Anda di halaman 1dari 2

Kalsitonin

Peran fisiologis kalsitonin dalam mencegah resorpsi tulang dan regulasi homeostatis kalsium
pada manusia masih belum diketahui dengan jelas. Diduga kalsitonin bekerja dengan
menghambat aktivitas, lama hidup, recruitment dan pembentukan sel osteoklas baru. Kalsitonin
menghambat tesorpsi tulang sehingga menurunkan kadar kalsium plasma dengan cepat sehingga
menyebabkan terjadinya hiperparatiroidisme sekunder transien. Karena itu, untuk mencegah
terjadinya respons homeostatic tersebut, kalsitonin umumnya diberikan bersama suplementasi
kalsium dan vitamin D. Kalsitonin diduga dapat menyebabkan terjadinya peningkatan massa
tulang, dengan menyebabkan uncoupling antara proses resorpsi dan formasi tulang terutama
selama masa dini pengobatan. Kemungkinan hal ini disebabkan karena walaupun resorpsi tulang
telah terhambat akan tetapi formasi tulang masih terus berlangsung pada lokasi resorpsi
sebelumnya, sehingga dapat diharapkan terjadinya peningkatan massa tulang. Pengaruh
kalsitonin pada osteoporosis tidak berlangsung selamanya. Setelah tahun pertama pengaruh
kalsitonin akan menurun secara bertahap sampai akhir tahun kedua. Berkurangnya efek
kalsitonin pada penggunaan jangka panjang diduga disebabkan karena terbentuknya atibodi
terhadap kalsitonin atau penurunan fungsi reseptor kalsitonin. Kalsitonin terbukti dapat
memberikan efek analgesik akibat osteoporosis terutama pada fraktur kompresi vertebral. Efek
analgesik ini umumnya timbul segera dalam 1 atau 2 hari setelah kalsitonin digunakan. Efek
samping kalsitonin yang paling sering dijumpai adalah nausea yang umumnya terjadi segera
setelah suntikan diberikan. Nausea dapat diatasi dengan pemberian antiemetik bersama
kalsitonin yang keduanya diberikan pada waktu tidur. Efek samping lainnya adalah flushing,
muntah, diare dan nyeri lokal pada lokasi suntikan. Kalsitonin agaknya merupakan obat yang
sangat aman dan tidak berinteraksi dengan obat-obat lain yang diketahui. Selama ini tidak
terbukti bahwa kalsitonin bersifat toksik pada manusia.
Bifosfonat
Penggunaan bifosfonat pada pasien osteoporosis akan menyebabkan penurunan resorpsi tulang.
Hal ini sebagian disebabkan karena bifosfonat akan terikat pada Kristal hidroksiapatit dan
mineral tulang lainnya, sehingga Kristal tersebut menjadi lebih resisten terhadap proses hidrolisis
enzimatik. Hambatan resorpsi tulang pada penggunaan bifosfonat juga terjadi akibat pengaruh
bifosfonat pada sel osteoklas yang dapat menyebabkan terjadinya:
- Perubahan morfologi sel osteoklas.
- Penurunan jumlah dan fungsi sel osteoklas.
- Penurunan recruitment sel osteoklas ke arah lokasi remodeling sehingga menurunkan
kedalaman kavitas yang terbentuk akibat erosi.
Penggunaan bifosfonat intermitten pada osteoporosis akan menurunkan kecepatan turn over
tulang dan mungkin dapat menyebabkan terjadinya sedikit peningkatan massa tulang terutama
pada tulang trabekular. Secara klinis hal ini dapat terlihat dari penurunan insidens fraktur
vertebra dan peningkatan kekuatan torsional tulang panjang pada pasien yang menggunakan
kalsitonin secara intermitten. Pengaruh bifosfonat pada tulang dapat bertahan sampai 1 atau 2
tahun walaupun penggunaannya telah dihentikan. Belum diketahui apakah penggunaan klodronat
secara terus-menerus akan memiliki khasiat yang lebih baik. Efek samping bifosfonat yang
paling sering dijumpai adalah intoleransi intestinal. Hal ini dapat dicegah dengan membagi dosis
total hariannya dalam beberapa kali pemberian.
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu

Deskripsi
Raloxifene digunakan untuk membantu mencegah dan mengobati penipisan tulang
(osteoporosis) yang terjadi pada wanita menopause.
Obat ini dapat menjaga tulang agar tetap kuat oleh pengeroposan tulang dan membantu
mengurangi risiko patah tulang.
Raloxifene menurunkan konsentrasi darah lipoprotein total dan low density (LDL) kolesterol,
kolesterol buruk, tetapi tidak meningkatkan konsentrasi high density lipoprotein (HDL)
kolesterol, kolesterol baik, dalam darah Anda.
Raloxifene juga digunakan untuk kemungkinan lebih rendah mengalami kanker payudara invasif
pada wanita postmenopause dengan osteoporosis atau berisiko tinggi terkena kanker payudara
invasif.
Indikasi
Mencegah osteoporosis dan mencegah kanker payudara invasif.

Anda mungkin juga menyukai