PELAYANAN UMUM
STANDAR 1 : PERSIAPAN UNTUK KEHIDUPAN KELUARGA
SEHAT
Tujuan
Memberikan
penyuluhan
kesehatan
yang
tepat
untuk
mempersiapkan kehamilan yang sehat dan terencana serta
menjadi orang tua yang bertanggungjawab.
Pernyataan Standar

Hasil

an kehamilan, termasuk penyuluhan kesehatan


Masyarakat
umum, gizi,
dan
KB
perorangan
dan kesiapan
ikutdalam
serta dalam
menghadapi
upaya mencapai
kehamilankehamilan
dan menjadi
yang
calo
s

Ibu, keluarga dan masyarakat meningkat pengetahuannya tentang fungsi alat-alat reproduksi dan bahay

Tanda-tanda bahaya pada kehamilan diketahui oleh keluarga dan masyaraka

Prasyarat
1. Bidan bekerjasama dengan kader kesehatan dan sektor
terkait sesuai dengan Kebutuhan.
2. Bidan dididik dan terlatih dalam hal:
2.1. Penyuluhan kesehatan.
2.2. Komunikasi dan keterampilan konseling dasar.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
2 dari 98

2.3. Siklus menstruasi; perkembangan kehamilan, metoda


kontrasepsi, gizi, bahaya kehamilan pada usia muda,
kebersihan dan kesehatan diri, kesehatan/ kematangan
seksual dan tanda bahaya pada kehamilan.
3. Tersedianya bahan untuk penyuluhan kesehatan tentang halhal tersebut di atas.
Proses
Bidan harus:
1. Merencanakan kunjungan secara teratur ke posyandu,
kelompok ibu/ KPKIA, sekolah dan tempat kegiatan
masyarakat
untuk
memberikan
penyuluhan
tentang
kesehatan/kebersihan secara umum, kesiapan mengahadapi
kehamilan,
makanan
bergizi,
pencegahan
anemia,
kematangan
seksual,
kehidupan
seksual
yang
bertanggungjawab dan bahaya kehamilan pada usia muda.
(Perlu dibuat kesepakatan tentang waktu penyulahan, tempat
dan topik pembicaraan. Semua kesepakatan hendaknya
ditepati, kecuali pada keadaan darurat).
2. Hormati
adat-istiadat
setempat/perorangan
ketika
memberikan penyuluhan dan berikan dukungan untuk
kebiasaan tradisional yang positif. (Namun, perlu dicegah
mitos atau tabu yang membahayakan kehamilan, persalinan
dan perawatan anak).
3. Beri penyuluhan yang dapat memotivasi masyarakat untuk
meningkatkan kesehatannya, dan buatlah agar mereka mau
mengajukan pertanyaan.
4. Jawablah pertanyaan dengan jujur dan sopan.
5. Berikan jawaban yang lebih jelas kemudian bila jawaban
belum tuntas saat itu, janjikan jawaban pada kunjungan
berikutnya.
6. Gunakan alat bantu yang menunjang dan bahasa yang
mudah dipahami.
7. Beritahukan jadwal kegiatan bidan untuk memeriksakan
kehamilan dan konseling perorangan.
8. Adakan konseling perorangan
kerahasiaan terjaga.

di

tempat

khusus,

agar

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
3 dari 98

INGAT!

Penyuluhan kesehatan akan efektif bila pesannya jelas dan tidak


membingungkan.
Penyuluhan dan nasehat akan efektif bila dapat diterima oleh
adat/ tradisi setempat.
Tidak semua kebiasaan tradisional membahayakan.
Pasangan berhak mendapat informasi tentang metoda KB yang
tepat dan bisa diterima oleh tradisi setempat.
Kehamilan hendaknya direncanakan, dan hal ini adalah
tanggungjawab suami dan istri.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
4 dari 98

STANDAR 2 : PENCATATAN DAN PELAPORAN


Tujuan
Mengumpulkan, mempelajari dan menggunakan data untuk
pelaksanaan penyuluhan, kesinambungan pelayanan dan
penilaian kinerja.
Pernyataan Standar

cian pelayanan yang telah diberikan sendiri oleh bidan kepada seluruh ibu hamil/ bersalin/ nifas dan bayi baru lahir, semua k
ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat yang berkaitan
dengan ibu hamil, ibu dalam proses melahirkan, ibu dalam
Hasil
masa nifas, dan bayi baru lahir. Bidan meninjau secara
teratur catatan tersebut untuk menilai kinerja dan menyusun
Terlaksananya pencatatan dan pelaporan yang baik.
rencana kegiatan pribadi untuk meningkatkan pelayanan.
Tersedia data untuk audit dan pengembangan diri
Meningkatnya
keterlibatan masyarakat dalam kehamilan, kelahiran bayi dan pelaya
kebidanan.

Prasyarat
1. Adanya kebijakan nasional/setempat untuk mencatat semua
kelahiran dan kematian ibu dan bayi.
2. Sistem pencatatan dan pelaporan kelahiran dan kematian ibu
dan bayi dilaksanakan sesuai ketentuan nasional atau
setempat.
3. Bidan bekerjasama dengan kader/ tokoh masyarakat dan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
5 dari 98

memahami masalah kesehatan setempat.


4. Register Kohort Ibu dan Bayi, Kartu Ibu, KMS Ibu Hamil, Buku
KIA, dan PWS KIA, partograf digunakan untuk pencatatan dan
pelaporan pelayanan. Bidan memiliki persediaan yang cukup
untuk semua dokumen yang diperlukan.
5. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menggunakan
format pencatatan tersebut di atas.
6. Pemetaan ibu hamil
7. Bidan memiiiki semua dokumen yang diperlukan untuk
mencatat jumlah kasus dan jadwal kerjanya setiap hari.
Proses
Bidan harus:
1. Bekerjasama dengan kader dan pamong setempat agar
semua ibu hamil di wilayahnya tercatat.
2. Mencatat dengan seksama semua pelayanan langsung yang
diberikan selama kehamilan, persalinan, dan masa nifas.
Seluruh catatan harus dilengkapi dengan tanggal, waktu, dan
tanda tangan bidan yang mencatat.
3. Ibu diberi KMS Ibu Hamil atau Buku KIA untuk dibawa pulang.
Mengajarkan pada ibu untuk membawa semua dokumen
tersebut pada saat kunjungan pemeriksaan antenatal dan
menyediakannya pada saat ibu mulai masuk proses bersalin.
4. Lakukan ketentuan nasional/ setempat tentang pencatatan
dan pelaporan. Ikut serta dalam proses pengkajian
profesional yang terjadi di wilayahnya, seperti misalnya
kegiatan pengkajian (Peer Review)
5. Jaga agar kartu/ buku pencatatan tersebut tidak mudah
rusak. Hasil pencatatan dan pelaporan diperlukan untuk
dipelejari bersama supervisor dan untuk proses audit.
6. Pastikan bahwa semua kelahiran, kematian ibu dan bayi baru
lahir tercatat, termasuk surat keterangan lahir dan satu copy
lembar partograph.
7. Pelajari kartu/ buku pencatatan secara teratur (sedikitnya
sebulan sekali). Simpan kartu secara sistematis. Ketika
melakukannya,
carilah
hambatan
dalam
pelayanan;
kesamaan dalam masalah, komplikasi, atau pola yang
mungkin terjadi. Perlu pula dicatat jumlah persalinan,
pelayanan antenatal, pelayanan nifas dan perawatan bayi

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
6 dari 98

untuk dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya dan


mengetahui adanya perubahan dalam pola kerja atau jumlah
pelayanan, untuk menjadi perhatian bidan koordinator.
8. Setelah mempelajari seluruh hasil pencatatan, buatlah
rencana tindak lanjut pribadi. Rencana tersebut hendaknya
meliputi:
Hal-hal yang akan dibicarakan dengan bidan koordinator,
Masalah atau perubahan nyata jumlah ibu yang mendapat
pelayanan kebidanan, yang akan dibicarakan dengan
masyarakat setempat dan/ atau bidan koordinator,
Kesenjangan dalam pengetahuan dan keterampilan atau
kebutuhan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan,
Mencatat keberhasilan suatu tindakan, sehingga tindakan
semacam itu dapat dicoba lagi pada keadaan yang
serupa.
9. Mencari langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi
masalah/ kesenjangan yang ada.
10. Melakukan tinjauan terhadap rencana tindak lanjut secara
berkala, untuk melihat apakah rencana telah dilaksanakan
sesuai dengan jadwal dan berhasil. (Sebaiknya buatcatatan
tentang halinipada buku/ jurnal harian, terutama tentang
hasil pemikiran pribadi dan peninjauan)
INGAT!

Pencatatan dan pelaporan merupakan hal penting bagi


bidan untuk mempelajari hasil kerjanya.

Pencatatan dan pelaporan harus dilakukan pada saat


pelaksanaan pelayanan. Menunda pencatatan akan
meningkatkan risiko tidak tercatatnya informasi penting
dari catatan.

Pencatatan dan pelaporan harus mudah dibaca, cermat dan


memuat tanggal, waktu dan paraf. Pencatatan dan
pelaporan penting untuk kesinambungan pelayanan dan
rujukan.

Pencatatan dan pelaporan berguna untuk menggambarkan


kejadian penting/ kritis, yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pelayanan dan menghindari masalah yang
mungkin terjadi.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
7 dari 98

B. STANDAR PELAYANAN ANTENATAL


STANDAR 3 : IDENTIFIKASI IBU HAMIL
Tujuan
Mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan
kehamilannya.
Hasil

Ibu memahami tanda dan gejala kehamilan


Pernyataan
Standar
Ibu, suami, anggota
masyarakat
menyadari manfaat pemeriksaan kehamilan secara dini dan teratur, serta
Meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum kehamilan 16 minggu
erkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk meme

Prasyarat
1. Bidan bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan kader
untuk menemukan ibu hamil dan memastikan bahwa semua
ibu hamil telah memeriksakan kehamilannya secara dini dan
teratur.
2. Bidan harus memahami:
2.1. Tujuan pelayanan antenatal dan alasan ibu tidak
memeriksakan kehamilannya secara dini;
2.2. Tanda dan gejala kehamilan; dan
2.3. Keterampilan berkomunikasi secara efektif.
3. Bahan penyuluhan kesehatan yang tersedia dan sudah siap
digunakan oleh bidan.
4. Mencatat hasil pemeriksaan pada KMS Ibu Hamil/Buku KIA
dan Kartu Ibu.
5. Transportasi untuk melakukan kunjungan ke masyarakat
tersedia bagi bidan.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
8 dari 98

Proses
Bidan harus:
1. Melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan masyarakat
secara teratur untuk menjelaskan tujuan pemeriksaan
kehamilan kepada ibu hamil, suami, keluarga maupun
masyarakat.
2. Bersama kader kesehatan mendata ibu hamil serta
memotivasinya agar memeriksakan kehamilannya sejak dini
(segera setelah terlambat haid atau diduga hamil).
3. Melalui komunikasi dua arah dengan beberapa kelompok kecil
masyarakat, dibahas manfaat pemeriksaan kehamilan. Ajak
mereka memanfaatkan pelayanan KIA terdekat atau sarana
kesehatan lainnya untuk memeriksakan kehamilan.
4. Melalui komunikasi dua arah dengan pamong, tokoh
masyarakat, ibu, suami keluarga dan dukun bayi jelaskan
prosedur pemeriksaan kehamilan yang diberikan. Hal
tersebut akan mengurangi keraguan mereka tentang apa
yang terjadi pada saat pemeriksaan antenatal, dan
memperjelas
manfaat
pelayanan
antenatal
dan
mempromosikan kehadiran ibu untuk pemeriksaan antenatal.
5. Tekankan bahwa tujuan pemeriksaan kehamilan adalah ibu
dan bayi yang sehat pada akhir kehamilan. Agar tujuan
tersebut tercapai, pemeriksaan kehamilan harus segera
dilaksanakan begitu
diduga
terjadi kehamilan,
dan
dilaksanakan terus secara berkala selama kehamilan.
Ibu harus melakukan pemeriksaan antenatal paling sedikit
4
kali.
Satu kali kunjungan pada trimester pertama, satu kali
kunjungan
pada trimester kedua dan dua kali kunjungan pada
trimester
ketiga.
6. Berikan penjelasan kepada seluruh ibu tentang tanda
kehamilan, dan fungsi tubuhnya. Tekankan perlunya ibu
mengerti bagaimana tubuhnya berfungsi. (Wanita harus
memperhatikan
siklus
haidnya,
mengetahui
dan
memeriksakan diri bila terjadi keterlambatan atau haid
kurang dari biasanya).
7. Bimbing kader untuk mendata/ mencatat semua ibu hamil di
daerahnya. Lakukan kunjungan rumah kepada mereka yang
tidak memeriksakan kehamilannya. Pelajari alasannya,

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
9 dari 98

mengapa ibu hamil tersebut tidak memeriksakan diri, dan


jelaskan manfaat pemeriksaan kehamilan.
8. Perhatikan ibu bersalin yang tidak pernah memeriksakan
kehamilannya. Lakukan kunjungan rumah, pelajari alasannya.
Berikan penyuluhan dan konseling yang sesuai untuk
kehamilan berikutnya, keluarga berencana dan penjarangan
kelahiran.
9. Jelaskan dan tingkatkan penggunaan KMS Ibu Hamil/Buku KIA
dan Kartu Ibu.
Mengapa Ibu Tidak Memeriksakan Kehamilannya ?
Ada banyak alasan mengapa ibu tidak melakukan pemeriksaan
antenatal. Di bawah ini ada beberapa beberapa kemungkinan
penyebab ibu tidak memeriksakan kehamilannya:
1. Ibu seringkali tidak berhak memutuskan sesuatu; karena hal
itu hak suami atau mertua, sementara mereka tidak
mengetahui perlunya memeriksakan kehamilan dan hanya
mengandaikan cara-cara tradisional.
2. Fasilitas untuk pelayanan antenatal tidak memadai, tidak
berfungsi sebagaimana mestinya, tidak memungkinkan
kerahasiaan, harus menunggu lama atau perlakukan petugas
yang kurang memuaskan. (Petugas tidak melakukan asuhan
sayang ibu).
3. Beberapa ibu tidak mengetahui mereka harus memeriksakan
kehamilannya, maka ibu tidak melakukannya.
4. Transportasi yang sulit, baik bagi ibu untuk memeriksakan
kehamilan maupun bagi bidan untuk mendatangi mereka.
5. Kurangnya dukungan tradisi dan keluarga yang mengizinkan .
seorang wanita meninggalkan rumah untuk memeriksakan
kehamilannya.
6. Takhyul dan keraguan untuk memeriksakan kehamilan
kepada petugas kesehatan (terlebih pula jika petugasnya
seorang laki-laki).
7. Ketidakpercayaan dan ketidaksenangan pada tenaga
kesehatan secara umum beberapa anggota masyarakat tidak
mempercayai semua petugas kesehatan pemerintah.
8. Ibu dan/atau anggota keluarganya tidak mampu membayar
atau tidak mempunyai waktu untuk memeriksakan
kehamilan.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
10 dari 98

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
11 dari 98

INGAT!

Jika terdapat salah satu hal di atas, bidan-bidan harus


bekerjasama dengan masyarakat untuk mengembangkan
strategi dalam mengatasi masalah ini.

Setiap ibu harus melakukan paling sedikit 4 kali


pemeriksaan antenatal selama kehamilannya!. Satu kali
kunjungan pada trimester pertama, satu kali kunjungan
pada trimester kedua dan dua kali kunjungan pada trimester
ketiga.

Bekerjasama dengan setiap ibu, suami dan keluarganya


untuk membuat suatu strategi yang memungkinkan ibu
untuk melakukan perawatan antenatal.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
12 dari 98

STANDAR 4 : PEMERIKSAAN DAN PEMANTAUAN


ANTENATAL
Tujuan
Memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini
komplikasi kehamilan

Pernyataan Standar

Hasil

Ibu hamil mendapat-kan pelayanan antenatal minimal 4 x selama keh


natal. Pemeriksaan
Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat. Deteksi dini dan penanganan
dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga
Ibuharus
hamil, suami,
emia, kurang gizi, hipertensi, PMS/ infeksi HIV;
memberikan
pelayanan
imunisasi,
nasehat
dan penyuluhan
kesehatan
keluargadan masyarakat mengetahui tanda bahaya
kehamilan dan
tahu apaserta
yang
as.
Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi kedarur
p kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tin

Prasyarat
1. Bidan mampu memberikan pelayanan antenatal berkualitas,
termasuk penggunaan KMS Ibu Hamil dan kartu pencatatan
hasil pemeriksaan kehamilan (Kartu Ibu).
2. Alat untuk pelayanan antenatal tersedia dalam keadaan baik
dan berfungsi, antara lain: stetoskop, tensimeter, meteran
kain, timbangan, pengukur lingkar lengan atas, stetoskop
janin.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
13 dari 98

3. Tersedia obat dan bahan lain, misalnya: vaksin TT, tablet besi
dan asam folat dan obat antimalaria (pada daerah endemis
malaria), alat pengukur Hb Sahli
4. Menggunakan KMS Ibu Hamil/Buku KIA, Kartu Ibu.
5. Terdapat sistem rujukan yang berfungsi dengan baik, yaitu
ibu hamil risiko tinggi atau mengalami komplikasi dirujuk agar
mendapatkan pertolongan yang memadai.
Proses
Bidan harus:
1. Bersikap ramah,
kunjungan.

sopan

dan

bersahabat

pada

setiap

2. Pada kunjungan pertama, bidan:


2.1. Melakukan anamnesis riwayat dan mengisi KMS Ibu
Hamil/Buku KIA, Kartu Ibu secara lengkap.
2.2. Memastikan bahwa kehamilan itu diharapkan.
2.3. Tentukan hari taksiran persalinan (HTP). Jika hari
pertama haid terakhir (HPHT) tidak diketahui, tanyakan
kapan pertama kali dirasakan pergerakan janin dan
cocokkan dengan hasil pemeriksaan tinggi fundus uteri.
Jelaskan bahwa dari taksiran persalinan hanyalah suatu
perkiraan.
2.4. Memeriksa kadar Hb.
2.5. Berikan imunisasi TT (tetanus toksoid) sesuai dengan
ketentuan.
3. Pada setiap kunjungan, bidan harus:
3.1. Menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis ibu hamil.
3.2. Memeriksa urine untuk tes protein dan glukosa urine
atas indikasi. Bila ada kelainan, ibu dirujuk.
3.3. Mengukur berat badan dan lingkar lengan atas. Jika
beratnya tidak bertambah, atau pengukuran lengan
menunjukkan kurang gizi, beri penyuluhan tentang gizi
dan rujuk untuk pemeriksaan dan pengobatan lebih
lanjut.
3.4. Jika berat badan naik lebih dari 1/2 kg per minggu,
segera rujuk.
3.5. Mengukur tekanan darah dengan posisi ibu hamil duduk
atau berbaring, posisi tetap sama pada pemeriksaan
pertama maupun berikutnya. Letakkan tensimeter di

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
14 dari 98

permukaan yang datar setinggi jantungnya. Gunakan


selalu ukuran manset yang sesuai. Ukur tekanan darah.
(Tekanan darah di atas 140/90 mmHg, atau peningkatan
diastol 15 mmHg/lebih sebelum kehamilan 20 minggu,
atau paling sedikit pada pengukuran dua kali berturutturut pada selisih waktu 1 jam, berarti ada kenaikan
nyata dan ibu perlu dirujuk).
3.6. Periksa Hb pada kunjungan pertama dan pada kehamilan
28 minggu atau lebih sering jika ada tanda-tanda
anemia. Pada daerah endemis malaria beri profilaksis
dan penyuluhan saat kunjungan pertama (lihat Standar
6).
3.7. Tanyakan apakah ibu hamil meminum tablet zat besi
sesuai dengan ketentuan dan apakah persediaannya
cukup. Tablet zat besi berisi 60 mg zat besi dan 500 Lg
asam folat paling sedikit diminum satu tablet sehari
selama 90 hari berturut-turut. Ingatkan ibu hamil agar
tidak meminumnya dengan teh/kopi.
3.8. Tanyakan dan periksa tanda/gejala penyakit menular
seksual (PMS), dan ambil tindakan sesuai dengan
ketentuan.
3.9. Tanyakan apakah ibu hamil merasakan hal-hal dibawah
ini: Perdarahan, nyeri epigastrium, sesak nafas, nyeri
perut, demam.
3.10.
Lakukan pemeriksaan fisik ibu hamil secara lengkap.
Periksalah payudara, lakukan penyuluhan dan perawatan
untuk pemberian ASI eksklusif. Pastikan bahwa kandung
kencing ibu kosong sebelum diperiksa.
3.11.
Ukur tinggi fundus uteri dalam cm dengan
menggunakan meteran kain. (Sesudah kehamilan lebih
dari 24 minggu tinggi fundus dalam cm diukur dari
simLisis pubis sampai ke fundus uteri, sesuai dengan
umur kehamilan dalam minggu, lihat Standar 5).
3.12.
Tanyakan apakah janin sering bergerak dan
dengarkan denyut jantung janin. Rujuk jika tidak
terdengar atau pergerakan janin menurun pada bulan
terakhir kehamilan.
3.13.
Beri nasihat tentang cara perawatan diri selama
kehamilan, tanda bahaya pada kehamilan.perawatan
payudara, kurang gizi dan anemia.
3.14.
Dengarkan keluhan yang disampaikan ibu dengan
penuh minat dan beri nasihat atau rujuk jika diperlukan.
Ingat, semua ibu memerlukan dukungan moril selama

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
15 dari 98

kehamilannya.
3.15.
Bicarakan tentang tempat persalinan, persiapan
transportasi untuk rujukan jika diperlukan. Beri nasihat
mengenai persiapan persalinan (lihat Standar 8).
3.16.
Catat semua temuan pada KMS Ibu Hamil/Buku KIA,
Kartu Ibu. Pelajari semua temuan untuk menentukan
tindakan selanjutnya, termasuk rujukan ke fasilitas
rujukan/ rumah sakit.

INGAT!
Segera rujuk jika ditemukan kelainan yang memerlukan
pemeriksaan lanjutan. Tindaklanjuti setiap rujukan. Rujukan
sebaiknya dilakukan tepat waktu, untuk menghindari
komplikasi.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
16 dari 98

STANDAR 5 : PALPASI ABDOMINAL


Tujuan
Memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin,
penentuan letak, posisi dan bagian bawah janin.

