Anda di halaman 1dari 29

PENANGGULANGAN BENCANA

ALAM
Disusun demi memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia

Disusun oleh:
Asti Rahmatika (10060110003)
Fanny Tania S. (10060110009)
Inggal Gusnadi (10060110001)

JURUSAN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
JALAN TAMANSARI NO. 1 BANDUNG

KATA PENGANTAR

0 | Page

Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesempatan pada kami untuk dapat melaksanakan dan menyelesaikan
karya tulis ini.
Kami menyadari bahwa di dalam karya tulis ini masih banyak kekurangan
dan ketidaksempurnaan karena keterbatasan data dan pengetahuan kami serta waktu
yang ada pada saat ini, dengan rendah hati kami sebagai penulis karya tulis ini
mengharap kritik dan saran yang membangun dari kalangan pembimbing untuk
kesempurnaan karya tulis yang kami kerjakan ini.
Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya
kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya kegiatan portofolio
untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, terutama kepada Ibu Anita Puspawati, S.Pd.
selaku dosen dan pembimbing kami.
Terlepas dari semua kekurangan penulisan karya tulis ini, baik dalam
susunan dan penulisannya yang salah, kami memohon maaf dan berharap semoga
penulisan karya tulis ini bermanfaat khususnya kepada kami selaku penulis dan
umumnya kepada pembaca yang budiman.
Akhirnya, semoga Allah senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada siapa saja yang mencintai pendidikan. Amin Ya Robbal Alamin.

Bandung, 4 Januari 2011

Penyusun

1 | Page

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................

Daftar Isi ............................................................................................................ .

Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang .......................................................................................
3
Identifikasi Masalah ...............................................................................
Tujuan Pengkajian .................................................................................
Lingkup Kajian ......................................................................................
Metode Penelitian ..................................................................................

4
4
4
14

Bab 2 Landasan Teori ........................................................................................

15

Bab 3 Deskripsi .................................................................................................

16

Bab 4 Pembahasan .............................................................................................

17

Bab 5 Simpulan Dan Saran ................................................................................

20

Daftar Pustaka ....................................................................................................

25

B.
C.
D.
E.

2 | Page

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terjadinya berbagai bencana yang terjadi di negeri ini selalu menyisakan duka bagi
rakyat. Meski banyak retorika dibangun untuk mengatasi hal ini, baik pada masa
Orde Baru maupun pada masa Orde Reformasi. Namun, seringkali tidak dibarengi
dengan tindakan dan kebijakan nyata. Peningkatan bencana terus terjadi dari tahun
ke tahun. Bahkan, sejak tahun 1988 sampai pertengahan 2007 jumlah bencana di
Indonesia mencapai 647 bencana alam meliputi banjir, longsor, gempa bumi, dan
angin topan, dengan jumlah korban jiwa sebanyak 2022 dan jumlah kerugian
mencapai ratusan miliar. Jumlah tersebut belum termasuk bencana yang terjadi
pertengahan tahun 2006 sampai pertengahan 2010 yang mencapai ratusan bencana
dan mengakibatkan hampir lebih dari 1000 korban jiwa.
Dalam Environmental Outlook WALHI 2007 diungkapkan bahwa kita bangsa
Indonesia tidak bisa lagi bangga dengan julukan Jamrud Khatulistiwa, karena pada
kenyataannya, negeri kita adalah negeri sejuta bencana. Dalam setahun, yaitu tahun
2002, tercatat tidak kurang dari 14 bencana alam terjadi terutama banjir dan tanah
longsor. Bencana tersebut menyebabkan lebih dari 101 orang meninggal, ribuan
rumah rusak, jutaan hektar lahan pertanian rusak. Hal tersebut mengakibatkan
kerugian trilyunan rupiah.
Bencana struktural, bencana alam maupun bencana kemanusiaan terus terjadi.
Dalam tahun 2002 tercatat bencana besar terjadi adalah langganan kebakaran hutan
di Pontianak, Jambi, Palembang, banjir di Jakarta, Jawa Tengah, Semarang,
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan beberapa lokasi lainnya.
Fenomena banjir bandang dan tanah longsor adalah suatu fenomena alam yang
jamak di muka bumi ini. Secara umum, ketika sebuah sistem aliran sungai yang
memiliki tingkat kemiringan (gradien) sungai yang relatif tinggi (lebih dari 30%
atau lebih dari 27 derajat) apabila di bagian hulunya terjadi hujan yang cukup lebat,
maka potensi terjadinya banjir bandang relatif tinggi. Tingkat kemiringan sungai
yang relatif curam ini dapat dikatakan sebagai faktor bakat atau bawaan.
Sedangkan curah hujan adalah salah satu faktor pemicu saja.

