Karya Tulis Ilmiah
Karya Tulis Ilmiah
ALAM
Disusun demi memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Disusun oleh:
Asti Rahmatika (10060110003)
Fanny Tania S. (10060110009)
Inggal Gusnadi (10060110001)
JURUSAN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
JALAN TAMANSARI NO. 1 BANDUNG
KATA PENGANTAR
0 | Page
Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesempatan pada kami untuk dapat melaksanakan dan menyelesaikan
karya tulis ini.
Kami menyadari bahwa di dalam karya tulis ini masih banyak kekurangan
dan ketidaksempurnaan karena keterbatasan data dan pengetahuan kami serta waktu
yang ada pada saat ini, dengan rendah hati kami sebagai penulis karya tulis ini
mengharap kritik dan saran yang membangun dari kalangan pembimbing untuk
kesempurnaan karya tulis yang kami kerjakan ini.
Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya
kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya kegiatan portofolio
untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, terutama kepada Ibu Anita Puspawati, S.Pd.
selaku dosen dan pembimbing kami.
Terlepas dari semua kekurangan penulisan karya tulis ini, baik dalam
susunan dan penulisannya yang salah, kami memohon maaf dan berharap semoga
penulisan karya tulis ini bermanfaat khususnya kepada kami selaku penulis dan
umumnya kepada pembaca yang budiman.
Akhirnya, semoga Allah senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada siapa saja yang mencintai pendidikan. Amin Ya Robbal Alamin.
Penyusun
1 | Page
DAFTAR ISI
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang .......................................................................................
3
Identifikasi Masalah ...............................................................................
Tujuan Pengkajian .................................................................................
Lingkup Kajian ......................................................................................
Metode Penelitian ..................................................................................
4
4
4
14
15
16
17
20
25
B.
C.
D.
E.
2 | Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terjadinya berbagai bencana yang terjadi di negeri ini selalu menyisakan duka bagi
rakyat. Meski banyak retorika dibangun untuk mengatasi hal ini, baik pada masa
Orde Baru maupun pada masa Orde Reformasi. Namun, seringkali tidak dibarengi
dengan tindakan dan kebijakan nyata. Peningkatan bencana terus terjadi dari tahun
ke tahun. Bahkan, sejak tahun 1988 sampai pertengahan 2007 jumlah bencana di
Indonesia mencapai 647 bencana alam meliputi banjir, longsor, gempa bumi, dan
angin topan, dengan jumlah korban jiwa sebanyak 2022 dan jumlah kerugian
mencapai ratusan miliar. Jumlah tersebut belum termasuk bencana yang terjadi
pertengahan tahun 2006 sampai pertengahan 2010 yang mencapai ratusan bencana
dan mengakibatkan hampir lebih dari 1000 korban jiwa.
Dalam Environmental Outlook WALHI 2007 diungkapkan bahwa kita bangsa
Indonesia tidak bisa lagi bangga dengan julukan Jamrud Khatulistiwa, karena pada
kenyataannya, negeri kita adalah negeri sejuta bencana. Dalam setahun, yaitu tahun
2002, tercatat tidak kurang dari 14 bencana alam terjadi terutama banjir dan tanah
longsor. Bencana tersebut menyebabkan lebih dari 101 orang meninggal, ribuan
rumah rusak, jutaan hektar lahan pertanian rusak. Hal tersebut mengakibatkan
kerugian trilyunan rupiah.
Bencana struktural, bencana alam maupun bencana kemanusiaan terus terjadi.
Dalam tahun 2002 tercatat bencana besar terjadi adalah langganan kebakaran hutan
di Pontianak, Jambi, Palembang, banjir di Jakarta, Jawa Tengah, Semarang,
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan beberapa lokasi lainnya.
Fenomena banjir bandang dan tanah longsor adalah suatu fenomena alam yang
jamak di muka bumi ini. Secara umum, ketika sebuah sistem aliran sungai yang
memiliki tingkat kemiringan (gradien) sungai yang relatif tinggi (lebih dari 30%
atau lebih dari 27 derajat) apabila di bagian hulunya terjadi hujan yang cukup lebat,
maka potensi terjadinya banjir bandang relatif tinggi. Tingkat kemiringan sungai
yang relatif curam ini dapat dikatakan sebagai faktor bakat atau bawaan.