Pernyataan Standar

Hasil

ama & melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila umurPerkiraan
kehamilan
bertambah,
memehksa
usia
kehamilan
yang lebihposisi,
baik. bagian
an serta melakukan rujukan tepat waktu.
Diagnosis dini kelainan letak, dan merujuknya sesuai dengan keb

Diagnosisdini kehamilan ganda dan kelainan lain, serta merujukn


dengan kebutuhan.

Prasyarat
1. Bidan telah dididik tentang prosedur palpasi abdominal yang
benar.
2. Alat, Misalnya meteran kain, stetoskop janin, tersedia dalam
kondisi baik.
3. Tersedia tempat pemeriksaan yang tertutup dan dapat
diterima masyarakat.
4. Menggunakan KMS Ibu Hamil/Buku KIA, Kartu Ibu untuk
pencatatan.
5. Adanya sistem rujukan yang berlaku bagi ibu hamil yang
memerlukan rujukan.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
17 dari 98

Proses
Bidan harus:
1. Melaksanakan palpasi abdominal pada setiap kunjungan
antenatal.
2. Tanyakan pada ibu hamil sebelum palpasi: apa yang
dirasakannya, apakah janinnya bergerak, kapan haid terakhir
atau kapan pertama kali merasakan pergerakan janin.
3. Sebelum palpasi abdominal, mintalah
mengosongkan kandung kencingnya.

ibu

hamil

untuk

4. Baringkan ibu hamil terlentang dengan bagian atas tubuhnya


disangga bantal. Jangan membaringkan ibu hamil terlentang
dengan punggung datar, karena berat uterus dapat menekan
pembuluh
darah balik
ke
jantung
sehingga
akan
mengakibatkan pingsan.
5. Periksa abdomen: adakah parut (tanyakan penyebabnya),
tanda-tanda kehamilan sebelumnya, tanda-tanda peregangan
uterus yang berlebihan atau kehamilan ganda (perut terlalu
besar, banyak bagian janin yang teraba, terabanya lebih dari
satu kepala janin). Catat semua temuan dan rujuk tepat
waktu ke rumah sakit jika ditemukan bekas bedah sesar,
tanda berlebih/kurangnya cairan amnion, kehamilan ganda.
6. Perkirakan usia kehamilan. Setelah minggu ke-24, cara yang
paling efektif adalah dengan menggunakan meteran kain.
7. Ukur dengan meteran kain dari simfisis pubis ke fundus uteri;
catat hasilnya dalam cm. Jika hasilnya berbeda dengan
perkiraan umur kehamilan (dalam minggu) atau tidak sesuai
dengan gravidogram berarti terdapat pertumbuhan janin
lambat/tidak ada, ibu perlu dirujuk.
8. Lakukan palpasi dengan hati-hati untuk memeriksa letak
janin. (Seharusnya memanjang. Jika tidak, dan usia kehamilan
36 minggu atau lebih, rujuk ke rumah sakit).
9. Dengan menggunakan dua tangan, lakukan palpasi
abdominal untuk menentukan bagian bawah janin. (Kepala
teraba keras dan lebih besar dibandingkan bokong. Jika
kepala berada di fundus uteri, biasanya melenting).
10. Pada trisemester ketiga, jika bagian bawah janin bukan
kepala, persalinan harus dilakukan di rumah sakit.
11. Setelah umur kehamilan 37 minggu, terutama pada
kehamilan pertama, periksa apakah telah terjadi penurunan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
18 dari 98

kepala janin. (Kepala janin sudah melewati pintu atas panggul


atau kepala janin teraba hanya dua jari diatas pintu atas
panggul). Bila kepala tidak masuk ke panggul (CPD/DKP),
persalinan harus di rumah sakit.
12. Periksa letak punggung janin dan dengarkan denyut jantung
janin. (Dengarkan selama satu menit penuh, perhatikan
kecepatan dan iramanya). Jika tidak ditemukan denyut
jantung janin, atau pergerakan janin sangat lemah, rujuklah
ibu ke rumah sakit.
13. Bicarakan hasil pemeriksaan dengan ibu hamil, suami/
anggota keluarga yang mengantarnya.
14. Catat semua temuan, pelejari dan jika ada kelainan rujuk
tepat waktu ke puskesmas atau ke rumah sakit untuk
pemeriksaan lanjutan.
INGAT!
Kelainan yang memerlukan pemeriksaan lanjutan,
meliputi:
1. Tinggi fundus uteri berbeda dengan usia kehamilan dalam
minggu.
2. Kelainan letak: letak bokong, letak lintang, letak yang
berubah-ubah.
3. Dugaan kehamilan ganda.
4. Denyut jantung janin, kurangdari 100 kali/menit, atau lebih
dari 160 kali/menit atau iramanya tidak teratur.
5. Gerak janin lemah atau menurun (kurang dari 10 kali
dalam 12 jam) pada bulan terakhir kehamilan.
6. Cairan amnion berlebihan (dinding perut bulat dan
mengkilat), atau kurang (bagian janin mudah terlihat dari
luar).

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
19 dari 98

STANDAR 6 : PENGELOLAAN ANEMIA PADA KEHAMILAN


Tujuan
Menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan melakukan
tindak anjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum
persalinan berlangsung.

Hasil
Pernyataan Standar

Ibu hamil dengan anemia berat segera dirujuk


Penurunan jumlah ibu melahirkan dengan anemia.
cegahan, penemuan, penanganan dan/ atau rujukan semua kasus Penurunan
anemia pada
kehamilan
sesuai
dengan
ketentuan
berlak
jumiah
bayi baru
lahir
dengan
anemia/yang
BBLR.

Prasyarat
1. Ada pedoman pengelolaan anemia pada kehamilan.
2. Bidan mampu:
2.1. Mengenali dan mengelola anemia pada kehamilan.
2.2. Memberikan penyuluhan gizi untuk mencegah anemia.
3. Alat untuk mengukur kadar Hb yang berfungsi baik.
4. Tersedia tablet zat besi dan asam folat.
5. Obat anti-malaria (di daerah endemis malaria)
6. Obat cacing.
7. Menggunakan KMS Ibu Hamil/Buku KIA, Kartu Ibu.
Proses
Bidan harus:
1. Memeriksa kadar Hb semua Ibu hamil pada kunjungan
pertama, dan pada minggu ke-28. Hb di bawah 11 gr% pada
kehamilan termasuk, anemia; di bawah 8 gr% adalah anemia
berat (lihat Standar 4). Bila alat pemeriksaan tidak tersedia,
periksa kelopak mata dan perkirakan ada/ tidaknya anemia.
2. Beri tablet zat besi pada semua ibu hamil sedikitnya 1 tablet
selama 90 hari berturut-turut. Bila Hb kurang dari 11 gr%

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
20 dari 98

teruskan pemberian tablet zat besi.


3. Beri penyuluhan gizi pada setiap kunjungan antenatal,
tentang perlunya minum tablet zat besi, makanan yang
mengandung zat besi dan kaya vitamin C, serta menghindari
minum teh/ kopi atau susu dalam 1 jam sebelum/sesudah
makan (teh/ kopi atau susu mengganggu penyerapan zat
besi). Beri contoh makanan setempat yang kaya zat besi.
4. Jika prevalensi malaria tinggi, selalu ingatkan ibu hamil untuk
berhati- hati agar tidak tertular penyakit malaria. Beri tablet
klorokuin 10 mg/ Kg BB per oral, sehari satu kali selama 2
hari. Kemudian dianjurkan dengan 5 mg/Kg BB pada hari ke 3.
(Klorokuin aman dalam 3 trimester kehamilan).
5. Jika ditemukan/diduga anemia (bagian dalam kelopak mata
pucat), berikan 2-3 kali 1 tablet zat besi per hari.
6. Rujuk ibu hamil dengan anemia untuk pemeriksaan terhadap
penyakit cacing/parasit atau penyakit lainnya, dan sekaligus
untuk pengobatannya.
7. Jika diduga ada anemia berat (misalnya: wajah pucat, cepat
lelah, kuku pucat kebiruan, kelopak mata sangat pucat),
segera rujuk ibu hamil untuk pemeriksaan dan perawatan
selanjutnya. Ibu hamil dengan anemia pada trisemester
ketiga perlu diberi zat besi dan asam folat secara IM.
8. Rujuk ibu hamil dengan anemia berat dan rencanakan untuk
bersalin di rumah sakit.
9. Sarankan ibu hamil dengan anemia Untuk tetap minum tablet
zat besi sampai 4-6 bulan setelah persalinan.

INGAT!
Anemia pada kehamilan merupakan masalah besar yang
berdampak buruk terhadap kehamilan/persalinan baik bagi
ibu dan bayinya serta memerlukan penanganan yang hatihati, termasuk pemeriksaan untuk mencari penyebab.
Jika
prevalensi
malaria
tinggi,
tekankan
untuk
menggunakan kelambu dan memberantas nyamuk.
Pencegahan anemia pada kehamilan dimulai dengan
memberikan makanan bergizi bagi anak perempuan,
utamanya remaja putri.
Pada ibu hamil dengan anemia, syok dapat terjadi pada
perdarahan yang sedikit sekalipun. Karena itu usahakan
perdarahan sesedikit mungkin pada saat persalinan.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
21 dari 98

STANDAR 7 :
PENGELOLAAN DINI HIPERTENSI PADA
KEHAMILAN
Tujuan
Mengenali dan menemukan secara dini hipertensi
kehamilan dan melakukan tindakan diperlukan.

pada

Hasil
Pernyataan Standar
Ibu hamil dengan tanda preeklamsia mendapat perawatan yang memadai dan t
tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeklamsia
serta mengambil
tindakan
yang tepatda
Penurunanlainnya,
angka kesakitandan
kematian
akibat
eklamsia

Prasyarat
1. Bidan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur,
termasuk pengukuran tekanan darah.
2. Bidan mampu:
2.1. Mengukur tekanan darah dengan benar.
2.2. Mengenali tanda-tanda preeklamsia.
2.3. Mendeteksi hipertensi pada kehamilan, dan melakukan
tindak lanjut sesuai dengan ketentuan.
3. Tersedianya, tensimeter
berfungsi baik.

air

raksa

dan

stetoskop

yang

4. Menggunakan KMS Ibu Hamil/Buku KIA, Kartu Ibu


5. Alat pemeriksaan protein urin
Proses
Bidan harus:
1. Memeriksa tekanan darah secara tepat pada setiap
pemeriksaan kehamilan, termasuk pengukuran tekanan darah
dengan teknik yang benar.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
22 dari 98

2. Melakukan pemeriksaan pada setiap pagi hari


3. Ukur tekanan darah pada lengan kiri. Posisi ibu hamil duduk
atau berbaring dengan posisi yang sama pada tiap kali
pengukuran
3.1. Letakkan tensimeter di tempat yang datar, setinggi
jantung ibu hamil.
3.2. Gunakan ukuran manset yang sesuai.
4. Catat tekanan darah.
5. Jika tekanan darah di atas 140/90 mmHg atau peningkatan
diastol 15 mmHg atau lebih (sebelum 20 minggu), ulangi
pengukuran tekanan darah dalam 1 jam. Bila tetap, maka
berarti ada kenaikan tekanan darah. Periksa adanya edema,
terutama pada wajah atau pada tungkai bawah/tulang kering
dan daerah sakral. (Pembengkakan jari dan pergelangan kaki
mungkin bersifat fisiologis, terutama karena cuaca panas
atau karena berjalanfoerdiri lama).
6. Bila ditemukan hipertensi pada kehamilan, lakukan
pemeriksaan urine terhadap albumin pada setiap kali
kunjungan.
7. Segera rujuk ibu hamil ke rumah sakit jika:
7.1. Tekanan darah sangat tinggi (misalnya di atas 160/110
mmHg), atau lebih.
7.2. Kenaikan tekanan darah terjadi secara tiba-tiba, atau
7.3. Berkurangnya air seni (sedikit dan berwarna gelap), atau
7.4. Edema berat yang timbul mendadak, khususnya pada
wajah/ daerah sakral/punggung bawah atau proteinuria.
y
Catatan: jika ibu tidak dirujuk berikan bolus MgSO4 2 g IV
dilanjutkan dengan MgSO4 4 g IM setiap 4 jam dan
Nifedipin 10 mg peroral dilanjutkan 10 mg setiap 4 jam.
8. Jika tekanan darah naik namun tidak ada edema, sedangkan
doktcr tidak mudah dicapai, maka pantaulah tekanan darah,
periksa urino terhadap proteinuria dan denyut jantung janin
dengan seksama pada keesokan harinya atau sesudah 6 jam
istirahat.
9. Jika tekanan darah tetap naik, rujuk untuk pemeriksaan
lanjutan, walaupun tak ada edema atau proteinuria.
10. Jika tekanan darah kembali normal, atau kenaikannya kurang
dari 15 mmHg:
10.1.
Beri penjelasan pada ibu hamil, suami/ keluarganya
tentang tanda-tanda eklamsia yang mengancam,
khususnya sakit kepala, pandangan kabur, nyeri ulu hati

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

dan
pembengkakgn
kaki/punggung/wajah.

Tanggal

Halaman
23 dari 98

mendadak

pada

10.2.
Jika tanda tersebut ditemukan, segera rujuk ke
rumah sakit.
11. Bicarakan seluruh
suami/keluarganya.
12.

temuan

dengan

ibu

hamil

dan

Catat semua temuan pada KMS Ibu Hamil/Buku KIA, Kartu


Ibu.
INGAT!

Tekanan darah harus diukur dengan seksama, sebaiknya pada


lengan kiri, dalam posisi duduk atau berbaring dengan
punggung
kiri
ditinggikan
dengan
bantal.
JANGAN
membaringkan ibu hamil terlentang pada punggungnya,
karena dapat menyebabkan pingsan atau hasil pengukuran
tekanan darah yang salah. Baca angka pada tensimeter
setinggi mata, bila menggunakan tensimeter air raksa.
Gunakan ukuran manset yang tepat, sedikitnya 80% manset
dapat melingkari lengan, dengan selang manset dibagian
dalam, tepi bawah manset 2 cm diatas lipatan siku. Gunakan
stetoskop dengan benar, bagian telinga harus terpasang
dengan baik. Periksa apakah semua peralatan bekerja dengan
baik. Catat tekanan sistol dan diastol.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
24 dari 98

STANDAR 8 : PERSIAPAN PERSALINAN


Tujuan
Untuk memastikan bahwa persalinan direncanakan dalam
lingkungan yang aman dan memadai dengan pertolongan bidan
terampil.

Hasil

Pernyataan
IbuStandar
hamil, suami dan keluarga tergerak untuk merencanakan persalinan yang ber
Persalinan direncanakan di tempat yang aman dan memadai dengan pertolongan
na yg menyenangkan akan direncanakan dengan
baik,persiapan
di samping
persiapan
transportasi
biayaibu
untuk
merujuk,
Adanya
sarana
transportasi
untuk dan
merujuk
bersalin,
jika bila
perlutiba-ti
Rujukan tepat waktu telah dipersiapkan bila diperlukan.

Prasyarat
1. Semua ibu harus melakukan 2 kali kunjungan antenatal pada
trimester terakhir kehamilannya.
2. Adanya kebijaksanaan dan protokol nasibnal/ setempat
tentang indikasi persalinan yang harus dirujuk dan
berlangsung di rumah sakit.
3. Bidan terlatih dan terampil dalam melakukan pertolongan
persalinan yang aman dan bersih.
4. Peralatan penting untuk melakukan pemeriksaan antenatal
tersedia
dan
dalam
keadaan
berfungsi,
termasuk:
airmengalir, sabun, handuk bersih untuk mengeringkan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
25 dari 98

tangan, beberapa pasang sarung tangan bersih dan


DTT/steril, fetoskop/Doppler, pita pengukur yang bersih,
stetoskop dan tensimeter.
5. Perlengkapan penting yang diperlukan untuk melakukan
pertolongan persalinan yang bersih dan aman tersedia dalam
keadaan desinfeksi tingkat tinggi (termasuk partus set DTT/
steril, sarung tangan DTT/ steril, peralatan yang memadai
untuk merawat bayi baru lahir, lihat standar9, 10 dan 13.)
6. Adanya persiapan transportasi untuk merujuk ibu hamil
dengan cepat, jika terjadi kegawat-daruratan ibu dan janin.
7. Menggunakan KMS Ibu Hamil/ Buku KIA, Kartu Ibu dan
partograf.
8. Sistem rujukan yang efektif untuk ibu hamil yang mengalami
komplikasi selama kehamilan.
Proses
Bidan harus:
1. Mengatur pertemuan dengan ibu hamil dan suami/
keluarganya pada trimester lll untuk membicarakan tempat
persalinan dan hal-hal yang perlu diketahui dan dipersiapkan.
(Lihat buku Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar. Untuk
persalinan yang akan dilakukan di rumah, pertemuan
sebaiknya dilakukan di rumah tersebut).
2. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir,
kemudian keringkan hingga betul-betul kering dengan handuk
bersih (Kuku harus dipotong pendek dan bersih) setiap kali
sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan pasien.
Gunakan sarung tangan bersih kapanpun menangani benda
yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh. Gunakan
sarung tangan bersih untuk semua pemeriksaan vagina. Jika
dicurigai bahwa ketuban sudah pecah atau ibu dalam proses
bersalin gunakan sarung tangan DTT/ steril.
3. Melakukan anamnesis dan riwayat kehamilan ibu secara rinci
hingga yang terbaru dan melaksanakan seluruh pemeriksaan
antenatal (lihat Standar 5), sebelum memberikan nasehat
kepada ibu hamil.
4. Memberikan
informasi
agar
mengetahui
saat
akan
melahirkan, dan kapan harus mencari pertolongan, termasuk
pengenalan tanda bahaya. (Sakit kepala, pusing, gangguan
penglihatan, nyeri di bagian perut, ketuban pecah sebelum

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
26 dari 98

waktunya dan perdarahan pada kehamilan yang bukan darah


lendir normal/show perlu pertolongan secepatnya).
5. Jika direncanakan persalinan di rumah atau di daerah
terpencil:
5.1. Beritahukan kepada ibu hamil perlengkapan yang
diperlukan untuk persalinan yang bersih dan aman.
Paling sedikit tersedia tempat yang bersih untuk ibu
berbaring sewaktu bersalin, sabun yang baru, air bersih
yang mengalir dan handuk bersih untuk cuci tangan;
kain bersih dan hangat untuk membersihkan dan
mengeringkan bayi serta ruangan yang bersih dan sehat.
2-3 handuk/kain yang kering dan bersih untuk bayi, air
matang,
pembalut
wanita/kain
yang
bersih,
sarung/selimut untuk menyelimuti ibu dan bayi.
5.2. Sistem yang berjalan dengan baik dalam menyediakan
obat-obatan dan perlengkapan yang tepat pada saat
persalinan (termasuk sintosinon; lidokain 1 %, benang
Chromic 3,0 dan jarum DTT/steril, bola karet
penghisap/penghisap DeLee DTT, klem/ benang tali
pusat, metergin, alat suntik sekali pakai).
5.3. Atur agar ada orang yang dipilih oleh ibu sendiri untuk
membantu proses persalinan dan kelahiran. (Harus
disepakati tentang bagaimana dan ke mana merujuk, jika
terjadi kegawat-daruratan).
5.4. Beri penjelasan kepada ibu hamil kapan memanggil
bidan. (Misalnya jika ketuban pecah atau timbulaya rasa
mulas yang teratur, dan jika tanda-tanda atau gejala
komplikasi timbul).
5.5
Harus disepakati tentang bagaimana dan ke mana
merujuk ibu jika terjadi kegawat-daruratan, ibu, suami
dan keluarga, semuanya, harus setuju dengan
perencanaan ini.
5.6. Harus ada rencana untuk rhendapatkan dan membayar
transfusi darah, bila transfusi diperlukan.
5.7. Sebagai persiapan untuk rujukan, aturtransportasi ke
rumah sakit bersama ibu hamil dan suami/keluarganya.
(Termasuk persetujuan jenis dan biaya transportasi yang
diperlukan bila terjadi keadaan darurat).
6. Jika direncanakan persalinan di rumah sakit atau tempat
lainnya:
6.1. Beri penjelasan pada ibu hamil dan suami/keluarganya
tentang kapan ke rumah sakit dan perlengkapan yang

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
27 dari 98

diperlukan. Hal ini dapat berbeda tergantung keadaan,


tapi setidaknya diperlukan sabun dan handuk bersih,
pakaian bersih untuk ibu dan bayi serta pembaiut
wanita, 2-3 handuk/kain yang bersih untuk bayi, obatobatan dan perlengkapan yang penting (misal:
sintosinon, lidokain 1%,dll).
6.2. Ibu hamil dengan kondisi di bawah ini harus dirujuk
untuk melahirkan di rumah sakit atau puskesmas yang
memiliki perawatan kegawat-daruratan/obstetri yang
penting:
Riwayat bedah sesar
Psnyakit khronis: kencing manis, jantung, asma berat,
TBC, kesulitan bernafas
Perdarahan pervaginam
Kehamilan kurang bulan (< 37 minggu)
Ketuban pecan dengan mekonium yang kental
Ketuban pecah lama (> 24 jam)
Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (< 37
minggu)
Ikterus
Anemia berat
Preeklampsi berat
Tinggi fundus uteri > 40 sentimeter (makrosomi,
kehamilan kembar, polihidramnion)
Demam (suhu > 38 C)
Gawatjanin
Presentasi bukan belakang kepala
Tali pusat menumbung
INGAT!

Peringatkan
ibu
hamil
agartidak
memasukkan/mengoleskan minyak atau bahan lainnya ke
dalam vagina pada akhir kehamilan, terutama menjelang
persalinan. Hal ini dapat menimbulkan infeksi dan
membahayakan ibu/janin.

Peringatkan ibu hamil, suami/keluarganya bahwa mereka


harus mencari bidan jika ketuban telah pecah dan/atau
pada saat mulai terjadi mulas pada proses persalinan.

Peringatkan ibu hamil bahwa setiap perdarahan


pervaginam selama kehamilan atau persalinan yang
bukan darah lendir normal, adalah tanda bahaya dan
harus segera dibawa ke tempat rujukan terdekat atau
memanggil bidan, meskipun perdarahannya hanya sedikit.