3 | Page

B. Identifikasi Masalah
Timbunya bencana alam ini telah menimbulkan berbagai macam pertanyaan dalam
hubungannya dengan sebab, yang diakibatkan dari berbagai bencana alam tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan seputar masalah bencana ini dapat diuraikan seperti dalam
beberapa point berikut:
1)
2)

Apakah penyebab terbesar dari terjadinya bencana alam di negri ini?


Apa dampak dan kerugian dari bencana tersebut?

3)

Bagaimana cara untuk menanggulangi dampak bencana yang sedang terjadi?

4)

Mengapa bencana terus terjadi di Indonesia ?

C. Tujuan Pengkajian
Tujuan utama pengkajian masalah ini adalah untuk menjelaskan perihal pokok yang
menyangkut masalah yang dikaji.
Adapun tujuan tersebut diantaranya :
Merumuskan masalah
Menjelaskan macam-macam bencana alam serta identifikasinya
Meninjau secara umum lokasi terjadinya bencana dan waktu kejadian
Menjelaskan ruang lingkup terjadinya bencana
Menjelaskan dampak dan kerugian dari bencana tersebut
Menjelasakan cara untuk menanggulangi bencana alam, dan
Menggambarkan secara umum kesimpulan tentang bencana serta fenomena
terkait mengenai masalah yang dikaji

D. Lingkup Kajian

4 | Page

Penyebab terbesar dari terjadinya berbagai macam bencana alam di negri ini pada
umumnya karena aktivitas manusia. Dan hanya sebagian kecil yang disebabkan oleh
kejadian alam. Diantara aktivitas manusia sebagai penyebab terjadinya bencana di
negri ini adalah sebagai berikut:

Tentunya dengan terjadinya bencana alam yang terus melanda Indonesia, itu akan
menimbulkan dampak dan berbagai kerugian bagi negri ini. Diantaranya adalah
sebagai berikut:

Segera setelah bencana alam terjadi, banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan
oleh pemerintah dan masyarakat dalam mengantisipasi terjadinya bencana alam
susulan. Untuk masalah yang berkaitan dengan keadaan lingkungan, tentu hal ini
juga membutuhan peran serta aktif dari masyarakat dalam menjaga dan melestarikan
lingkungan yang dapat dimulai dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya.

Diantara upaya pemerintah dalam rangka penyelenggaraan penanggulangan bencana


pada saat tanggap darurat bencana meliputi :
1. Melakukan pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan,
dan kerugian di daerah bencana serta sumber daya yang tersedia.
2. Menentukan status keadaan darurat bencana.
3. Melakukan penyelamatan dan evakuasi masyarakat yang terkena bencana.
4. Memenuhi kebutuhan dasar masyarakat yang terkena bencana.
5. Melindungi kelompok rentan (bayi, anak-anak, ibu hamil, wanita, lansia) dan
penduduk dengan kebutuhan khusus (misal: cacat jasmani dan oran sakit).
6. Melakukan pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.

5 | Page


Sistem perladangan tradisional dari penduduk setempat yang
berpindah-pindah.

Pembukaan hutan oleh para pemegang Hak Pengusahaan Hutan


(HPH) untuk insdustri kayu maupun perkebunan kelapa sawit.

Penyebab struktural, yaitu kombinasi antara kemiskinan, kebijakan


pembangunan dan tata pemerintahan, sehingga menimbulkan konflik antar
hukum adat dan hukum positif negara.
Perladangan berpindah merupakan upaya pertanian tradisional di kawasan
hutan dimana pembukaan lahannya selalu dilakukan dengan cara
pembakaran karena cepat, murah dan praktis. Namun pembukaan lahan
untuk perladangan tersebut umumnya sangat terbatas dan terkendali karena
telah mengikuti aturan turun temurun (Dove, 1988). Kebakaran liar
mungkin terjadi karena kegiatan perladangan hanya sebagai kamuflasa dari
penebang liar yang memanfaatkan jalan HPH dan berada di kawasan HPH.
Pembukaan hutan oleh pemegang HPH dan perusahaan perkebunan untuk
pengembangan tanaman industri dan perkebunan umumnya mencakup areal
yang cukup luas. Metoda pembukaan lahan dengan cara tebang habis dan
pembakaran merupakan alternatif pembukaan lahan yang paling murah,
mudah dan cepat. Namun metoda ini sering berakibat kebakaran tidak
hanya terbatas pada areal yang disiapkan untuk pengembangan tanaman
industri atau perkebunan, tetapi meluas ke hutan lindung, hutan produksi
dan lahan lainnya.
Sedangkan penyebab struktural, umumnya berawal dari suatu konflik antara
para pemilik modal industri perkayuan maupun pertambangan, dengan
penduduk asli yang merasa kepemilikan tradisional (adat) mereka atas
lahan, hutan dan tanah dikuasai oleh para investor yang diberi pengesahan
melalui hukum positif negara. Akibatnya kekesalan masyarakat
dilampiaskan dengan melakukan pembakaran demi mempertahankan lahan
yang telah mereka miliki secara turun temurun. Disini kemiskinan dan
ketidak adilan menjadi pemicu kebakaran hutan dan masyarakat tidak akan
mau berpartisipasi untuk memadamkannya.
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
Segera setelah bencana alam yang tergolong berskala besar terjadi, selain

6 | Page

Pemerintah juga banyak pihak baik kelompok maupun Instansi/Lembaga di


dalam masyarakat, dari dalam maupun luar negeri ingin berkontribusi
menolong sesama yang terkena dampak bencana. Banyaknya pihak yang
berkontribusi pada saat yang bersamaan di suatu lokasi yang sama dapat
mengakibatkan tidak terkoordinasi dan tidak terpadunya upaya
penanggulangan bencana apabila tidak dilakukan upaya
pengendalian/pengaturan yang terkoordinasi. Untuk menjamin
terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terkoordinasi,
terpadu dan menyeluruh maka semua pihak (Instansi/Lembaga/Kelompok)
yang terlibat dalam penanggulangan bencana harus mengacu pada sistem
yang sama yang disebut Sistem Komando Tanggap Darurat Bencana.
Semua kegiatan dalam dalam rangka penyelenggaraan penanggulangan
bencana dikendalikan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) atau Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) sesuai dengan kewenangannya.
Pengkajian secara cepat dan tepat dilakukan oleh Tim Kaji Cepat
berdasarkan penugasan dari Kepala BNPB atau Kepala BPBD sesuai
dengan kewenangannya. Tujuan pengkajian ini untuk menentukan
kebutuhan dan tindakan yang tepat.
Penentuan status bencana dilaksanakan oleh pemerintah atau pemerintah
daerah dan ditetapkan oleh presiden untuk tingkat nasional, oleh Gubernur
untuk tingkat provinsi dan oleh Bupati untuk tingkat kabupaten/kota.
Penyelamatan dan evakuasi dilakukan oleh Tim Gerak Cepat dengan
melibatkan masyarakat dibawah komando Komandan Penanganan Darurat
Bencana.
Pemenuhan kebutuhan dasar dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
masyarakat, lembaga usaha, lembaga internasional dan/ lembaga asing
nonpemerintah sesuai dengan standar minimum sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
Perlindungan terhadap kelompok rentan dilakukan dengan memberikan
prioritas kepada korban bencana yang mengalami luka parah dan kelompok
rentan berupa penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan
dan psikososial. Kegiatan ini dilaksanakan oleh instansi/lembaga terkait
yang dikoordinasikan oleh Kepala BNPB dan/ Kepala BPBD dengan pola
pendampingan.
Pemulihan segera prasarana dan sarana vital bertujuan agar kehidupan

7 | Page

masyarakat tetap berlangsung. Kegiatan ini dilakukan oleh instansi/lembaga


terkait yang dikoordinasikan oleh Kepala BNPB dan/ Kepala BPBD sesuai
dengan kewenangannya.

a.

Banjir dan Tanah Longsor

Bencana di Bukit Lawang, Kecamatan Bohorok, Kabupaten Langkat,


Sumatera Utara

Bencana lingkungan besar kembali melanda kawasan Bahorok-Langkat, Sumatera


Utara. Peristiwa tragis ini terjadi pada Senin, 3 November 2003. Air bah yang
datangnya dari hulu DAS(Daerah Aliran Sungai) Bahorok telah memakan korban
jiwa. Teridentifikasi korban yang meninggal 92 orang tewas dan 154 orang hilang.
Menurut saksi mata, dari kejadian di lokasi Bahorok diperkirakan korban akan
bertambah sampai ratusan orang. Karena sejumlah warga saat ini diidentifikasi telah
hilang. Menurut saksi mata, masyarakat yang tidak mau disebutkan namanya di
lokasi kejadian mengatakan bahwa potongan-potongan kayu tersebut berasal dari
perambahan kayu liar yang dilakukan di dalam TNGL (Taman Nasional Gunung
Leuser) wilayah Bahorok - Langkat dan sebagiannya di sekitar kawasan hutan Lawe
Pakam Kutacane, Aceh Tenggara.
Sungai Bohorok yang mengalir melalui Desa Bukit Lawang merupakan
bagian dari DAS ei Wampu. Kerusakan hutan di sub DAS Bohorok merupakan
penyebab utama terjadinya banjir bandang tersebut. Penebangan yang diikuti
dengan tanah longsor pada akhirnya menjadi senjata pemusnah massal (weapon
mass destruction) yang sangat mengerikan.

8 | Page

Sementara itu, di wilayah Aceh Tenggara telah berulangkali terjadi


perusakan kawasan hutan melalui kegiatan illegal logging oleh Para Pemegang IPK
dan HGU yang tetap diberikan ijin meskipun letaknya bersebelahan dengan Taman
Nasional Gunung Leuser. Akibat moral buruk pemegang ijin, perambahan hutan
sengaja mencaplok TNGL. Selain itu, pembangunan infrastruktur jalan jalur
pendukung Ladia Galaska antara lain pada ruas jalan Muara Situlen-Gelombang
(Aceh Singkil berbatasan dengan Sumatera Utara) hingga akan menembus Bukit
Lawang dan ruas Jalan Titi Pasir (Lawe Pakam)-Bahorok (Aceh Tenggara-Langkat).
Meskipun dalam rencana Ladia Galaska sang pemrakarsa (Pemda Provinsi NAD
dan Menkimpraswil RI) menyatakan menunda pembangunan ruas jalan tersebut.
Namun, pada tahun anggaran 2002 lalu telah mulai dikerjakan. Jalan Ladia Galaska
telah dan akan menjadi jalan akses bagi kehancuran lebih lanjut Kawasan Ekosistem
Leuser.

Bencana di sekitar Kawasan Ekosistem Leuser

Kawasan Ekosistem Leuser yang membentang dari Aceh hingga Sumatera


Utara dengan uas mencapai 2,5 Juta Hektar adalah himpunan kawasan Cagar Alam,
Suaka Margasatwa, Taman Buru, Hutan Lindung dan Taman Nasional Gunung
Leuser yang melintasi 15 Kabupaten/Kota di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
dan Sumatera Utara. Keberadaannya sudah diakui oleh dunia internasional. Secara
nasional Wilayah ini diakomodir melalui Keppres No. 33 tahun 1998 tentang
Pengelolaan Kawasan Ekosistem Leuser.
Namun, keberadaannya dari waktu ke waktu kian terancam akibat berbagai ancaman
kerusakan dan pembalakan kayu secara ilegal. Bahkan, proyek-proyek
pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, perkebunan sawit skala besar, HPH,
HTI, dan IPK serta transmigrasi yang salah kaprah telah menyebabkan kawasan ini
makin rusak terdegradasi. Tercatat, saat ini, sekitar 25% dari total Kawasan
Ekosistem Leuser telah rusak, atau setara dengan 500.000 Ha.
Akibatnya, sejumlah DAS besar yang hulunya berada di Kawasan
Ekosistem Leuser kini makin kritis. Sehingga di musim hujan sering menimbulkan
kebanjiran dan kekeringan di musim kemarau. Sekitar 2,5 juta penduduk bergantung
dari sumber air DAS di Kawasan Ekosistem Leuser.
Kejadian bencana lingkungan akibat makin terdegradasinya
Kawasan Ekosistem Leuser dan kawasan hutan Seulawah di Provinsi NAD tercatat
sangat meningkat sepanjang tahun 2000-2002. Ada sekitar 790 kali kejadian banjir,
longsor, dan erosi melanda wilayah Aceh yang telah menelan korban jiwa, harta

9 | Page

benda, dan rusaknya infrastruktur ekonomi masyarakat. Sementara itu, di musim


kemarau jutaan hektar sawah kekurangan air.

