Anda di halaman 1dari 46

2.

1 Standar Pelayanan Kebidanan (Nurmawati, 2010)

1.1.1 Standar 1 Persiapan Untuk Kehidupan Keluarga Sehat

Tujuan :

Memberikan penyuluhan untuk kehidupan keluarga yang tepat untuk

mempersiapkan kehamilan yang sehat dan terencana serta menjadi orang tua

yang bertanggung jawab.

Pernyataan Standar :

Bidan melakukan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan, keluarga dan

masyarakat terhadap segala hal yang berkaitan dengan kehamilan dan menjadi

calon orang tua, menghindari kebiasaan yang tidak baik dan mendukung

kebiasaan yang baik.

Hasil :

Masyarakat dan perorangan ikut serta dalam upaya mencapai kehamilan yang

sehat; ibu, keluarga dan masyarakat meningkat pengetahuannya tetang fungsi

alat-alat reproduksi dan bahaya kehamilan pada usia muda; tanda-tanda

bahaya pada kehamilan diketahui oleh keluarga dan masyarakat.

Proses :

1. Merencanakan kunjungan rumah secara teratur keposyandu, kelompok ibu,

sekolah, dan tempat kegiatan masyarakat untuk memberikan penyuluhan

tentang kesehatan/kebersihan secara umum, kesiapan menghadapi

kehamilan, makanan bergizi, pencegahan anemia, kematangan seksual,


kehidupan seksual yang bertanggung jawab dan bahaya kehamilan pada

masa muda

2. Hormati adat istiadat setempat/perorangan ketika memerikan penyuluhan

dan berikan dukungan untuk kebiasaan trasional ynag positif. (Namun

perlu dicegah mitos atau tabu yang membahayakan kehamilan, persalinan

dna perawatan anak)

3. Beri penyuluhan yang dapat memotivasi masyarakat untuk meningkatkan

kesehatannya, dan buatlah agar mereka mau mebgajukan pertanyaan

4. Jawablah pertanyaan dengan jujur dan sopan , berikan jawaban yang lebih

jelas

5. Gunakan alat bantu yang menunjang dan bahasa yang mudah dipahami

6. Beritahukan jadwal kegiatan bidan untuk memeriksakan kehamilan dan

konseling perorangan

7. Adakan konseling perorangan ditempat khusus, agar kerahasiaan terjaga.

(Nurmawati, 2010)

1.1.2 Standar 2 Pencatatan

Tujuan :

Mengumpulkan, mempelajari, dan menggunakan data untuk pelaksanaan

penyuluhan kesinambungan pelayanan dan penilaian kinerja.

Pernyataan Standar :

Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya, yaitu

pencatatan semua ibu hamil diwilayah kerja, rincian pelayanan yang telah

diberikan kepada seluruh ibu hamil/bersalin/nifas dan bayi baru lahir, semua
kunjungan rumah dan penyuluhan kepada masyarakat. Disamping itu bidan

hendaknya mengikutsertakan kader untuk mencatat semua ibu hamil dan

meninjau upaya masyarakat yang berkatan dengan ibu dan bayi baru lahir.

Bidan meninjau secara teratur catatan tersebut untuk menilai kinerja dan

penyusunan rencana kegiatan untuk peningkatan pelayanan.

Hasil :

Pencatatan yang baik; tersedia data untuk audit dan pengembangan

diri;meningkatnya peran serta masyarakat dalam perawatan kehamilan dan

persalinan.

Proses :

1. Bekerjasama dengan kader dan pamong setempat agar semua ibu hail

tercatat.

2. Mencatat dengan seksama semua pelayanan yang diberikan selama

kehamilan, persalinan, dan nifas. Seluruh catatan harus dilengkapi dengan

tanggal, waktu, dan tanda tangan bidan yang mencatat.

3. Ibu diberikan KMS ibu hamil untuk dibawa pulang.

4. Lakukan ketentuan nasional/setempat tentang pencatatan data.

5. Jaga agar kartu/ buku pencatatan tersebut tidak mudah rusak. Hasil

pencatatan diperlukan untuk dipelajari bersama supervisor dan untuk

proses audit.

6. Pastikan bahwa semua kelahiran, kematian ibu dan bayi baru lahir

tercatat.

7. Pelajari kartu/buku pencatatan secara teratur (sedikitnya sebulan sekali).


8. Setelah mempelajari seluruh hasil pencatatan, buatlah rencana tindak

lanjut, rencana tersebut hendaknya meliputi :

a. Hal-hal yang akan dibicarakan dengan bidan coordinator

b. Masalah atau perubahan nyata jumlah ibu yang mendapat pelayanan

kebidanan yang akan dibicarakan dengan masyarakat setempat dan/atau

bidan coordinator.

c. Kesenjangan dalam pengetahuan dan keterampilan atau kebutuhan untuk

mengingkatkan keterampilan.

d. Mencatat keberhasilan suatu tindakan, sehingga tindakan semacam itu

dapat dicoba lagi pada keadaan serupa.

9. Mencari langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi

masalah/kesenjangan yang ada.

10. Melakukan tinjauan terhadap rencana tindak lanjut secara berkala.

1.1.3 tandar 3 Identifikasi Ibu Hamil

Tujuan :

Mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehailannya.

Pernyataan Standar :

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat

secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan motivasi ibu, suami, dan

anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya

sejak dini dan secara teratur.

Hasil :
Ibu memahami tanda dan gejala kehamilan; ibu,suami,anggota masyarakat

menyadari manfaat pemeriksaan kehamilan secara dini dan teratur, serta

mengetahui tempat pemeriksaan hamil; meningkatnya ibu hamil yang

memeriksakan diri sebelum kehamilan 12 minggu.

Proses :

1. Melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan masyarakat secara teratur

untuk menjelaskan tujuan pemeriksaan kehamilan kepada ibu,suami,

keluarga maupun masyarakat.

2. Bersama kader kesehatan mendata ibu hamil serta memotivasi agar

memeriksakan kehamilannya sejak dini.

3. Melalui komunikasi dua arah dengan pamong, tokoh masyarakat dan

dukun bayi jelaskan prosedur pemeriksaan kehamilan yang diberikan. Hal

tersebut akan mengurangi keraguan mereka, dan menjelaskan manfaat

antenatal.

4. Tekankan bahwa tujuan pemeriksaan kehamilan adalah ibu dan bayi yang

sehat pada akhir kehamilan. Agar tujuan tersebut tercapai, pemeriksaan

kehamilan harus segera dilaksanakan begitu diduga terjadi kehamilan, dan

dilaksanakan terus menerus secara berkala selama kehailan.

5. Berikan penjelasan kepada seluruh ibu tentang kehailan, dan fungsi organ

reproduksinya.

6. Bimbing kader untuk mendata/mencatat semua ibu hamil didaerahnya.

7. Perhatikan ibu bersalin yang tidak pernah memeriksakan kehamilannya.

8. Jelaskan dan tingkatkan pengunaan KMS Ibu Hamil dan Kartu Ibu.
1.1.4 Standar 4 Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal

Tujuan :

Memberikan pelayanan dan pemantauan antenatal berkualitas

Pernyataan Standar :

Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan

meliputi anamnesis serta pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk

menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus

mengenal kehamilan risiko tinggi, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi

PMS/Infeksi HIV, memberikan pelayanan imunisasi, nasihat, dan penyuluhan

kesehatan serta tugas terkait lainnya. Bila ditemukan kelainan, bidan harus

mampu mengaambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk

tindakan selanjutnya.