Pastikan bahwa ibu hamil, suami/keluarganya mengerti


tanda dan gejala preeklamsia berat. Pusing, penglihatan
kabur, sakit kepala, nyeri epigastrik, pembengkqkan pada
wajah memerlukan rujukan segera.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
28 dari 98

C. STANDAR PERTOLONGAN PERSALINAN


STANDAR 9 : ASUHAN PERSALINAN KALA SATU
Tujuan
Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam
mendukung srtolongan persalinan yang bersih dan aman untuk
ibu dan bayi.
Pernyataan Standar

melakukan pertolonganproses persalinan dan kelahiran yang bersih dan aman, lengan sikap
Hasilsopan dan penghargaan terhada

Ibu bersalin mendapat pertolongan darurat yang memadai dan tepat waktu, bila di
Meningkatnya cakupan persalinan dan komplikasi lainnya yang ditolong tenaga k
Berkurangnya kematian/ kesakitan ibu/bayi akibat partus lama.

Prasyarat
1. Mengijinkan ibu memilih orang yang akan mendampinginya
selama proses persalinan dan kelahiran.
2. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas/ketuban pecah.
3. Bidan telah terlatih dan terampil untuk:
3.1

Memberikan pertolongan persalinan yang bersih dan


aman;

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
29 dari 98

3.2 Penggunaan partograf dan pembacaannya.


4. Adanya alat untuk pertolongan persalinan termasuk beberapa
sarung tangan DTT/steril.
5. Adanya perlengkapan untuk pertolongan persalinan yang
bersih dan aman, seperti air bersih, sabun dan handuk yang
bersih, dua handuk/ kain hangat yang bersih (satu untuk
mengeringkan bayi, yang lain untuk dipakai kemudian),
pembalut wanita dan tempat untuk plasenta. Bidan sedapat
mungkin menggunakan sarung tangan yang bersih.
6. Tersedia ruangan yang hangat, bersih dan sehat untuk
persalinan.
7. Menggunakan KMS Ibu Hamil/buku KIA, partograf dan Kartu
Ibu.
8. Sistem rujukan untuk Perawatan kegawat daruratan Obstetri
yang efektif.
Proses
Bidan harus:
1. Mengijinkan ibu memilih orang yang akan mendampinginya
selama proses persalinan dan kelahiran.
2. Segera mendatangi ibu hamil ketika diberitahu persalinan
sudah mulai/ ketuban pecah.
3. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih' yang mengalir,
kemudian keringkan hingga betul-betul kering dengan handuk
bersih setiap kali sebelum dan sesudah melakukan kontak
dengan pasien. (Kuku harus dipotong pendek dan bersih).
Gunakan sarung tangan bersih kapanpun menangani benda
yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh. Gunakan
sarung tangan DTT/steril untuk semua pemeriksaan vagina.
4. Menanyakan riwayat kehamilan ibu secara lengkap.
5. Melakukan pemeriksaan fisik secara lengkap (dengan
memberikan perhatian terhadap tekanan darah, denyut
jantung janin (DJJ), frekwensi dan lama kontraksi dan apakah
ketuban pecah).
6. Lakukan pemeriksaan dalam secara aseptik dan sesuai
dengan kebutuhan. (Jika his teraturdan tidakada hal yang
mengkhawatirkan atau his lemah tapi tanda-tanda vital
ibu/janin normal, maka tidak perlu segera d/lakukan periksa
dalam).

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
30 dari 98

7. Dalam keadaan normal periksa dalam cukup setiap empat


jam dan HARUS selalu secara aseptik.
8. Jangan melakukan periksa dalam jika ada perdarahan dari
vagina yang lebih banyak dari jumlah normal bercak
darah/show yang ada pada persalinan. Perdarahan dalam
proses persalinan mungkin disebabkan komplikasi seperti
plasenta previa, segera rujuk ke puskesmas atau rumah sakit
terdekat (Ikuti langkah yang tercantum di standar 16).
9. Catat semua temuan dan pemeriksaan dengan tepat dan
seksama pada kartu ibu dian partograf pada saat asuhan
diberikan. Jika ditemukan komplikasi atau masalah, segera
berikan
perawatan
yang
memadai
dan
rujuk
ke
puskesrnas/rumah sakit yang tepat.
10. Catat semua temuan dan pemeriksaan pada fase laten
persalinan pada kartu ibu dan catatan kemajuan persalinan.
Ibu harus dievaluasi sedikitnya setiap 4 jam, lebih sering jika
diindikasikan. Catatan harus selalu memasukkan denyut
jantung
janin,
periksa
dalam,
pecahnya
ketuban,
perdarahan/cairan vagina, kontraksi uterus, kontraksi, tandatanda vital ibu (suhu, nadi, dan tekanan darah), urine,
minuman, obat-obat yang diberikan, dan informasi yang
berkaitan lainnya serta semua perawatan yang diberikan.
11. Catat semua temuan pada partograf dan Kartu Ibu pada saat
ibu sampai dengan fase aktif (pembukaan 4 cm atau lebih).
12. Lengkapi partograf dengan seksama untuk semua ibu yang
akan bersalin. Partograf adalah alat untuk mencatat dan
menilai kemajuan persalinan, dan kondisi ibu dengan janin.
Penggunaan partograf diperlukan untuk pengambilan
keputusan klinis dan deteksi dini komplikasi dalam proses
persalinan, seperti misalnya partus lama. Penggunaan
partograf secara tepat akan memungkinkan bidan untuk
membuat keputusan tentang perawatan ibu pada waktu yang
tepat dan memungkinkan rujukan dini jika diperlukan.
13. Memantau dan mencatat denyut jantung janin sedikitnya
setiap 30 menit selama proses persalinan, jika ada tandatanda gawat janin (DJJ kurang dari 100 kali/menit atau lebih
dari 180 kali/menit), harus dilakukan setiap 15 menit. DJJ
harus didengarkan selama dan segera setelah kontraksi
uterus. Jika ada tanda-tanda gawat janin bidan harus
mempersiapkan rujukan ke fasilitas yang memadai.
14. Melakukan dan mencatat pada partograf hasil periksadalam

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
31 dari 98

setiap 4 jam (lebih sering jika ada indikasi medis). Pada setiap
periksa dalam, evaluasi dan catat penyusupan kepala janin
dan cairan vagina/air ketuban.
15. Catat pada partograf kontraksi uterus setiap 30 menit pada
fase aktif. Palpasi jumlah dan lamanya kontraksi selama 10
menit.
16. Catat pada partograf dan amati penurunan kepala janin
dengan palpasi abdomen setiap 4 jam dan teruskan setiap
periksa dalam.
17. Pantau dan catat pada partograf:

Tekanan darah setiap 4 jam, iebih sering jika ada


komplikasi
Suhu setiap 2 jam, lebih sering jika ada tanda atau gejala
infeksi.
Nadi setiap setengah jam.

18. Minta ibu hamil agar sering buang air kecil sedikitnya setiap 2
jam. Catat pada partograf jumlah pengeluaran urine setiap
kali ibu b.a.k, dan catat protein atau aseton yang ada dalam
urine.
19. Anjurkan ibu untuk mandi dan tetap aktif bergerak seperti
biasa, dan memilih posisi yang dirasakan nyamah; kecuali jika
belum terjadi penurunan kepala sementara ketuban sudah
pecah. (Riset membuktikan banyak keuntungannya jika ibu
tetap aktif bergerak semampunya dan merasa senyaman
mungkin). J.angan perbolehkan ibu dalam proses persalinan
berbaring terlentang, ibu harus selalu berbaring miring,
duduk, berdiri atau berjongkok. Berbaring terlentang mungkin
menyebabkan gawat janin.
20. Selama proses persalinan, anjurkan ibu untuk cukup minum
guna menghindari dehidrasi dan gawat janin. (Riset
menunjukkan
bahwa
ada
keuntungannya
untuk
memperbolehkan ibu minum dan makan makanan kecil
selama proses persalinan tanpa komplikasi dan ada
kerugiannya melarang minum atau makanan kecil yang
mudah dicerna.)
21. Selama persalinan, beri dukungan moril dan perlakuan yang
I'aik dan peka terdekat yang mendampingi. Anjurkan pada
orang yang mendampingi ibu untuk mengambil peran aktif
dalam memberikan kenyamanan dan dukungan kepada ibu
selama persalinan.
22. Jelaskan proses persalinan yang sedang terjadi pada ibu,

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

suami dan keluarganya.


persalinan secara berkala.

Beritahu

Tanggal

mereka

Halaman
32 dari 98
kemajuan

23. Saat proses persalinan berlangsung, bersiaplah


menghadapi kelahiran bayi (lihat Standar 10).

untuk

24. Lakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman (lihat


Standar 10).

INGAT!

Tidak
ada
bukti
yang
mendukung
perlunya
atau
keuntungannya melakukan klisma atau mencukur rambut
pubis secara rutin.

Jika ketuban telah pecan, dan persalinan ibu TIDAK memasuki


fase aktif dalam 8 jam, dan rujukan mengalami kesulitan
karena komplikasi, jarakatau keadaan lainnya, mulai berikan
antibiotika dan segera dirujuk. Jika ketuban telah pecah, tidak
ada tanda gawat janin atau gawat ibu, dan rujukan tidak sulit,
mulai berikan antibiotika dan rujuk tidak melewati 24 jam
sejak ketuban pecah.

Setiap persalinan harus menggunakan partograf, Rujuk


secepatnya jika garis waspada pada partograf dilewati
selama fase aktif persalinan. Atau jika ada tanda gawat janin
(DJJ kurang dari 100/menit atau lebih dari 180/menit). Jika
fase laten berlangsung lebih dari 8 jam, evaluasi untuk
melihat apakah ibu mengalami perubahan serviks dan benar
dalam keadaan bersalin. Jika ibu benar dalam keadaan
bersalin, tanpa kemajuan berarti, rujuk secepatnya.

Perdarahan melalui vagina selalu merupakan tanda bahaya


dan perlu dirujuk.

Jika ada mekonium dalam air ketuban, siapkan bola karet


penghisap atau penghisap DeLee yang di-DTT pada saat
kelahiran. Rujuk segera jika ada tanda-tanda gawat janin. Jika
ada tanda-tanda gawat janin, baringkan ibu ke sisi kiri untuk
rujukkan. Jangan pernah meninggalkan ibu dalam proses
persalinan berbaring terlentang

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
33 dari 98

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
34 dari 98

STANDAR 10 : PERSALINAN KALA DUA YANG AMAN


Tujuan
Memastikan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan
bayi.

Hasil

Persalinan
Pernyataan
Standar yang bersih & aman
Meningkatnya kepercayaan terhadap bidan.
Meningkatnya
jumlah persalinan
ditolong
oleh bidan
p sopan dan penghargaan terhadap hak pribadi
ibu serta memperhatikan
tradisiyang
tempat.
Disamping
itu, ibu diijinkan memilih
Menurunnya komplikasi seperti pendarahan postpartum, asfiksia neonatorum, tra
Menurunnya angka sepsis Puerperalis

Prasyarat
1. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas/ketuban pecah.
2. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menolong persalinan
secara bersih dan aman.
3. Tersedianya alat untuk pertolongan persalinan termasuk
sarung tangan dalam keadaan disinfeksi tingkat tinggi/steril.
4. Tersedianya perlengkapan untuk pertolongan persalinan yang
bersih dan aman, seperti air bersih, sabun dan handuk yang
bersih, dua handuk/kain hangat yang bersih (satu untuk
mengeringkan bayi, yang lain untuk dipakai kemudian),
pembalut wanita dan tempat untuk plasenta. Bidan sedapat
mungkin menggunakan sarung tangan yang bersih.
5. Tersedia ruangan yang hangat, bersih dan sehat untuk

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
35 dari 98

persalinan.
6. Menggunakan KMS Ibu Hamil/Buku KIA, Kartu Ibu partograf.
7. Sistem rujukan untuk perawatan kegawat daruratan Obstetri
yang efektif
Proses
Bidan harus:
1. Menghargai ibu selama proses persalinan.
2. Mengijinkan ibu memilih orang yang akan mendampinginya
selama proses persalinan dan kelahiran.
3. Memastikan tersedianya ruangan yang hangat, bersih dan
sehat untuk persalinan, dua handuk/kain hangat yang bersih
(satu untuk mengeringkan bayi, yang lain untuk dipakai
kemudian), tempat untuk plasenta. (Jika ibu belum mandi,
bersihkan daerah perineum dengan sabun dan air mengalir).
4. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir,
kemudian keringkan hingga betul-betul kering dengan handuk
bersih. (Kuku harus dipotong pendek dan bersih).
5. Bantu ibu mengambil posisi yang paling nyaman baginya.
(Riset menunjukkan bahwa posisi duduk atau jongkok
memberikan banyak keuntungan).
6. Pada kala dua anjurkan ibu untuk meneran hanya jika merasa
ingin atau saat kepala bayi sudah kelihatan. (Riset
menunjukkan bahwa menahan nafas sambil meneran adalah
berbahaya, dan meneran sebelum kepala bayi tampak
tidaklah perlu. Bahkan meneran sebelum pembukaan serviks
lengkap adalah berbahaya). Jika kepala belum terlihat,
padahal ibu sudah sangat ingin meneran, periksa pembukaan
serviks dengan periksa dalam. Jika pembukaan belum
lengkap, keinginan meneran bisa dikurangi dengan
memiringkan ibu ke sisi sebelah kiri.
7. Pada kala dua, dengarkan DJJ setiap 5 menit setelah his
berakhir, irama dan frekuensinya harus segera kembali ke
normal. Jika tidak, cari pertolongan medis. (Jika kepala sudah
meregangkan perineum, dan terjadi kelambatan kemajuan
persalinan atau DJJ menurun sampai 100 kali/menit atau
kurang atau meningkat menjadi 180 kali/menit atau lebih,
maka percepat persalinan dengan melakukan episiotomi;
lihat Standar12).
8. Hindari peregangan vagina secara manual dengan gerakan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
36 dari 98

menyapu atau menariknya ke arah luar. (Riset menunjukkan


hal tersebut berbahaya).
9. Pakai sarung tangan DTT, saat kepala bayi kelihatan.
10. Jika ada kotoran keluar dari rektum, bersihkan dengan kain
bersih.
11. Bantu kepala bayi lahir perlahan, sebaiknya di antara his.
(Riset menunjukkan bahwa robekan tingkat dua dapat
sembuh sama baiknya dengan luka episiotomi; sehingga
tidak perlu melakukan episiotomi, kecuali terjadi gawat janin,
komplikasi persalinan per vaginam (sungsang, distosia babu,
forsep, vakom), atau ada hambatan pada perineum (misalnya
disebabkan jaringan parut pada perineum).
12. Begitu kepala bagi lahir, usap mulut dan hidung bayi dengan
kasa bersih dan biarkan kepala bayi memutar (Hal ini
seharusnya terjadi spontan, sehingga bayi tak perlu dibantu.
Jika bahu tidak memutar ikuti standar 18).
13. Begitu bahu sudah pada posisi anterior-posterior yang benar,
bantulah persalinan dengan cara yang tepat.
14. Segera setelah lahir, periksa keadaan bayi, letakkan di perut
ibu, dan segera keringkan bayi dengan handuk bersih yang
hangat. Setelah bayi kering, selimuti bayi dengan handuk
baru yang bersih dan hangat.
15. Minta ibu memegang bayinya. Tali pusat di klem di dua
tempat, lalu potong di antara dua klem dengan gunting tajam
steril/DTT.
16. Letakkan bayi dalam pelukan ibu dan mulai menyusui. (Riset
menunjukkan hal ini penting untuk keberhasilan awal dalam
memberikan ASI dan membantu pelepasan plasenta. Kontak
kulit dengan kulit adalah cara yangbaik untuk menjaga
kehangatan bayi, lalu ibu dan bayi harus diselimuti dengan
baik termasuk kepala. Jika bayi tidak didekap oleh ibunya,
selimuti bayi dengan kain yang bersih dan hangat. Tutupi
kepala bayi agar tidak kehilangan panas).
17. Menghisap lendir dari jalan nafas bayi tidak selalu diperlukan.
Jika bayi tidak menangis spontan, gunakan pengisap DeLee
yang sudah di DTT atau aspirator lendir yang baru dan bersih
untuk membersihkan ialan nafas (lihat Standar 24).
18. Untuk melahirkan plasenta, mulailah langkah-langkah untuk
penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga yang tercantum di
standar 11.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
37 dari 98

19. Pada saat plasenta sudah dilahirkan lengkap dan utuh dengan
mengikuti langkah-langkah penatalaksanaan aktif persalinan
kala tiga (lihat standar 11), lakukan masase uterus agar
terjadi kontraksi dan pengetuaran gumpalan darah.
20. Segera sesudah plasenta dikeluarkan, periksa apakah terjadi
laserasi pada vagina atau perineum. Dengan menggunakan
teknik aseptik, berikan anestesi lokal (1% lidokain), lalu jahit
perlukaan dan/atau laserasi dengan peralatan steril/DTT.
(lihat standar 12).
21. Perkirakan jumlah kehilangan darah secara akurat (Ingat
perdarahan sulit diukur dan sering diperkirakan lebih sedikit).
22. Bersihkan perineum deogarrafr matang dan tutupi dengan
kain bersih/ telah dijemur.
23. Berikan plasenta kepada suami/keluarga ibu.
24. Pastikan agar ibu dan bayi merasa nyaman. Berikan bayi
kepada ibu untuk diberi ASI.
25. Untuk perawatan bayi baru lahir lihat standar 13.
26. Catat semua temuan dengan seksama.

INGAT!

Membantu kelahiran bahu dan punggung masth mungkin


dilakukan, meskipun ibu dalam posisi tradisional saat
persalinan. (tidak berbaring terientang atau dalam posisi
litotomi).
Namun,
tetaplah
berhati-hati
dalam
mengusahakan proses persalinan yang normal, apapun
posisi ibu.

Ingat 3 bersih: Tangan bersih, Tempat pertolongan


persalinan bersih, pengikatan dan pemotongan tali pusat
dilakukan secara bersih.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
38 dari 98

STANDAR 11 : PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN


KALA TIGA
Tujuan
Membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput
ketuban secara kap untuk mengurangi kejadian perdarahan
pasca persalinan, memperpendek waktu persalinan kala 3,
mencegah terjadinya atoni uteri retensio Plasenta.
Hasil

Menurunkan terjadinya perdarahan yang hilang pada persalinan kala tiga


Menurunkan terjadinya atoni uteri
Menurunkan terjadinya retensio plasenta
Memperpendek waktu persalinan kala tiga.
Menurunkan terjadinya perdarahan postpar-tum akibat salah penangana
Pernyataan Standar
Secara rutin Bidan elakukan penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga.

Prasyarat
1. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam melahirkan plasenta
secara lengkap dengan melakukan penatalaksanasn aktif
persalinan kala tiga secara benar.
2. Tersedianya peralatan dan perlengkapan untuk melahirkan
plasenta, termasuk air bersih, larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi, sabun dan handuk yang bersih untuk cuci
tangan, juga tempat untuk plasenta. Bidan seharusnya
menggunakan sarung tangan DTT/steril.
3. Tersedia obat-obat oksitosika dan metode yang efaktif untuk
penyimpanan dan pengirimannya yang dijalankan dengan
baik. Sistem rujukan untuk perawatan kegawat-daruratan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
39 dari 98

Obstetri yang efektif.


Proses
Bidan harus:
1. Berikan penjelasan pada ibu, sebelum melahirkan, tentang
prosedur penatalaksanasn aktif persalinan kala tiga.
2. Masukkan oksitosin 10 IU IM ke dalam alat suntik steril
menjelang persalinan.
3. Setelah bayi lahir (lihat standar 10), tali pusat di klem di dua
tempat, lalu potong di antara dua klem dengan gunting tajam
steril/DTT.
4. Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan ganda.
Jika tidak ada, beri oksitosin 10 ID secara IM (dalam waktu 2
menit setelah persalinan).
5. Tunggu uterus berkontraksi, lakukan penegangan tali pusat
terus menerus sementara tangan kiri menekan uterus dengan
hati-hati ke arah punggung ibu dan ke arah atas (dorso
kranial). Ulangi langkah ini pada setiap ada his. Berhati-hati,
jangan menarik tali pusat berlebihan karena akan
menyebabkan inversio uteri.
6. Bila
plasenta
belum
lepas
setelah
melakukan
penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga dalam waktu 15
menit:
Ulangi 10 unit oksitosin IM
Periksa kandung kemih, lakukan katerisasi bila penuh
Beritahu keluarga untuk persiapan merujuk
Teruskan melakukan penatalaksanaan aktif persalinan
kala tiga selama 15 menit lagi.
Rujuk ibu bila plasenta tidak lahir setelah 30 menit
7. Bila sudah terasa adanya pelepasan plasenta, minta ibu
untuk meneran sedikit pada saat tali pusat ditegangkan ke
arah bawah kemudian ke atas sesuai dengan kurve jalan lahir
hingga plasenta tampak pada vulva (Jangan mendorong
fundus karena dapat mengakibatkan inversio uteri)
8. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan
plasenta dengan hati-hati. Bila perlu, pegang plasenta
dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah jarum jam
untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah
robeknya selaput ketuban.
9. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dikeluarkan,

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
40 dari 98

lakukan masase uterus supaya berkontraksi.


