HEPATITIS B
Pembimbing:
dr. Rachmad Aji Saksana, SpPD
Disusun oleh :
Celestia Wohingati
G4A014095
G4A014096
G4A015013
Yanestria Purnamasari
G4A015014
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
HEPATITIS B
Disusun oleh :
Celestia Wohingati
G4A014095
G4A014096
G4A015013
Yanestria Purnamasari
G4A015014
September 2015
Dokter Pembimbing :
BAB I
2
PENDAHULUAN
Hepatitis B merupakan penyakit yang banyak ditemukan di dunia dan
dianggap sebagai persoalan kesehatan masyarakat yang harus diselesaikan. Hal ini
karena selain prevalensinya tinggi, virus hepatitis B dapat menimbulkan problema
pasca akut bahkan dapat terjadi siroshis hepatitis dan karsinoma hepatoseluler
primer. Sepuluh persen dari infeksi virus hepatitis B akan menjadi kronik dan
20% penderita hepatitis kronik ini dalam waktu 25 tahun sejak tertular akan
mengalami
sirosis
hepatis
dan
karsinoma
hepatoselluler
(hepatoma).
Kemungkinan akan menjadi kronik lebih tinggi bila infeksi terjadi pada usia balita
dimana respon imun belum berkembang secara sempurna. Pada saat ini di dunia
diperkirakan terdapat kira-kira 350 juta orang pengidap (carier) HBsAg dan 220
juta (78%) diantaranya terdapat di Asia termasuk Indonesia. Berdasarkan
pemeriksaan HBsAg pada kelompok donor darah di Indonesia prevalensi
Hepatitis B berkisar antara 2,50-36,17 % (Sulaiman, 1995). Selain itu di Indonesia
infeksi virus hepatitis B terjadi pada bayi dan anak, diperkirakan 25-45%
pengidap adalah karena infeksi perinatal. Hal ini berarti bahwa Indonesia
termasuk daerah endemis penyakit hepatitis B dan termasuk negara yang
dihimbau oleh WHO untuk melaksanakan upaya pencegahan (Imunisasi).
Hepatitis B biasanya ditularkan dari orang ke orang melalui darah/darah
produk yang mempunyai konsentrasi virus hepatitis B yang tinggi, melalui semen,
melalui saliva, melalui alat-alat yang tercemar virus hepatitis B seperti sisir, pisau
cukur, alat makan, sikat gigi, alat kedokteran dan lain-lain. Di Indonesia kejadian
hepatitis B satu diantara 12-14 orang, yang berlanjut menjadi hepatitis kronik,
sirosis hepatis dan hepatoma. Satu atau dua kasus meninggal akibat hepatoma.
Mengingat jumlah kasus dan akibat hepatitis B, maka diperlukan pencegahan
sedini mungkin. Pencegahan yang dilakukan meliputi pencegahan penularan
penyakit penyakit hepatitis B melalui Health Promotion dan pencegahan penyakit
melalui pemberian vasinasi. Menurut WHO bahwa pemberian vaksin hepatitis B
tidak akan menyembuhkan pembawa kuman (carier) yang kronis, tetapi diyakini
95 % efektif mencegah berkembangnya penyakit menjadi carier.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Ny.K
Umur
: 35 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Status perkawinan
: Menikah
Suku bangsa
: Jawa
Agama
: Islam
Pekerjaan
Alamat
Tanggal masuk
: 14 September 2015
Tanggal Periksa
: 16 September 2015
B. SUBJEKTIF
1. Keluhan Utama
Mata kuning kurang lebih 2 minggu
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Margono Soekarjo dengan keluhan mata
kuning sejak 2 minggu yang lalu, mual, perut terasa sebah, pasien
sedang hamil 5 bulan anak kedua, buang air kecil seperti teh, keluhan
dirasakan menetap dan mengganggu aktifitas.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat keluhan serupa
: disangkal
b. Riwayat mondok
: diakui
: disangkal
d. Riwayat hipertensi
: disangkal
: disangkal
f. Riwayat asma
: disangkal
: diakui
b. Riwayat mondok
: disangkal
c. Riwayat hipertensi
: disangkal
4
: disangkal
e. Riwayat asma
: disangkal
ataupun
asam.
Pasien
tidak
merokok
dan
tidak
mengkonsumsi alkohol.
C. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
BB
TB
Vital sign
- Tekanan Darah
- Nadi
: sedang
: compos mentis, GCS = 15 (E4M6V5)
: 51 kg
: 156 cm
: 130/80 mmHg
: 80 x/menit
5
- RR
- Suhu
: 20 x/menit
: 36,0 oC
Status Generalis
a. Kepala
-
Bentuk
: mesochepal, simetris
b. Mata
-
Palpebra
Konjungtiva
: anemis (-/-)
Sclera
: ikterik (+/+)
Pupil
Exopthalmus
: (-/-)
Lapang pandang
Lensa
: keruh (-/-)
Gerak mata
: normal
: nomal
Nistagmus
: (-/-)
c. Telinga
-
otore (-/-)
deformitas (-/-)
d. Hidung
-
deformitas (-/-)
discharge (-/-)
e. Mulut
-
f. Leher
6
Trakhea
Kelenjar lymphoid
Kelenjar thyroid
: tidak membesar
JVP
: normal
g. Dada
1) Paru
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
2) Jantung
-
: SIC II LPSS
h. Abdomen
-
Inspeksi
: cembung gravid
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
i. Ekstrimitas
-
2. Pemeriksaan penunjang
7
: 10,4 gr/dl
Normal : 14 18 gr/dl
Leukosit
: 9250 /l
Hematokrit
: 27 %
Normal : 35 %- 45 %
Eritrosit
: 3,3 juta/l
Trombosit
: 187000/l
Normal: 150.000-450.000/l
MCV
: 80,7 fL
Normal : 79 -99fL
MCH
: 31,3 pg
Normal : 27-31 pg
MCHC
: 38,8 gr/dl
Normal : 33 37gr/dl
RDW
: 20,6%
Normal : 11,5-14.5 %
MPV
: 10,8 fL
Eosinofil
: 0,8 %
Normal : 2 4 %
Basofil
: 0,8 %
Normal : 0 1 %
Batang
: 5,5 %
Normal : 2 5 %
Segmen
: 72,7 %
Normal : 40 70%
Limfosit
: 11,9%
Normal : 25-40%
Monosit
: 8,3%
Normal : 2 8%
Albumin
: 2,04
Globulin
: 2,69
SGOT
: 112
Normal : 15 - 37 U/L
SGPT
: 61
Normal : 30 - 65 U/L
Hitung Jenis
Kimia klinik
HbsAg
: Reaktif
Non Reaktif
Anti HCV
: Non Reaktif N
Non Reaktif
GDS
: 73
D. ASSESSMENT
1. Diagnosis Klinis:
G3P2AO
Hepatitis B Akut
Hipoalbumin
2. Diagnosis Banding
Cholelithiasis
E. PLANNING
1. Diagnosis Kerja:
9
Hepatitis B akut
2. Terapi
a. Farmakologi
-
Curcuma 3x1
Albumin uxdalrex
Ranitidine 2x1
Cefixime 2x1
b. Non Farmakologi
-
Tirah baring.
3. Pemeriksaan Penunjang
USG Abdomen
4. Monitoring
a. Keadaan umum dan kesadaran
b. Tanda vital
c. Pemeliharaan jalan nafas
d. Evaluasi klinis
5. Prognosis
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad fungsionam
: dubia ad bonam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A Definisi
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus
Hepatitis B, suatu anggota famili hepadnavirus yang dapat menyebabkan
peradangan hati akut atau kronis yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati
atau kanker hati. Hepatitis B akut jika perjalanan penyakit kurang dari 6 bulan
sedangkan Hepatitis B kronis bila penyakit menetap, tidak menyembuh secara
11
klinis atau laboratorium atau pada gambaran patologi anatomi selama 6 bulan
(Mustofa & Kurniawaty, 2013).
B Etiologi
Hepatitis B Virus Hepatitis B adalah virus (Deoxyribo Nucleic Acid)
DNA terkecil berasal dari genus Orthohepadnavirus famili Hepadnaviridae
berdiameter 40-42 nm (Hardjoeno, 2007). Masa inkubasi berkisar antara 15180 hari dengan rata-rata 60-90 hari (Sudoyo et al, 2009). Bagian luar dari
virus ini adalah protein envelope lipoprotein, sedangkan bagian dalam berupa
nukleokapsid atau core (Hardjoeno, 2007). 11 Genom VHB merupakan
molekul DNA sirkular untai-ganda parsial dengan 3200 nukleotida (Kumar et
al, 2012). Genom berbentuk sirkuler dan memiliki empat Open Reading
Frame (ORF) yang saling tumpang tindih secara parsial protein envelope
yang dikenal sebagai selubung HBsAg seperti large HBs (LHBs), medium
HBs (MHBs), dan small HBs (SHBs) disebut gen S, yang merupakan target
utama respon imun host, dengan lokasi utama pada asam amino 100-160
(Hardjoeno, 2007). HBsAg dapat mengandung satu dari sejumlah subtipe
antigen spesifik, disebut d atau y, w atau r. Subtipe HBsAg ini menyediakan
penanda epidemiologik tambahan (Asdie et al, 2012). Gen C yang mengkode
protein inti (HBcAg) dan HBeAg, gen P yang mengkode enzim polimerase
yang digunakan untuk replikasi virus, dan terakhir gen X yang mengkode
protein X (HBx), yang memodulasi sinyal sel host secara langsung dan tidak
langsung mempengaruhi ekspresi gen virus ataupun host, dan belakangan ini
diketahui berkaitan dengan terjadinya kanker hati (Hardjoeno, 2007).