Hasil :

Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama kehamilan;

meningkatkan pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat; deteksi dini dan

penanganan komplikasi kehamilan; ibu hamil, suami, keluarga dan

masyarakat mengetahui tanda bahaya kehamilan dan tahu apa yang harus

dilakukan; mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi

kedaruratan.

Proses :

1. Bersikap ramah, sopan, bersahabat pada setiap kunjungan

2. Pada kunjungan pertama, Bidan :


a. Melakukan anemnesis dan riwayat dan mengisi KMS ibu

hamil/kartu ibu secara lengkap.

b. Memastikan bahwa kehamilan itu diharapkan.

c. Tentukan hari taksiran persalinan (HTP). Jika hari pertama haid

terakhir (HPHT) tidak diketahui, tanyakan kapan pertama kali

dirasakan pergerakan janin dan cocokan dengan hasil pemeriksaan

tinggi fundus uteri. Jelaskan bahwa hari taksiran persalinan hanyalah

suatu perkiraaan.

d. Memeriksa kadar Hb.

e. Berikan Imunisasi TT (tetanus toksoid) sesuai dengan ketentuan.

3. Pada setiap kunjungan, bidan harus :

a. Menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis ibu hamil

b. Memeriksa tes urin protein dan glukosa urin atas indikasi. Bila ada

kelainan, ibu dirujuk

c. Mengukur berat badan dan lingkar lengan atas (LILA). Jika beratnya

tidak bertambah, atau pengukuran lengan menunjukan pengurangan

gizi beri penyuluhan tentang gizi dan rujuk untuk pemeriksaan dan

pengobatan lebih lanjut

d. Mengukur tekanan darah dengan posisi ibu hamil duduk atau

berbaring dengan mengganjal punggung kiri dengan bantal. Letakkan

tensimeter dipermukaan yang datar setinggi jantungnya. Gunakan

selalu ukuran manset yang sesuai ukuran tekanan darah. (tekanan

darah diatas 140/90 mmHg, atau peningkatan distole 10 mmHg/ lebih


sebelum kehamilan 16 minggu, atau paling sedikit pada pengukuran

dua kali berturut turut pada selisish waktu 1 jam. Berarti ada

kenaikan nyata dan ibu perlu dirujuk)

e. Periksa Hb pada kunjungan pertama dan pada kehamilan 28 minggu

atau lebih sering jika ada tanda tanda anemia. Pada daerah endemis

maaria beri profilaksis dan penyulhan saat kunjungan pertama

f. Tanyakan apakah ibu meminum tablet zat besi sesuai dengan

ketentuan dan apakah kesediaannya cukup. Tablet zat besi berisi 10

mg zat besi dan 0,5 mg asam folat paling sedikit diminum 1 tablet

sehari selama 90 hari berturut turut. Ingatkan ibu hamil untuk tidak

meminumnya dengan teh / kopi.

g. Tanyakan dan perika tanda/gelaja penyakit menular seksual (PMS)

dan abil tindakan sesuai dengan ketentuan

h. Lakukan pemeriksaan fisik ibu hamil secara lengkap. Periksalah

payudara, lakukan penyuluhan dan perawatn untuk pemberian ASI

ekslusif. Pastikan bahwa kandung kemih ibu kosong

i. Ukur tinggi fundus uteri dalam cm dengan menggunakan meteran kain.

Jika ukuran berbeda dengan umur kehamilan dalam minggu (misalnya

berbeda 3 cm atau lebih) atau tidak terjadi pertumuhan janin, rujuklah

ibu untuk pemeriksaan lebih lanjut

j. Dengarkan denyut jantung janin dan tanyakan apakan jannin sering

bergerak. Rujuk jika tidak terdengar atau pergerakan janin menurun

pada bulan terakhir kehamilan


k. Beri naseihat tentang cara perawatan diri selama kehamilan, tanda

bahaya pada kehamilan, kurang gizi dan anemia

l. Dengarkan keluhan yang disampaikan ibu dengan penuh minat dan

berikan nasehat atau rujuk jika diperlukan. Ingat, semua ibu

memerlukan dukungan moril

m. Bicarakan tentang tempat persalinan, persiapan transportasi untuk

rujukan jika diperlukan. Beri nasihat tentang persiapan persalinan

n. Catat semua temua pada KMS ibu hamil kartu ibu. Pelahjari semua

temuan untuk menentukan tindakan selanjutnya, termasuk rujukan

kefasilitas rujukan/rumah sakit.

1.1.5 Standar 5 Palpasi Abdominal

Tujuan :

Memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin, penentuan

letak, posisi dan bagian bawah janin.

Pernyataan Standar :

Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan

palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan bila umur kehamilan bertambah,

memeriksa posisi, bagian terendah, dan masuknya kepala janin kedalam ronga

panggul untuk mencari kelinan, serta melakukan rujukan tepat waktu.

Hasil :

Perkiraan usia kehamilan yang lebih baik; diagnosis dini kelainan letak, dan

merujuknya sesuai dengan kebutuhan; diagnosis dini kehamilan lain, serta

merujuknya sesuai dengan kebutuhan.


Proses :

1. Melaksanakan palpasi abdominal pada setiap kunjungan antenatal

2. Tanyakan pada ibu sebelum palpasi : apa yang dirasakan, apakah janinnya

bergerak, kapan haid terakhir, atau kapan pertama kali merasakan

pergerakan janin

3. Sebelum palpasi abdominal minta ibu untuk mengosongkan kandung

kencingnya

4. Beringkan ibu hamil terlentang dengan bagian atas tubuhnya disanggah

bantal. Jangan baringkan ibu hamil terlentang dengan punggung datar,

karena berat uterus dapat menekan pembuluh darah balik kejantung

sehingga akan mengakibatkan pingsan

5. Periksa abdomen : adakah parut (tanyakan penyebabnya), tanda tanda

kehamilan sebelumnya, tanda tanda peregangan uterus yang berlebihan

atau kehamilan ganda. Catat semua temuan segera rujuk kerumah sakit

jika ditemukan bekas luka sesar, tanda terlebih atau kurangnya cairan

amnion atau kehamilan ganda

6. Perkirakan usia kehamilan. Setelah minggu ke 24, cara yang paling efektif

adalah dengan menggunakan meteran kain

7. Ukur dengan meteran kain dari simpisis pubis kefundus uteri, catat

hasilnya dalam cm. Jika hasilnya berbeda dengan perkiraan umur

kehamilan (dalam minggu) lebih dari 3 cm, atau pertumbuhan janin

lambat/tidak ada, ibu perlu dirujuk

8. Lakukan palpasi dengan hati hati untuk memeriksa letak janin


9. Dengan menggunakan dua tangan lakukan palpasi abdominal untuk

menentukan bagian bawah janin

10. Pada trimester ke 3, jika bagian bawah janin bukan kepala, persalinan

harus dilakukan dirumah sakit

11. Setelah umur kehamilan 37 minggu, terutama pada kehamilan pertama,

periksa apakah telah terjadi penurunan kepala janin. Jika tidak mintalah

ibu duduk, dan lihatlah apakah kepala janin bisa masuk kepanggul. Bila

kepala tidak masuk kepanggul, rujuklah ibu kerumah sakit

12. Periksa letak punggung janin dan dengarkan denyut jantung janin. Jiak

pada bulan akhir tidak ditemukan denyut jantung janin atau pergerakan

janin sangat lemah, rujuklah ibu kerumah sakit

13. Bicarakan hasil pemeriksaan dengan ibu hamil, suami/anggota keluarga

yang mengantarnya

14. Catat semua temuan, pelajari dan jika ada kelainan kepuskemas atau

rumah sakit untuk pemeriksaan lanjutan.