10. Sambil melakukan masase fundus uteri, periksa plasenta dan
selaput ketuban untuk memastikan plasenta utuh dan
lengkap.
11. Bila plasenta tidak dilahirkan utuh dan lengkap, ikuti standar
20. Jika terjadi atoni uteri atau perdarahan pasca persalinan
lihat standar 21.
12. Perkirakan jumlah kehilangan darah secara akurat (Ingat
perdarahan sulit diukur dah sering diperkirakan lebih sedikit)
13. Bersihkan vulva dan perineum dengan air matang dan tutup
dengan pembalut wanita/kain bersih/telah dijemur.
14. Periksa tanda-tanda vital. Catat semua temuan dengan
seksama.
15. Berikan plasenta kepada suami/keluarga ibu.
16. Catat semua perawatan dan temuan dengan seksama.
INGAT!
Oksitosin menurun efektifitasnya jika tidak disimpan pada
suhu 2-8C. Karena itu, simpanlah oksitosin di lemari es
dan hindarkan dari cahaya. Bila dikeluarkan dari lemari es,
oksitosin dapat bertahan paling lama 1 bulan pada suhu
30C atau 2 minggu pada suhu 40C.
Dilarang memberikan ergometrin/metergin sebelum bayi
lahir.
Tanda-tanda
pelepasan
plasenta
adalah:
fundus
berkontraksi dengan baik, keluarnya darah, fundus naik
dan tali pusat memanjang.
Dilarang mendorong fundus.
Dilarang menarik tali pusat secara berlebihan. Lakukan
penegangan tali pusat dengan hati-hati.
Hentikan penegangan tali pusat jika terasa nyeri atau tali
pusat tertahan
Jika tidak yakin apakah plasenta lahir lengkap, ikuti
Standar 20 untuk melakukan manual plasenta. Jika bidan
belum terampil, ibu segera dirujuk.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
41 dari 98

STANDAR 12 : PENANGANAN KALA BUS DENGAN GAWAT


JANIN MELALUI EPISIOTOMI
Tujuan
Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi jika ada
tanda-tanda gawat janin pada saat kepala janin meregangkan
perineum.
Pernyataan Standar

Hasil

ngenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada Kala dua, dan
Penurunan
asfiksia
neonatorum berat.
lakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti
dengankejadian
penjahitan
perineum.
Penurunan kejadian lahir mati pada kala dua

Prasyarat
1. Bidan sudah terlatih dalam melaksanakan episiotomi dan
menjahit perineum secara benar.
2. Tersedia sarung tangan/alat/perlengkapan untuk melakukan
episiotomi, termasuk gunting tajam yang steril/DTT, dan
alat/bahan yang steril/DTT untuk penjahitan perineum,
(anestesi lokal misalnya dengan 10 ml lidokain 1% dan alat
suntik/jarum hipodermik steril).
3. Menggunakan Kartu Ibu, partograf dan Buku KIA.
Proses,
Jika ada tanda gawat janin berat dan kepala sudah terlihat pada
vulva, episiotomi mungkin salah satu dari beberapa tindakan
yang dapat dilakukan oleh bidan untuk menyelamatkan janin.
Bidan harus:
1. Mempersiapkan alat-alat steril/DTT untuk tindakan ini.
2. Memberitahu ibu tentang perlunya episiotomi dilakukan dan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
42 dari 98

yang akan dirasakannya.


3. Kenakan sarung tangan steril/DTT.
4. Jika kepala janin meregangkan perineum, anestesi lokal
diberikan (pada saat his). Masukkan dua jari tangan kiri ke
dalam vagina untuk melindungi kepala bayi, dan dengan
tangan kanan tusukkan jarum sepanjang garis yang akan
digunting (sebaiknya dilakukan insisi medio-lateral). Sebelum
menyuntikkannya, tarik jarum sedikit (untuk memastikan
jarum tidak menembus pembuluh darah). Masukkan anestesi
perlahan-lahan, sambil menarik alat suntik perlahan sehingga
garis yang akan digunting teranestesi.
5. Tunggu satu menit agar anestesinya bekerja, lakukan tes
kekebalan/ mati rasa.
6. Pada puncak his berikutnya, lindungi kepala janin seperti di
atas, kemudian lakukan pengguntingan tunggal dengan
mantap. (Sebaiknya medjo lateral).
7. Tangan kanan melindungi perineum, sementara tangan kiri
menahan puncak kepala agar tidak terjadi defleksi yang
terlalu cepat saat kepala lahir. Minta ibu untuk meneran di
antara dua his. Kemudian lahirkan bayi secara normal.
8. Begitu bayi lahir, keringkan dan stimulasi bayi. Mulai
melakukan resusitasi bayi baru lahir jika diperlukan. (lihat
standar 24).
9. Lahirkan plasenta dan selaput ketuban secara lengkap
mengikuti langkah-langkah penatalaksanaan aktif persalinan
kala tiga, sesuai dengan Standar 11.
10. Periksa perineum untuk menentukan tingkat luka episiotomi,
perluasan episiotomi dan/atau laserasi.
11. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dikeluarkan,
dengan menggunakan teknik aseptik, berikan anestesi lokal
(lidokair: 1 %), lalu jahit porlukaan dan/atau laserasi dengan
peralatan steril/DTT. (lihat standar 12).
12. Lakukan jahitan sekitar 1 cm di atas uj ung luka episiotomi
atau laserasi di dalam vagina. Lakukan penjahitan secara
berlapis. Mulai dari vagina ke arah perineum, lalu teruskan
dengan perineum.
13. Sesudah
penjahitan,
lakukan
masase
uterus
untuk
memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik.
Pastikan, bahwa tidakada kasa yang tertinggal di vagina dan
masukkan jari dengan hati-hati ke rektum untuk memastikan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
43 dari 98

bahwa penjahitan tidak menembus dinding rektum. Bila hal


tersebutterjadi, lepaskan jahitan dan lakukan jahit ulang.
Lepaskan sarung tangan yang sudah terkontaminasi.
14. Kenakan sarung tangan yang bersih, bersihkan perineum
dengan air jnatang, buatlah ibu merasa bersih dan nyaman.
Periksa apakan perdarahan dari daerah insisi sudah berhenti.
Bila perdarahan masih ada, periksa sumbernya. Bila berasal
dari luka episiotomi, temukan titik perdarahan dan segera
ikat; jika bukan, ikuti Standar 21.
15. Pastikan bahwa ibu diberitahu agar menjaga perineum tetap
bersih dan kering, serta menggunakan pembalut wanita/kain
bersih yang telah dijemur.
16. Catat semua perawatan dan temuan dengan seksama. ikuti
standar 14 untuk perawatan postpartum
Indikasi lain untuk melakukan episiotomi:
Gawat janin
Komplikasi kelahiran per vaginam (sungsang, distosia bahu,
forsep, vakum)
Jaringan parut pada perineum atau vagina
Riset menunjukkan:
Robekan perineum akan sembuh sebaik luka pengguntingan,
sehingga kekhawatiran akan terjadinya robekan perineum
bukan merupakan indikasi episiotomi.
Episiotomi
yang
efektif
dan
tepat
waktu
dapat
menyelamatkan jiwa janin yang mengalami gawat janin. ,
Semakin cepat episiotomi dijahit maka semakin kecil risiko
terjadinya infeksi.
INGAT!
Gawat janin pada kala satu selalu memerlukan rujukan
segera.
Episiotomi hanya bermanfaat pada kala dua, ketika
perineum sudah meregang dan kepala sudah tampak di
vulva. Jika kepala masih tinggi ibu segera dirujuk, kecuali
bidan terlatih dan terampil dalam melakukan ekstraksi
vakum.
Melakukan dorongan padafundus adalah berbahaya
dan tidak akan mempercepat proses persalinan
Tanda-tanda gawat janin adalah:
* DJJ di bawah 100 kali/menit atau di atas 180,kali/menit
atau DJJ tidak segera kembali normal setelah his.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
44 dari 98

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
45 dari 98

STANDAR 13 : PERAWATAN BAYI BARU LAHIR


Tujuan
Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya
pernafasan serta mencegah hipotermi, hipoglikemia dan infeksi.

Pernyataan Standar
Bidan memeriksa dan menilai
bayi
baru
lahir
untuk
memastikan
pernafasan
spontan, mencegah asfiksia,
menemukan kelainan, dan
melakukan
tindakan
atau
merujuk
sesuai
dengan
kebutuhan. Bidan juga harus
mencegah atau menangani
hipotermi, dan mencegah
"lipoglikemia dan infeksi

Hasil
Bayi
baru
lahir
menerima
perawatan dengan
segera dan tepat
Bayi
baru
lahir
mendapatkan
perawatan
yang
tepat untuk dapat
memulai pernafasan
dengan baik.
Penurunan kejadian
hipotermia, asfiksia,
infeksi,
dan
hipoglikemia
pada
bayi baru lahir.

Penurunan
terjadinya kematian
bayi baru lahir.

Prasyarat
1. Bidan sudah dilatih dengan tepat dan terampil untuk
mendampingi persalinan dan memberikan perawatan bayi
baru lahir dengan segera.
2. Bidan sudah terlatih dan terampil untuk:
2.1. Memeriksa dan menilai bayi baru lahir dengan
menggunakan skor Apgar.
2.2. Menolong bayi untuk memulai terjadinya pernafasan dan
melakukan resusitasi bayi baru lahir.
2.3. Mengenal tanda-tanda hipotermi dan dapat melakukan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
46 dari 98

tindakan yang tepat untuk mencegah dan menangani


hipotermi.
2.4. Pencegahan infeksi pada bayi baru lahir.
2.5. Mengenali tanda-tanda hipoglikemia dan melakukan
penatalaksanaan yang tepat jika hipoglikemia terjadi.
3. Tersedianya perlengkapan dan peralatan untuk perawatan
yang bersih dan aman bagi bayi baru lahir, seperti air bersih,
sabun dan handuk yang bersih, dua handuk/kain hangat yang
bersih (satu untuk mengeringkan bayi, yang lain untuk
menyelimuti bayi),gunting steril/ DTT untuk memotong tali
pusat, 2 klem steril/DTT, benang steril/DTT (atau klem) untuk
mengikat tali pusat, sarung tangan bersih/DTT, termometer
bersih/DTT, Bola karet penghisap atau penghisap DeLee yang
di-DTT, timbangan bayi dan pita pengukur yang bersih.
4. Obat salep mata: Tetrasiklin 1% atau Eritromisin 0.5%
5. Kartu Ibu, kartu bayi dan Buku KIA.
6. Sistem rujukan untuk perawatan kegawat daruratan bayi baru
lahir yang efektif.
Proses
Bidan harus:
1. Selalu mencuci tangannya dan menggunakan sarung tangan
bersih/ DTT sebelum menangani bayi baru lahir.
2. Memastikan bahwa suhu ruangan hangat (ruangan harus
hangat untuk mencogah hipotermi pada bayi baru lahir)
3. Segera setelah lahir, nilai keadaan bayi, letakkan di perut ibu,
dan segera keringkan bayi dengan handuk bersih yang
hangat. Setelah bayi kering, selimuti bayi termasuk bagian
kepalanya dengan handuk baru yang bersih dan hangat.
(Riset menunjukkan bahwa 90% bayi baru lahir mengalami
perubahan dari kehidupan intrauterine menjadi ekstrauterine
dengan pengeringan dan stimulasi. Penghisapan lendir rutin
tidak perlu dan mungkin membahayakan).
4. Segera menilai bayi untuk memastikan bahwa bayi
bernafas/menangis sebelum menit pertama nilai APGAR, jika
bayi tidak menangis atau tidak bernafas spontan, hisap mulut
dan hidung bayi secara hati-hati menggunakan bola karet
penghisap atau penghisap DeLee yang di-DTT.
5. Jika bayi mengalami kesulitan memulai pernafasan walaupun
sudah dilakukan pengeringan, stimulasi atau penghisapan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
47 dari 98

lendir dengan hati-hati, mulai lakukan resusitasi bayi baru


lahir untuk menangani asfiksia (lihat standar24).
6. Jika bayi menangis atau bernafas, lakukan pemeriksaan nilai
APGAR pada menit pertama setelah lahir.
7. Minta ibu memegang bayinya. Tali pusat di klem di dua
tempat menggunakan klem steril/DTT, lalu potong di antara
dua klem dengan gunting tajam steril/DTT. (Ikuti langkah
penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga, standar 11)
8. Pasang benang/klem tali pusat
9. Bayi harus tetap diselimuti dengan baik, anjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan segera mulai menyusui. (Riset
menunjukkan pemberian ASI dini penting untuk keberhasilan
awal pemberian ASI. Kontak kulit ibu dan bayi juga
merupakan cara yang baik untuk menjaga pengaturan subu
tubuh bayi pada saat lahir. Pastikan jika bayi tidak didekap
oleh ibunya, selimuti bayi dengan handuk yang bersih dan
hangat. Tutupi kepala bayi dengan baik untuk mencegah
kehilangan panas).
10. Sesudah 5 menit lakukan penilaian terhadap keadaan bayi
secara umum dengan menggunakan Skor Apgar.
Skor
Apgar
Warna

Biru/pucat

DJJ

Tidak ada

Refleks

Tidak ada

Aktivitas

Tidak ada/
lemas
Tidak ada

Pernafas
an

1
Tubuh merah
jambu,
Ekstremitas
kebiruan
<100 kali/
menit
Menyeringai

2
Seluruh tubuh
merah jambu
>100 kali/menit
Bersin, batuk/
menarik kaki
Gerak aktif

Ekstremitas
Sedikit infleksi
Pernafasan
Menangis kuat,
lemah dan tidak pernafasan kuat
teratur
dan teratur
Anenanais
lemah

11. Jika kondisi bayi stabil, lakukan pemeriksaan bayi setelah


plasenta lahir dan kondisi ibu stabil.
12. Periksa tanda vital bayi. Ukur suhunya dengan menggunakan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
48 dari 98

termometer yang diletakkan di ketiak Oangan masukkan


termometer ke anus bayi, hal ini merupakan proseduryang
tidak perlu dan dapat membahayakan bayi). Bila suhu bayi
kurang dari 36 C atau jika tubuh atau kaki bayi teraba
dingin, maka segera lakukan penghangatan tubuh bayi
seperti pada kotak di bawah ini yang berjudul "Prosedur
Penanganan Hipotermi". Amati suhu tubuh bayi setiap jam
sampai suhunya normal dan stabil.
13. Periksa bayi dari kepala sampai ujung kaki untuk mencari
kemungkinan adanya kelainan. Periksa anus dan daerah
kemaluan. Lakukan pemeriksaan ini dengan oepat agar bayi
tidak kedinginan. Ibu hendaknya menyaksikan pemeriksaan
tersebut.
14. Timbang bayi dan ukur panjangnya. Lakukan dengan cepat
agar bayi tidak mengalami hipotermi.
15. Tetap selimuti bayi pada saat ditimbang, meletakkan bayi
pada timbangan yang dingin akan menyebabkan kehilangan
panas. Berat yang tercatat kemudian dapat disesuaikan
dengan mengurangi jumlah berat handuk/kain tersebut.
16. Setelah memeriksa dan mengukur bayi, selimuti dengan baik,
pastikan bahwa kepala bayi tertutup dan berikan bayi
kembali untuk dipeluk ibu. Hal ini merupakan cara yang
sangat baik untuk mencegah hipotermi.
17. Cuci tangan lagi dengan sabun, air dan handuk yang bersih.
Dalam waktu satu jam setelah kelahiran, berikan salep/obat
tetes mata pada mata bayi baru lahir, untuk mencegah
oftalmia neonatorum: salep mata Tetrasiklin 1%, larutan
PerakNitrat 1% atau Eritromisin 0,5%. Biarkan obatnya tetap
di mata bayi - jangan dibersihkan salep/obat tetes mata yang
berada di sekitar mata.
18. Jika bayi belum diberi ASI, bantu ibu untuk mulai menyusui.
Risot menunjukkan bahwa memulai pemberian ASI dalam
waktu 1 jam pertama setelah kelahiran adalah penting untuk
keberhasilan ;iw.il pemberian ASI. Kolostrum, ASI pertama,
penting karena mengantJuiu i zat kekebalan untak
pencegahan infeksi dan penyakit pada bayi bam lahir.
Pemberian ASI dini akan mencegah/menangani hipoglikemia
pada bayi baru lahir.
19. Hindari pemberian susu formula pada bayi baru lahir, hal ini
tidak perlu dan mungkin membahayakan.
20. Tunggu 6 jam, atau lebih, setelah kelahiran bayi sebelum
memandikannya, tunggu lebih lama jika bayi mengalami
kesulitan mempertahankan suhu tubuhnya atau mengalami

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
49 dari 98

asfiksia pada saat lahitv.Periksa subu tubuh bayi sebelum


memandikannya, suhu tubuh bayi baru lahir harus antara 3637 C. Gunakan air hangat untuk memandikan bayi dan
pastikan ruangan hangat. Mandikan bayi dengan cepat dan
segera keringkan bayi dengan handuk bersih, hangat dan
kering untuk mencegah kehilangan panas tubuh yang
berlebihan.
21.

Kenakan baju yang bersih dan selimuti bayi dengan


handuk/kain yang hangat dan bersih.

22. Periksa apakah bayi baru lahir mengeluarkan urine dan


mekonium dalam 24 jam pertama kehidupannya, catat waktu
pengeluaran
urine
dan
mekonium.
Mintalah
ibu
memperhatikannya bila persalinan berlangsung di rumah.
Bila dalam 24 jam bayi tidak mengeluarkan urine dan
mekonium, segera rujuk ke Puskesmas atau rumah sakit.
23. Lakukan pencatatan semua temuan dan perawatan yang
diberikan dengan cermat dan lengkap dalam partograf, Kartu
Ibu dan Kartu Bayi.
24. Rujuk segera ke puskesmas atau rumah sakit yang tepat jika
ditemukan kelainan dari normal.

Prosedur Penanganan Hipotermi


Letakkan bayi pada dada ibu sehingga terjadi kontak kulit
antara keduanya.
Sarankan ibu untuk sering memberikan ASI.
Jaga agar ruangan tetap hangat dan babas asap.
Pastikan bahwa ibu dan bayi diselimuti dengan baik.
Berikan minuman yang hangat untuk ibu.
Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. (Periksa kaki setiap 15
menit, kalau teraba dingin, periksa suhu tubuh dari bagian
ketiak bayi).
Jika ternyata suhu tubuh bayi tidak naik, segera merujuknya
ke pusat rujukan. Pertahankan terus kontak kulit ibu-bayi
dengan cara menyelimuti ibu dan bayi dengan menggunakan
selimut yang hangat atau dengan membiarkan bayi yang
diselimuti dengan baik dalam pelukan ibu.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
50 dari 98

INGAT!
Jaga agar bayi tetap hangat.

Jika bayi tidak bernafas atau menangis spontan setelah


pengeringan dan stimulasi, bersihkan jalan nafas bayi
dengan hati-hati menggunakan penghisap De.Lee atau bola
karet penghisap yang sudah di-DTT, jika bayi tetap tidak
dapat bernafas dengan teraturatau menangis, mulai
langkah resusitasi bayi baru lahir (standar 24).

BerikanASI secepatnya, dalam waktu satu jam pertama


setelah lahir.

Berikan salep/obat tetes mata pada kedua mata bayi untuk


mencegah oftalmia neonatorum dalam waktu satu jam
setelah kelahiran.

Rujuk segera bila dalam 24 jam pertama bayi tidak


mengeluarkan urine dan mekonium.

Tindakan yang
ditimbulkannya

tidak

dianjurkan

dan

Tindakan

akibat

yang

Akibat

Menepuk bokong

Trauma dan melukai

Menekan rongga dada

Fraktur,
pneumotoraks,
gawat nafas, kematian

Menekankan paha ke perut Rupturahati/limpa,


bayi
perdarahan
Mendilatasi sfingter ani

Robek
atau
sfingter

Kompres dingin/panas

Hipotermi, luka bakar

Meniupkan
oksigen
atau Hipotermi
udara dingin ke muka atau
tubuh bayi

luka

pada

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
51 dari 98

STANDAR 14 : PENANGANAN PADA DUA JAM PERTAMA


SETELAH PERSALINAN
Tujuan
Mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih dan aman
selama persalinan kala empat untuk memulihkan kesehatan ibu
dan bayi. Meningkatkan asuhan sayang ibu dan sayang bayi.
Memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah
persalinan dan mendukung terjadinya ikatan batin antara ibu dan
bayinya.
Pernyataan Standar
Bidan
melakukan
pemantauan ibu dan bayi
terhadap
terjadinya
komplikasi
paling
sedikit
selama
2
jam
setelah
persalinan, seffa melakukan
tindakan yang diperlukan. Di
samping
itu,
bidan
memberikan
penjelasan
tentang
hal-hal
yang
mempercepat
pulihnya
kesehatan
ibu,
dan
membantu ibu untuk memulai
pemberian ASI

Hasil
Komplikasi
dideteksi
dirujuk.

segera
dan

Penurunan kejadian
infeksi pada ibu dan
bayi baru lahir.
Penurunan
kematian
akibat
perdarahan pasca
persalinan primer.

Pemberian
ASI
dimulai dalam 1
jam
pertama
sesudah persalinan

Prasyarat
1. Ibu dan bayi dijaga oleh bidan terlatih selama dua jam
sesudah persalinan dan jika mungkin bayi tetap bersama ibu.
2. Bidan terlatih dan terampil dalam memberikan perawatan
untuk ibu dan bayi segera setelah persalinan, termasuk
keterampilan pertolongan pertama pada keadean gawat
darurat.
3. Ibu didukung/dianjurkan untuk menyusui dengan ASI dan
memberikan kolostrum.
4. Tersedia alat perlengkapan, misalnya untuk membersihkan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
52 dari 98

tangan yaitu air bersih, sabun dan handuk bersih;


handuk/kain bersih untuk menyelimuti bayi, pembalut wanita
yang bersih, pakaian kering dan bersih untuk ibu, sarung atau
kain kering dan bersih untuk alas ibu, kain/selimut yang
kering untuk menyelimuti ibu, sarung tangan DTT, tensimeter
air raksa, stetoskop dan termometer.
5. Tersedianya obat-obatan oksitosika, obat lain yang diperlukan
dan tempat penyimpanan yang memadai.
6. Adanya sarana pencatatan: Partograf, Kartu Ibu, Kartu Bayi,
Buku KIA.
7. Sistem rujukan untuk perawatan kegawat daruratan Obstetri
dan kegawat daruratan bayi baru lahir yang efektif.
Proses
Bidan harus:
1. Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah memberikan
perawatan pada ibu danbayi baru lahir. Menggunakan sarung
tangan bersih pada saet melakukan kontak dengan darah
atau cairan tubuh.
2. Mendiskusikan semua pelayanan yang diberikan untuk ibu
dan bayi dengan ibu, suami dan keluarganya.
3. Segera setelah lahir, nilai keadean hayi, letakkan di perut ibu,
dan segera keringkan bayi dengan handuk bersih yang
hangat. Setelah bayi kering, selimuti bayi dengan handuk
baru yang bersih dan hangat. Bila bayi bernafas/menangis
tanpa kesulitan, dukung ibu untuk memeluk bayinya (lihat
standar 13). Jika bayi mengalami kesulitan bernafas lihat
standar 24.
4. Sangat penting untuk menilai keadaan ibu beberapa kali
selama dua jam pertama setelah persalinan. Berada bersama
ibu dan melakukan setiap pemeriksaan ini, jangan pemah
meninggalkan ibu sendirian sampai paling sedikit 2 jam
setelah persalinan dan kondisi ibu stabil. Lakukan
penatalaksanann yang tepat dan persiapkan rujukan jika
diperlukan.
4.1. Melakukan penilaian dan masase fundus uteri setiap 15
menit selama satu jam pertama setelah persalinan,
kemudian setiap 30 menit selama satu jam kedua
setelah persalinan. Pada saat melakukan masase uterus,
perhatikanberapabanyakdarahyang
keluar dari vagina. Jika fundus tidak teraba keras, terus

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

4.2.
4.3.