C Patofisiologi
Sel hati manusia merupakan target organ bagi virus Hepatitis B. Virus
Hepatitis B mula-mula melekat pada reseptor spesifik di membran sel hepar
kemudian mengalami penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. Virus
melepaskan mantelnya di sitoplasma, sehingga melepaskan nukleokapsid.
Selanjutnya nukleokapsid akan menembus sel dinding hati. Asam nukleat
VHB akan keluar dari nukleokapsid dan akan menempel pada DNA hospes
12
dan berintegrasi pada DNA tersebut. Proses selanjutnya adalah 17 DNA VHB
memerintahkan sel hati untuk membentuk protein bagi virus baru. Virus
Hepatitis B dilepaskan ke peredaran darah, terjadi mekanisme kerusakan hati
yang kronis disebabkan karena respon imunologik penderita terhadap infeksi
(Mustofa & Kurniawaty, 2013). Proses replikasi virus tidak secara langsung
bersifat toksik terhadap sel, terbukti banyak carrier VHB asimtomatik dan
hanya menyebabkan kerusakan hati ringan. Respon imun host terhadap
antigen virus merupakan faktor penting terhadap kerusakan hepatoseluler dan
proses klirens virus, makin lengkap respon imun, makin besar klirens virus
dan semakin berat kerusakan sel hati. Respon imun host dimediasi oleh
respon seluler terhadap epitop protein VHB, terutama HBsAg yang ditransfer
ke permukaan sel hati. Human Leukocyte Antigen (HLA) class I-restricted
CD8+ cell mengenali fragmen peptida VHB setelah mengalami proses
intrasel dan dipresentasikan ke permukaan sel hati oleh molekul Major
Histocompability Complex (MHC) kelas I. Proses berakhir dengan
penghancuran sel secara langsung oleh Limfosit T sitotoksik CD8+
(Hardjoeno, 2007).
D Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis infeksi virus hepatitis B pada wanita hamil tidak
berbeda dengan infeksi virus hepatitis B pada umumnya. Terdapat empat
macam gambaran klinik infeksi virus hepatitis B, yaitu (Sherlock, 1993):
1 Asimtomatik
Gambaran klinik pada penderita asimtomatik tidak menunjukkan gejala
klinik yang khas. Penderita tampak sehat hanya saja dalam darahnya
didapati HBsAg positif. Bila dalam tubuhnya terdapat HBeAg maka
penderita ini tergolong infeksius sebab HbeAg positif menggambarkan
proses replikasi yang masih aktif bekerja.
13
2 Hepatitis B Akut
Perjalanan klinis penyakit hepatitis akut dibagi menjadi 4 tahap yaitu:
a
Masa inkubasi
Masa inkubasi adalah masa antara penularan infeksi dengan
terjadinya gejala yang lamanya berkisar antara 28-225 hari atau
rata-rata 75 hari. Lamanya masa inkubasi ini tergantung besar
kecilnya inokulum yang infektif.
Fase pra-ikterik
Fase pra-ikterik adalah waktu antara timbulnya gejala pertama
dengan timbulnya ikterus. Keluhan paling awal adalah lemas,
malas, anoreksia, mual, muntah, panas, dan rasa tidak enak daerah
perut kanan atas. Muntah pada kehamilan muda dapat dibedakan
dengan muntah pada hepatitis dari awal terjadinya. Pada hepatitis,
semakin sore hari muntah semakin berat sedangkan pada kehamilan
muda muntah paling sering dirasakan pada pagi hari. Pada akhir
masa inkubasi, beberapa individu berkembang gejala seperti
hipersensitivitas yang berupa atralgia, ruam kulit dan vaskulitis.
Keadaan ini terjadi karena kompleks antigen-antibodi yang ikut
dalam sirkulasi darah.