1.1.6 Standar 6 Pengelolaan Anemia Pada Kehamilan

Tujuan :

Menemukan anemia pada kehamilan secara dini, melakukan tindak lanjut

yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung.

Pernyataan Standar :
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan, dan/atau

ruukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan standar yang

berlaku.

Hasil :

Ibu dengan anemia berat segera dirujuk; penurunan jumlah ibu melahirkan

dengan anemia; penurunan jumlah bayi baru lahir dengan anemia.

Proses :

1. Memeriksa kadar Hb semua ibu hamil pada kunjungan pertama, dan pada

minggu ke 28. Hb dibawah 11 gr% pada kehamilan termasuk anemia,

dibawah 8 gr% adalah anemia berat. Bila alat pemeriksaan tidak tersedia

periksa kelopak mata dan perkirakan ada / tidaknya anemia.

2. Beri tablet zat besi pada semua ibu hamil sedikitnya 1 tablet selama 90 hari

berturut turut. Bila Hb kurang dari 11 gr% teruskan pemberian tablet zat

besi

3. Beri penyuluhan tentang gizi pada setiap kunjunagn antenatal, tentang

perlunya minum tablet zat besi, makanan yang mengandung zat besi dan

kaya vitamin C, serta menghindari minum teh/kopi dalam satu jam

sebelum dan sesudah makan. Beri contoh makanan setempat yang

mengandung zat besi

4. Jika prevalensi malaria tinggi, sellau ingatkan ibu untuk berhati hati agar

tidak tertular penyakit malaria. Beri tablet anti malaria yang sesuai dengan

ketentuan

5. Jika ditemukan/diduga anemia berikan 2 3 kali satu tablet zat besi perhari
6. Rujuk ibu hamil dengan anemia untuk pemeriksaan terhadap penyakit

cacing/parasit/penyakit lainnya, dan sekaligus unutk pengobatannya

7. Jika diduga ada anemia berat segera rujuk ibu hamil untuk perawatan dan

pemeriksaan selanjutnya. Ibu hamil dnegan anemia ada ditrimester ke 3

perlu diberi zat besi dan asam folat secara IM

8. Rujuk ibu hamil dnengan anemia berat dan rencanakan untuk bersalin

dirumah sakit

9. Sarankan ibu hamil dengan anemia untuk tetap meminum tablet zat besi

sampai 4 6 bulan setelah persalianan

1.1.7 Standar 7 Pengelolaan Dini Hipertensi Pada Kehamilan

Tujuan :

Mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada kehamilan dan

melakukan tindakan yang diperlukan.

Pernyataan Standar :

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan

mengenali tanda gejala preeklamsia lainnya, mengambil tindakan yang tepat,

dan merujuknya.

Hasil :

Ibu hamil dengan tanda preeklamsia mendapat perawatan yang memadai dan

tepat waktu, penurunan angka kesakitan dan kematian akibat eklamsia.

Proses :

1. Memeriksa tekanan darah secara tepat pada setiap pemeriksaan kehamilan

termasuk pengukuran tekanan darah dengan teknik yang benar


2. Melakukan pemeriksaan pada setiap pagi hari : apakah tensimeter

berfungsi baik

3. Ukur tekanan darah pada lengan kiri. Posisi ibu hamil duuduk atau

berbaring dengan bagian kiri punggung disangga dengan bantal

4. Catat tekanan darah

5. Jika tekanan darah diatas 140/90 mmHg atau peningkatan diastole 15

mmHg atau lebih (sebelum 16 minggu), ulangi pengukuran tekanna darah

dalam 1 jam. Bila tetap, maka ada kenaikan tekanan darah. Periksa adanya

edema terutama pada wajah atau tungkai bawah / tulang kering dan daerah

sacral

6. Bila ditemukan hipertensi pada kehamilan, lakukan pemeriksaan urin

terhadap albumin pada setiap kali kunjungan

7. Rujuk ibu hamil kerumah sakit, jika ditemukan :

Kenaikan darah dengan proteinuria (++ atau lebih) atau tanpa edema

Edema pada punggung tangan atau wajah yang timbul mendadak. Catat

bila ibu tidak dirujuk dan kenaikan tekanan darah 160/110 mmHg,berikan

metildopa 250 mg peroral dilanjutkan dengan dosis yang sama setiap 8

jam

8. Segera rujuk ibu hamil kerumah sakit jika :

Kenaikan tekanan darah terjadi secara tiba tiba

Edema berat yang timbul mendadak, khususnya pada wajah/daerah

sacral/punggung bawah atau proteinuria


9. Jika tekanan darah naik namun tidak ada edema, sedangkan dokter tidak

mudah dihubungi maka pantaulah tekanan darah, periksa urin terhadap

protenuria dan denyut jantung janin dengan seksama pada keesokan

harinya atau sesudah 6 jam istirahat

10. Jika tekanan darah tetap naik, rujuk untuk pemeriksaan, walaupun tidak

ada edema dan proteinuria

11. Jika tekanan darah kembali normal, atau keniakan kurang dari 15 mmHg :

Beri penjelasan pada ibu hamil, suami/keluarganya tentang tanda tanda

eklamsia yang mengancam. Khususnya skait kepala, pandangan kabur,

nyeri pada ulu hati, dan pembengkakan mendadak pada

kaki/punggung/wajah

jika ditemui tanda, segera rujuk ibu kerumah sakit

12. Bicarakan seluruuh temuan dengan ibu hamil dan suami/keluarga

13. Catat semua temuan pada KMS ibu hamil/kartu ibu

1.1.8 Standar 8 Persiapan Persalinan

Tujuan :

Untuk memastikan bahwa persalinan direncanakan dalam lingkungan yang

aman dan memadai.

Pernyatan Standar :

Bidan memberikan saran yang tepat pada ibu hamil, suami dan keluarga pada

trimester III untuk memastikan bahwa persiapan persalinan bersih dan aman,

serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping


persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan

gawat darurat. Oleh karena itu bidan sebaiknya melakukan kunjungan rumah.

Hasil :

Ibu hamil dan masyarakat tergerak untuk merencanakan persalinan yang

bersih dan aman; persalinan direncanakan ditempat yang aman dan memadai;

adanya persiapan sarana transportasi untuk merujuk ibu bersalin jika perlu;

rujukan tepat waktu telah dipersiapkan.

Proses :

1. Mengatur pertemuan dengan ibu hamil dan suami/keluarganya pada

trimester ke-3 untuk membicarakan tempat persalinan dan hal hal yang

perlu diketahui dan persiapan

2. Melaksankan seluruh pemeriksaan antenatal, termasuk anamnesis dan

riwayat obstetri secara rinci sebelum memberikan nasehat

3. Memberikan informasi agar mengetahui saat akan melahirkan dan kapan

harus mencari pertolongan, termasuk pengenalan tanpa bahaya

4. Jika direncakan persakinan dirumah atau didaerah terpencil

Beritahukan kepada ibu hamil perlengkapan yang diperlukan untuk

persalinan yang bersih dan aman. Paling sedikit tersedia tempat yang bersih

untuk ibu berbaring sewaktu bersalin, sabun yang baru, air bersih dan

handuk bersih untuk mencuci tangan, kain bersih dan hangat untuk

membersihkan dan mengeringkan bayi serta ruangan yang bersih dan sehat

Atur agar ada orang yang dipilih oleh ibu sendiri untuk membantu

persalinan
Beri penjelasan kepada ibu kapan memanggil bidan

Sebagai persiapan untuk rujukan, atur transportasi kerumah sakit bersama

ibu hamil dan suami/keluarganya.

5. Jika direncanakan persalinan dirumah sakit atau tempat lainnya :

Beri penjelasan pada ibu hamil dan suami/keluarganya tentang kapan

kerumah sakit dan perlengkapan ynag diperlukan. Hal ini dapat berbeda

tergantung keadaan, tapi setidaknya diperlukan sabun dan handuk bersih,

pakaian bersih untuk ibu dan bayi serta pembalut wanita

Ibu hamil dengan kondisi pernah mengalami persalinan sulit atau lahir

mati, pernah menjalani bedah sesar, anemia berat, penyakit kronis seperti

kencing manis, jantung, asma berat dan TBC, perdarahan antepartum,

preeklamsia pada kehamilan sekarang, kelainan letak atau posisi janin,

kehamilan ganda, kehamilan ke-5 atau lebih, primigravida sangat muda

(dibawah 15 tahun) atau multiparitas dengan usia diatas 40 tahun, dan

kehamilan kurang bulan sudah inpartu, keadaan tersebut harus melahirkan

dirumah sakit.

1.1.9 Standar 9 Asuhan Persalinan Kala I

Tujuan :

Untuk memberikan asuhan perawatan yang memadai dalam mendukung

pertolongan persalinan yang aman.

Pernyataan Standar :
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian

memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan

kebutuhan klien, selama proses persalinan sedang berlangsung.

Hasil :

Meningkatnya persalinan yang ditolong bidan; berkurangnya

kematian/esakitan ibu/bayi akibat partus lama; ibu bersalin mendapat

pertolongan darurat yang memadai dan tepat waktu.

Proses :

Bidan harus :

1. Segera mendatangi ibu hamil ketika diberitahhu persalinan sudah

mulai/ketuban pecah

2. Melaksanakan pemeriksaan kehamilan dengan memberikan perhatian

terhadap tekanan darah, teratur tidaknya DJJ, bila ketuban sudah pecah

3. Catat semua temuan pemeriksaan dengan tepat. Jika ditemukan kelainan,

lakukan rujukan kepuskesmas/rumah sakit

4. Lakukan pemeriksaan dalam secara aseptik sesuai dengan kebutuhan.

5. Dalam keadaan normal periksa dalam cukup setiap 4 jam dan HARUS

selalu secara DTT

6. Jika pada fase aktif, catat semua temuan pada partograf dan kartu ibu

7. Anjurkan ibu untuk mandi dan tetap aktif seperti biasa, memilih posiis

yang dirasakan nyaman kecuali jika belum terjadi penurunan kepala

sementara ketuan sudah pecah


8. Amati kontraksi dan DJJ sedikitnya estiap 30 menit pada kala I pada akhir

kala I atau jika kontraksi sudah sangat kuat, periksa DJJ setiap 15 menit

9. Catat dan amati penurunan kepala janin dengan palpasi abdomen setiap 4

jam

10. Catat tekanan darah setiap 4 jam

11. Minta ibu hamil unutk sering buang air kecil sedikitnya setiap 2 jam

12. Pada persalinan normal, mintakah ibu banyak minum guna menghindari

dehidrasi dan gawat janin

13. Selama persalinan, beri dukungan moril dan perlakukan yang baik dan

peka terhadap kebutuhna ibu hamil, suami/keluarga/orang terdekat yang

mendampingi

14. Jelaskan proses persalinan yang sedang terjadi pada ibu, suami dan

keluarganya. Beritahu mereka kemajuan persalinan secara berkala

15. Segera catat semua temuan pada partograf atau kartu ibu

16. Saat proses persalinan berlangsung, bersiaplah untuk melahirkan bayi

17. Lakukan pertolongan yang bersih dan aman. (Nurmawati, 2010)

1.1.10 Standar 10 Persalinan Kala II yang Aman

Tujuan :

Memastikan persalinan yang aman untuk ibu dan bayi.

Pernyataan Standar :

Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman, dengan sikap sopan dan

penghargaan kepada klien serta memperhatikan tradisi setempat.

Hasil :
Persalinan yang bersih dan aman, meningkatnya kepercayaan terhadap bidan;

menurunnya komplikasi seperti perdarahan postpartum, asfiksia neonatal,

trauma kelahiran; menurunnya angka sepsis puerperalis.

Proses :

Bidan harus :

1. Memastikan tersedianya ruangan yang hangat, bersih dan sehat untuk

persalinan, juga kain untuk mengeringkan bayi baru lahir, tempat untuk

plasenta

2. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih., kemudian keringkan hingga

betul betul kering dengan handuk bersih

3. Bantu ibu mengambil posisi yang paling nyaman baginya

4. Anjurkna ibu untuk meneran hanya jika merasa ingin atau saat kepala bayi

sudah kelihatan. Jika kepla belum terlihat sedangkan sudah sangat ingin

meneran, periksa pembukaan serviks dengan pemeriksaan dalam. Jika

pembukaan belum lengkap keinginna meneran bisa dikurangi dengan

memiringkan ibu kesisi sebelah kiri

5. Pada kala II, dengar kan DJJ setiap HIS berakhir, irama dan frekuensinya

harus kembali normal. Jika tidak cari pertolongan medis.

6. Hindari peregangan vagina secara manual dengan gerakan menyapu atau

menariknya kearah luar

7. Pakai sarung tangan sedapat mungkin, saat kepala bayi kelihatan

8. Jika ada kotoran keluar dari rektum bersihkan dnegan kain yang kering

9. Bantu kepala bayi lahir perlahan, sebaiknya diantara his


10. Bagitu kepala bayi lahir, bahu bayi akan memutar

11. Begitu bahu bayi sudah berada pada posisi anterior superior yang benar,

bantulah persalinan

12. Segera setelah lahir keringkan bayi degan handuk yang bersih dan hangat,

dan berikan kepada ibu atau letakkan didadanya untuk disusui

13. Pembersihan jalan nafas bayi tidak selalu diperlukan. Jika bayi tidak

menangis spontan, gunakan penghisap kendir untuk pembersihan jalan

nafas

14. Tali pusat diklem didua tempat, lalau potong diantara dua klem dengan

gunting steril yang tajam

15. Perhatikkan tanda pelepasan plasenta, kemudian mintalah ibu meneran

saat his berikutnya. Pegang dan regangkan tali pusat, jangan ditarik

kemudian palsenta akan lahir dan terimalah dengan kedua tangan. Periksa

kelengkapannya

16. Letakkan tangan difundus uteri utnuk memeriksa kontraksi. Palpasi uterus

dan jika tidak keras, keluarkan pembekuan darah dan lakuakn

pengusapan/massase fundus dengan hati hatii agar terjadi kontraksi

uterus. Perkirakan jumlah kehilangan darah secara akurat.

17. Lakukan pemeriksaan bayi, perawatan mata sesuai prosedur lain untuk

perawatan bayi baru lahir

18. Bersihkan perineum dengan air bersih dan tutupi dengan kain bersih/telah

dijemur

19. Catat semua temuan dengan seksama (Nurmawati, 2010).


1.1.11 Standar 11 Pengeluaran Plasenta Degan Penegangan Tali Pusat

Tujuan :

Membantu pengeluaran plasenta dan selaputnya secara lengkap tanpa

menyebabkan perdarahan.

Pernyataan Standar :

Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu

pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.

Hasil :

Ibu dengan resiko perdarahan postpartum primer mendapatkan penegangan

yang memadai; menurunkan kejadian perdarahan post partum akibat salah

penanganan kala III.

Proses :

1. Masukkan oksitosin (oksitosin 10 IU IM) kedalam alat suntik menjelang

persalinan

2. Setelah bayi lahir periksa kemungkinan adanya bayi kembar. Jika tidak

ada berikan oksitosin secara IM secepatnya.