4.4.

4.5.

Revisi

Tanggal

Halaman
53 dari 98

lakukan masase pada daerah fundus agar uterus


berkontraksi.
Periksa
jumlah perdarahan yang keluar dari vagina. Periksa
perineum
ibu apakah membengkak, hematoma, dan berdarah dari
tempat
perlukaan yang sudah dijahit setiap kali
memeriksa
perdarahan
fundus dan vagina.
Jika terjadi perdarahan, segera lakukan tindakan sesuai
dengan Standar 21. Berbahaya jika terlambat bertindak.
Periksa tekanan darah dan nadi ibu setiap 15 menit
selama satu jam pertama setelah persalinan, dan setiap
30 menit selama satu jam kedua setelah persalinan (Jika
tekanan darah ibu naik, lihat standar 17).
Lakukan palpasi kandung kemih ibu setiap 15 menit
selama
satu
jam pertama setelah persalinan dan kemudian setiap 30
menit
selama satu jam kedua setelah persalinan. Bila kandung
kemihpenuh dan meregang, mintalah ibu untuk b.a.k.,
jangan
memasang kateter kecuali ibu tidak bisa melakukannya
sendiri.
(Retensi urine dapat menyebabkan perdarahan uterus)
Mintalah
ibu untuk buang air kecil dalam 2 jam pertama sesudah
melahirkan.
Periksa suhu tubuh ibu beberapa saat setelah persalinan
dan sekali lagi satu jam setelah persalinan. Jika suhu
tubuh ibu > 38 C, minta ibu untuk minum 1 liter cairan,
jika suhunya tetap > 38 C segera rujuk ibu ke pusat
rujukan terdekat (jika mungkin mulai berikan IV RL dan
berikan ibu 1 gr amoksilin dan ampisilin per oral).

5. Secepatnya bantu ibu agar dapat menyusui. (ithat standar 10


& 13), Atur posisi bayi agar dapat melekat dan mengisap
dengan benar.
(Semua ibu membutuhkan
pertolongan
untuk
mengatur
posisi
bayi,
baik untuk ibu yang baru pertama kali menyusui maupun ibu
yang
sudah pernah menyusui).
6. Penggunean gurita atau stagen harus ditunda hingga 2 jam
setelah
melahirkan. Kontraksi uterus dan jumiah perdarahan harus

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
54 dari 98

dinilai,
dan
jika ibu mengenakan gurita atau stagen hal ini sulit dilakukan.
7. Lihat standar 13 untuk "Perawatan Bayi Baru Lahir".
8. Bila bayi tidak memperlihatkan tanda-tanda kehidupan
setelah dilakukan resusitasi, maka beritahu orang tua bayi
apa yang terjadi. Berikan penjelasan secara sederhana dan
jujur. Biarkan mereka melihat atau memeluk bayi mereka.
Berlakulah bijaksana dan penuh perhatian. Biarkan orang tua
melakukan upacara untuk bayi yang meninggal sesuai
dengan adat istiadat atau kepercayaan mereka. Setelah
orang tua bayi mulai tenang, bantulah mereka dan
perlakukan bayi dengan baik dan penuh pengertian terhadap
kesedihan mereka.
9. Bantu ibu membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaian.
Ingatkan Ibu untuk selalu menjaga kebersihan tubuh dan
mengganti kain pembalut secara teratur, berikan penjelasan
perubahan-perubahan yang terjadi pasca persalinan.
10. Catat semua temuan dan tindakan dengan lengkap dan
seksama pada partograf, Kartu Ibu dan Kartu Bayi.
11. Sebelum meninggalkan ibu, bahaslah semua bahaya
potensial dan tanda-tandanya dengan suami dan keluarga.
Bahaya potertsial dan tanda-tandanya:
11.1. Ibu mengalami perdarahan berat
11.2. Mengeluarkan gumpalan darah
11.3. Pusing
11.4. Lemas yang berlebihan
11.5. Suhu tubuh ibu > 38 C
11.6. Suhu tubuh bayi < 36 C atau > 37,5 C
11.7. Bayi tidak mau menyusu
11.8. Bayi tidak mengeluarkan urine atau mekonium dalam
24 jam pertama
12. Pastikan bahwa ibu dan keluarganya mengetahui bagaimana
dan kapan harus memintaINGAT!
pertolongan.
13. JANGAN meninggalkan ibu dan bayi sampai mereka dalam
keadean
Jaga bayi
haik
agar
dantubuhnya
semua catatan
tetap hangat
lengkap.
dan
Jikatetap
ada hal
berada
yang
mengkhawatirknn
bersama ibunya. pada ibu atau janin, lakukan rujukan ke
puskesmas
Semua bayiatau
harus
rumah
segera
sakit.
diberi ASI sesudah lahir dan tidak
melewati satu jam setelah persalinan.
Kolostrum mengandung zat yang sangat diperlukan untuk
melindungi bayi dari infeksi.
Periksa perdarahan, perineum, tanda-tanda vital, uterus
dan kandung kemih secara teratur.
Jika dilakukan episiotomi maka periksa luka episiotomi
secara teratur.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
55 dari 98

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
56 dari 98

STANDAR 15 : PELAYANAN BAGI IBU DAN BAYI PADA


MASA NIFAS
Tujuan
Memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari
setelah persalinan dan memberikan penyuluhan ASI eksklusif.

Hasil

Pernyataan Standar
Komplikasi pada masa nifas segera dideteksi dan dirujuk pada saat yang
Mendukung
dan
menganjurkan
jungan ke rumah pada hari ke-tiga, minggu ke-dua dan minggu ke-enam setelah
persalinan,
untak
membantu proses pemulih
pemberianASI
ekslusif.
; serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersipan per-orangan,
makanan
bergizi, asuhan bayi baru l
Mendukung penggunaan cara tradisional yang bergunadan menganjurkan untu
kebiasaan yang merugikan.
Menurunkan kejadian infeksi pada ibu dan bayi.
Masyarakat semakin menyadari pentingnya keluarga berencana/ penjarangan
Meningkatnya imunisasi pada bayi.

Prasyarat
1. Sistem yang berjalan dengan baik agar ibu dan bayi
mendapatkan pelayanan pasca persalinan dari bidan terlatih
sampai dengan 6 minggu setelah persalinan, baik di ruroah,
puskesmas atau rumah sakit.
2. Bidan telah dilatih dan terampil dalam:
2.1. Perawatan nifas, termasuk pemeriksaan ibu dan bayi
dengan cara yang benar.
2.2. Membantu ibu untuk memberikan ASI.
2.3. Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dan
bayi pada masa nifas.
2.4. Penyuluhan dan pelayanan KB/penjarangan kelahiran
3. Bidan dapat memberikan pelayanan imunisasi atau bekerja

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
57 dari 98

sama dengan juru imunisasi di puskesmas atau fasilitas


kesehatan terdekat.
4. Tersedia vaksin, alat suntik, tempat penyimpanan vaksin dan
tempat pembuangan benda tajam yang memadai.
5. Tersediannya tablet besi dan asam folat.
6. Tersedia alat/perlengkapan, misalnya untuk membersihkan
tangan, yaitu sabun, air bersih dan handuk bersih, sarung
tangan bersih/DTT.
7. Tersedia kartu pencatatan: Kartu Ibu, Kartu Bayi, Buku KIA.
8. Sistem
rujukan
untuk
perawatan
komplikasi
kegawatdaruratan ibu dan bayi baru lahir yang berjalan
dengan baik.
Proses
Bidan harus:
1. Pada kunjungan rumah, sapalah ibu dan suami/keluarganya
dengan ramah.
2. Tanyakan pada ibu dan suami/keluarganya jika ada masalah
atau kekuatiran tentang ibu atau bayinya.
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa ibu dan bayi.
4. Pakai sarung tangan DTT/bersih bila melakukan kontak
dengan darah atau cairan tubuh.
5. Periksa tanda-tanda vital ibu (suhu tubuh, nadi dan tekanan
darah). Periksa payudara ibu, amati bila puting retak, dan
tanda-tanda atau jejala-gejala saluran ASI yang tersumbat
atau infeksi payudara. Periksa involusi uterus (pengecilan
uterus sekitar 2 cm/hari selama 8 hari pertama). Periksa
lokhia, yang pada hari ketiga seharusnya mulai berkurang
dan berwarna coklat, dan pada hari ke-8-10 menjadi sedikit
dan berwarna merah muda. Jika ada kelainan segera rujuk.
(Lihat daftar bahaya dan tanda-tandanya di akhir standar ini)
Jika dicurigai sepsis puerpuralis gunakaa Standar 23. Untak
penanganan perdarahan pasca persalinan gunakan Standar
22).
6. Tanyakan apakah ibu meminum tablet sesuai ketentuan
(sampai 42 hari setelah melahirkan), dan apakah
persediaannya cukup.
7. Bila ibu menderita anemia semasa hamil atau mengalami
perdarahan berat selama proses persalinan, periksakan Hb

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
58 dari 98

pada hari ketiga. Nasehati ibu supaya makan makanan


bergizi dan berikan tablet tambah darah.
8. Berikan penyuluhan kepada ibu tentang pentingnya menjaga
kebersihan diri, memakai pembalut bersih, makanan bergizi,
istirahat cukup dan cara merawat bayi.
9. Cucilah tangan, lalu periksalah bayi. Periksalah tali pusat
pada setiap kali kunjungan (paling sedikit pada hari ke-tiga,
minggu ke-dua dan minggu ke-enam). Tali pusat harus tetap
kering. Ibu perlu diberitahu bahayanya membubuhkan
sesuatu pada tali pusat bayi, misalnya minyak atau bahan
lain. Jika ada kemerahan pada pusat, perdarahan atau
tercium bau busuk, bayi segera dirujuk.
10. Perhatikan kondisi umum bayi, tanyakan kepada ibu:
pemberian ASI, misalnya bayi tidak mau menyusu, waktu
jaga, cara bayi menangis, berapa kali buang air kecil, dan
bentuk fesesnya.
11. Perhatikan warna kulit bayi, apakah ada ikterus atau tidak.
Ikterus pada hari ketiga postpartum adalah ikterus fisiologis
yang tidak memerlukan pengobatan. Namun, bila ikterus
terjadi sesudah hari ketiga/kapan saja, dan bayi malas untuk
menyusu dan tampak mengantuk, maka bayi harus segera
dirujuk ke rumah sakit.
12. Bicarakan pemberian ASI dan bila mungkin perhatikan apakah
bayi menyusu dengan baik (amati apakah ada kesulitan atau
masalah).
13. Nasehati ibu tentang pentingnya pemberian ASI ekslusif
sedikit A sampai 6 bulan. Bicarakan bahaya pemberian unsur
tambahan (susu formula, air atau makanan lain) sebelum bayi
berumur 4 bulan.
14. Bicarakan tentang KB dan kapan sanggama dapat dimulai.
Sebaiknya hal ini didiskusikan dengan kehadiran suaminya.
15. Catat dengan tepat semua yang ditemukan.
16. Jika ada hal-hal yang tidak normal, segeralah merujuk ibu
dan/atau bayi kepuskesmas/rumah sakit.
17. Jika ibu atau bayi meninggal, penyebab kematian harus
diketahui sesuai dengan standar kabupaten/propinsi/nasional.
Hasil Penelitian Membuktikan
Memberikan makanan
membahayakan bayi.

lain

selain

kolostrum

atau

ASI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
59 dari 98

Ibu yang baru bersalin harus menggunakan pembalut yang


bersih atau kain yang bersih yang telah dijemur. Menjemur
kain di bawah sinar matahari dapat mengurangi bakteri.
Menggunakan minyak atau bahan-bahan lain untuk tali pusat
bayi adalah berbahaya.
INGAT!

Masa nifas merupakan kesempatan baik untuk memberikan


penyuluhan KB/penjarangan kelahiran, tetapi hal ini harus
dis'ampaikan dengan hati-hati, ramah dan peka terhadap
adat setempat.

Ibu dan bayi dalam masa nifas mudal; terinfeksi, karena itu
kebersihan diri, makanan bergizi dan istirahat cukup
sangatlah penting.

Kelainan yang memerlukan rujukan


perhatian dengan cepat dan tepat.

Kesehatan generasi berikut dimulai dengan perawatan


yang baik bagi anak perempuan sejak bayi.

Kelelahan pada masa nifas merupakan gejala anemia.

harus

mendapat

Bahaya dan tanda-tandanya pada bayi

Kegagalan menyusu yang terjadi secara berkala


Tidak buang air kecil beberapa kali sehari (kurang dari 6-8 kali
sehari)
Bayi kuning
Muntah atau diare
Merah, bengkak atau keluarnya cairan dari tali pusat
Demam > 37,5 C
Bahaya dan tanda tandanya pada ibu

Perdarahan berat pada vagina


Perdarahan berwarna merah segar atau pengeluaran bekuan
darah
Lokhia yang berbau busuk

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
60 dari 98

Nyeri pada perut atau pelvis


Pusing atau lemas yang berlebihan
Suhu tubuh ibu > 38 C
Tekanan darah yang meningkat
Ibu mengalami kesulitan atau nyeri pada saat b.a.k atau pada
saat ada pergerakan usus
Tanda tanda mastitis: bagian yang kemerahan, bagian yang
panas, gurat-gurat kemerahan pada payudara
Terdapat masalah mengenai makan dan tidur

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

E. STANDAR
PENANGANAN
OBSTETRI DAN NEONATAL

Tanggal

KEGAWAT

Halaman
61 dari 98
DARURATAN

STANDAR 16 : PELAYANAN BAGI IBU DAN BAYI PADA


MASA NIFAS
Tujuan
Mengenali dan melakukan tindakan cepat dan tepat perdarahan
dalam trimester III kehamilan.

Hasil

Ibu yang mengalami perdarahan pada trimester III kehamilan segera mendapat pertolong
Kematian ibu dan janin akibat perdarahan dalam kehamilan dan perdarahan antepa
Meningkatnya pemanfaatan bidan untuk konsultasi pada keadean gawat
Pernyataan Standar

cara tepat tanda dan gejela perdarahan pada kehamilan, serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.

Prasyarat
1. Bidan memberikan perawatan antenatal rutin kepada ibu
hamil
2. Ibu hamil mencari perawatan kebidanan jila komplikasi
kehamilan terjadi
3. Bidan sudah terlatih dan terampil untuk:
3.1. Mengetahui penyebab, mengenali tanda-tanda dan
penanganan perdarahan pada trimester III kehamilan.
3.2. Pertolongan pertama pada gawat darurat, termasuk

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
62 dari 98

pemberian cairan IV.


3.3. Mengetahui tanda-tanda dan penanganan syok.
4. Tersedianya alat perlengkapan penting misalnya sabun, air
bersih yang mengalir, handuk bersih untuk mengeringkan
tangan; alat suntik steril sekali pakai, jarum IV steril 16 dan
18 G, Ringer Laktat atau NaCI 0,9 %, set infus, 3 pasang
sarung tangan bersih.
5. Penggunaan KMS Ibu Hamil/Kartu Ibu, Buku KIA.
6. Sistem rujukan yang efektif, termasuk bank darah berjelan
dengan baik untuk ibu yang mengalami perdarahan selama
kehamilan.
Proses
Bidan harus:
1. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir,
kemudian keringkan hingga betul-betul kering dengan handuk
bersih setiap kali sebelum dan sesudah melakuk kontak
dengan pasien. Gunakan sarung tangan bersih kapanpun
menangani benda yang terkontaminasi oleh darah atau
cairan tubuh.
2. Memeriksa dan merujuk ibu hamil yang mengalami
perdarahan dari jalan lahir. (Semua perdarahan yang bukan
show, adalah kelainan).
3. Berikan pehyuluhan dan nasehat tentang bahaya perdarahan
dari jalan lahir sebelum bayi lahir kepada ibu dan
suami/keluarganya pada setiap kunjungan.
4. Nasehati ibu hamil, suaminya atau keluarganya untuk
memanggil bidan bila terjadi perdarahan atau nyeri hebat di
daerah perut kapanpun dalam kehamilan.
5. Lakukan peniiaian keadaan umum ibu dan perkirakan usia
kehamilannya.
6. JANGAN melakukan periksa dalam. (Perdarahan pada
kehamilan di atas 22 minggu biasanya karena plasenta
previa. Periksa dalam akan memperburuk perdarahan).
7. Rujuk ibu yang mengalami perdarahan vagina pada trimester
III ke rumah sakit terdekat
8. Jika tanda atau gejala syok jelas terlihat (lihat kotak berjudul
"Gejala dan tanda Syok") atau jika ibu mengalami perdarahan
hebat, rujuk segera.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
63 dari 98

Sebaiknya baringkan ibu dengan posisi miring ke sisi kiri


dan ganjal tungkainya dengan bantal.
Berikan cairan intravena NaCI 0,9 % atau Ringer laktat.
Infus diberikan dengan tetesan cepat sesuai kondisi ibu.
Dengan menggunakan teknik aseptik, mulai IV dengan
Ringer laktat atau NaCI 0,9 %, menggunakan jarum
berlubang besar (16 atau 1 8G). Berikan cairan IV dengan
tetesan cepat hingga denyut nadi ibu membaik.
Dampingi ibu ke tempat rujukan. Periksa dan catat
dengan seksama tanda-tanda vital (pernafasan, nadi dan
tekanan darah) setiap 15 menit sampai tiba di rumah
sakit.
Selimuti ibu dan jaga agar tetap hangat selama
perjalanan ke tempat rujukan, jangan membuat ibu
kepanasan.

9. Perkirakan seakurat mungkin jumiah kehilangan darah.


(Seringkali perkiraan jumiah kehilangan darah kurang dari
jumlah sebenarnya. Cara yang lebih tepat untuk
memperkirakan kehilangan darah adalah dengan menimbang
semua bahan yang terkena darah).
10. Buat catatan lengkap (keterangan mengenai perdarahan:
golongan, jumiah perdarahan dan riwayat tentang kapan
terjadinya perdarahan, hal ini penting untuk diagnosa
banding dan perkirasn penggantian cairan). Dokumentasi
dengan seksama semua perawatan yang diberikan.
11. Dampingi ibu hamil yang dirujuk ke rumah sakit dan mintalah
keluarga yang akan menyumbangkan darahnya untuk ikut
serta.
12. Mengikuti langkah-langkah untuk merujuk.
Gejala dan Tanda Syok

Nadi lemah dan cepat (110 kali/menit atau lebih)


Tekanan darah sangat rendah: tekanan sistoijk < 90 mmHg
Nafas cepat (Frekuensi pernafasan 30 kali/menit atau lebih)
Air seni kurang dari 30 cc/jam
Bingung, gelisah, atau pingsan
Berkeringat atau kulit menjadi dingin dan basah
Pucat

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
64 dari 98

INGAT!

Jangan melakukan periksa dalam jika terjadi perdarahan


pada kehamilan lebih dari 22 minggu.

Rujuk segera, jangan ditunda. Perdarahan akan semakin


banyak atau mungkin terjadi perdarahan yang tidak
tampak ke dalam uterus.

Jika syok, maka baringkan ibu pada sisi kiri tubuhnya dan
ganjal kakinya dengan bantal.

Jika terlihat adanya gejala dan tanda syok berat, berikan


cairan secara intravena.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

E. STANDAR
PENANGANAN
OBSTETRI DAN NEONATAL
STANDAR 17 :

Tanggal

KEGAWAT

Halaman
65 dari 98
DARURATAN

PENANGANAN KEGAWAT DARURATAN

Tujuan
Mengenali secara dini tanda-tanda dan gejala-gejala preeklamsia
berat dan memberikan perawatan yang tepat dan memadai.
Mengambil tindakan yang tepat dan segera dalam penanganan
kegawat daruratan bila ekiamsia terjadi.

Hasil

Penurunan kejadian eklamsia.


Ibu hamil yang mengalami preeklamsia berat dan ekiamsia mendapatkan pen
dan tepat.
Pernyataancepat
Standar
Ibu dengan tanda-tanda preeklamsia
ringan
akan mendapatkan
perawatan
yang tepat
waktu dan
memadaimelaksana
lamsia berat dan ekiamsia. Bidan akan mengambil
tindakan
yang tepat, memulai
perawatan,
merujuk
ibu dan/atau
serta pemantauan
Penurunan kesakitan dan kematian akibat
ekiamsia.