Sedangkan curah hujan adalah salah satu faktor pemicu saja.
3 | Page
B. Identifikasi Masalah
Timbunya bencana alam ini telah menimbulkan berbagai macam pertanyaan dalam
hubungannya dengan sebab, yang diakibatkan dari berbagai bencana alam tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan seputar masalah bencana ini dapat diuraikan seperti dalam
beberapa point berikut:
1)
2)
3)
4)
C. Tujuan Pengkajian
Tujuan utama pengkajian masalah ini adalah untuk menjelaskan perihal pokok yang
menyangkut masalah yang dikaji.
Adapun tujuan tersebut diantaranya :
Merumuskan masalah
Menjelaskan macam-macam bencana alam serta identifikasinya
Meninjau secara umum lokasi terjadinya bencana dan waktu kejadian
Menjelaskan ruang lingkup terjadinya bencana
Menjelaskan dampak dan kerugian dari bencana tersebut
Menjelasakan cara untuk menanggulangi bencana alam, dan
Menggambarkan secara umum kesimpulan tentang bencana serta fenomena
terkait mengenai masalah yang dikaji
D. Lingkup Kajian
4 | Page
Penyebab terbesar dari terjadinya berbagai macam bencana alam di negri ini pada
umumnya karena aktivitas manusia. Dan hanya sebagian kecil yang disebabkan oleh
kejadian alam. Diantara aktivitas manusia sebagai penyebab terjadinya bencana di
negri ini adalah sebagai berikut:
Tentunya dengan terjadinya bencana alam yang terus melanda Indonesia, itu akan
menimbulkan dampak dan berbagai kerugian bagi negri ini. Diantaranya adalah
sebagai berikut:
Segera setelah bencana alam terjadi, banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan
oleh pemerintah dan masyarakat dalam mengantisipasi terjadinya bencana alam
susulan. Untuk masalah yang berkaitan dengan keadaan lingkungan, tentu hal ini
juga membutuhan peran serta aktif dari masyarakat dalam menjaga dan melestarikan
lingkungan yang dapat dimulai dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
5 | Page
Sistem perladangan tradisional dari penduduk setempat yang
berpindah-pindah.
6 | Page
7 | Page
a.
8 | Page
9 | Page
Tanggal 1 November 2003, sedikitnya 119 rumah, satu sekolah, dan jalan di
Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen mengalami kerusakan akibat tanah longsor
saat hujan mengguyur kawasan itu. Tanah longsor yang menimpa rumah penduduk
itu terjadi di empat desa, yakni Desa Kalibangkang (62 rumah rusak), Desa
Watukelir (37), Desa Srati (11), dan Desa Jintung (5). Kerugian yang dialami
mencapai sedikitnya Rp. 265,3 juta. Selain itu, banjir terjadi di Jawa Tengah bagian
selatan, antara lain Banyumas, Cilacap, Kebumen, dan Purworejo.
Tanggal 30 Oktober 2003, ribuan rumah dan ratusan hektar sawah di 12 desa
di Kabupaten Banyumas dan Cilacap, Jawa Tengah, baru-baru ini dilanda banjir. Ini
disebabkan beberapa sungai tidak mampu menampung air hujan yang turun dalam
beberapa hari terakhir. Banjir ini melanda sepuluh desa di Kabupaten Banyumas dan
dua desa di Kabupaten Cilacap, yakni Nusawangkal dan Karangsambung. Kondisi
terparah terjadi di Desa Nusadadi, Kabupaten Banyumas dengan ketinggian air di
areal persawahan mencapai tiga meter.
Di Banyumas dan Purworejo, banjir menggenangi ribuan hektar sawah, dan sekitar
3.000 keluarga di Desa Nusadadi, Kecamatan Tambak, masih terkurung air akibat
luapan Sungai Ijo dan Sungai Kecepak. Sementara itu, banjir juga melanda Desa
Karangsembung dan Nusawangkal, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap di
mana air menggenangi 130 rumah dan 1.294 ha sawah. Sebanyak 360 ha dari 1.294
ha sawah yang tergenang berupa persemaian dengan kerugian diperkirakan Rp.