3. Tunggu tanda terlepasnya plasenta, periksa fundus untuk mengetahui

adanya kontraksi, keluarkan gumpalan jika perlu

4. Bantu ibu untuk bersandar atau berbaring utnuk pengeluaran plasenta dan

selaputnya
5. Jika plasenta sudah terlepas dari dinding uterus, letakkan tangan kiri diatas

simpisis pubis untuk menahan korpus uteri, dan regangkan tali pusat

dengan tangan lain tetapi jangn ditarik, mula mula regangkan diarahkan

kebawah, lalu secara perlahan diregangkan kearah atas dengan mengikuti

sumbu jalan lahir. Jangan menekan fundus karena dapat mengakibatkan

inversio uteri.

6. Jika plasenta sudah tampak dari luar, secara bertahap tarik keatas sehingga

plasenta mengikuti jalan yang sama dengan bayi. Lepaskan tangan kiri

dari perut, untuk menerima plasenta

7. Keluarkan selaput dengan hati hati

8. Begitu plasenta sudah lahir secara lengkap, periksa apakah uterus

berkontraksi dengan baik

9. Taksir jumlah kehilangan darah secermat cermatnya

10. Periksa apakah plasenta telah dilahirkan secara lengkap. Jika tidak lengkap

ulangi pemberian oksitosin jika perdarahan tidak banyak dan rumah sakit

dekat, ibu segera dirujuk. Jika perdarahan banyak dan rumah sakit

jauh,lakukan plasenta manual untuk penanganan perdarahan

11. Bersihkan vulva dan perineum dnegan air bersih, tutup dengan pembalut

wanita/kain kering yang bersih

12. Periksa tanda tanda vital. Catat semua temuan secermat cermatnya

1.1.12 Standar 12 Penanganan Kala I Dengan Gawat Janin Melalui

Episiotomi
Tujuan :

Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi pada keadaan

gawat janin.

Persyaratan standar :

Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang

lama, dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar

persalinan, diikuti dengan penjahitan perinium.

Hasil :

1. Penurunan kejadian asfiksia neonatorum berat.

2. Penurunan kejadian lahir mati pada kala II.

3. Penurunan kejadian sepsis puerperalis.

Proses :

1. Mempersiapkan alat-alat steril untuk tindakan ini. Memberitahu ibu

tentang perlunya episiotomi dilakukan dan yang akan dirasakannya.

2. Anastesi lokal diberikan pada saat his. Sebelum menyuntikkannya,

tarik jarum sedikit (untuk memastikan jarum tidak menembus

pembuluh darah) masukkan dua jari tangan kiri ke dalam vagina untuk

melindungi kepala bayi, dan dengan tangan kanan tusukkan jarum

sepanjang garis yang akan diguntingkan.

3. Tunggu satu menit agar anastesinya bekerja, lakukan tes kekebalan.

4. Pada puncak his berikutnya, lindungi kepala janin seperti di atas,

kemudian lakukan pengguntingan tunggal yang mantap.


5. Lindungi kepala bayi dengan tangan kiri agar kelahiran kepala

terkendali dan tidak terlalu cepat. Mintak ibu untuk meneran diantara

his. Kemudian lahirkan bayi secara normal.

6. Begitu bayi lahir, tutupi perinium dengan pembalut steril dan lakukan

resusitasi dengan peralatan yang steril.

7. Lahirkan plasenta secara lengkap, sesuai dengan standar 11.

8. Segera sesudah plasenta dikeluarkan, lakukan penjahitan secara aseptik

dengan peralatan steril.

9. Lakukan penjahitan secara berlapis. Mulai dari vagina, lalu perinium.

10. Sesudah penjahitan, masukkan jari dengan hati-hati ke rektum untuk

memastikkan bahwa penjahitan tidak menembus dinding rektum.

11. Bersikan perinium dengan air bersih,usahakan agar ibu merasa bersih

dan nyaman. Periksa apakah perdarahan daerah insisi sudah berhenti.

Bila berasal dari luka episiotomi, temukan titik perdarahan dan segera

ikat, jika bukan, ikuti standar 22.

12. Pastikan bahwa ibu diberitahu agar menjaga perinium tatap bersih dan

kering, serta menggunakan pembalut wanita yang steril/kain kering

yang bersih.

13. Catat semua temuan secermat-cermatnya.

2.2.13 Standar 13 Perawatan Bayi Baru Lahir

Tujuan :

Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu terlaksananya pernafasan

spontan serta mencegah hipotermia.


Pernyataan Standar :

Bidan memeriksa bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan,

mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melaukan tindakan

atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau

menangani hipotermia.

Hasil :

Bayi baru lahir dengan kelainan atau kecacatan dapat segera menerima

perawatan yang tepat; bayi baru lahir mendapatkan perawatan yang tepat

untuk dapat bernafas dengan baik; penurunan angka kejadian hipotermia.

Proses :

Bidan harus :

1. Segera sesudah bayi lahir, menilai apakah bayi bernafas. Bila bayi tidak

menangis secara spontan, bersihkan jalan nafas dengan telunjuk yang

dibalut dengan kain bersih dan lembut.

2. Segera keringkan bayi dengan handuk yang kering, bersih dan hangat

kemudian pakaikan kain yang bersih dan hangat. Berikan bayi kepada

ibunya untuk didekapdidadanya serta segera diberi ASI, karena akan

membantu pelepasan plasenta. Tidak perlu menunggu untuk melakukan

pemotongan tali pusat. Pastikan bahwa terjadi kontak kulit antara ibu dan
bayi. Bila hal tersebut tidak dapat dilakukan maka bungkuslah bayi

dengan kain yang bersih dan kering dan jagalah bayi agar tetap hangat

3. Klem tali pusat dilakukan pada dua tempat. Pengikatan dilakukan dengan

dua tempat, yang pertama berjarang 5 cm dari jarak umbilikus dan

pengikatan yang kedua 10 cm dari umbilikus. Gunakan gunting steril

untuk memotong tali pusatdiantara kedua ikatan tadi. Periksa tali pusat

yang dipotong untuk memastikan tidak ada perdarahan

4. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih lalu keringkan dengan handuk

bersih

5. Sesudah 5 menit lakukan penilaian terhadap keadaan bayi secara umum

dengan menggunakan score apgar

6. Periksa bayi dari kepala hingga ujung kaki untuk mencari kemungkinan

adanya kelainan. Periksa anus dan daerah kemaluan. Lakuakn

pemeriksaan ini dengan cepat agar bayi tidak kedinginan. Ibu hendaknya

menyaksikan pemeriksaan tersebut

7. Timbang bayi dan ukur panjangnya. Lakukan dengan cpat agar bayi tidak

hipotermi

8. Periksa tanda vital bayi. Ukur suhunya dengan menggunakan termometer

yang diletakkan diketiak atai dilipatan paha bayi. Bila suhu bayi kurang

dari 360C atau tubuhnya teraba dingin, maka segera lakukan penghangatan

tubuh bayi seperti pada kontak dibawah ini.

Prosedur penanganan hipotermi


a. Letakkan bayi pada dada ibu sehingga terjadi kontak kulit antara

keduanya

b. Sarankan ibu untuk sering memberikan ASI

c. Jaga agar ruangan tetap hangat dan bebas asap

d. Selimuti ibu

e. Berikan minuman yang hangat untuk ibu

f. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam

g. Jika ternyata suhu tubuh bayi tidak naik, sehera merujuk kepusat

rujukan. Pertahan terus kontak kulit ibu bayi (Nurmawati, 2010).

9. Berikan bayi kepada ibu untuk disusui dengan ASI segera setelah lahir,

paling lamba dalam 2 jam pertama

10. Pastikan bahwa bayi tetap terbungkus / mengenakan pakaian hangat dan

tutup kepala. Bantulah ibu untuk menyusui bayinya, terutama ibu yang

baru pertama kali menyusui

11. Cuci tangan sekali lagi dengan sabun dan air bersih dan keringkan tangan

dengan dengan handuk yang bersih. Berikan salep mata pada mata bayi.

Jika matanay melekat bersihkan dulu dengan air matang dingin

12. Perhatikan pengeluaran mekonium dan urine bayi dalam 24 jam pertama.

Mintalah ibu memperhatikan bila persalinan berlangsung dirumah

13. Lakukan pencatatan semua yang ditemukan dalam kartu ibu dan kartu

bayi, rujuk kerumah sakit bila ada kelainan (Nurmawati, 2010).

2.2.14 Standar 14 Penanganan Pada Dua Jam Setelah Persalinan

Tujuan :
Memulihkan kesehatan ibu dan bayi pada masa nifas serta memulai

pemberian ASI dalam dua jam pertama sesudah persalinan.

Pernyataan Standar :

Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi

dalam 2 jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan.

Disamping itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang

mempercepat pulihnya kesehata ibu, dan membantu ibu untuk memulai

pemberian ASI.

Hasil :

Komplikasi segera dideteksi dan dirujuk; penurunan kejadian, infeksi nifas

dan neonatal; penurunan kematian akibat perdarahan postpartum primer;

pemberian ASI dimulai dalam 2 jam pertama sesudah persalinan.

Proses :

1. Segera setelah bayi lahir, keringkan sambil perhatikan apakah bayi bisa

bernafas atau ada kelainan lainnya

2. Jika keadaan umum bayi baik, letakkan bayi didada ibunya agar terjadi

kontak kulit antara ibu dan bayi, lalu selimuti ibu dan bayi dengan handuk

yang hangat. Bila tidak demikian bungkus bayi dengan kain yang kering

dan bersih dan jaga agar bayi tetap hangat

3. Raba fundus uteri, jika fundus tak teraba keras lakukan massase pada

daerah fundus agar tetap bekontraksi. Periksa fundus setiap 15 menit,

periksa jumlah perdarahan dari vagina

4. Jiak terjadi perdarahan, segera lakukan tindakan sesuai dengan standar


5. Secepatnya bantu ibu agar dapat menyusui. Atur posisi bayi agar dapat

melekat dan menghisap dengan benar

6. Cuci tangan lagi dan lakukan pemeriksaan pda bayi. Berikan perawatan

pada mata dan perawatan lain yang diperlukan

7. Bila bayi tidak memperlihatkan tanda tanda kehidupan setelah dilakukan

resusitasi maka beritahu orang tua bayi apa yang terjadi. Berikan

penjelasan secara sederhana dan jujur. Biarkan mereka memeluk atau

melihat bayi mereka. Berlakulah bijaksana dan penuh perhatian. Biarkan

orang tua melakukan upacara untuk bayi yang meninggal sesuai dengan

adat istiadat atau kepercayaan mereka. Setelah orang tua bayi mulai

tenang, bantulah mereka dan perlakukan bayi dengan baik dan penuh

pengertian terhadap kesedihan mereka

8. Mintalah ibu untuk buang air kecil dalam 2 jam pertama setelah

melahirkan. Kateter hanya boleh dipasang hanya bila kandung kemih ibu

penuh dan ibu tidak bisa BAK

9. Bantu ibu untuk membersihakn bayinya dan mengganti pakaian, ingatkan

ibu untuk selalu menjaga kebersihan tubuh dan mengganti kain pembalut

secara teratur. Berikan penjelasan perubahan perubahan yang terjadi

pasca persalinan

10. Catat semua yang ditemukan

11. Sebelum meninggalkan ibu, beritahu suami dan kelaurga bagaimana

caranya dan kapan meminta pertolongan jika terjadi gangguan


12. JANGAN meninggalkan ibu dan bayi sampai mereka dalam keadaan baik

dan semua catatan lengkap. Jika ada hal yang mengkhawatirkan tentang

ibu dan janin lakukan rujukan kerumah sakit (Nurmawati, 2010).

2.2.15 Standar 15 Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas

Tujuan :

Memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah persalinan

dam memberikan penyuluhan ASI eksklusif.

Pernyataan Standar :

Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah

ada hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah persalinan, untuk

membantu proses pemulihan ibu dan bayi melaui penanganan tali pusat yang

benar, penemuan dini, penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin

terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara

umum, kebersihan peroragan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir,

pemberian ASI, imunisasi dan KB.

Hasil :

Komplikasi pada masa nifas segera dirujuk untuk penanganan yang tepat;

mendorong pemberian ASI eksklusif; mendorong penggunaan cara tradisional

yang berguna dan menganjurkan untuk menghindari kebiasaan yang

merugikan; menurunkan kejadian infeksi pada ibu dan bayi; masyarakat

makin menyadari pentingnya penjarangan kelahiran; meningkatnya imunisasi

pada bayi.
Proses :

1. Pada kunjungan rumah, sapalah ibu dam suami/keluarga dengan ramah

2. Tanyakan apakah ada masalah dengan ibu atau bayinya

3. Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa ibu dan bayi

4. Lakukan pemeriksaan lengkap bagi ibu, dimulai dengan keadaan umum,

kemudian pemeriksaan dilakukan dari kepala sampai keujung kaki.

Periksa involusi uterus. Periksa lokia, yang pada hari ketiga harusnya

sudah mulai berkurang dan berwarna cokelat, dan pada hari ke 8 10

mejadi sekit dan berwarna merah muda, jika ada kelainan segera rujuk

5. Bila ibu menderita anemia selama hamil atau mengalami perdarahan berat

selama proses persalinan , periksa Hb pada hari kerja. Nasehati ibu supaya

makan makanan bergizi berikan tablet tambah darah

6. Berikan penyuluhan kepada ibuu tentang pentingnay menjaga kebersihan

diri, memakai pembalut bersih, makan bergizi dan istirahat

7. Cuci tangan,lalu periksalah bayi. Periksalah tali pusat setiap kali

kunjungan, tali pusat harus tetap kering. Ibu perlu diberitahu bahayanya

membubuhkan sesuatu pada tali pusat bayi, misalnya minyak atau bahan

lain. Jika ada kemerahan pada tali pusat, perdarahan atau tercium bau

busuk, bayi segera dirujuk

8. Perhatikan kondisi umum bayi, tanyakan kepada ibu pemberian ASI,

mislanya bayi tidak mau menyusu, waktu jaga, cara bayi menangis, berapa

kali buang air kecil, dan bentuk fesesnya


9. Perhatikan warna kulit bayi, apakah ada ikterus atau tidak. Ikterus oada

hari ketiga postpasrtum adalah ikterus fisiologis ayng tidak memerlukan

pengobatan. Namun bila ikterus terjadi sesudah hari ketiga/kapan saja,

bayi malas untuk menetek, dan tampak mengantuk, maka bayi harus

segera dirujuk kerumah sakit

10. Bicarakan pemberian ASI kepada ibu, dan bila mungkin perhatikan

apakah bayi menetek dengan baik

11. Nasehati ibu untuk hanya memberikan ASI kepada bayi selama 6 bulan,

dan bahay pemberian makanan tambahan selain ASI sebelum usia bayi 6

bulan

12. Bicarakan tentang KB dan kapan saja senggama dapat dimulai

13. Catat dengan tepat semua yang ditemukan

14. Jika ada hal hal yang tidak normal, segeralah merujuk ibu dan/atau bayi

kepuskesmas/rumah sakit (Nurmawati, 2010).

2.2.16 Standar 16 Penanganan Perdarahan Dala Kehamilan

Pernyataan standar :

Bidan mengenali secara tepat tanda gejala perdarahan pada kehamilan,

serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.

Hasil :

1. Ibu yang mengalami perdarahan kapanpun segera mendapat

pertolongan yang cepat dan tepat.

2. Kematian ibu dan janin akibat perdarahan antepartum berkurang.


3. Meningkatknya pemanfaatan bidan untuk konsultasi pada keadaan

gawat darurat.

Proses :

1. Memeriksa dan merujuk ibu hamil perdarahan dari jalan lahir.

2. Berikan penyuluhan dan nasehat tentang bahaya perdarahan dari

jalan lahir sebelum bayi lahir kepada ibu dan suami/keluarga pada

setiap kunjungan.

3. Nasehati ibu hamil, suaminya atau keluarganya untuk memanggil

bidan bila terjkadi perdarahan atau nyeri hebat didaerah perut

kapanpun dalam kehamilan.

4. Lakukan penilaian keadaan umum ibu dan perkirakan usia

kehamilannya.

5. JANGAN melakukan periksa dalam.

6. Berikan cairan intravena NaCl atau Ringer Laktat, infus dinberikan

dengan tetesan cepat sesuai dengan kondisi ibu.

7. Bila terlihat gejala dan tanda syok pada ibu,segera rujuk kerumah

sakit.

8. Buat catatatn lengkap

9. Dampingi ibu hamil yang dirujuk kerumah sakit dan mimtaklah

keluarga yang akan menyumbangkan darahnya serta untuk ikut

serta.

10. Mengikuti langkah;langkah untuk merujuk.


2.2.17 Standar 17 Penanganan Kegawatdaruratan Pada Eklamsi

Tujuan :

Mengetahui dan melakukan tindakan yang cepat dan tepat pada

eklamsia mengancam.

Pernyataan standar :

Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklamsia mengancam,

serta merujuk dan/ atau memberikan pertolongan pertama.

Hasil :

1. Penurunan kejadian eklamsia.

2. Ibu hamil yang mengalami preeklamsi berat/eklamsia mengancam

segera mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.

3. Menurunkan kesakitan dan kematian akibat eklamsia.

Proses

1. Selalu waspada terhadap gejala dan tanda eklamsia mengancam,

yaitu edema, nyeri kepala hebat, mengantuk, gangguan penglihatan,

nyeri ulu hati mual atau muntah.

2. Catat tekanan darah ibu, segera periksa adannya gejala dan tanda

preeklamsia atau eklamsia mengancam.

3. Cari pertolongsn segera untuk menganjurkan rujukan ibu kerumah

sakit.

4. Baringkan ibu pada posisi miring kekiri.


5. Berikan cairan intra vena dengan tetesan lambat dan catat semua

cairan yang masuk dengan keluar.

6. Jika terjadi kejang,letakkan ibu dilantaindan jauh dari benda yang

dapat melukainya.

7. Jika terjadi kejang berikan MgSO4 sesuai dengan pedoman.

8. Bila ibu mengalami koma, pastikan posisi ibu dibaringkan miring

kiri, dengan kepala sedikit ditengadh agar jalan nafas tetap terbuka.

9. Catat semua obat yang diberikan, keadaan ibu, termasuk tekanan

darahnya setiap 10 menit.

10. Bawa segera ibu kerumah sakit setelah serangan kejang berhenti.

2.2.18 Standar 18 Penanganan Kegawatan Pada Partus Macet

Tujuan :

Mengetahui dengan segera dan menangani dengan tepat keadaan

darurat pada partus lama/macet.

Pernyataan standar :

Bidan mengenai secara tepat dan gejala partus lama/macet serta

melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu atau

merujuknya.

Hasil :

1. Mengenai secara dini gejala dan tanda partus lama serta tindakan

yang tepat.

2. Penurunan kematianibu/bayi akibat partus lama.


3. Ibu mendapat pertolongan kedaruratan obstetrik yang tepat dan

cepat.

Proses :

1. Memantau dan mencatat secara berkala keadaan ibu dan janin, his,

dan kemajuan persalinan pada partograf dan catatan persalinan

2. Jika terdapat penyimpangan dalam kemajuan persalinan,maka

lakukan palpasi uterus dengan teliti untuk mendeteksi gejala-gejala

dan tanda-tanda lingkaran retraksi patologis.

3. Mintaklah ibu buang air kecil apabila kandung kencingnya penuh.

4. Cuci tangan atau sabun dan air bersih serta keringkan dengan

handuk bersih.

5. Jika ada tanda dan gejala persalinan macet atau tanda bahaya pada

bayi ibu, maka ibu diberikan miring dan berikan cairan IV sesuai

dengan pedoman.

6. Jika dicurigai adanya rupture uteri, maka rujuk segera dengan infus

terpasang.

7. Bila kondisi ibu/bayi buruk dan pembukaan serviks sudah/hampir

lengkap, maka bantu kelahiran bayi dengan ekstraksi vakum.

8. Bila keterlambatan terjadi kepala sudah lahir,raba perut ibu dan

periksa apakah bahu sudah berada dibawah pintu atas panggul.

2.2.19 Standar 19 Persalinan Dengan Forsep Renda

Tujuan :
Membantu ibu untuk mempercepat persalinan pada kala II lama

dengan menggunakan forsef.

Pernyataan standar :

Bidaan mengenali kapan diperlukan ekstraksi forsep rendah,

menggunakan foprsep secara benar dan menolong persalinan secara

aman bagi ibu dan bayinya.

Hasil :

1. Penurunan mortalitas dan morbiditas ibu/bayi akibat kala II yang

lama

2. Ibu mendapatkan penanganan kegawat daruratan kebidanan yang

cepat dan tepat.

3. Penggunaan forsep yang aman.

Proses :

1. Pastikan bahwa memang perlu dilakukan forsep letak rendah

2. Siapkan peralatan forsep yang sudah di sterilkan

3. Mintaklah ibu untuk buang air kecil jika kandung kemihnya penuh.

4. Baringkan ibu pada posisi litotomi, bersihkan daerah genital dengan

air bersih.

5. Cuci tangan dengan sabun, air bersih, dan keringkan dengan handuk

bersih.

6. Periksa semua peralatan apakah berfungsi, terutama kedua bagian

forsef dapat terkunci dengan baik.


7. Dengan tehnik antiseptik, lakukan periksa dalam untuk kemudian

masukkan forsep dapat terkunci dengan baik.

8. Masukkan forsep kanan mengikuti tangan kanan yang melindungi

dinding vagina.

9. Kunci kedus bagian forsep,tanpa paksaan.

10. Lakukan episiotomi jika perlu.

11. Jika forsep sudah terkunci, tunggu his berikutnya lalu selama his

berlangsung lakukan traksi kearah bawah sampai kepala tampak

luar.

12. Lepaskan forsep bila kepala sudah lahir.

13. Selama melakukan tindakan, bidan hendaknya menerangkan

kepada ibu apa yang dilakukannyadengan carayang baik dan

bersahabat.

14. Lanjutkan untuk melahirkan bayi seperti biasa, ketika kepala

sudah lahir dan forsep sudah di lepaskan.

15. Segera setelah bayi lahir, periksa dinding vagina dengan teliti

apakah ada tanda dan gejala perlukaan.

16. Bila ada robekan, jahit dengan alat-alat steril.

17. Periksa bayi dengan teliti apakah ada trauma akibat forsep.

18. Periksa ibu apakah sudah buang air kecil secara normal setelah

persalinan.

19. Jika ada retensia urin maka masukkan kateter lunak dan segera

kirim ibu kerumah sakit.


20. Amati adanya hematoma yang timbul setelah persalinan.

21. Buat catatan lengkap.

2.2.20 Standar 20 Persalinan Dengan Penggunaan Vakum Ekstraktor

Tujuan :

Untuk mempercepat persalinan pada keadaan teratur menggunakan

vakum ekstraktor.

Peryataan standar :

Bidan mengenali kapan di perlukan ekstraksi vakum, melakukan

secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan

memastikan keamanan bagi ibu dan janin.

Hasil :

1. Penurunan kesakitan/kematian ibu/bayi akibat persalinan lama.

2. Ibu mendapatkan penanganan darura obsetri yang cepat dan tepat.

3. Ekstraksi vakum dapat dilakukan dengan aman.

Proses :

1. Pastika bahwa ekstaksi vakum memang perlu dilakukan.

2. Siapkan semua peralatan dan hubungkan satu dengan yang lain.

3. Cuci tangan.

4. Baringkan ibu dengan posisi litotomi.

5. Mintaklah ibu untuk BAK jika kanding kemih penuh.

6. Dengan teknik aseptik.


7. Jika pembukaan serviks lebih dari 7cm,letakkan mengkuk yang

tepat ukurannya pada puncak kepala bayi.

8. Mulailah menghisap, sesuai dengan petunjuk penggunaan alat.

9. Periksa kembali apakahdinding vagina dan serviks bbas dari

mangkuk penghisap.

10. Pada his berikutnya,naikan hisapan lebih lanjut.

11. Lakukan tarikan pelat tapi mantap.

12. Mintaklah ibu meneran saat his.

13. Bila his berhenti, bidan harus menghentikan tarikkan.

14. Jelaskan dengan hati-hati dan ramah kepada ibu tindakan yang

akan dilakukan.

15. Bila kepala sudah turun di perinium, lakukan tarikan kearah

horizontal lalu keatas.

16. Lakukan episiotomibila dasr panggul sudah sangat teregang.

17. Bila kepala lahir, pelan-pelan turunkan tekanan ekstraksi vakum,

lalu lanjutkan pertolongan persalinan.

18. Setelah bayi lahir,periksa dengan teliti vagina terhadap robekan.

19. Jika perlu,jahir robekan vagina.

20. Periksa bayi dengan teliti terhadap trauma ekstraksi vakum.

21. Perhatiakan apakah ibu sudah BAK

22. Jika terjadi resensi urin rujuk ibu kerumah sakit.

23. Amati kemungkinan terjadinya hematoma sesusah persalinan.

24. Buat pencatatatn yang akurat


2.2.21 Standar 21 Penanganan Retensio Plasenta

Tujuan :

Mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi retensio

plasenta toatal/parsial.

Pernyataan standar :

Bidan mampu mengenali retensio plasenta, dan memberikan

pertolongan pertama, termasuk plasenta manual dan penanganan

perdaraha, sesuai dengan kebutuhan.

Hasil :

1. Penurunan kejadian perdarahan hebat akibat retensio plasenta

2. Ibu dengan retensio plasenta mendapatkan penanganan yang cepat

dan tepat.

3. Penyelamat ibu dengan retensio plasenta menungkat.

Proses :

1. Amati adanya tanda dan gejala retensio plasenta.

2. Bila plasenta tidak lahir dan kontraksi uterus kurang baik berikan

10 IU oksitoksin secara intra muskular.

3. Jika dengan tindakan tersebut plasenta belum lahir atau

perdarahan,maka rujuk pasien.

4. Bila terjadi perdarahan dan kontraksi baik, maka lahirkan plasenta

secara manual.

5. Bri cairan IV NaCL atau RL diguyur.

6. Siapkan peralatan steril untuk manual plasenta.


7. Posisi kan ibu litotomi.

8. Jelaskan pada ibu tindakan yang akan dilakukan dan jika ada

berikan diazepam 10 mg.

9. Cuci tangan.

10. Lakukan tindakan manual plasenta

11. Setelah plasenta lahir periksa kelengkapan plasenta dan cek

robekan vagina.

12. Bersihakn ibu

13. Jika ragu plasenta lahir tidak lengkap, maka lakukan rujukan.

14. Buat pencatatan yang akurat

2.2.22 Standar 22 Penanganan Pospartum Primer

Tujuan :

Mengenali dan mengambil tindakan yang tepat pada perdarahan

postpartum primer.

Hasil :

1. Penurunan kematian akibat perdarahan.

2. Meningkatnya pemanfaatan pelayanan bidan.

3. Rujukan secara didni kasus perdarahan post partum primer ke

rumah sakit.

Proses :

1. Periksa gejala dan tanda perdarahan postpartum primer.


2. Bila plasenta sudah lahir tetapi perdarahan berlangsung, lakukan

palpasi pundus.

3. Jika uterus berkontraksi baik,perdarahan mungkin berasal dari

plasenta yang lahir tidak lengkap.

4. Monitor tanda-tanda vital,pasang infus lakukan rujukan.

5. Bila perdarahan tetap berlangsung lakukan KBE lalu KBI.

6. Periksa jumlah perdarahan.

7. Buat catatan yang akurat.

2.2.23 Standar 23 Penanganan Poastpartum Skunder

Tujuan :

Mengenal gejala dan tanda-tanda perdararahan postpartum sekunder

serta melakukan penanganan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa

ibu.

Pernyataan standar :

Bidan mampu mengenali gejala dan tanda-tanda perdararahan

postpartum sekunder serta melakukan penanganan yang tepat untuk

menyelamatkan jiwa ibu.

Hasil :

1. Mortalitas dan morbilitas akibat perdarahan sekunder menurun.

2. Ibu yang mempunyai resiko mengalami perdarahan sekunder

ditemukan dini dan segera ditangani secara memadai.


Proses :

1. Periksa gejala dan tanda-tanda perdarahan postpartum sekunder.

2. Pantau dengan hati-hati ibu yng mengalamai resiko perdarahan

postpartum sekunder

3. Berikan antibiotik.

4. Bila kondisi ibu memburuk lakukan pemasangan infus.

5. Jelaskan dengan hati-hati kepada ibu dan keluarga tentang apa yang

terjadi.

6. Rujuk ibu bersama bayinya.

7. Observasi dan catatan tanda-tanda vital.

8. Berikan suplemen zat besi selama 90 hari kepada ibu.

9. Buat catatan akurat.

2.2.24 Standar 24 Penanganan Sepsis Puerperalis

Tujuan :

Menenali tanda-tanda sepsis puerperalis dan mengambil tindakan yang

memadai.

Pernyataan standar :

Bidan mampu mengenali cara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis,

serta melakukan pertolongan pertama atau rujukan.

Hasil :

1. Ibu dengan sepsis puerperalis mendapat penangan yang memadai

dan tepat waktu.


2. Penurunan kematian akibat sepsis puerperalis.

3. Meningkatnya pemanfaatan bidan dalam pelayanan nifas.

Proses

1. Mengenali tanda dan gejala sepsis puerperalis.

2. Beri penyuluhan pada ibu agar waspada terhadap tanda dan gejala

infeksi dan segera mencari pertolongan

3. Jika uterus nyeri, pengecilan uterus lambat, rujuk ke RS dengan

terpasang infus.

4. Lakukan semua pencatatan dengan seksama.

Anda mungkin juga menyukai