Prasyarat
1. Kebijakan dan protokol nasional/setempat yang mendukung
bidan memberikan pengobatan awal untuk penatalaksanaan
kegawat daruratan preeklamsia, berat dan ekiamsia.
2. Bidan melakukan perawatan antenatal rutin kepada ibu hamil
termasi pemantauan rutin tekanan darah.
3. Bidan secara rutin memantau ibu dalam proses persalinan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
66 dari 98

dan selama periode postpartum terhadap tanda dan gejala


preeklamsia termasuk pengukuran tekanan darah.
4. Bidan terlatih dan terampil untuk:
4.1. Mengenal tanda dan gejala preeklamsia ringan,
preeklamsia berat dan eklamsia.
4.2. Mendeteksi dan memberikan pertolongan pertama pada
preeklamsia ringan, preeklamsia berat dan eklamsia.
5. Tersedia periengkapan penting untuk memantau tekanan
darah da memberikan cairan IV (termasuk tensimeter air
raksa, stetoskop, infus dengan jarum berukuran 16 dan 18 G
IV, Ringer Laktat ata NaCI 0,9%r alat suntik sekali pakai. Jika
mungkin periengkapan untu memantau protein dalam air
seni.
6. Tersedia obat antihipertensi yang dibutuhkan untuk kegawatdaruratan misalnya Magnesium Sulfat, kalsium glukonas.
7. Adanya sarana pencatatan: KMS Ibu Hamil/Kartu Ibu, Buku
KIA dan partograf.
Proses
Bidan harus:
1. Selalu waspada terhadap gejala dan tanda preeklamsia tinggi
(tekanan darah dengan tekanan diastolik 90-110 mmHg
dalam pengukuran berjarak 1 jam). Pantau tekanan darah ibu
hamil pada setiap pemeriksaan antenatal, selama proses
persalinan, dan masa nifas. Pantau tekanan darah, urine
(untuk mengetahui proteinuria ibu hamil dan kondisi janin
setiap minggu.
2. Selalu waspada terhadap tanda dan gejala preeklamsia berat
(tekanan diastolik >110 mmHg) yaitu: protein dalam air seni,
nyeri kepala, gangguan penglihatan, mengantuk, tidak enak,
nyeri epigastrik.
3. Catat tekanan darah ibu, segera periksa adanya gejala dan
tanda preeklamsia atau eklamsia. Gejala dan tanda
preeklamsia berat (yaitu peningkatan tekanan darah tibatiba, tekanan darah yang sangat tinggi, protein dalam air
seni, penurunan jumlah air seni dengan warna yang menjadi
gelap, edema berat atau edema mendadak pada wajah atau
panggul belakang) memerlukan penanganan yang cepat
karena besar kemungkinan terjadi eklamsia. Kecepatan
bertindak sangat penting.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
67 dari 98

4. Penanganan preeklamsia berat dan eklamsia sama:


4.1. Cari pertolongan segera untuk mengatur rujukan ibu ke
rumah sakit. Jelaskan dengan tenang dan secepatnya
kepada ibu, suami dan keluarga tentang apa yang
terjadi.
4.2. Baringkan ibu pada posisi miring ke kiri, berikan oksigen
(4-6 It/ menit) jika ada.
4.3. Berikan IV ringer laktat 500 cc dengan jarum berlubang
besar (16 dan 18 G).
4.4. Jika tersedia, berikan MgSO4 40% IM 10 gr (5g IM pada
setiap bokong) sebelum merujuk.
Ulangi MgSO 440% IM, 5gr setiap 4 jam, bergantian
di tiap bokong
MgSO4 untuk pemberian IM bisa dikombinasi dengan
1cc lidokain 2%
Jika mungkin, mulai berikan dosis awal larutan
MgSO4 20%, 4 g IV 20 menit sebelum pemberian
MgSO4 IM.
5. Jika terjadi kejang, baringkan ibu pada posisi miring ke kiri, di
bagian tempat tidur atau lantai yang aman, mencegah ibu
terjatuh, tapi jangan mengikat ibu. Jika ada kesempatan,
letakkan benda yang dibungkus dengan kain lembut diantara
gigi ibu. JANGAN memaksakan membuka mulut ibu ketika
kejang terjadi. Setelah kejang berlalu, hisap lendir pada mulut
dan tenggorokan ibu bila perlu.
6. Pantau dengan cermat tanda dan gejela keracunan MgSO4
sebagai berikut:
Frekuensi pernafasan < 16 kali/ menit
Pengeluaran air seni < 30 cc/jam selama 4 jam terakhir
Jangan berikan dosis MgSO4 selanjutnya bila ditemukan
tanda-tanda dan gejala keracunan tersebut di atas.
7. Jika terjadi henti nafas (apnu) setelah pemberian MgSO4,
berikan
Kalsium Glukonas 1 gr (10 cc dalam larutan 10%) IV perlahanlahan
sampai pernafasan mulai lagi. Lakukan ventilasi ibu dengan
menggunakan ambu bag dan masker.
8. Bila ibu mengalami koma, pastikan-posisi ibu dibaringkan
miring ke kiri, dengan kepala sedikit ditengadahkan agar
jalan
nafas
tetap
terbuka.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
68 dari 98

9. Catat semua obat yang diberikan, keadaan ibu, termasuk


tekanan darahnya setiap 15 menit. 10. Bawa segera ibu ke
rumah sakit setelah serangan kejang berhenti.
10. Dampingi ibu dalam perjalanan dan berikan obat-obatan lagi
jika perlu. (Jika terjadi kejang lagi, berikan 2 gr MgS04 IV
secara perlahan dalam 5 menit, tetapi perhatikan jika ada
tanda tanda keracunan MgS04).
FASE KEJANG PADA EKLAMSIA
AWAL

: berlangsung 10-20 detik, boia mata berputar atau


membelalak, muka dan otot tangan kejang-kejang,
penurunan kesadaran.

TONIK

: berlangsung 10-20 detik, otot-otot berkontraksi


dengan kuat, spasme diafragma, pernafasan
berhenti, mukosa, anggota badan dan bibir menjadi
biru, punggung melenting, gigi terkatup dan mata
menonjol.

KLONIK

: berlangsung 1-2 menit, otot-otot berkontraksi dengan


kuat, air liur berbusa, pernafasan sulit, terjadi aspirasi
air liur, muka tampak sembab, lidah bisa tergigit.

KOMA

: berlangsung beberapa menit sampai berjamjam,


tergantung individu, nafas ngorok dan cepat, muka
bengkak, tidak sianotik. Selanjutnya dapat terjadi
kejang, karena itu perlu perawatan hati-hati dan
pemberian obat penenang.

INGAT!

Ibu harus belajar mengenali tanda dan gejala preeklamsia,


dan harus dianjurkan untuk mencari perawatan bidan,
puskesmas atau rumah sakit bila mengalami tanda
preeklamsia (nyeri kepala hebat, gangguan penglihatan,
nyeri epigastrik, pembengkakan pada wajah).
Memantau dengan cermat tekanan darah ibu hamil, ibu
dalam proses persalinan, dan ibu dalam masa nifas.
Jangan berikan metergin pada ibu yang tekanan darahnya
naik, preeklamsia atau eklamsia.
Beberapa wanita dengan eklamsia memiliki tekanan darah
yang normal. Tangani semua ibu yang mengalami kejang
sebagai ibu dengan eklamsia hingga ditentukan diagnosa
lain.
Selalu waspada untuk segera merujuk ibu yang mengalami
preeklamsia berat atau eklamsia.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
69 dari 98

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

STANDAR 18 : PENANGANAN
KEGAWAT
PADA PARTUS LAMA/MACET

Halaman
70 dari 98

DARURATAN

Tujuan
Mengetahui dengan segera dan penanganan yang tepat keadaan
darurat pada partus lama/macet.

Hasil

Mengenali secara dini gejela dan tanda partus lama serta tindakan yang tepat.
Penggunaan partograf secara tepat dan seksama untuk semua ibu dalam prose
Pernyataan Standar
Penurunan kematian/ kesakitan ibu/bayi
akibat partus lama.
lamsia berat dan eklamsia. Bidan akan mengambil
tepat, memulai
perawatan,
merujuk
ibu cepat
dan/atau
Ibu tindakan
mendapatyang
perawatan
kegawatda
ruratan obstetri
yang
danmelaksana
tepat.

Prasyarat
1. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas/ketuban pecah
2. Bidan sudah dilatih dengan tepat dan terampil untuk:
2.1. Menggunakan partograf dan catatan persalinan.
2.2. Melakukan periksa dalam secara baik.
2.3. Mengenali
hal-hal
yang
menyebabkan
partus
lama/macet.
2.4. Mengidentifikasi
presentasi
abnormal
(selain
verteks/presentasi belakang kepala) dan kehamilan.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
71 dari 98

2.5. Penatalaksanaan periling yang tepat untuk partus lama


dan partus macet.
3. Tersedianya alat untuk pertolongan persalinan DTT termasuk
beberapa pasang sarung tangan dan kateter DTT/steril.
4.

Tersedianya perlengkapan untuk pertolongan persalinan


yang bersih dan aman, seperti air bersih yang mengalir,
sabun dan handuk bersih, dua handuk/kain hangat yang
bersih (satu untuk mengeringkan bayi, yang lain untuk
dipakai kemudian), pembalut wanita dan tempat untuk
plasenta. Bidan menggunakan sarung tangan.

5. Tersedianya partograf dan Kartu Ibu, Buku KIA. Partograf


digunakan dengan tepat untuk setiap ibu dalam proses
persalinan, semua perawatan dan pengamatan dicatat tepat
waktu. Tindakan tepat diambil sesuai dengan temuan yang
dicatat pada partograf.
Proses
Bidan harus:
1. Memantau dan mencatat secara berkala keadaan ibu dan
janin, his dan kemajuan persalinan pada partograf dan
catatan persalinan. Lengkapi semua komponen pada
partograf dengan cermat pada saat pengamatan dilakukan.
2. Jika terdapat penyimpangan dalam kemajuan persalinan
(misalnya garis waspada pada partograf tercapai, his terlalu
kuat/cepat/lemah sekali, nadi melemah dan cepat, atau DJJ
menjadi cepat/tidak teratur/ lambat), maka lakukan palpasi
uterus dengan teliti untuk mendeteksi gejala-gejela dan
tanda lingkaran retraksi patologis/lingkaran Bandi.
3. Jaga agar ibu mendapat hidrasi yang baik selama proses
persalinan, anjurkan ibu agar sering minum.
4. Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan, dan merubah posisi
selama proses persalinan dan kelahiran. Jangan biarkan ibu
berbaring terlentang selama proses persalinan dan kelahiran.
5. Mintalah ibu sering buang air kecil selama proses persalinan
(sedikitnya setiap 2 jam). Kandung kemih yang penuh akan
memperlambat penurunan bayi dan membuat ibu tidak
nyaman. Pakailah kateter hanya bila ibu tidak bisa kencing
sendiri dan kandung kemih dapat dipalpasi. Hanya gunakan
kateter dari karet. (Hati-hati bila memasang kateter, sebab
uretra mudah terluka pada partus lama/macet).

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
72 dari 98

6. Amati tanda tanda partus macet dan lama dengan melakukan


palpasi abdomen, menilai penurunan janin, dan periksa
dalam, menilai penyusupan janin, dan pembukean serviks
paling sedikit setiap 4 jam selama fase laten dan aktif
persalinan. Catat semua temuan padn partograf. Lihat
standar 9 untuk melihat semua pengamatan yang diperlukan
untuk partograf.
7. Selalu amati tanda tanda gawat ibu atau gawat janin, rujuk
dengan cepat dan tepat jika hal ini terjadi!
8. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir
kemudian keringkan hingga betul-betul kering dengan handuk
bersih setiap kali sebelum dan sesudah melakukan kontak
dengan pasien. (Kuku harus dipotong pendek dan bersih).
Gunakan sarung tangan DTT/steril untuk semua periksa
dalam. Selalu menggunakan tehnik aseptik pada saat
melakukan periksa dalam.
Periksa dengan teliti vagina dan kondisinya (jika vagina
panas/gejala infeksi dan kering/gejala ketuban minimal, maka
menunjukkan ibu dalam keadasn bahaya). Periksa, juga letak
janin, pembukaan serviks serta apakah serviks tipis, tegang
atau mengalami edema. Coba untuk menentukan posisi dan
derajet penurunan kepala. Jika ada kelainan atau bila garis
waspada pada partograf dilewati persiapkan rujukan yang
tepat.
Rujuk dengan tepat untuk fase laten persalinan yang
memanjang (0-4 cm): berlangsung lebih dari 8 jam.
Rujuk dengan tepat untuk fase aktif persalinan yang
memanjang,
pembukaan kurang dari 1 cm/jam dan garis waspada pada
partograf telah dilewati.
Rujuk dengan tepat untuk kala 2 persalinan yang
memanjang:
O 2 jam meneran untuk primipara
O 1 jam meneran untuk muitipara
9. Jika ada tanda dan gejala persalinan macet, gawat janin, atau
tanda bahaya pada ibu, maka ibu dibaringkan miring ke sisi
kiri dan berikan cairan IV (Ringer Laktat). Rujuk segera ke
rumah sakit. Dampingi ibu untuk menjaga agar keadaan ibu
tetap baik. Jelaskan kepada ibu, suami/keluarganya apa yang
terjadi dan mengapa ibu perlu dibawa ke rumah sakit.
10. Jika dicurigai adanya ruptura uteri (his tiba-tiba berhenti atau
syok berat), maka rujuk segera. Berikan antibiotika dan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
73 dari 98

cairan IV (Ringer Laktat), biasanya diberikan ampisilin 1 gr IM,


diikuti pemberian 500 mg setiap 6 jam secara IM, lalu 500 mg
per oral setiap 6 jam setelah bayi lahir.
11. Bila kondisi ibu/bayi buruk dan pembukaan serviks sudah
lengkap, maka bantu kelahiran bayi dengan ekstraksi vakum
(lihat Standar 19).
12. Bila keterlambatan terjadi sesudah kepala lahir (distosia
babu):
Lakukan episiotomi
Dengan ibu dalam posisi berbaring terlentang, minta ibu
melipat kedua paha, dan menekuk lutut ke arah dada
sedekat mungkin. (Minta dua orang untuk membantu
(mungkin suami atau anggota keluarga lainnya) untuk
menekan lutut ibu dengan mantap ke arah dada.
(Manuver Me Robert)
Gunakan sarung tangan DTT/steril
Lakukan tarikan kepala curarn ke bawah untuk melahirkan
bahu depan. Hindarkan tarikan berlebihan pada
kepala karena mungkin akan melukai bayi.
Pada saat melakukan tarikan pada kepala, minta
seseorang untuk melakukan tekanan suprapubis ke bawah
untuk rnembantu kelahiran bahu. Jangan pernah
melakukan dorongan pada f un-dus! Pemberian
dorongan
pada
fundus
nantinya
akan
dapat
mempenaaruhi bahu lebih jauh dan menyebabkan ruptura
uteri.
Jika bafau tetap tidak lahir:
O Dengan menggunakan sarung tangan DTT/steril,
masukkan satu tangan ke dalam vagina.
O Berikan tekanan pada bahu anterior ke arah
sternum bayi untuk mengurangi diameter bahu.
Kemudian jika bahu masih tetap tidak lahir
O Masukkan satu tangan ke dalam vagina.
O Pegang tulang lengan atas yang berada pada
posisi posterior, lengan fleksi di bagian siku,
tempatkan lengan melintang di dada. Cara ini akan
memberikan ruang untuk bahu anterior bergerak di
bawah simfisis plibis.
O Mematahkan clavicula bayi hanya dilakukan jika
semua pilihan lain telah gagal.
13. Isi partograf, kartu ibu, dan catatan kemajuan persalinan
dengan lengkap dan menyeluruh. Jika ibu dirujuk ke rumah

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
74 dari 98

sakit atau puskesmas kirimkan satu copy partograf ibu dan


dokumen lain bersama ibu.
Gejala dan Tanda Persalinan Macet

Ibu tampak kelelahan dan lemah.


Kontraksi tidak teratur tetapi kuat.
Dilatasi serviks lambat atau tidak terjadi.
Tidak terjadi penurunan bagian terbawah janin, walaupun
kontraksi adekuat.
Molding - sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki
(partograf ++)
Lingkaran retraksi patologis (lingkaran Bandl) timbul, nyeri di
bawah lingkaran Bandl merupakan tanda akan terjadi ruptura
uteri.
Tidak adanya his dan syokyang tiba-tiba merupakan tanda
ruptura uteri
Tanda-tanda gawat ibu

Meningkatnya denyut nadi, denyut melemah

Menurunnya tekanan darah

Nafas cepat dan dangkal atau pernafasan melambat

Dehidrasi

Gelisah

Kontraksi uterus yang terlalu kuat atau terlalu sering

Tanda-tanda gawat janin

DJJ di bawah 100 kali/menit atau di atas 180 kali/menit atau


DJJ tidak segera kembali normal setelah his (late decelaration)

INGAT!

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
75 dari 98

1. Menggunakan partograf untuk setiap ibu yang mau bersalin


adalah penting untuk mendeteksi komplikasi secara dini
seperti partus lama atau macet.
2. Segera merujuk ibu jika dalam proses persalinan garis
waspada dilewati atau jika ada tanda-tanda gawat ibu/janin.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Prinsip penatalaksanaan partus lama/macet:


1. Memberikan rehidrasi pada ibu.
2. Berikan antibiotika.
3. Rujukan segera.
4. Bayi harus dilahirkan.
5. Selalu bertindak aseptik.
6. Perhatikan perawatan kandung kencing.
7. Perawatan nifas yang bermutu.

Tanggal

Halaman
76 dari 98

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

STANDAR 19 : PERSALINAN
DENGAN
VAKUM EKSTRAKTOR

Halaman
77 dari 98

PENGGUNAAN

Tujuan
Untuk mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan
menggunakan vakum ekstraktor.

Hasil

Pernyataan Standar
Penurunan kesakitan/ kematian ibu/bayi akibat persalinan lama. Ibu mendapatkan penanganan dar
vakum dapat dilakukan
denganpersalinan
aman. dengan memastikan keamanannya bagi ibu dan j
kum, melakukannya secara Extraksi
benar dalammemberikan
pertolongan

Prasyarat
1. Kebijakan yang ditentukan untuk indikasi penggunaan vakum
ekstraktor oleh bidan.
2. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas/ketuban pecan.
3. Bidan terlatih dan terampil dalam pertolongan persalinan
dengan menggunakan ekstraksi vakum.
4. Tersedianya alat untuk pertolongan persalinan DTT termasuk
beborapa sarung tangan DTT/steril.
5. Tersedianya alat/perlengkapan yang
sabun, air bersih, handuk bersih.

diperlukan,

seperti

6. Vakum ekstraktor dalam keadaan bersih dan borfungsi


dongan boik, mangkuk dan tabung yang nkan mnsuk ko
datum vagina harus storil/ DDT
7. Peralatan resusitasi bayi baru lahir harus tersedia dan dalam
keadaan baik (Lihat standar 24).
8. Adanya sarana pencatatan, yaitu partograf dan catatan
persalinan/ Kartu Ibu.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
78 dari 98

9. Ibu, suami dan keluarga diberi tahu tindakan yang akan


dilakukan (informed consent atau persetujuan tindakan
medik).
Proses
Semua pelaksana pelayanan terampil dalam melakukan prosedur
ini.
Bidan harus:
1. Pastikan bahwa ekstraksi vakum memang perlu dilakukan,
sesuai dengan protokol yang ditentukan. (Perlu ada indikasi
yang jelas untuk pemakaian vakum ekstraktor. Penelitian
menunjukkan bahwa risiko ekstraksi vakum lebih kecil
daripada penggunaan forsep bila tepat penggunaannya. Lihat
kotak di bawah ini).
Indikasi Penggunaan Vakum Ekstraktor

Bila ada gejala/tanda gawat janin dan pembukasn serviks


lengkap, kepala suda didasar panggul.
Bila tidak mungkin merujuk dan adanya gejala/tanda
persalinan lama, sementar kepala bayi sudah 2/5 di dalam
panggul
Bila ada gawat ibu (misalnya: preeklamsia berat, persalinan
kala dua memanjang), terpenuhinya persyaratan penggunasn
vakum ekstraktor, dan tidak mungkin dirujuk.
Bila kala dua lama dan janin baru meninggal (tidak mungkin
dilakukan bila jani sudah mengalami maser.asi).

Operator haruslah
prosedur ini.

terampil,

kompeten

dan

terlatih

dalam

1. Siapkan semua peralatan dan hubungkan satu dengan yang


lain. Pastikan bahwa tabung vakum terhubung dengan baik
dan katup pengaman berfungsi dengan baik. (Sebaiknya
mangkok penyedot diletakkan di tangan operator dan mulai
menghisap).
2. Cuci tangan dengan sabun, air bersih dan keringkan dengan
handuk bersih, gunakan sarung tangan steril/DTT.
3. Mintalah ibu untuk b.a.k jika kandung kencingnya penuh. Jika

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
79 dari 98

lidak bisa, lakukan katerisasi dengan teknik aseptik. (Harus


sangat hati-hati memasang kateter karena uretra biasanya
mudah terluka pada paffus lama/macet. Gunakan kateter
karet).
4. Baringkan ibu pada posisi litotomi. (Jika di rumah, baringkan
ibu terientang dengan posisi melintang di tempat tidur,
bokong ibu pada tepi tempat tidur dan kaki diletakkan di atas
dua bangku penyangga. Tungkai dan lutut dalam posisi fleksi
penuh). Bersihkan daerah genital dengan air matang.
5. Dengan teknik aseptik, lakukan periksa dalam dengan hatihati untuk mengukur pembukaan serviks dan menilai apakah
ketuban sudah pecah. Ketuban harus dipecahkan bila belum
pecah, sebelum mangkok penghisap dipasang. Pastikan
bahwa serviks sudah membuka penuh dan bahwa bayi tidak
lebih dari 2/5 di atas simfisis pubis.
6. Pilih mangkok penyedot paling besar yang sesuai dengan
ukuran. Tempatkan mangkok dengan hati-hati di atas kepala
janin. Pastikan bahwa mangkok tidak di atas sutura atau
fontanel.
7. Periksa pemasangan mangkok penyedot untuk memastikan
bahwa tidak ada bagian serviks aiau dinding vagina yang
terjapit di antara mangkok dan kepala bayi.
8. Mulailah menghisap, sesuai dengan petunjuk penggunaan
alat. Caranya bisa berbeda-beda tergantung jenis vakum
ekstraktor (penghisap tangan/listrik, mangkuklogam/plastik).
Naikkan tekanan dengan perlahan, lalu pastikan mangkok
sudah mantap di kopolin bayi sebelum mulai menarik. (Hal ini
dilakukan dengan menaikknn tekanan sekitar 200 mmHg dan
kemudian dilakukan sedikit tarikan untuk memastikan bahwa
keadaan hampa tercipta).
9. Periksa kembali apakah dinding vagina dan serviks bebas dari
mangkok penghisap.
10. Pada his berikut, naikkan hisapan lebih lanjut (sesuai dengan
instruksi pabrik pembuat alat). Jangan pernah melebihi
tekanan maksimum 600 mmHg.
11. Lakukan tarikan pelan tapi mantap. Jaga tarikan pada sudut
900 dari mangkok penghisap. (Jika tarikan bukan pada arah
yang
benar,
maka
mangkok
dapat bergeser
dan
mengakibatkan hilangnya kehampaan).
12. Bila pada dua kali tarikan mangkok lepas atau bayi belum
lahir setelah 30 menit atau 3 kali tarikan tidak terjadi

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
80 dari 98

penurunan kepala, segera dirujuk.