28.800.000.
10 | P a g e
Tanggal 15 September 2003, terjadi musibah tanah longsor di Kampung Ciloa Desa
Wangunjaya Cikalong Wetan Kab. Bandung yang menelan korban jiwa 7 orang dan
belasan lainya menderita luka-luka.
Bulan Februari 2003, banjir menimpa daerah Brebes yang sedikitnya merendam
5.000 rumah. Di samping mengakibatkan sekira 2.000 hektar tanaman padi puso,
juga menggenangi tanaman tebu dan bawang, dan lahan tambak. Kerugian yang
ditimbulkan sedikitnya mencapai Rp. 5 miliar.
11 | P a g e
Longsor di Garut
Pada tanggal 29 Maret - 2 April 2003, hujan badai terjadi di Ende, Nusa Tenggara
Timur. Hujan deras disertai badai tersebut mmengakibatkan banjir dan tanah
longsor. Korban meninggal sebanyak 42 orang, ratusan rumah dan bangunan hancur.
Korban yang meninggal banyak diakibatkan karena terbawa arus.
b.
12 | P a g e
Kebakaran Hutan
13 | P a g e
Penyebab kebakaran hutan sampai saat ini masih menjadi topik perdebatan,
apakah karena alami atau karena kegiatan manusia. Namun berdasarkan
beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab utama kebakaran
hutan adalah faktor manusia yang berawal dari kegiatan atau permasalahan
sebagai berikut:
1.
Sistem perladangan tradisional dari penduduk setempat yang
berpindah-pindah.
2.
Pembukaan hutan oleh para pemegang Hak Pengusahaan Hutan
(HPH) untuk insdustri kayu maupun perkebunan kelapa sawit.
3.
Penyebab struktural, yaitu kombinasi antara kemiskinan, kebijakan
pembangunan dan tata pemerintahan, sehingga menimbulkan konflik antar
hukum adat dan hukum positif negara.
Perladangan berpindah merupakan upaya pertanian tradisional di kawasan
hutan dimana pembukaan lahannya selalu dilakukan dengan cara
pembakaran karena cepat, murah dan praktis. Namun pembukaan lahan
untuk perladangan tersebut umumnya sangat terbatas dan terkendali karena
telah mengikuti aturan turun temurun (Dove, 1988). Kebakaran liar
mungkin terjadi karena kegiatan perladangan hanya sebagai kamuflasa dari
penebang liar yang memanfaatkan jalan HPH dan berada di kawasan HPH.
Pembukaan hutan oleh pemegang HPH dan perusahaan perkebunan untuk
pengembangan tanaman industri dan perkebunan umumnya mencakup areal
yang cukup luas. Metoda pembukaan lahan dengan cara tebang habis dan
pembakaran merupakan alternatif pembukaan lahan yang paling murah,
mudah dan cepat. Namun metoda ini sering berakibat kebakaran tidak
hanya terbatas pada areal yang disiapkan untuk pengembangan tanaman
industri atau perkebunan, tetapi meluas ke hutan lindung, hutan produksi
dan lahan lainnya.
Sedangkan penyebab struktural, umumnya berawal dari suatu konflik antara
para pemilik modal industri perkayuan maupun pertambangan, dengan
penduduk asli yang merasa kepemilikan tradisional (adat) mereka atas
lahan, hutan dan tanah dikuasai oleh para investor yang diberi pengesahan
melalui hukum positif negara. Akibatnya kekesalan masyarakat
dilampiaskan dengan melakukan pembakaran demi mempertahankan lahan
yang telah mereka miliki secara turun temurun. Disini kemiskinan dan
ketidak adilan menjadi pemicu kebakaran hutan dan masyarakat tidak akan
mau berpartisipasi untuk memadamkannya.
14 | P a g e
c.
Kekeringan
Musim kemarau ini hampir seluruh Pulau jawa dilanda kekeringan. Wonogiri adalah
salah satu daerah terparah. Daerah ini dari tahun ke tahun mengalami bencana
kekeringan. Dampak yang terjadi bukan hanya rawan pangan karena tidak adanya
panen, namun krisis air bersih kemudian juga melanda berbagai wilayah yang
mengalami kekeringan. Untuk mengatasi kekeringan Bupati Wonogiri meminta
kepada pemerintah pusat untuk menyediakan pengadaan 100 unit sumur pantek dan
bantuan 77 unit pompa air. Untuk mengatasi penyediaan air bersih meminta proyek
rehabilitasi embung rakyat senilai Rp. 231,4 miliar. Dan untuk rehabilitasi hutan
diperkirakan dana mencapai Rp. 223, 9 miliar.
Kekeringan juga terjadi di Bojonegoro. Kekeringan di kota ini menyerbabkan areal
sawah seluas 1000 hektar tidak bisa penen. Konflik horisontal berebut air juga
terjadi antar warga. Konflik ini makin meruncing ketika petani yang sudah telanjur
menebar benih tidak teraliri oleh irigasi. Mereka berharap pemerintah bersedia
untuk menaikkan air dari dalam tanah dengan menyedot air dari sungai Bengawan
Solo tidak mendapat tanggapan, hingga akhirnya pipa PDAM Bojonegoro jebol dan
airnya dapat mengaliri sawah. Meski demikian hal ini disesalkan oleh pihak PDAM
karena jebolnya PDAM Bojonegoro sangat merugikan pendapatan PDAM.
Jumlah
Kejadian
Korban
Jiwa
Kerugian (juta
rupiah)
Banjir
302
1066
191.312
Longsor
245
645
13.928
Gempa bumi
38
306
100.000
Gunung berapi
16
n.a
Angin topan
46
4.015
15 | P a g e
Jumlah
647
2022
E. Metode Penelitian
History
BAB II
Landasan Teori
A. Pengertian
Sebagai permulaan Karya Tulis ini dan untuk memudahkan pengertian dan
persamaan persepsi dalam identifikasi teori dan pembahasan selanjutnya.
Berikut akan diuraikan mengenai pengertian berbagai terminology yang
digunakan.
1.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
2. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor.
3. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi,
gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
4. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
16 | P a g e
17 | P a g e
2.
Penelitian yang Relevan
Untuk menyusun Karya Tulis ini, penulis mengambil referensi dari
pengamatan yang telah dilakukan oleh berbagai pihak yang memang
memiliki keahlian yang relevan, terutama dalam topik ini adalah para
pemerhati dan peneliti lingkungan. Berbagai penelitian telah dilakukan,
karena memang masalah ini menyangkut manusia secara
keseluruhan.Sebagai pemicu untuk memulai penelitian, ada beberapa
pertanyaan yang harus dicari jawabannya dalam penelitian yang akan
dilakukan. Berikut ini adalah pertanyaan kunci yang melandasi penelitian
tersebut:
Apa itu Bencana Alam?
Apa efek-efek yang dibawa oleh Bencana Alam?
Apa bukti-bukti yang menyatakan bahwa Bencana Alam disebabkan oleh
aktvitas manusia?
Apa yang dapat dan harus dilakukan berkenaan dengan Bencana Alam?
Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti di seluruh
18 | P a g e
19 | P a g e
BAB III
DESKRIPSI
BAB IV
PEMBAHASAN
Secara geologis letak wilayah Indonesia yang dilalui oleh 2 jalur
pegunungan mediterania di sebelah barat dan pegunungan sirkum pasifik di
sebelah timur menyebabkan Indonesia banyak memiliki gunung api yang
aktif dan rawan terjadi bencana. Bncana alam yang sering terjadi di wilayah
Indonesia antara lain : banjir, kemarau panjang, tsunami, gempa bumi,
gunung berapi dan tanah longsor.
Masih jelas dalam ingatan kita rentetan kejadian bencana alam yang banyak
menyebabkan terjadi nya korban jiwa, seperti terjadinya tsunami di Aceh
dan Nias, gempa bumi dahsyat di Tasikmalaya serta Padang, tanah longsor
di Cianjur, bahkan banjir di berbgai daerah yang kerap datang setiap musim
hujan.
20 | P a g e
tahan terhadap bencana gempa, pengelolaan tata kota dan kesadaran warga
masyarakat untuk menanggulangi bencana banjir ataupun pemeliharaan
daerah hulu sungai dan pegunungan serta hutan untuk mencegah terjadinya
tanah longsor.
Untuk masalah yang berkaitan dengan keadaan lingkungan, tentu hal ini
juga membutuhkan peran serta aktif dari masyarakat dalam menjaga dan
melestarikan lingkungan yang dapat dimulai dari lingkungan disekitar
tempat tinggalnya.
Ijasah pendidikan,
Surat kepemilikan tanah,rumah, kendaraan dll,
Akta lahir dan kartu keluarga,
Polis asuransi beserta nomor agen yang dapat dihubungi,
Surat wasiat,
Nomor telepon anggota keluarga.
21 | P a g e
Tak jarang jatuhnya korban jiwa lebih karena di sebabkan ketakutan dan
kepanikan yang terjadi bukan karena akibat langsung dari terjadinya
bencana. Berikut hal-hal yang dapat dijadikan pedoman untuk menghadapi
terjadinya bencana supaya dapat menghindari adanya korban jiwa.
22 | P a g e
Jangan menggunakan lift saat terjadi gempa bumi atau kebakaran. Jika anda
merasakan getaran gempa bumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah
semua tombol. Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan
mengungsilah. Jika anda terjebak di dalam lift, hubungi manajer
gedungdengan menggunakan interphone jika tersedia.
Di kereta api
Berpeganganlah dengan erat pada tiang sehingga anda tidak akan terjatuh
seandainya kereta dihentika secara mendadak. Bersikap tenanglah
mengikuti penjelasan dari petugas kereta. Salah mengerti terhadap
onformasi petugas kereta atau stasiun akan mengakibatkan kepanikan.
Di dalam mobil
Saat terjadi gempa bumi besar, anda akan merasa seakan-akan roda mobil
anda gundul. Anda akan kehilangan control terhadap mobil dan susah
mengendalikannya. Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil anda di kiri jalan
dan berhentilah. Ikuti instruksi dari radio mobil, jika harus mengungsi maka
keluarlah dari mobil,biarkan mobil tak terkunci.
Di gunung atau pantai
Ada kemungkinan longsor akan terjadi dari atas gunung, menjauhlah
langsung ke tempat aman. Di pesisir pantai, bahayanya datang dari tsunami.
Jika anda merasakan getaran dan tanda-tanda tsunami tampak, cepatlah
mengungsi kedataran tinggi.
23 | P a g e
24 | P a g e
Bencana Tsunami
Tsunami dapat diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang
yang dtimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan
impulsif tersebut bisa berupa gempa tektonik, erupsi vulkanik atau
longsoran. Kecepatan tsunami yang naik ke daratan berkurang menjadi
sekitar 25-100 Km/jam dan ketinggian air tsunami yang pernah tercatat
terjadi di Indonesia adalah 36 meter yang terjadi pada saat letusan gunung
api Krakatau pada tahun 1883.
Di Indonesia pada umumnya tsunami terjadi dalam waktu kurang dari 40
manit setelah terjadinya gempa bumi besar di bawah laut. Adanya tsunami
tidak bisa diramalkan dengan tepat kapan terjadinya, akan tetapi kita bisa
menerima pringatan akan terjadinya tsunami sehingga kita masih ada waktu
untuk menyelamatkan diri.
25 | P a g e
26 | P a g e
27 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
2. http://www.google.com//sejuta_bencana_terencana_di_Indonesia. Diakses
Pebruari 2008.
3. http://medicastore.com/index.php?
mod=sendMail&page=artikel&id=295http://medicastore.com/index.php?
mod=sendMail&page=artikel&id=295
4. www.Downloadmakalahskripsi.com/2010/08/makalah-bencana-alamindonesia.html
28 | P a g e