Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KEGIATAN

LAPORAN F5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular

Topik : Dislipidemia

Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari
persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Cebongan
Kota Salatiga

Disusun oleh:
dr. Intan Mega Pratidiana

Periode November 2018 - Maret 2019


Internsip Dokter Indonesia Kota Salatiga
Periode November 2018 - November 2019

1
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)


Laporan F5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular

Topik:
DISLIPIDEMIA

Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internsip sekaligus sebagai
bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas
Cebongan Kota Salatiga

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal Maret 2019

Mengetahui,
Dokter Internship, Dokter Pendamping

dr. Intan Mega Pratidiana dr. Galuh Ajeng Hendrasti


NIP. 19821014 201001 2 017

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN


Dislipidemia merupakan suatu kelainan yang terjadi pada metabolisme lipoprotein,
baik itu berlebihan ataupun kekurangan. Keadaan yang mungkin timbul dapat berupa
peningkatan dari kadar kolesterol total, kadar low density lipoprotein (LDL), dan kadar
trigliserida serta penurunan dari kadar high density lipoprotein (HDL) di dalam darah.
Dislipidemia disebabkan oleh terganggunya metabolisme lipid akibat interaksi faktor
genetik dan faktor lingkungan. Prevalensi dislipidemia di Indonesia masih cukup tinggi.
Menurut penelitian yang dilakukan pada warga usia lanjut di Jakarta, dari 307 sampel
didapatkan kejadian dislipidemia sebesar 44,6%. Sedangkan pada penelitian di Padang
didapatkan angka kejadian dislipidemia mencapai lebih dari 50%.
Kadar kolesterol total dan trigliserida merupakan indikator dislipidemia dan
merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner
merupakan penyakit yang sangat berbahaya dikarenakan penyakit jantung koroner
merupakan penyakit penyebab kematian terbanyak. Hal ini mengindikasikan bahwa
dengan menurunkan angka kejadian dislipidemia 2 maka angka kejadian penyakit jantung
koroner diharapkan akan menurun.

B. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


1. Metode Penyuluhan
Metode penyuluhan dilakukan secara langsung dengan pendekatan individu, yaitu
penyuluh menyampaikan pesan kepada pasien, dalam hal ini adalah pasien dengan
dislipidemia yang melakukan pemeriksaan di puskesmas.
2. Intervensi
Intervensi diberikan pada saat pasien melakukan pemeriksaan kesehatan di
puskesmas, kemudian dilakukan konseling mengenai pencegahan dan
penanggulangan yang diperlukan oleh pasien dengan dislipidemia.

C. PELAKSANAAN
Kegiatan diawali dengan anamnesis singkat mengenai keluhan utama pasien dan
pemeriksaan tanda vital pasien, seperti tekanan darah, laju nadi, laju pernapasan, dan suhu
tubuh oleh perawat Puskesmas Cebongan. Kemudian pasien bertemu dengan dokter dan
dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lebih mendalam dan melakukan
pemeriksaan laborat.

1. Identitas Pasien
Nama : Tn. SR
Usia : 63 tahun

3
Alamat : Klero
Pekerjaan : Pensiun
Status perkawinan : Kawin

2. Anamnesis
a. Keluhan utama
Badan terasa nyeri, cepat lelah
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Balai Pengobatan Puskesmas Cebongan dengan keluhan utama
badan terasa nyeri dan cepat lelah, sudah seminggu ini. Pasien sudah minum obat
pengurang nyeri tetapi hanya sementara berkurang.
c. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat DM : disangkal
d. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat hipertensi : diakui
Riwayat penyakit jantung : diakui
Riwayat DM : disangkal
e. Riwayat nutrisi
Pasien mengatakan makan sehari 3-4x dengan lauk hewani dan nabati.
Akhir-akhir ini sering memakan makanan berlemak saat ada acara hajatan.
f. Riwayat sosial ekonomi
Pasien merupakan seorang pensiunan. Pasien berobat ke Puskesmas Cebongan
menggunakan biaya pribadi karena faskes tingkat I pasien tidak di Puskesmas
Cebongan.