Fase ikterik
Ikterus akan timbul dan terjadinya berkisar antara 1-3 minggu tetapi
dapat pula terjadi beberapa hari atau bahkan sampai 6 bulan. Fase
ikterik berakhir antara 2-6 minggu. Ketika gejala ikterus tampak
maka demam dan malaise akan menghilang. Pada fase ini pada
pemeriksaan fisik teraba hepar dan lien membesar dan akan
menetap pada beberapa waktu setelah ikterus hilang. Bla ikterus ini
berlangsung dengan hebat maka akan terjadi hepatitis fulminan
yang dapat menyebabkan kematian. Pada hepatitis fulminan terjadi
kegagalan fungsi hati progresif yang ditandai dengan ensefalopati,
14
pemeriksaan
hiponatremia,
laboratorium
hipokalemia,
kurang
didapatkan
dari
10%
leukositosis,
mengalami
Fase penyembuhan
Fase penyembuhan adalah fase antara hilangnya ikterus sampai
kesembuhan dari hepatitis. Pada pemeriksaan laboratorium terlihat
HBsAg, HBeAg, dan DNA virus hepatitis B menghilang. Anti-HBc
mulai timbul dengan disertai IgM anti-HBc meningkat sedangkan
IgG anti-HBc timbul kemudian dan menetap. Pada fase ini pula
sebelum HBsAg menghilang akan timbul anti-HBe yang berarti
terjadi pengurangan replikasi virus dan mulai terjadi resolusi.
Dalam waktu 6 bulan akan timbul anti-HBs setelah HBsAg
menghilang pada 30-50% penderita.
Hepatitis B Kronis
Gambaran klinis pada hepatitis B kronis dapat bermacam-macam, mulai
dari tanpa gejala sampai gejala yang khas. Gejala tersebut secara klinis
seringkali sulit dibedakan apakah seseorang menderita hepatitis kronis
persisten (HKP) atau hepatitis kronis aktif (HKA). Keluhan yang sering
terjadi pada HKA adalah mudah lelah, nafsu makan menurun dan berat
badan turun, kadang-kadang terdapat panas subfebril.
4
15
Gejala klinis
Hepatitis kronis umumnya tidak menimbulkan gejala atau tidak
menunjukkan gejala yang khas berupa tidak ada nafsu makan, kelelahan,
mual, muntah, nyeri daerah perut sebelah kanan atas, dan ikterus.
Bagaimanapun juga anamnesis yang teliti seperti lahir dan hidup di daerah
endemis, keluarganya ada yang sakit hepatitis B dan sebagainya akan
2
bilirubin.
Pertanda serologis hepatitis B
Pertanda serum merupakan kunci dalam menegakkan diagnosis hepatitis
B.
a
Pertanda untuk mengetahui penyakit akut atau kronis, yaitu IgM antiHBc yang menunjukkan adanya kerusakan hati pada hepatitis akut.
F Penatalaksanaan
16
17
KESIMPULAN
1. Diagnosis kasus pasien ini adalah hepatitis B.
2. Evaluasi pasien meliputi evaluasi keadaan umum, tanda vital dan evaluasi
klinis.
3. Terapi pada pasien ini cukup istirahat, diet tinggi protein dan karbohidrat.
4. Belum ditemukan pengobatan yang spesifik terhadap infeksi virus
hepatitis B sehingga aspek pencegahan menjadi sangat penting.
18
DAFTAR PUSTAKA
Angsar, I. 1999. Pelatihan pencegahan infeksi virus hepatitis B. Denpasar: SMF
Obstetri & Ginekologi FK UNUD.
Hardjoeno H dkk. 2007. Interprestasi hasil tes laboratorium diagnostik.
Makassar: Hasanuddin University Press (LEPHASS).
Mustofa S, Kurniawaty E. 2013. Manajemen gangguan saluran cerna: Panduan
bagi dokter umum. Bandar Lampung: Aura Printing & Publishing.
Silverman, A. 1995. Pediatric clinical gastroenterology 4th ed. Boston: MosbyYear Book Inc.
Sulaiman Ali, Yulitasari, 1995. Virus Hepatitis A sampai E di Indonesia. Jakarta:
Yayasan Penerbitan IDI.
Surya, IGP. 1999. Pencegahan penularan vertikal virus hepatitis B sebagai upaya
partisipatif meningkatkan kualitas hidup generasi yang akan datang.
Majalah Obstetri Ginekologi Indonesia; 23: 13 22.
Soemohardjo, S; Gunawan, S. 1999. Hepatitis virus B. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Sherlock, S; Dooley, J. 1998. Diseases of the liver and biliary system 9th ed.
London: Blackwell Scientific Publications Inc.
LAMPIRAN
19
20