13. Mintalah ibu meneran bila ada his, seperti pada persalinan
normal. (Jaga pegangan tangkai penarik tetap lurus,
pertahankan tarikan).
14. Periksa detak jantung janin di antara kontraksi.
15. Bila his berhenti, bidan harus MENGHENTIKAN tarikan
(beberapa
pabrik
pembuatnya
menganjurkan
agar
menurunkan tekanan pelan-pelan sampai 200 mmHg di
antara dua his, ikuti petunjuk tersebut).
Tunggu sampai ada his lagi dan lakukan lagi penarikan
dengan cara seperti di atas.
16. Jelaskan dengan hati-hati dan ramah kepada ibu apa yang
dilakukan; usahakan agar ia tenang dan bernafas dengan
normal, la membantu dengan meneran bila ada his.
17. Bila kepala sudah turun di perineum (kepala menonjol di
vulva), lakukan tarikan ke arah horizontal lalu ke atas. (Jaga
tarikan pada sudut 90 dari mangkok penghisap).
18. Lakukan episiotomi bila dasar panggul sudah sangat
teregang. Jika perlu, episiotomi hanya dilakukan bila kepala
sudah meregangkan perineum.
19. Bila kepala sudah lahir, pelan-pelan turunkan tekanan vakum
ekstraktor, lalu lanjutkan dengan pertolongan persalinan
seperti biasa.
20. Segera setelah bayi lahir, lakukan perawatan segera pada
bayi baru lahir, mulai resusitasi bayi jika diperlukan (standar
13 dan 24).
21. Setelah bayi lahir dan plasenta dilahirkan dengan
penatalaksanaan aktif kala tiga (standar 11) periksa dengan
teliti dinding vagina terhadap robekan/perlukean. Gunakan
cahaya lampu yang terang.
22. Jika perlu, jahit robekan dengan menggunakan peralatan dan
sarung tangan steril/DTT. (Robekan kecil/laserasi tak perlu
dijahit kecuali bila menimbulkan perdarahan).
23. Periksa bayi dengan teliti terhadap luka/trauma akibat
mangkuk
penghisap.
Jelaskan
pada
ibu
dan
suami/keluarganya bahwa pembengkakan pada kepala bayi
yang ditimbulkan oleh mangkok adalah normal dan akan
menghilang dalam 12-24 jam.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
81 dari 98

24. Perhatikan apakah ibu dapat b.a.k dengan normal sesudah


melahirkan dan apakah tidak ada kerusakan pada
uretra/leher kandung kemih.
25. Jika terjadi retensi urine atau ada tanda dan gejala terjadinya
fistula, maka pasang kateter karet dan segera rujuk ibu ke
rumah sakit.
26.

Amati kemungkinan
persalinan.

terjadinya

hematoma

sesudah

27. Buat pencatatan yang seksama dan lengkap pada partograf.

INGAT!

Jangan menggunakan vakum ekstraktor untuk memutar


posisi bayi. Tarikan pertama membantu untuk menemukan
arah tarikan yang tepat.

Jangan teruskan menarik di antara kontraksi dan meneran.

Jangan teruskan jika tidak ada penurunan bayi pada setiap


tarikan. Segera rujuk ibu.

Jangan teruskan jika terjadi gawat janin, hentikan dan rujuk


ibu!

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

STANDAR 20 : PENANGANAN
KEGAWAT
RETENSIO PLASENTA

Halaman
82 dari 98

DARURATAN

Tujuan
Mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi
retensio plasenta total/parsial.

Hasil
Pernyataan Standar
Bidan
mampu
mengenali
retensio
plasenta,
dan
memberikan
pertolongan
pertama, termasuk plasenta
manual
dan
penanganan
perdarahan, sesuai dengan
kebutuhan.

Penurunan kejadian
perdarahan
hebat
akibat
retensio
plasenta.
Ibu dengan retensio
plasenta
mendapatkan
penanganan
yang
cepat & tepat

Penyelamatan
ibu
dengan
retensio
plasenta meningkat.

Prasyarat
1. Bidan telah terlatih dan terampil dalam:
1.1. Fisiologi dan manajemen aktif kala tiga
1.2. Pengendalian dan penanganan perdarahan, termasuk
pemberian oksitosika, cairan IV dan plasenta manual.
2. Tersedianya peralatan dan perlengkapan penting: sabun, air
bersih yang mengalir, handuk bersih untuk mengeringkan
tangan, alat suntik steril sekali pakai, set infus dengan jarum
berukuran 16 dan 18 G, sarung tangan panjang DTT/steril.
3. Tersedia obat-obat antibiotik dan oksitosika (oksitosin dan
metergin) dan tempat penyimpanannya yang memadai.
4. Adanya partograf dan catatan persalinan/Kartu Ibu.
5. Ibu, suami dan keluarga diberi tahu tindakan yang akan
dilakukan
(informed consent atau persetujuan tindakan
medik).

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
83 dari 98

6. Sistem rujukan yang efektif, termasuk bank darah berjalan


dengan
baik untuk ibu yang mengalami perdarahan pasca persalinan
sekunder.
Proses
1. Melaksanakan penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga
pada semua ibu yang melahirkan melalui vagina, (standar
11 )
2. Amati adanya gejala dan tanda retensio plasenta.
(Perdarahan yang torjadi sebelum plasenta lahir lengkap,
sedangkan uterus tidak berkontraksi, biasanya disebabkan
retensio plasenta. Perdarahan sesudah plasenta lahir,
sedangkan uterus teraba lembek juga mungkin disebabkan
oleh adanya bagian plasenta/selaput ketuban yang tertinggal
di dalam uterus. Jadi plasenta dan selaput ketuban harus
diperiksa kembali kelengkapannya).
3. Bila plasenta tidak lahir dalam 15 menit sesudah bayi lahir,
ulangi penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga dengan
memberikan oksitosin 10 IU IM dan teruskan penegangan tali
pusat terkendali dengan hati-hati. Teruskan melakukan
penatalaksanean aktif persalinan kala tiga 15 menit atau
lebih, dan jika plasenta masih belum lahir, lakukan
penegangan tali pusat terkendali untuk terakhir kalinya. Jika
plasenta masih tetap belum lahir dan ibu tidak mengalami
perdarahan hebat, rujuk segera ke aimah sakit atau
puskesmas terdekat.
4. Bila terjadi perdarahan, maka plasenta harus segera
dilahirkan secara manual. Bila tidak berhasil lakukan rujukan
segera.
5. Berikan cairan IV: NaCI 0,9% atau RL dengan tetesan cepat
jarum berlubang besar (16 atau 18 G) untuk mengganti
cairan yang hilang sampai nadi dan tekanan darah membaik
atau kembali normal.
6. Siapkan peralatan untuk melakukan tehnik manuai, yang
HARUS dilakukan secara aseptik.
7. Baringkan ibu terlentang dengan lutut ditekuk dan kedua kaki
di tempat tidur.
8. Jelaskan kepada ibu apa yang akan dilakukan dan jika ada
berikan Diazopam 10mg IM.
9. Cuci tangan sampai kebagian siku dengan sabun, air bersih
yang mengalir dan handuk bersih, gunakan sarung tangan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
84 dari 98

panjang steril/ DTT. (Hal ini untuk melindungi ibu dan bidan
terhadap infeksi).
10. Masukkan tangan kanan dengan hati-hati. Jaga agar jari-jari
tetap merapat dan melengkung, mengikuti tali pusat sampai
mencapai plasenta. (Pegang tali pusat dengan tangan kiri
untuk membantu).
11. Ketika tangan kanan sudah mencapai plasenta, letakkan
tangan kiri di atas fundus agar uterus tidak naik. Dengan
tangan kanan yang berada di dalam uterus carilah tepi
plasenta terlepas, telapak tangan kanan menghadap ke atas
lalu lakukan gerakan mengikis ke samping untuk melepaskan
plasenta dari dinding uterus.
12. Bila plasenta sudah terlepas dengan lengkap, keluarkan
plasenta dengan hati-hati dan perlahan. (Jangan hanya
memegang sebagian plasenta dan menariknya keluar).
13. Bila plasenta sudah lahir, segera lakukan masase uterus. Bila
tidak ada kontraksi, lihat sitandar 21.
14. Periksa plasenta dan selaputnya. Jika tak lengkap, periksa lagi
kavum uteri dan keluarkan potongan piasenta yang
tertinggal, dengan cara seperti di atas.
15. Periksa robekan terhadap vagina. Jahit robekan, bila perlu.
(Penelitian menunjukkan bahwa hanya robekan yang
menimbulkan perdarahan yang perlu dijahit).
16. Bersihkan ibu agar merasa nyaman.
17. Jika tidak yakin plasenta sudah keluar semua atau jika
perdarahan tidak terkendali, maka rujuk ibu ke rumah sakit
dengan segera (lihat Standar21).
18. Buat pencatatan yang akurat.

GAMBAR 1. PLACENTA MANUAL


(Tangan luar menahan fundus uteri, sementara tangan yang
di dalam uterus melepaskan placenta)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
85 dari 98

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
86 dari 98

INGAT!
Sesudah persalinan dengan tindakan placenta manual, ibu
memerlukan antibiotika berspektrum luas Ampisilin 1 gr IV;
kemudian diikuti 500 mg per oral setiap 6 jam, dan
Metronidazol 500 mg per oral setiap 8 jam selama 5 had.
Lakukan test sensitivitas sebelum memberikan suntikan
Ampisilin.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
87 dari 98

STANDAR 21 : PENANGANAN PERDARAHAN POS PARTUM


PRIMER
Tujuan
Mengenali dan mengambil tindakan pertolongan kegawat
daruratan yang tepat pada ibu yang mengalami perdarahan
postpartum primer/atoni uteri.

Hasil

Pernyataan Standar
Penurunan kematian dan kesakitan ibu akibat perdarahan postpartum primer.
Meningkatnya pemanfaatan pelayanan bidan
m pertama setelahpersalinan (perdarahan postpartum primer) dan segera melakukan pertolongan pertama kegawat daruratan u
Rujukan secara dini untuk ibu yang mengalami perdarahan postpartum primer ke tempat rujukan yang m

Prasyarat
1. Bidan terlatih dan terampil dalam menangani perdarahan
postpartum, termasuk pemberian obat oksitosika dan cairan
IV, kompresi uterus bimanual dan kompresi aorta.
2. Tersedianya peralatan/perlengkapan penting yang diperlukan
dalam kondisi DTT/steril), misalnya klem arteri, alat untuk
penjahitan, benang jahit, set infus ciengan jarum berukuran
16 dan 18 G, alat suntik sekali pakai, cairan IV, sarung
tangan, kateter urine dari karet, dalam keadaan siap pakai.
3. Tersedianya obat antibiotika dan oksitosika (oktsitosin dan
metergin) serta tempat penyimpanan yang memadai.
4. Tersedianya sarana pencatatan: Kartu Ibu, partograf.
5. Tersedianya transportasi untuk merujuk ibu direncanakan.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
88 dari 98

6. Sistem rujukan yang efektif untuk perawatan kegawat


daruratan obstetri dan fasilitas bank darah berfungsi dengan
baik untuk merawat ibu yang mengalami perdarahan
postpartum.
Proses
Bidan harus:
1. Periksa gejala dan tanda perdarahan postpartum primer.
Perdarahan dari vagina sesudah bayi lahir yang lebih dari 500
cc, atau perdarahan seberapapun dengan gejala dan tandatanda syok, dianggap sebagai perdarahan postpartum.
Keadaan ini perlu segera dirujuk ke rumah sakit.
2. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dilahirkan,
lakukan masase uterus supaya berkontraksi (selama
maksimal 15 detik) untuk mengeluarkan gumpalan darah.
Sambil melakukan masase fundus uteri, periksa plasenta dan
selaput ketuban untuk memastikan plasenta utuh dan
lengkap.
3. Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir sebelum memberikan perawatan. Gunakan sarung
tangan DTT/steril untuk semua periksa dalam, dan gunakan
sarung tangan bersih kapanpun menangani benda yang
terkontaminasi oleh darah dan cairan tubuh.
4. Jika perdarahan terus terjadi dan uterus teraba berkontraksi
baik:
4.1. Berikan 10 unit Oksitosin IM
4.2. Jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi, dengan
menggunakan tehnik aseptik, pasang kateter ke dalam
kandung kemih (menggunakan kateter karet DTT/steril).
4.3. Periksa laserasi pada perineum, vagina dan serviks
dengan seksama menggunakan lampu yang terang. Jika
sumbor perdarahan sudah diidentifikasi, klem dengan
forsep arteri dan jahit laserasi dengan menggunakan
anestesi lokal (lidokain 1%) monggunakah tohnik
aseptik. Lihat standar 12. (Laserasi adalah penyebab
perdarahan postpartum paling umum nomor 2)
5. Jika uterus mengalami atoni, atau perdarahan terus terjadi:
5.1. Berikan 10 unit oksitosin IM
5.2. Lakukan masase uterus untuk mengeluarkan gumpalan
darah. Periksa lagi apakah plasenta utuh dengan tehnik
aseptik, menggunakan sarung tangan DTT/steril, usap

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

5.3.

5.4.

5.5.
5.6.

5.7.

Revisi

Tanggal

Halaman
89 dari 98

vagina dan ostium serviks untuk menghilangkan jaringan


plasenta atau selaput ketuban yang tertinggal.
Jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi, gunakan tehnik
aseptik untuk memasang kateter ke dalam kandung
kemih. (menggunakan kateter karet steril/DTT).
Gunakan sarung tangan DTT/steril, lakokan kompresi
bimanual internal maksimal lima menit atau hingga
perdarahan bisa dikendalikan dan uterus berkontraksi
dengan baik (mana yang terjadi lebih dahulu). Lihat
kotak di bawah ini untuk mengkaji teknik yang tepat.
Anjurkan keluarga untok mulai mempersiapkan
kemungkinan rujukan.
Jika perdarahan dapat dikendalikan dan uterus
berkontraksi dengan baik.
Teruskan kompresi bimanual selama 1-2 menit atau
lebih.
Keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati.
Pantau kala empat persalinan dengan seksama,
termasuk sering melakukan masase uterus untuk
memeriksa atoni, mengamati perdarahan dari vagina,
tekanan darah dan nadi.
Jika perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak
berkontraksi dalam waktu lima menit setelah dimulainya
kompresi bimanual pada uterus.
Instruksikan salah satu anggota keluarga untuk
melakukan kompresi bimanual eksternal.
Keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati.
Jika tidak ada tanda hipertensi pada ibu, berikan
metergin 0.2 mg IM.
Mulai IV Ringer Laktat 500 cc + 20 unit oksitosin
menggunakan jarum berlubang besar (16 atau 18 G)
dengan tehnik aseptik. Berikan 500 cc pertama
secepat mungkin, dan teruskan dengan IV Ringer
Laktat + 20 unit oksitosin yang kedua.
Jika uterus tetap atoni dan/atau perdarahan terus
berlangsung:
Ulangi kompresi bimanual internal.
Jika uterus berkontraksi, lepaskan tangan anda
perlahan-lahan dan pantau kala empat persalinan
dengan cermat.
Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera ke tempat
dimana operasi bisa dilakukan.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
90 dari 98

Dampingi ibu ke tempat rujukan. Teruskan infus IV


dengan
kecepatan
500
cc/jam
hingga
ibu
mendapatkan total 1,5 liter dan kemudian turunkan
kecepatan hingga 125 cc/jam.

6. Jika ibu menunjukkan tanda dan gejala syok (lihat kotak di


bawah ini) rujuk segera dan melakukan tindakan berikut ini:.
Jika IV belum diberikan, mulai berikan dengan instruksi
seperti tercantum di atas.
Pantau dengan cermat tanda-tanda vital ibu (nadi,
tekanan darah, pernafasan) setiap 15 menit pada saat
perjelanan ke tempat rujukan.
Baringkan ibu dengan posisi miring agar jalan pernafasan
ibu tetap terbuka dan meminimalkan risiko aspirasi jika
ibu muntah.
Selimuti ibu, jaga ibu tetap hangat, tapi jangan membuat
ibu kepanasan.
Jika mungkin, naikkan kakinya untuk meningkatkan darah
yang kembali ke jantung.
7. Bila perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi uterus tetap
tidak
ada, maka kemungkinan terjadi ruptura uteri. (Syok cepat
terjadi
tidak
sebanding dengan darah yang nampak keluar, abdomen
teraba
keras,
dan fundus mulai naik). Hal ini juga memerlukan rujukan
segera
ke
rumah sakit.
8. Bila kompresi bimanual pada uterus tidak berhasil, cobaiah
kompresi aorta. Cara ini dilakukan pada keadean darurat,
sementara penyebab perdarahan sedang dicari.
9. Perkirakan jumlah darah yang keluar dan cek dengan teratur
denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah.
10. Buat catatan yang seksama tentang semoa penilaian, semua
tindakan yang dilakukan, dan semua pengobatan yang
diberikan. Termasuk saat pencatatan.
11. Jika syok tidak dapat diperbaiki,
Keterlambatan akan berbahaya.

maka

segera

rujuk.

12. Jika perdarahan berhasil dikendalikan, ibu harus diamati


dengan ketat untuk aeiala dan tanda infeksi. Berikan
antibiotika jika terjadi tanda-tanda infeksi. (Gunakan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
91 dari 98

antibiotika berspektrum luas, misalnya Ampisilin 1 gr IM,


diikuti 500 mg per oral setiap'6 jam ditambah Metronidazol
400-500 mg per oral setiap 8 jam selama 5 hari.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
92 dari 98

Gejala dan Tanda Syok Berat

Nadi lemah dan cepat (110 kali/menit atau lebih).

Tekanan darah sangat rendah: tekanan sistolik < 90 mmHg.

Nafas cepat (Frekuensi pernafasan) 30 kali/menit atau lebih

Urine kurang dari 30 cc/jam.

Bingung, gelisah atau pingsan.

Berkeringat atau kulit menjadi dingin dan basah.

Pucat
Kompresi Bimanual Uterus (dari DAL)

1. Cuci tangan dengan sabun dan air be'rsih, lalu keringkan


dengan handuk bersih. Gunakan sarung tangan panjang yang
steril/DTT.
2. Letakkan tangan kiri seperti di atas (menekan fundus uteri
dari luar).
3. Masukkan tangan kanan dengan hati-hati ke dalam vagina
dan buat kepalan tinju.
4. Kedua tangan didekatkan dan secara bersama-sama
menekan uterus.
5. Lakukan tindakan ini sampai diperoleh pertolongan lebih
lanjut, bila diperlukan.
Prinsipnya adalah menekan uterus dengan cara manual
agar terjadi hemostasis.
Tangan kiri ditempatkan diatas perut

Uterus
ditekan di
antara dua
tangan

Kandungan
kencing
kosong
Tangan kanan di
dalam vagina

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
93 dari 98

Gambar 2. Komprensi Bimanual Internl


(Posisi tangan pada komposisi uterus dari dalam)
1. Letakkan tangan kiri di atas fundus dan tekan ke bawah
sejauh mungkin di belakang uterus.
2. Tangan kanan ditekankan ke bawah di antara simfisis pubis
dan pusat.
3. Lakukan cara di atas, kemudian tekan uterus dengan ke dua
tangan secara bersama-sama.

Gambar 3. Kompresi Bimanual External


(Posisi tangan pada kompresi uterus dari luar)
Kompresi Manual pada Aorta
Kompresi manual pada aorta hanya dilakukan pada perdarahan
hebat dan jika kompresi luar serta dalam tidak efektif.

Kompresi manual pada aorta adalah alternatif untuk kompresi


bimanual. Kompresi hanya boleh dilakukan pada keadaan
darurat sementara penyebab perdarahan sedang dicari.

Berikut ini adalah langkah-langkah kompresi manual pada


aorta:
O Lakukan tekanan ke arah bawah dengan kepalan tangan
langsung melalui dinding perut ke atas aorta abdominal.
O Titik kompresi adalah tepat di atas pusar dan sedikit ke
arah kiri.
O Pulsasi aorta bisa dirasakan dengan mudah melalui
dinding abdominal anterior pada periode postpartum
segera.

Dengan tangan yang lain, palpasi pulsasi femoralis untuk


memeriksa kekuatan kompresi.
O Jika pulsasi bisa diraba selama kompresi, tekanan yang
digunakan tidak cukup kuat.
O Jika pulsasi femoralis tidak dapat dipalpasi, tekanan yang

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
94 dari 98

digunakan cukup.
O Teruskan kompresi hingga perdarahan bisa dikendalikan.
O Jika kompresi aorta tidak menghentikan perdarahan,
bersiaplah untuk membawa ibu ke tempat rujukan dengan
segera.
Tangan
uterus
Aorta
memeriksa
pulsasi
arteri
femoralis
Gambar 4. Kompresi manual pada aorta.
Kolumna
vertebralis

INGAT!

Perdarahan sedikit mungkin menimbulkan syok pada ibu yang


menderita anemia berat Ibu dapat kehilangan darah 350-560
cc/menit jika uterusnya tidak berkontraksi setelah kelahiran
plasenta.

Ibu dapat meninggal karena perdarahan postpartum dalam


waktu 1 jam setelah melahirkan. Karena itu penilaian dan
penatalaksanaan yang cermat selama persalinan kala tiga
dan empat sangat penting.

Perdarahan sedikit demi sedikit dan terus menerus atau


perdarahan tiba-tiba adalah keadaan darurat, lakukan
tindakan secara dini dan proaktif.

Perdarahan postpartum dari episiotomi atau laserasi mungkin


terjadi bersamaan dengan atoni, uteri - selalu nilai keduanya
bila terjadi perdarahan postpartum.

Syok harus segera diatasi dan cairan yang hilang harus


diganti.

Sedapat mungkin ibu dirujuk dengan anggota keluarganya


yang akan menjadi donor darah.

Berikan suplementasi zat besi setelah perdarahan.

Perdarahan dapat terjadi kapan saja sesudah bayi lahir.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
95 dari 98

Ruptura uteri dapat terjadi dalam persalinan tanpa tampak


adanya perdarahan ke luar.