3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 130/90
Suhu : 36,5oC
Laju nadi : 82 kali/menit
Laju napas : 18 kali/menit
Kepala
Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Sekret (-), napas cuping hidung (-)
Telinga : Sekret (-), nyeri tekan (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), atrofi papil lidah (-), stomatitis angularis (-)
Tenggorok : Faring hiperemis (-), pembesaran tonsil (-)
Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
Jantung : suara jantung I dan II normal, regular, bising (-)
Paru : SDV (+/+), suara tambahan (-/-)
Abdomen : BU (+) normal, supel, nyeri tekan (-)
Ekstremitas :
Superior Inferior

4
Edema (-/-) (-/-)
Akral dingin (-/-) (-/-)
Sianosis (-/-) (-/-)
Kuku sendok (-/-) (-/-)

4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan kadar cholesterol total : 253 mg/dl

5. Diagnosis
Myalgia ec dislipidemia

6. Tatalaksana
a. Farmakologis
Simvastatin 10mg 1 dd 1
Ibuprofen tab 2 dd 1
Molaneuron 1 dd 1
b. Non farmakologis
Dilakukan konseling mengenai dislipidemia. Konseling yang diberikan:
1) Diet rendah lemak, hindari makan makanan tinggi lemak sepeti gorengan,
daging berlemak, susu, margarin, fast food, kulit hewani (ayam, sapi)
2) Kurangi makanan tinggi kolesterol seperti udang, jerohan, telur 2x seminggu
3) Menggunakan minyak tak jenuh, minyak sayur, minyak zaitun, dll
4) Mengkonsumsi buah dan sayur secara teratur. Sebaiknya dalam konsidi segar
(bukan olahan)
5) Hindari konsumsi karbohidrat berlebihan terutama karbohidrat sederhana
seperti gula.
6) Hindari berat badan berlebih
7) Hindari merokok dan alkohol
8) Berolahraga secara teratur 2-3x/ minggu lama latihan 45-60menit.
D. MONITORING DAN EVALUASI
Pasien kontrol rutin ke puskesmas dan menjalani skrining pemeriksaan cholesterol rutin.
Untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

B. Definisi
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan
atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah
kenaikan kadar kolesterol total, Low Density Lipoprotein (LDL), dan trigliserida serta
penurunan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Dislipidemia adalah keadaan
terjadinya peningkatan kadar Low Density Lipoprotein (LDL), kolesterol dalam darah,
atau trigliserida dalam darah yang dapat disertai dengan penurunan kadar High Density
Lipoprotein (HDL). Dalam proses terjadinya aterosklerosis, dislipidemia memiliki peran
yang penting dan sangat berkaitan satu dengan yang lain.

C. Epidemiologi
Kenaikan kadar kolesterol total atau hiperkolesterolemia merupakan salah satu bentuk
dari dislipidemia. Banyak penelitian hingga saat ini menemukan bahwa dislipidemia
sebagai penyebab morbiditas, mortalitas, dan biaya pengobatan yang tinggi. Selain itu,
dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko penting terjadinya penyakit jantung
koroner yang merupakan penyebab kematian utama di Amerika Serikat. World Health
Organization (WHO) memperkirakan dislipidemia berhubungan dengan kasus penyakit
jantung iskemik secara luas, serta menyebabkan 4 juta kematian per tahun.
Berdasarkan catatan WHO, pada tahun 2008 sekitar 39% dari populasi dunia
menderita hiperkolesterolemia. Prevalensi tertinggi ada di 8 regional Eropa, sedangkan di
regional Asia Tenggara sendiri angkanya mencapai 29% dari populasi. Prevalensi di
Indonesia dari tahun ke tahun diketahui meningkat. Pada tahun 2008 tercatat
prevalensinya sebesar 35,1%. Kemudian pada tahun 2013 meningkat menjadi 35,9%.
Pada penelitian lain tahun 2004 terhadap 656 responden di 4 kota besar di Indonesia
yaitu Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Padang, keadaan dislipidemia berat (total
kolesterol >240 mg/dl) paling banyak didapatkan di Padang dan Jakarta dengan
prevalensi >56%, diikuti oleh mereka yang tinggal di Bandung dengan 52,2% dan
Yogyakarta dengan 27,7%.
Prevalensi di provinsi Jawa Tengah maupun di kota Semarang belum diketahui.
Namun yang diketahui adalah jumlah kasus penyakit jantung koroner, penyakit yang
berhubungan dengan kenaikan kadar kolesterol dalam darah. Jumlah kasus penyakit
jantung koroner di provinsi Jawa Tengah tahun 2005 sebanyak 12.338 kasus. Kasus
tertinggi penyakit jantung koroner ada di kota Semarang yaitu sebesar 1.487 kasus.

6
Berdasarkan temuan tersebut, diperkirakan pada saat ini lebih banyak lagi masyarakat
yang menderita dislipidemia

D. Klasifikasi
1. Klasifikasi fenotipik
Klasifikasi ini dibagi menjadi dua klasifikasi, yakni:
a. Klasifikasi Europian Atherosclerosis Societ (EAS)
EAS telah menetapkan klasifikasi sederhana yang berguna untuk pemilihan
terapi, yaitu hiperkolesterolemia, dislipidemia campuran, dan
hipertrigliseridemia.
b. Klasifikasi WHO
Klasifikasi WHO merupakan modifikasi klasifikasi Fredrickson yang didasarkan
pada pengukuran kol-total dan TG, serta penilaian secara elektroforesis subkelas
lipoprotein.
2. Klasifikasi patogenik
Klasifikasi kedua yakni klasifikasi patogenik, membagi menjadi dislipidemia primer
dan sekunder.
a. Dislipidemia sekunder adalah dislipidemia yang terjadi akibat suatu penyakit lain,
misalnya hipotiroidisme, sindroma nefrotik, diabetes melitus, dan lain-lain.
b. Dislipidemia primer
Dislipidemia ini dapat disebabkan oleh banyak kelainan genetik.
1) Hiperkolesterolemia Poligenik
Keadaan ini merupakan penyebab hiperkolesterolemia tersering (>90%).
Merupakan interaksi antara kelainan gen yang multipel, nutrisi, dan faktor
lingkungan lainnya serta lebih mempunyai lebih dari satu dasar metabolik.
Hiperkolesterolemia biasanya ringan atau sedang dan tidak ada xantoma
(penumpukan lemak di bawah lapisan kulit).
2) Hiperkolesterolemia Familial
Kelainan ini bersifat autosomal dominan dan terdapat bentuk homozigot
maupun heterozigot. Hiperkolesterolemia familial homozigot memiliki kadar
kol-total antara 600-1000 mg/dl, tidak dapat diobati, menyebabkan PJK dan
stenosis aorta pada masa kanak-kanan dan dewasa muda.
Hiperkolesterolemia timbul karena peningkatan kadar kol-LDL yang
disebabkan oleh kelainan fungsi atau jumlah reseptor LDL. Pada
hiperkolesterolemia familial heterozigot biasanya kadar koltotal bervariasi
antara 350-460 mg/dl, tetapi adanya nilai >300 mg/dl pada dewasa atau >260
mg/dl untuk usia

E. Manifestasi Klinis

7
Hiperlipidemia atau dislipidemia merupakan kondisi, bukan merupakan suatu
penyakit sehingga tidak ada gejala klinisnya. Manifestasi klinis dapat terlihat setelah
pemeriksaan laboratorium. Pada tahap lebih lanjut, beberapa simptom yang mungkin
timbul antara lain: terjadinya pengendapan lemak pada otot dan kulit (xanthoma). Pada
kondisi kadar trigliserida sangat tinggi (800mg/dl atau lebih) dapat menyebabkan
pembengkakan hati dan limpa serta simptom pankreatitis seperti sakit perut.

F. Diagnosis
Diagnosis dislipidemia didapatkan dengan pemeriksaan laboraturium profil lipid
plasma. Pemeriksaan ini dianjurkan pada setiap orang dewasa berusia lebih dari 20
tahun. Kadar lipid plasma yang diperiksa meliputi kolesterol total, kolesterol LDL,
kolesterol HDL, dan trigliserida. Apabila ditemukan hasil yang normal, maka dianjurkan
pemeriksaan ulangan setiap lima tahun.
NCEP ATP III pada tahun 2011 membuat suatu batasan kadar lipid plasma yang
sampai saat ini masih digunakan (tabel ).
Tabel . Interpretasi kadar lipid plasma Kolesterol LDL

G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Farmakologi
Pada saat ini dikenal sedikitnya 6 jenis obat yang dapat memperbaiki profil
lipid serum yaitu bile acid sequestran, HMG-CoA reductase inhibitor (statin),
derivat asam fibrat, asam nikotinik, ezetiibe dan asam lemak omega-3.
Selain obat tersebut, saat ini telah dipasarkan obat kombinasi dua jenis
penurunan lipid dalam satu tablet seperti advicor (lofastatin dan niaspan), dan
vytorin (simvastatin dan ezetimibe).
Tabel . Obat Penurun Lipid

8
a. Bile Acid Sequesterants
1) Jenis : kolestiramin, kolestipol, dan kolesevelam.
2) Cara kerja : mengikat asam empedu di usus, sehingga kadar asam empedu yang
kembali ke hati menurun, akibatnya pemecahan kolesterol lebih banyak untuk
menghasilkan asam empedu baru, keadaan seperti ini mengakibatkan kadar
kolesterol menurun.
3) Dosis : kolestiramin 8-12 gram, 2-3 kali sehari. Kolestipol 10-15 gram, 2-3 kali
sehari.
4) Efek samping : susah buang air besar, mual, dan perut tidak enak.

b. HMG-CoA Reductase Inhibitor


1) Jenis : lovastatin, simvastatin, atrovastatin, fluvastatin dan pravastatin.
2) Cara kerja : menurunkan sintesis kolestrerol di hati dan meningkatkan
penyerapan kolesterol LDL di hati.
3) Dosis : lovastatin 10-80mg/dl, simvastatin 5-40 mg/dl dan atrovastatin 10-80
mg/dl.
4) Efek samping : gangguan fungsi hati, dan peradangan pada otot yang ditandai
dengan meningkatnya kadar keratin fosfokinase di dalam darah, dan
rabdomiolisis
c. Derivat Asam Fibrat
1) Derivat ini paling banyak dipasarkan jenis gemfibrozil dan fenofibrat.
2) Jenis : gemfibrozil, bezafibrat, ciprofibrat dan fenofibrat.

9
3) Cara kerja : menurunkan trigliserida plasma dan hati, serta meningkatkan kadar
kolestrol HDL.
4) Dosis : gemfibrozil 600-1200 mg per hari, fenofibrat 160 mg per hari.
5) Efek samping : mual, gangguan fungsi hati dan peradangan otot.
d. Asam nikotinik
1) Jenis : niasin (sudah jarang digunakan karena efek samping yang cukup
banyak), niaspan (efek sampingnya lebih kecil dari niasin).
2) Cara kerja : mengurangi sintesis VLDL dan LDL.
3) Dosis : niasin 50-100 mg sehari, dibagi 3 kali pemberian.
4) Efek samping : perasaan panas di muka,jantung berdebar cepat, gatal, mual,
diare, luka pada lambung, gangguan penyerapan glukosa, dan gangguan fungsi
hati.
e. Ezetimibe
1) Cara kerja : penurunan absorbs kolesterol di usus halus.
2) Dosis : 10 mg/hari, 1 kali per hari.
3) Efek samping : sakit kepala, nyeri perut, dan diare.
f. Asam Lemak Omega-3
Minyak ikan, kaya akan asam lemak omega-3 yaitu asam eicosapentaenoic
(EPA) dan asam docasahexaenoic (DHA). Minyak ini menurunkan sintesis VLDL.
Dengan demikian dapat juga menurunkan kadar kolesterol. Obat ini dipasarkan
dalam bentuk kapsul dengan dosis yang tergantung dari jenis asam lemak omega-3.
Dosis obat tergantung dari jenis kombinasi asam lemak.
Asupan normal omega-3 untuk orang dewasa adalah 3 gram/hari.
Sebaiknya jangan lebih dari itu karena asam lemak dari kapsul tanpa pengawasan
dari penyedia pelayanan kesehatan, meningkatkan risiko pendarahan.
Menurut American Heart Association , asupan suplemen omega-3 adalah:
1) Untuk orang dewasa dengan penyakit jantung koroner : 1 gram/hari
2) Untuk orang dewasa dengan kadar kolesterol tinggi : 4 gram/sehari
2. Penatalaksanaan non-farmakologi
Penatalaksanaan nonfarmakologi pada dasarnya meliputi terapi nutrisi, aktifitas fisik
dan menghindari stres.
a. Terapi nutrisi
Merupakan terapi tahap awal pada pasien dengan dislipidemia, untuk itu
disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli gizi. Pada dasarnya adalah
pembatasan jumlah kalori dan lemak.
b. Aktivitas fisik
Prinsipnya pasien dianjurkan untuk meningkatkan aktivitas fisik sesuai dengan
kondisi dan kemampuannya. Semua jenis aktivitas fisik bermanfaat seperti jalan
kaki, naik sepeda, berenang dll. Penting sekali agar jenis olahraga disesuaikan
dengan kemampuan dan kesenangan pasien. Berolahraga secara teratur dengan
memperhatikan:

10
1) Kontinuitas (menjadikan olahraga sebagai suatu gaya hidup dengan menjaga
endurance).
2) Frekuensi (3-4 kali/minggu).
3) Durasi 30-45 menit/ kali olahraga.
4) Intensitas (intensitas harus minimal atau dengan kata lain, olahraga harus
menghasilkan keringat tanpa terengah-engah serta tidak menimbulkan
perasaan lelah tetapi menimbulkan perasaan segar).
5) Gerakan yaitu kombinasi antara gerakan dinamis yang tidak terlampau cepat,
renggangan/stretching, gerakan mengayun lengan serta menggentakan jari-jari
tangan serta gerakan pernapasan.
6) Tipe olahraga seperti berenang atau bersepeda secara berlahan-lahan,
treadmill atau jogging

c. Hindari stress
Skema pengaruh tekanan darah terhadap kadar kolestrol
Tekanan darah yang tinggi  memudahkan rusaknya pembuluh darah 
penumpukan plak aterom (lemak) di dalam lapisan endotel pembuluh darah
keluar dan masuk ke sirkulasi darah  kadar kolestrol darah meningkat.

H. Komplikasi
Apabila dislipidemia tidak segera diatasi, maka dapat terjadi berbagai
macamkomplikasi, antara lain:
1. Atherosklerosis
2. Penyakit jantung koroner
3. Penyakit serebrovaskular seperti stroke
4. Kelainan pembuluh darah tubuh lainnya
5. Pankreatitis akut

11
DAFTAR PUSTAKA

Adam, J. M.F. 2009. Dislipidemia Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. edisi 4. Pusat Penerbit
FK UI. Jakarta.
Depkes RI, 2014. Buku Saku Asuhan Gizi di Puskesmas. Jakarta : Direktorat Bina Gizi,
Kementerian Kesehatan.
Graha, K.C. 2010. Kolesterol. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
Guyton, A.C. and J.E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. ECG. Jakarta
Hafiane A, Genest J. 2013. HDL, atherosclerosis, and emerging therapies. Journal of
Cardiovascular. Canada
Jellinger PS, Adi EM, Yehuda H, Mark DS. 2013. The AACE Task Force for Management of
Dyslipidemia and Prevention of Atherosclerosis. American Association of Clinical
Endocrinologists' guidelines for management of dyslipidemia and prevention of
atherosclerosis. Amerika.
Musunuru, K. 2010. Atherogenic Dyslipidemia: Cardiovascular Risk and Dietary
Intervention. Cardiovascular Research Center and Center for Human Genetic
Research. Boston. 45(10):907-14
PERKI. 2017. Pedoman Tatalaksana Dislipidemia. Jakarta: Centra Communications.
Waluya, T, Rimbawan, dan Nuri, A. 2013. Hubungan antara konsumsi pangan dan aktivitas
fisik dengan kadar kolesterol darah pria dan wanita dewasa di bogor. Jurnal gizi dan
pangan, Maret 2013, 8 (1): 9-16

LAMPIRAN

12
13

Anda mungkin juga menyukai