Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN REFLEKSI KASUS

Decompensatio Cordis
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan

Disusun Oleh:
Rosalina Febrianti
12711049

Pembimbing:
dr. Endra Dwi Cahyana, Sp.PD

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2018
FORM REFLEKSI KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
______________________________________________________________________
Nama Dokter Muda : Rosalina Febrianti NIM : 12711049
Stase : Ilmu Penyakit Dalam
Identitas Pasien
Nama / Inisial : Tn. K No RM : 567095
Umur : 73 th Jenis kelamin : Laki-laki
Diagnosis/ kasus : Decompensatio cordis
Pengambilan kasus pada minggu ke: IV
Jenis Refleksi: lingkari yang sesuai (minimal pilih 2 aspek, untuk aspek ke-Islaman sifatnya
wajib)
a. Ke-Islaman*
b. Etika/ moral
c. Medikolegal
d. Sosial Ekonomi

Form uraian
1. Resume kasus yang diambil (yang menceritakan kondisi lengkap pasien/ kasus yang
diambil ).

Pasien datang ke IGD RSUD Wonogiri diantarkan oleh istri dan anaknya dengan keluhan
sesak napas. Sesak nafas sudah dirasakan selama 5 hari terakhir. Sesak nafas yang dialami
pasien terus menerus. Sesak terutama dirasakan jika berjalan jauh dan melakukan aktivitas
berat. Pasien tidak merasakan adanya nyeri dada ataupun nyeri dada yang menjalar ke
tangan/ punggung yang mengiringi sesak nafasnya. Saat malam, pasien tidur dengan 2
bantal dan sering terbangun karena sesak. Pasien juga mengeluh batuk selama 1 minggu
terakhir, 3 hari SMRS batuk disertai dahak. Keluhan ini semakin hari semakin memberat.
Selama 2 tahun ini pasien sering mengeluh sesak napas kambuhan. Pasien memiliki riwayat
darah tinggi dan riwayat penyakit jantung sejak 2 tahun yang lalu dan kadang tidak rutin
minum obat.
Hasil Pemeriksaan :
Tekanan darah : 138/118 mmHg

Suhu tubuh : 36,8˚C

Frekuensi denyut nadi : 107x/menit, regular, kuat angkat

Frekuensi nafas : 29x/menit, pernapasan cepat dan dangkal secara thorakal

IMT : BB=48Kg, TB=160cm; IMT= 18,75 (Normal)

Leher :
KGB : Tidak ada pembesaran

Tiroid : Tidak membesar

JVP : JVP 5+2,5 mmH2O

Jantung

Inspeksi : Pulsasi Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC VI linea axilaris anterior sinistra

Perkusi : - Batas jantung atas : SIC II linea strenalis sinistra

- batas pinggang jantung SIC III linea parasternal sinistra


- Batas jantung kanan : SIC III midclavicula dextra
- Batas jantung kiri : SIC VI Linea Axillaris anterior sinistra
Auskultasi : S1, S2 iregular, Bising jantung (-), S3 gallop (-)

Kesan : terdapat kelainan pada jantung berupa kardiomegali

Paru
Inspeksi : normochest, pergerakan dinding dada kanan kiri simetris, tampak
penggunaan otot bantu pernapasan

Palpasi : nyeri tekan (-), vokal fremitus dekstra=sinistra, krepitasi (-)

Perkusi : sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : suara dasar vesikuler normal (+/+), SDV menurun daerah basal
paru, ronkhi basah basal paru kasar (+/+) di basal paru,
Kesan: terdapat ronkhi basah kasar pada basal paru kanan dan kiri

Ekstremitas

Atas : akral hangat : +/+

Oedem -/-

Bawah : akral hangat : +/+

Pitting Oedem +/+

Kesan : Pitting oedem pada ekstremitas inferior dekstra et sinistra

Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium Darah: (21/11/17) Nilai Rujukan

AL 5,6x103 /uL 4,1-10,9

Hb 13,5 g/dL 14-18

Hct 35 % 40-54

Plt 52x103 /uL 140-440

GDS 107 75-140

Ureum 37 mg/dl 10-50

Creatinine 1,62 mg/dl 0,6-1,1

SGOT 88 U/L <37

SGPT 236 U/L <42

2. Latar belakang /alasan ketertarikan pemilihan kasus


Gagal jantung merupakan masalah kesehatan yang progresif dengan angka mortalitas dan
morbiditas yang tinggi di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia.
Gagal jantung adalah kumpulan gejala yang kompleks dimana seseorang memiliki
sindroma klinik berupa : Gejala gagal jantung (nafas pendek yang tipikal saat istrahat atau
saat melakukan aktifitas disertai / tidak kelelahan); tanda retensi cairan (kongesti paru atau
edema pergelangan kaki); adanya bukti objektif dari gangguan struktur atau fungsi jantung
saat istirahat.
Sindroma ini diakibatkan oleh ketidakmampuan jantung untuk memenuhi cardiac output
(CO) yang cukup untuk melayani kebutuhan jaringan tubuh akan 02 dan nutrisi lain
(Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2015).

Dalam keadaan normal jantung dapat memenuhi CO yang cukup setiap waktu dengan
berbagai kompensasi yang dilakukan tubuh. Namun pada kondisi lanjut, jantung
mengalami kegagalan (dekompensatio) apabila berbagai mekanisme sudah berlebihan
(yaitu retensi garam dan air, meningkatnya resistensi perifer, hipertrofi miokard, dilatasi
ventrikel, meningkatnya tekanan atria, meningkatnya kekuatan kontraksi) tetapi jantung
tidak mempertahankan fungsinya dengan cukup.

Derajat keparahan dari gagal jantung ini mempengaruhi kualitas hidup dan prognosis
penyakit pasien. Seperti pada kasus ini, pasien sudah mengalami derajat kegagalan jantung
yang parah. Yang dengan pengobatan membantu mengurangi keluhan dari pasien
tersebut. Dukungan keluarga dalam hal ini sangat penting dan edukasi dari dokter sangat
membantu dalam ikhtiar pasien terhadap penyakit nya. Selama perawatan 3 hari di RS,
pasien merasa dirinya sudah tidak tahan dengan sakitnya, sampai sesekali pasien
mengeluh sesak seperti hari itu adalah ajalnya dan beberapa kali tersebut bahwa pasien
ingin mati saja. Kemudian setelah 3 hari dirawat di RS, keluarga pasien memutuskan untuk
membawa pasien pulang kerumah (APS).

3. Refleksi dari aspek etika sosial, budaya, dan ekonomi beserta penjelasan evidence /
referensi yang sesuai
• Pasien merupakan peserta BPJS sehingga dalam perawatannya pasien
seharusnya masih bisa tetap dirawat di RS hingga kondisinya baik untuk
melanjutkan pengobatan dirumah. Pasien merupakan duda dimana istri
sudah meninggal dunia. Pasien tinggal bersama anak dan menantunya dan
sehari-hari diurus oleh keluarga. Keluarga cukup mendukung untuk
penyembuhan pasien yaitu diwujudkan dengan perhatiannya untuk
membawa ke RS, menjaga dan merawat pasien saat dirawat. Dukungan
keluarga terhadap salah satu anggota keluarganya yang menderita suatu
penyakit sangat memiliki peranan yang penting dalam proses penyembuhan
dan pemulihan pasien (Fiedman, 1998).
• Keluarga memegang peranan penting untuk mendukung pasien terhadap
masalah sosialnya & meningkatkan status kesehatan psikososial 
informasional, emosional, instrumental, penghargaan . Bentuk dukungan
keluarga yang terus menerus dibutuhkan oleh pasien  gagal jantung
merupakan penyakit yang sulit sembuh atau kembali ke fungsi semula dan
memerlukan proses yang sulit, bergantung pada derajat keparahan penyakit
dan respon masing-masing pasien terhadap terapi.

4. Refleksi Aspek Medikolegal

Dalam segi beneficence seorang dokter melakukan tindakan sesuai dengan


diagnosis penyakit dari pasien tersebut. Non maleficence Adalah prinsip
menghindari terjadinya kerusakan atau prinsip moral yang melarang tindakan yang
memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “primum non nocere”
atau “above all do no harm”
Kriterianya :
a. Menolong pasien emergensi
b. Mengobati pasien luka
c. Mengobati secara proporsional
d. mencegah pasien dari bahaya
Dari segi autonomi, dokter memberikan kesempatan pasien untuk
memutuskan sendiri setiap tindakan yang akan dilakukan kepadanya, termasuk
saat pasien ingin pulang dan tidak dirawat di RS lagi. Dari segi justice, dokter
memperlakukan melakukan pemeriksaan yang sesuai untuk kondisi pasien
tersebut. Tidak membedakan pasien mandiri dengan BPJS, dan tetap
mengusahakan yang terbaik bagi Tn. P dan keluarga. Melakukan edukasi secara
jujur tentang penyakit yang sudah mulai berat tingkat keparahannya.
5. Refleksi ke-Islaman beserta penjelasan evidence / referensi yang sesuai
A. Dokter, pasien dan keluarga harus yakin akan kuasa Allah terhadap
penyakit dan harus tetap berikhtiar
Dalam menghadapi pasien kritis seharusnya seorang dokter tidak merasa
sombong jika pasien yang ditolongnya selamat dan tidak perlu terlalu merasa
bersalah jika ternyata pasien tersebut kemudian meninggal. Dalam hal ini dokter
harus sadar bahwa Allah SWT lah yang memiliki kemampuan untuk mematikan dan
menghidupkan, sebagaimana firman-Nya:
“Allah menghidupkan dan mematikan”
(QS. Ali Imran : 156)
“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah sebagai
ketetapan yang telah Allah tetapkan waktunya”
(QS. Ali Imran : 145)
“Tidak ada suatu umat pun yang dapat mendahului ajalnya dan tidak pula dapat
memundurkannya”
(QS. Al Hijr : 5)
Akan tetapi meskipun kita sadar bahwa Allah SWT adalah yang menentukkan
hidup dan mati pasien namun sebagai hamba yang beriman kita harus tetap berusaha
semaksimal mungkin. Tidak sepatutnya kita berputus asa dan membiarkan pasien
atau bahkan melakukan hal yang membahayakan pasien. Karena Allah SWT
melarang kita berputus asa dan memerintahkan kita untuk senantia berikhtiar,
sebagaimana firman-Nya:

“Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir”
(QS. Yusuf : 12)
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”
(QS. Ar Ra’d : 11)
B. Sakit adalah sarana pengugur dosa apabila sabar dan ikhlas dalam
menjalaninya
Pasien dan keluarga harus ikhlas menerima cobaan yang sedang dihadapi.
Pasien dan keluarga tidak boleh menyerah, berputus aja, ataupun meratapi nasib,
karena putus asa merupakan sifat tercela dalam islam.

“Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir”
(QS. Yusuf : 12)

Hal yang terjadi pada keluarga pasien harus disikapi oleh keluarga sebagai
ujian dari Allah sebagai bentuk kasih sayang Allah terhadap keluarga tersebut. Allah
menurunkan cobaan kepada hambaNya, agar Dia bisa menguji keimanan kita,
apakah kita sabar ataukah marah-marah, dan adakah kita ridha terhadap taqdir
Allah. Disitulah kadar keimanan kita akan diuji.
Jangan sekali-kali mengucapkan, “ Andaikan saja hal ini tidak terjadi ”, atau
bertanya “ mengapa ini harus terjadi pada saya ? ”, tatkala menghadapi takdir dari
Allah.

Karena sesungguhnya segala sesuatu yang terjadi pada kita merupakan


rencana Allah, dan pastilah ada hikmah yang bisa dipetik tatkala kita bersabar dan
berhusnudzon.
Abud-Darda’ radhiyallahu anhu berkata, “ Apabila Allah telah menetapkan
suatu taqdir, maka yang paling dicintaiNya adalah meridhai taqdirNya. ”

Dalam setiap musibah yang ditimpakan kepada kita hendaknya kita


bersabar, karena dengan bersabar maka dapat menjadi sarana penggur dosa kita,
sebagai mana Rasulullah Saw. bersabda

“ Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin. Sesungguhnya semua


urusannya merupakan kebaikan, dan hal ini tidak terjadi kecuali bagi orang
mukmin. Jika dia mendapat kegembiraan, maka dia bersyukur dan itu
merupakan kebaikan baginya, dan jika mendapat kesusahan, maka dia
bersabar dan ini merupakan kebaikan baginya.”
(HR. Muslim)
“Sesungguhnya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala
mereka tanpa batas ”
(QS. Az Zumar : 10)

“ Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit


ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-biahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orangyang sabar.
QS. Al-Baqarah : 155)

Selain itu, dengan adanya kasus di atas juga mengajarkan kepada kita untuk
senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah SWT selama ini
kepada kita. Dikaruniai kesehatan, seharusnya membuat kita untuk terus berbuat
baik setiap hari, memperbaiki segala amalan-amalan di setiap hari-hari yang kita
lalui.

C. Kewajiban beribadah
Sholat 5 waktu merupakan kewajiban yang tidak akan gugur meskipun dalam
keadaan sakit selama pasien masih sadar, tidak hilang akal serta memenuhi syarat
wajib sholat.
Oleh karena itu,semestinya pasien tetap menjalankan ibadah sholat. Namun
pasien sejak sakit tidak melaksanakan sholat karena merasa sangat sesak, terkadang
gelisah dan tidak mampu merespon pertanyaan orang sekitar dengan baik. Dalam
hal ini islam sebagai agama yang indah tidak mengendaki kesusahan. Sama halnya
dengan kasus ini, Allah memberikan keringanan bagi hamba-Nya, sebagaimana
firman Allah SWT :
َٰٓ
١٦ َ‫ش َّح ن َۡف ِسِۦه فَأ ُ ْولَئِكَ ُه ُم ۡٱل ُم ۡف ِلحُون‬
ُ َ‫ٱس َمعُواْ َوأَ ِطيعُواْ َوأَن ِفقُواْ خ َۡي ٗرا ِِّلَنفُ ِس ُك ۡ ۗۡم َو َمن يُوق‬ َ َ ‫ٱست‬
ۡ ‫طعۡ ت ُ ۡم َو‬ َّ ْ‫فَٱتَّقُوا‬
ۡ ‫ٱَّللَ َما‬

“Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu” (QS. At-


Taghabun : 16)

Umpan balik dari pembimbing


Wonogiri, Januari 2018
TTD Dokter Pembimbing TTD Dokter Muda

dr. Endra Dwi Cahyana, Sp.PD Rosalina Febrianti

Anda mungkin juga menyukai