Jangan panik dalam menghadapi perdarahan post partum


Hasil

STANDAR 22 : PENANGANAN PERDARAHAN POS PARTUM


SEKUNDER
Tujuan
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala
perdarahan postpartum sehunder, dan melakukan pertolongan
pertama untuk penyelamat-an jiwa- ibu, dan/atau merujuknya.
Hasil

Pernyataan Standar
Kematian dan kesakitan ibu akibat perdarahan postpartum sekunder menuru
Ibu yang mempunyai risiko mengalami
nda serta gejala perdarahan postpartum sehunder, perdarahan
dan melakukan
pertolongan
pertama
untuk penyelamatan
jiwaibu, dan/ata
postpartum
sekunder
ditemukan
dini dan segera
ditangani
secar

Prasyarat
1. Sistem yang berjalan dengan baik agar ibu dan bayi
mendapatkan pelayanan pasca persalinan dari bidan terlatih
sampai dengan 6 minggu setelah persalinan, baik di rumah,
di puskesmas ataupun di rumah sakit.
2. Bidan terlatih dan terampil dalam memberikan perawatan
nifas, termasuk pengenalan dan penanganan bila terjadi
perdarahan postpartum sekunder.
3. Tersedia alat/perlengkapan penting yang diperlukan seperti
sabun bersih, air bersih yang mengalir, handuk bersih untuk
mengeringkan tangan alat suntik steril sekali pakai, set infus

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
96 dari 98

seteril dengan jarum berukuran 16 dan 18 G, beberapa


pasang sarung tangap DTT/steril.
4. Obat-obatan
penting
tersedia:
oksitosika
(oksitoksin,
metergine), cairan intravena (Ringer Laktat) dan antibiotika.
Tempat penyimpanan yang memadai untuk obat-obatan
tersedia.
5. Adanya pencatatan pelayanan nifas/Kartu Ibu.
6. Sistem rujukan efektif, termasuk bank darah yang berfungsi
dengan baik untuk ibu dengan perdarahan postpartum
sekunder
Proses
Bidan harus:
1. Periksa gejala dan tanda perdarahan postpartum sekunder.
Perdarahan dari vagina atau lokhia berlebihan pada 24 jam.
42 hari sesudah persalinan dianggap sebagai perdarahan
postpartum sekunder, dan memerlukan pemeriksaan dan
pengobatan segera.
2. Pantau dengan hati-hati ibu yang berisiko mengalami
perdarahan postpartum sekunder paling sedikit selama 10
hari pertama terhadap tanda-tanda awalnya. Ibu yang
berisiko adalah ibu yang mengalami:
Kelahiran plasenta dan selaput ketuban tidak lengkap.

Persalinan lama.

Infeksi uterus

Persalinan dengan komplikasi atau dengan menggunakan


alat.
Terbukanya luka setelah bedah sesar.

3.
4.

5.
6.

Terbukanya luka setelah episiotomi.


Jika mungkin, muiai berikan Ringer Laktat IV menggunakan
jarum borlubang besar (16 atau 18 G).
Berikan obat-obatan oksitosika: Oksitosin 10IU dalam 500 cc
Ringer Laktat, Oksitosin 10 IU IM atau Metergin 0,2 mg IM
(jangan berikan Motergin jika ibu memiliki tekanan darah
yang tinggi).
Berikan antibiotika Ampisillin 1 gr IV, rujuk segera ke rumah
sakit atau puskesmas yang memadai.
Bila kondisi ibu memburuk, atau ibu mengalami tanda atau
gejala syok, pasang IV untuk menggantikan cairan yang

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
97 dari 98

hilang dan segera rujuk. (Cairan IV dengan tetesan cepat


supaya nadi bertambah kuat, lain tetesan dipelankan dan
dipertahankan terus sampai ibu tiba di rumah sakit);
Gejala dan Tanda Syok

Nadi lemah dan cepat (1107 menit atau lebih).


Tekanan darah sangat rendah; tekanan sistolik < 90
mmHg.
Nafas cepat (Frekuensi pernafasan 30 kali/menit atau
lebih)
Airseni kurang dari 30cc/jam
Bingung, gelisah, atau pingsan
Berkeringat atau kulit menjadi dingin dan basah
Pucat
7. Jelaskan dengan hati-hati kepada ibu, suami dan keluarganya
tentang apa yang terjadi.
8. Rujuk ibu bersama bayinya (jika mungkin) dan anggota
keluarganya yang dapat menjadi donor darah, jika diperlukan,
ke rumah sakit.
9. Observasi dan catat tanda-tanda vital secara teratur, catat
dengan teliti riwayat perdarahan: kapan mulainya dan berapa
banyak darah yang sudah keluar. (Hal ini akan menolong
dalam mendiagnosis secara cepat dan memutuskan tindakan
yang tepat).
10. Berikan suplemen zat besi dan asam folat selama 90 hari
kepada ibu yang mengalami perdarahan postpartum
sekunder ini.
11. Buat catatan yang akurat.
INGAT!

Lakukan tes
antibiotika.

Bila terjadi syok, gantikan semua cairan yang hilang.

Pertolongan persalinan yang berkualitas dapat mencegah

terjadinya perdarahan postpartum sekunder.

Kelahiran plasenta dan selaputnya yang tidak


merupakan

sensitivitas

sebelum

memberikan

suntikan

lengkap

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
98 dari 98

penyebab utama perdarahan postpartum sekunder.

Ibu yang mengalami perdarahan postpartum sekunder

memerlukan bantuan untuk dapat melanjutkan pemberian


ASI,

ibu harus cukup sering menyusui bayinya dan untuk periode


yang

cukup lama untuk menjaga persediaan ASI yang cukup.

Ibu dengan perdarahan postpartum sekunder perlu tambahan


zat besi.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

STANDAR 23 :

Revisi

Tanggal

Halaman
99 dari 98

PENANGANAN SEPSIS PUERPERALIS

Tujuan
Mengenali tanda-tanda
tindakan yang tepat.

sepsis

puerperalis

dan

mengambil

Hasil

Ibu dengan sepsis puerperalis mendapat penanganan yang memadai dan tepat waktu. Penurunan kematia
Meningkatnya pemanfaatan bidan dalam pelayanan nifas
Pernyataan Standar

genali secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis, melakukan perawatan dengan segera dan merujuknya.

Prasyarat
1. Sistem yang berjalan dengan baik agar ibu mendapatkan
pelajaran pasca persalinan dari bidan terlatih sampai dengan
tiap minggu setelah persalinan, baik di rumah, di puskesmas
ataupun di rumah sakit.
2. Bidah terlatih dan terampil dalam memberikan pelayanan
nifas, termasuk penyebab, pencegahan, pengenalan dan
penangan dengan tepat sepsis puerperalis.
3. Tersedia peralatan/perlengkapan penting: sabun, air bersih
yang mengalir, handuk bersih untuk mengeringkan tangan,
alat suntik sekali pakai, set infus steril dengan Jarum
berukuran 16 dan 18 G, sarung tangan bersih DTT/steril.
4. Tersedia obat-obatan penting: cairan infus (Ringer Laktat),
dan antibiotika. Juga tersedia tempat penyimpanan untuk
obat-obatan yang memadai.
5. Adanya sarana pencatatan pelayanan nifas/Kartu Ibu.
6. Sistem rujukan yang efektif, termasuk bank darah, berjelan
dengan baik untuk ibu dengan komplikasi pasca persalinan.
Proses

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
100 dari 98

Bidan harus:
1. Amati tanda dan gejela infeksi puerperal yang didiagnosa bila
2 atau lebih gejala dibawah ini terjadi sejak pecahnya selaput
ketuban mulai hari ke 2 (2 kali 24 jam) hingga 42 hari pasca
persalinan:
Suhu tubuh > 38 C
Nyeri perut atau pelvis.
Pengeluaran cairan vagina yang abnormal.
Cairan vagina yang berbau busuk.
Terhambatnya pengecilan ukuran uterus.
2. Saat memberikan pelayanan nifas periksa tanda awal/gejala
infeksi.
3. Beri penyuluhan kepada ibu, suami/keluarganya agar
waspada terhadap tanda/gejala infeksi, dan agar segera
mencari pertolongan jika menemukannya.
4. Jika diduga sepsis, periksa ibu dari kepala sampai kaki untuk
mencari sumber infeksi. (Munakin lebih dari satu sumber
infeksi termasuk infeksi khronis).
5. Jika uterus nyeri, pengecilan uterus lambat, atau terdapat
perdarahan per vaginam, mulai berikan infus Ringer Laktat
dengan jarum berlubang besar (16 dan 18 G), rujuklah ibu
segera ke RS. (Ibu perlu diperiksa untuk melihat kemungkinan
adanya sisa jaringan plasenta).
6. Jika kondisinya gawat dan terdapat tanda/gejala septik syok
(suhu 38 C atau lebih, bau busuk dan nyeri perut), dan
terjadi dehidrasi, beri cairan IV dan antibiotika sesuai dengan
ketentuan. Rujuk ibu ke RS.

Ampisilin 2 gr IV setiap 6 jam

Gentamicin 5 mg/kg berat badan IV setiap, 24 jam

Metronidazole 500mg IV setiap 8 jam


7. Jika hanya sepsis ringan, ibu tidak terlalu lemah dan sulit
merujuk, berikan antibiotika (misalnya Ampisilin 1 gr PE,
diikuti 500 mg per oral setiap 6 jam, ditambah Metronidazol
500 mg setiap 8 jam selama 5 hari)
8. Pastikan bahwa ibu/bayi dirawat terpisah/jauh dari anggota
keluarga lainnya, sampai infeksi teratasi.
9. Cuci tangan dengan
memeriksa ibu/bayi.

seksama

sebelum

dan

sesudah

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
101 dari 98

10. Alat-alat yang dipakai ibu jangan dipakai untuk keperluan


lain, terutama untuk ibu nifas/bayi lain.
11. Beri nasehat kepada ibu tentang pentingnya kebersihan diri,
penggunaan pembalut steril dan membuangnya dengan hatihati (sebaiBnya dibakar). Jika tidak ada pembalut steril, maka
dapat digunakan kain yang telah dijemur sampai kering.
12. Tekankan pada anggota keluarga tentang
istirahat, gizi baik dan banyak minum bagi ibu.

pentingnya

13. Memotivasi jbu untuk tetap memberikan ASI. (Namun


demikian, bayi memerlukan pemberian ASI lebih sering agar
kebutuhan gizinya terpenuhi).
14. Lakukan semua Dencatatan dengan seksama.
15. Amati ibu dengan seksama dan jika kondisinya
membaik dalam 24 jam, segera rujuk ke RS.

tidak

16. Jika syok terjadi, ikuti langkah-langkah penatalaksanaan syok


yang didiskusikan di standar 21.

INGAT!

Lakukan test sensitivitas sebelum memberikan suntikan


antibiotika.
Semua ibu nifas berisiko terkena infeksi, dan ibu yang telah
melahirkan bayi dalam keadaan mati, persalinan yang
memanjang, pecahnya selaput ketuban yang lama
mempunyai risiko yang lebih tinggi.
Kebersihan dan cuci tangan sangatlah penting, baik untuk
pencegahan maupun penanganan sepsis.
Infeksi bisa menyebabkan perdarahan postpartum sekunder.
Keadean ibu akan memburuk jika antibiotika tidak diberikan
secara dini dan memadai.
Ibu dengan sepsis puerperalis perlu dukungan moril, karena
keadaan umumnya dapat menyebabkannya menjadi sangat
letih dan depresi.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

STANDAR 24 :

Revisi

Tanggal

Halaman
102 dari 98

PENANGANAN ASFIKSIA NEONATORUM

Tujuan
Mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia
neonatorum, mengambil tindakan yang tepat dan melakukan
pertolongan kegawatdaruratan bayi baru lahir yang rnengalami
asfiksia neonatorum.
Pernyataan Standar

Hasil
ecepatnya, memulai resusitasi bayi baru lahir, mengusahakan bantuan medis yang diperlukan, merujuk bayi baru lahir dengan

Penurunan kematian bayi akibat asfiksia neonatorum. Penurunan kesakitan akibat as


Meningkatnya pemanfaetan bidan

Prasyarat
1. Bidah sudah dilatih dengan tepat untuk mendapingi
persalinan dan memberikan perawatan bayi baru lahir
dengan segera.
2. Ibu, suami dan keluarganya mencari pelayanan kebidanan
untuk kelahiran bayi mereka.
3. Bidan terlatih dan terampil untuk:
Memulai pernafasan pada bayi baru lahir
Menilai pernafasan yang cukup pada bayi baru lahir dan
mengidentifikasi bayi baru lahir yang memerlukan
resusitasi.
Menggunakan skorAPGAR.
Melakukan resusitasi pada bayi baru lahir
4. Tersedia ruang hangat, bersih, dan bebas asap untuk
persalinan.
5. Adanya perlengkapan dan peralatan untuk perawatan yang
bersih dan aman bagi bayi baru lahir, seperti air bersih,

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
103 dari 98

sabun dan handuk bersih, dua handuk/kain hangat yang


bersih (satu untuk mengeringkan bayi, yang lain untuk
menyelimuti bayi), sarung tangan bersih dan DTT,
termometer bersih/DTT, dan jam.
6. Tersedia alat resusitasi dalam keadaan baik termasuk ambu
bag bersih dalam keadaan berfungsi baik, masker DTT
(ukuran O dan 1), bola karet penghisap atau penghisap DeLee
steril/DTT.
7. Kartu Ibu, kartu bayi dan partograf.
8. Sistem rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan bayi baru
lahir yang efektif.
Proses
Bidan harus:
1. Selalu mencuci tangan dan gunakan sarung tangan
bersih/DTT sebelum menangani bayi baru lahir. Ikuti praktek
pencegahan infeksi yang baik pada saat merawat dan
melakukan resusitasi pada bayi baru lahir.
2. Ikuti langkah pada standar 13 untuk perawatan segera bayi
baru lahir.
3. Selalu waspada untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir
pada setiap kelahiran bayi, siapkan semua peralatan yang
diperlukan dalam keadean bersih, tersedia dan berfungsi
dengan baik.
4. Segera setelah bayi lahir, nilai keadaan bayi, letakkan di
perut ibu dan segera keringkan bayi dengan handuk bersih
yang hangat. Setelah bayi kering, selimuti bayi termasuk
bagian kepalanya dengan handuk baru yang bersih dan
hangat.
5. Nilai bayi dengan cepat untuk memastikan bahwa bayi
bernafas/ menangis sebelum menit pertama nilai APGAR, jika
bayi tidak menangis dengan keras, bernafas dengan lemah
atau bernafas cepat dan dangkal, pucat atau biru dan/atau
lemas.
Baringkan terlentang dengan benar pada permukaan yang
datar, kepala sedikit ditengadahkan agar jelan nafas
terbuka. Bayi harus tetap diselimuti! Hal ini penting sekali
untuk mencegah hipotermi pada bayi baru lahir.
Hisap mulut dan kemudian hidung bayi dengan lembut
dengan bola karet penghisap DTT atau penghisap Delee

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
104 dari 98

DTT/steril. (Jangan memasukkan alat penghisap


terlalu dalam pada kerongkongan bayi. Penghisapan
yang terlalu dalam akan menyebabkan bradikardi, denyut
jantung
yang
tidak
teraturatau
spasme
pada
laring/tenggorokan bayi).
Berikan stimulasi taktil dengan lembut pada bayi (gosok
punggung bayi, atau menepuk dengan lembut atau
menyentil kaki bayi, keduanya aman dan efektif untuk
menstimulasi bayi).
Nilai ulang keadaan bayi. Jika bayi mulai menangis atau
bernafas dengan normal, lidak diperlukan tindakan
lanjutan, lanjutkan dengan perawatan bagi bayi baru lahir
yang normal bayi tetap tidak bernafas dengan normal (4060 kali per menit) atau menangis, teruskan dengan
ventilasi.

6. Melakukan ventilasi pada bayi baru lahir:


Letakkan bayi di permukaan yang datar, diselimuti
dengan baik.
Periksa kembali posisi bayi baru lahir. Kepala harus sedikit
ditengadahkan.
Pilih masker yang ukurannya sesuai (no. O untuk bayi
yang kecil/ no. 1 untuk bayi yang lahir cukup bulan).
Gunakan ambu bag dan masker atau sungkup.
Pasang masker dan periksa pelekatannya. Pada saat
dipasang di muka bayi masker harus menutupi dagu,
mulut dan hidung.
Lekatkan wajah bayi dan masker
Remas kantung ambu/atau bernafaslah kedalam sungkup
Periksa pelekatannya dengan cara ventilasi dua kali dan
amati apakah dadany, mengembang. Jika dada bayi
mengembang, mulai ventilasi dengan kecepatan 4 sampai
60 kali/menit.
Jika dada bayi tidak mengembang:
o Perbaiki posisi bayi dan tengadahkan kepala lebih
jauh.
o Periksa hidung dan mulut apakah ada darah, mukus
atau cairan ketuban lakukan penghisapan jika perlu.
o Remas kantung ambu lebih keras untuk meningkatkan
tekanan ventilasi
o Ventilasi bayi selama 1 menit, lalu hentikan, nilai

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
105 dari 98

dengan cepat apakah bayi bernafas spontan (3,0


sampai 60 kali/menit) dan tidak ada pelekukan dada
atau dengkuran, tidak diperlukan resusitasi lebih
lanjut. Teruskan dengan langkah awal perawatan bayi
baai lahir.

Jika bayi belum bernafas, atau pernafasannya lemah,


teruskan ventilasi. Bawa bayi ke rumah sakit atau
puskesmas teruskan ventilasi bayi selama perjalanan.

Jika bayi mulai menangis, hentikan ventilasi, amati bayi


selama 5 menit. Jika pernafasan sesuai batas normal (30
sampai 60 kali/ menit), teruskan dengan langkah awal
perawatan bayi baru lahir.

Jika pernafasan bayi kurang dari 30 kali/menit teruskan


ventilasi dan bawa ke tempat rujukan.

Jika terjadi pelekukan dada yang sangat dalam, ventilasi


dengan oksigen jika mungkin. Segera bawa bayi ke
tempat rujukan, teruskan ventilasi.

7. Lanjutkan ventilasi sampai tiba di tempat rujukan, atau


sampai keadaan bayi membaik atau selama 30 menit.
(Membaiknya bayi ditandai dengan wama kulit merah muda,
menangis atau bernafas spontan)
8. Kompresi dada:
Jika memungkinkan, dua tenaga kesehatan terampil
diperlukan untuk melakukan ventilasi dan kompresi dada.
Kebanyakan bayi akan membaik hanya dengan ventilasi.
Jika ada dua tenaga kesehatan terampil dan pernafasan
bayi lemah atau kurang dari 30 kali/menit dan detak
jantung kurang dari 60 kali/menit setelah ventilasi selama
1 menit, tenaga kesehatan yang kedua dapat mulai
melakukan kompresi dada dengan kecepatan 3 kompresi
dada berbanding 1 ventilasi.
Harus berhati-hati pada saat melakukan kompresi dada,
tulang rusuk bayi masih peka dan mudah patah, jantung
dan paru-parunya mudah terluka.
Lakukan tekanan pada jantung, dengan cara meletakkan
kedua jari tepat di bawah garis puting bayi, di tengah
dada). Dengan jarijari lurus, tekan dada sedalam 1 -1,5
cm
9. Setelah bayi bernafas normal, periksa suhu. Jika di bawah
36,5 C, atau punggung sangat dingin, lakukan
penghangatan yang memadai, ikuti Standar 13. (Penelitian

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
106 dari 98

menunjukkan, bahwa jika tidak terdapat alat-alat, kontak kulit


ibu-bayi akan sangat membantu menghangatkan bayi. Hal ini
dilakukan dengan mendekapkan bayi kepada ibunya rapat ke
dada, agar kulit ibu bersentuhan dengan kulit bayi, lalu
selimuti ibu yang sedang mendekap bayinya).
10. Perhatikan warna kulit bayi, pernafasan, dan nadi bayi
selama 2 jam. Ukur suhu tubuh bayi setiap jam hingga normal
(36,5 C - 37,5 C)
11. Jika kondisinya memburuk, rujuk ke fasilitas rujukan terdekat,
dengan tetap melalukan penghangatan.
12. Pastikan pemantauan yang sering pada bayi selama 24 jam
selanjutnya. Jika tandatanda kesulitan bernafas kembali
terjadi, persiapkan untuk membawa bayi segera ke rumah
sakit yang paling tepat.
1.3. Ajarkan pada ibu, suami/keluarganya tentang bahaya dan
tanda-tandanya pada bayi baru lahir. Anjurkan ibu,
suami/keluarganya agar memperhatikan bayinya dengan
baik-baik. Jika ada tanda-tanda sakit atau kejang, bayi harus
segera dirujuk ke rumah sakit atau menghubungi bidan
secepatnya.
14. Catat dengan seksama semua perawatan yang diberikan.
Riset membuktikan:

Hipotermi dapat memperburuk asfiksia.


Bayi jangan dijungkir, karena dapat mengakibatkan
perdarahan otak hebat.
Bayi tidak perlu diperlakukan secara kasar atau ditepuk
telapak kakinya untuk merangsang pernafasan.

Tindakan yang
ditimbulkannya

tidak

dianjurkan

Tindakan

dan

akibat

yang

Akibat

Menepok bokong
Menekan rongga dada

Trauma dan melukai


Fraktur, pneumotoraks,
gawat nafas, kematian

Menekankan paha ke perut


bayi
Mendilatasi sfingter ani

Ruptura hati/limpa,
perdarahan
Robek atau luka pada
sfingter

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Kompresdingin/panas
Meniupkan oksigen atau
udara dingin ke muka atau
tubuh bayi

Revisi

Tanggal

Halaman
107 dari 98

Hipotermi, luka bakar


Hipotermi

Prinsip-prinsip Resusitasi

Airway/saluran nafas :
bersihkan
jalan nafas dahulu.
Breath/nafas
:
lakukan bantuan
pernafasan sederhana. Kebanyakan
bayi akan membaik hanya dengan
ventilasi.
Circulation/sirkulasi :
jika
tidak
ada/nadi di bawah 60, lakukan pijetan
jantung.
dua
tenaga
kesehatan
terampil diperlukan untuk melakuka
kompresi dada dan ventilasi

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PROSEDUR ANTENATAL CARE

No. Dokumen

Revisi

Tanggal

Halaman
108 dari

Ingat!

Jangan lupakan keadaan ibu

Selalu siap untuk melakukan resusitasi, tidak mungkin


memperkirakan kapan tindakan tersebut diperlukan.

Nilai pernafasan setiap bayi baru lahir segera setelah


pengeringan dan sebelum menit pertama nilai APGAR

Klem dan potong tali pusat dengan cepat.

Jaga bayi tetap hangat selama dan sesudah resusitasi.

Buka jalan nafas, betulkan letak kepala bayi dan lakukan


penghisapan pada mulut, baru kemudian hidung.

Ventilasi dengan kantung yang bisa mengembang sendiri dan


masker yang lembut atau sungkup, gunakan ukuran masker
yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai