Oleh
Dokter Pembimbing:
dr. Pipiet W. Sp. JP., FIHA
LAPORAN KASUS
Oleh
Dokter Pembimbing:
dr. Pipiet W., Sp. JP., FIHA
BAB 1. PENDAHULUAN
2.2 Anamnesis
Autoanamnesis dan heteroanamnesis dilakukan kepada pasien dan keluarga
pada tanggal 27 Maret 2019 (H3MRS) di Ruang Adn RSDS Jember.
2.2.1 Keluhan Utama
Nyeri dada berdebar + sesak
2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh nyeri dada berdebar disertai sesak ± 1 hari sebelum dirujuk ke
ruang Adn/III. Rasa nyeri di dada kiri dirasakan pasca melahirkan namun tidak
menjalar ke punggung. Nyeri disertai sesak yang memburuk saat pasien tidur
terlentang dan keringat dingin khususnya pada kedua telapak tangan. Bengkak
pada kedua kaki pasca melahirkan.
Rasa berdebar pada dada kiri membaik saat berada di ruang adenium (H2MRS)
namun sesak nafas tetap memberat. Sesak mereda pada pemeriksaan terakhir (27 maret
2019,12.46). Keluhan ini tidak pernah dirasakan oleh pasien sebelumnya.
3
d. Abdomen
Inspeksi : Flat
Auskultasi : bising usus (+), 7 x/menit, scratching sign hepar DBN
Palpasi : soepel, hepatomegali (-), splenomegali (-),
nyeri tekan abdomen (-)
Perkusi : timpani di keempat regio abdomen
e. Anggota Gerak
Superior : akral hangat +/+, edema -/-
Inferior : akral hangat +/+, edema -/-
Hematologi Lengkap
Faal Ginjal
BUN 5 6 – 20 mg/dL
Tabel 2.1 Hasil Laboratorium Pasien
7
Resume
Temporary Problem List
1) Anamnesis
a. Perempuan usia 36 tahun
b. Sesak
2) Pemeriksaan Fisik
a. IC bergeser ke lateral, teraba pada ICS V AAL Sin
b. Batas jantung bergeser ke lateral, suara vesikuler normal, whezing -/-, Rhonki -/-
3) Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Thorax: cardiomegaly, right ventricular hyperthrophy, enlargement
pulmonal artery
b. EKG 26 Maret 2019 : Sinus rythm, HR = 50-60 bpm, ditemukan RAD, hipertrofi
ventrikel kanan, tidak ditemukan hipertrofi ventrikel kiri.
c. EKG 27 Maret 2019 : Sinus rythm, HR = 70-80 bpm, hipertrofi veentrikel kanan,
tidak ditemukan hipertrofi ventrikel kiri, dan ditemukan Right Branch Bundle
Block (RBBB).
12
2.6 Tatalaksana
2.6.1 Planning Diagnostik
1) Pemeriksaan Lab
2) Echocardiography
3) Angiografi-gold standard
2.6.2 Planning Terapi
1. Infus PZ 500 mL 7 tpm
2. Inj Furosemid 20 mg/12 jam
3. P/o Dorner 3x1
4. P/o Concor 2,5 mg 0-1-0
5. Spironolactone 25 mg 1-0-0
6. P/O cefadroxil tab 500 mg 3x1
7. P/O As. Mefenamat 500 mg 3x1
2.6.3 Planning Monitoring
1) Observasi keluhan utama dan tanda vital secara periodik
2.6.4 Planning Edukasi
1) Istirahat cukup dengan menghindari aktivitas berat. Pelatihan kesehatan mental.
2) Menjelaskan tentang penyakit yang diderita pasien kepada keluarga penyebab,
perjalanan penyakit, perawatan, prognosis, komplikasi serta usaha pencegahan
komplikasi.
3) Mengedukasi pasien untuk selalu kontrol ke poli jantung terkait penyakit yang
diderita pasien.
4) Menjaga kondisi lingkungan sekitar pasien agar mendukung penyembuhan pasien.
13
2.7 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
2.8 Follow Up
27/3/2019
Kondisi Pasien Baik
Keluhan TAA
Tekanan Darah 120/90 mmHg
Nadi 76x/ menit
Respiratory Rate 16x/menit
Suhu Tubuh 36,8°C
Kepala dan Leher a/i/c/d : -/-/-/-
Ekstermitas
Akral Hangat
Superior +/+
Inferior +/+
Edema
Superior -/-
Inferior -/-
Diagnosis Right heart failure + susp. Atrial Septal Defect (ASD) +
Pulmonary Hypertension
Terapi Infus PZ 500 ml kecepatan 7 tpm
Inj. Furosemide 20mg/12 jam
P/O Bisoprolol 25 mg 1-0-0
P/O Spironolactone 25 mg 1-1-0 PC
P/O Natrium Beraphrost (Dorner) 3x20 mcg
P/O Cefadroxil tab 3x500 mg
P/O Asam Mefenamat 3x500 mg
BAB 3. PEMBAHASAN
Textbook Pasien
Pulmonary hypertension
Anamnesis
Kelelahan +
Nyeri kepala -
Sesak nafas +
Nyeri dada kiri +
Pemeriksaan fisik
- Distensi Vena Jugularis +, 5 cm
- Impuls ventrikel kanan dominan -
- Komponen katup paru menguat +
15
- S3 jantung kanan -
- Murmur trikuspid +
- Hepatomegali -
- Edema perifer +
EKG
Sinus rythm, HR = 78 bpm +
Strain ventrikel kanan -
Hipertrofi ventrikel kanan +
otot sehingga dapat berperan sebagai vascular bed dengan tekanan rendah dan
aliran yang tinggi (low pressure and high flow). Pada penderita PH, terjadi
remodelling arteri pulmonal seperti hiperplasia otot polos vaskular, hiperplasia
tunika intima, dan trombosis insitu. Secara patologik, HPP dapat dikelompokkan
menjadi 3 sub-tipe, diantaranya 1) Fleksogenik arteriopati primer; 2) Arteriopati
tromboembolik; 3) Oklusif Vena Pulmonal.
3.1.7 Gejala dan Tanda
Hipertensi pulmonal tidak menunjukkan gejala spesifik pada tahap awal
penyakit. Gejala yang timbul bersifat gradual/bertahap dan didominasi oleh gejala
etiologis. Hingga penyakit sampai pada tahap akhir, gejala yang nampak adalah
dyspneu saat beraktivitas, mudah lelah dan pingsan, adanya ketidakmampuan
jantung dalam meningkatkan stroke volume/curah jantung saat berpindah dari
kondisi istirahat menuju aktivitas. Gejala nyeri dada/angina dapat muncul pada
beberapa kasus akibat vasodilatasi artei pulmonal atau iskemik ventrikel kanan.
Batuk darah/haemoptisis menandakan adanya kemungkinan pembuluh darah
pulmonal yang pecah dan menujukkan keadaan yang berbahaya.
Pemeriksaan fisik tidak sensitif dalam penegakan kasus hipertensi
pulmonal namun dapat digunakan untuk menyingkirkan berbagai penyebab lain
pada kasus hipertensi pulmonal primer. Pemeriksaan fisik pada hipertensi primer
umumnya memberikan auskultasi yang bersih (tidak terdapat rhnonki maupun
wheezing). Pada stadium lanjut, dapat ditemukan gallop pada ventrikel kanan,
distensi vena jugularis, pembesaran hepar atau limpa, asites atau edema perifer.
Gejala Tanda
Dyspneu saat beraktivitas Distensi vena jugularis/ JVP meningkat
Fatigue Impuls ventrikel kanan dominan
Sincope Peningkatan katup pulmonal
Nyeri dada/angina S3 pada jantung kanan
Haemoptisis Murmur trikuspid
Raynaud’s phenomenon Hepatomegali
Edema perifer
Tabel 3.1 Gejala dan tanda pada Hipertensi pulmonal
19
bertahan singkat dan mudah didegradasi oleh phospodiesterase. Enzim ini dapat
dihambat oleh phosphodiesterase inhibitor sehingga NO dapat bertahan lebih
lama dan vasorelaksasi dapat terjadi. Penghambatan secara selektif cGMP-spesific
phospodiesterase type 5 inhibitor dapat meningkatkan respon vaskular terhadap
NO inhalasi dan endogen pada hipertensi pulmonal.
Sildenafil termasuk golongan phospodiesterase type 5 inhibitor yang poten
dan sangat spesifik. Pemberian sildenafil pada kasus hipertensi dapat menurunkan
rerata tekanan arteri pulmonalis dan memberikan efek hemodinamik dengan efek
samping minimal. Pemberian sildenafil bersama NO memberikan onset kerja lebih
lama sehingga dapat mencegah vaskokontriksi berulang pada kasus hipertensi
pulmonal.
e. Antagonis Reseptor Endostatin
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat endothelin-1 yang meningkat
pada proses terbentuknya hipertensi pulmonal. Hambatan pada endothelin-1 dapat
menurunkan vasokontriksi arteri pulmonal.
B. Pembedahan/invasif
1. Atrial septostomy
Blade ballon atrial septostomy dilakukan pada pasien dengan tekanan
ventrikel kanan yang tinggi disertai overload cairan refrakter dengan terapi
medikamentosa maksimal. Terapi pembedahan ini bertujuan untuk memberikan
efek dekompresi jantung kanan akibat kelebihan cairan/overload dan perbaikan
output sistemik ventrikel kiri. Hasil tindakan berupa perbaikan fungsi latihan
dengan fasilitas yang mumpuni dan operator yang berpengalaman.
2. Pulmonary Thromboenarterectomy
Tindakan thromboenarterectomy dilakukan pada kasus hipertensi pulmonal
yang terjadi akibat penyakit tromboembolik kronik. Tindakan ini dilakukan
melalui median sternotomy pada cardiopulmonary
yang terdapat pada atrium kiri dapat berpindah menuju atrium kanan saat fase
diastolik jantung. Insidensi ASD sebesar 22-30% seluruh penyakit jantung bawaan
(PJB) yang terjadi yang dapat bertahan hingga penderita menginjak usia dewasa.
ASD dapat terjadi sendiri tanpa diikuti PJB lain atau sebaliknya.
3.4.1 Klasifikasi ASD
Berdasarkan bentuk dan luas defek, ASD dapat dibagi menjadi (1)
secundum, (2) primum (bentuk atriventricula defect yang tidak lengkap), (3) sinus
venosus, dan (4) unroofed coronary sinus defect.
DAFTAR PUSTAKA
Berghausen, E. M., Feik, L., Zierden, M., Vantler, M., dan Rosenkranz, S. 2019.
Key inflammatory pathways underlying vascular remodeling in pulmonary
hypertension. Herz: 1-8.
Diah, M., Ali G. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing. Edisi
6 (1):1243-1252.
Galiè, N., Humbert, M., Vachiery, J. L., Gibbs, S., Lang, I., Torbicki, A., dan
Ghofrani, A. 2016. 2015 ESC/ERS Guidelines for the Diagnosis and
Treatment of Pulmonary Hypertension. Revista espanola de cardiologia
(English ed.). 69(2): 177.
Maron, B. A., dan Galiè, N. 2016. Diagnosis, treatment, and clinical management
of pulmonary arterial hypertension in the contemporary era: a review. JAMA
cardiology. 1(9): 1056-1065.
McLaughlin, V. V., Shah, S. J., Souza, R., dan Humbert, M. 2015. Management
of pulmonary arterial hypertension. Journal of the American College of
Cardiology. 65(18): 1976-1997.
Nyboe, C., Karunanithi, Z., Nielsen-Kudsk, J. E., & Hjortdal, V. E. 2017. Long
term mortality in patients with atrial septal defect: a nationwide cohort-
study. European heart journal. 39(12): 993-998.
Simonneau, G., Galiè, N., Rubin, L. J., Langleben, D., Seeger, W., Domenighetti,
G., dan Rich, S. 2004. Clinical classification of pulmonary
hypertension. Journal of the American College of Cardiology. 43(12): S5-
S12.
Simonneau, G., Robbins, I. M., Beghetti, M., Channick, R. N., Delcroix, M.,
Denton, C. P., dan Krowka, M. J. 2009. Updated clinical classification of
pulmonary hypertension. Journal of the American College of
Cardiology. 54(1): S43-S54.s
Webb, G., & Gatzoulis, M. A. 2006. Atrial septal defects in the adult: recent
progress and overview. Circulation. 114(15): 1645-1653.