Banjir Bandang di Jateng

Tanggal 1 November 2003, sedikitnya 119 rumah, satu sekolah, dan jalan di
Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen mengalami kerusakan akibat tanah longsor
saat hujan mengguyur kawasan itu. Tanah longsor yang menimpa rumah penduduk
itu terjadi di empat desa, yakni Desa Kalibangkang (62 rumah rusak), Desa
Watukelir (37), Desa Srati (11), dan Desa Jintung (5). Kerugian yang dialami
mencapai sedikitnya Rp. 265,3 juta. Selain itu, banjir terjadi di Jawa Tengah bagian
selatan, antara lain Banyumas, Cilacap, Kebumen, dan Purworejo.
Tanggal 30 Oktober 2003, ribuan rumah dan ratusan hektar sawah di 12 desa
di Kabupaten Banyumas dan Cilacap, Jawa Tengah, baru-baru ini dilanda banjir. Ini
disebabkan beberapa sungai tidak mampu menampung air hujan yang turun dalam
beberapa hari terakhir. Banjir ini melanda sepuluh desa di Kabupaten Banyumas dan
dua desa di Kabupaten Cilacap, yakni Nusawangkal dan Karangsambung. Kondisi
terparah terjadi di Desa Nusadadi, Kabupaten Banyumas dengan ketinggian air di
areal persawahan mencapai tiga meter.
Di Banyumas dan Purworejo, banjir menggenangi ribuan hektar sawah, dan sekitar
3.000 keluarga di Desa Nusadadi, Kecamatan Tambak, masih terkurung air akibat
luapan Sungai Ijo dan Sungai Kecepak. Sementara itu, banjir juga melanda Desa
Karangsembung dan Nusawangkal, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap di
mana air menggenangi 130 rumah dan 1.294 ha sawah. Sebanyak 360 ha dari 1.294
ha sawah yang tergenang berupa persemaian dengan kerugian diperkirakan Rp.
28.800.000.

Tanggal 2 Oktober 2003, Hujan deras kembali mengguyur Kabupaten


Banyumas, Jawa Tengah. Hal ini membuat warga di 10 desa di kabupaten itu
khawatir akan adanya banjir susulan. Sebab, genangan air hujan yang lalu belum
seluruhnya surut. Kerugian materi diperkirakan mencapai puluhan juta rupiah.
Genangan terparah terjadi di Desa Nusadadi, Kecamatan Sumpih. Sementara itu,
banjir yang melanda Nusawangkal dan Desa Karangsambung, Cilacap, Jateng,
meluas. Padahal, sebagian besar rumah penduduk dan ratusan hektar lahan pertanian
di 12 desa terendam air.

10 | P a g e

Banjir Bandang di Langkat, Sumatera Utara

Tanggal 7 Oktober 2003, banjir kembali merendam sekitar 600-an rumah di


sepanjang radius 200 meter aliran Sungai Batang Serangan Tanjungpura, Langkat,
Sumatra Utara. Luapan air sungai tak terkendali karena dua unit mesin pompa
penyedot air hujan ke waduk penampung air di Tanjungpura, rusak.

Tanggal 30 September 2003, banjir setinggi 80 sentimeter melanda Kabupaten


Langkat, Sumatra Utara. Musibah terjadi menyusul meluapnya air Sungai Batang
Serangan akibat guyuran hujan selama sepekan terakhir. Tak pelak, puluhan rumah
di sepanjang sungai terbesar di Langkat ini terendam air bah. Selain itu, puluhan
hektar sawah siap panen juga dikhawatirkan rusak.

Tanggal 15 September 2003, terjadi musibah tanah longsor di Kampung Ciloa Desa
Wangunjaya Cikalong Wetan Kab. Bandung yang menelan korban jiwa 7 orang dan
belasan lainya menderita luka-luka.

Tanggal 20 September 2003, tanah longsor di bukit Pasir Gudang, kampung


Lengkong, desa Pasir Buncir, kecamatan Caringin, Bogor, Jawa Barat yang
menewaskan 9 orang pekerja penambang pasir. Bukit Pasir Gudang yang luasnya
mencapai 10 hektar itu, pasirnya telah ditambang secara besar-besaran sejak 1998
oleh tiga perusahaan.

Bulan Februari 2003, banjir menimpa daerah Brebes yang sedikitnya merendam
5.000 rumah. Di samping mengakibatkan sekira 2.000 hektar tanaman padi puso,
juga menggenangi tanaman tebu dan bawang, dan lahan tambak. Kerugian yang
ditimbulkan sedikitnya mencapai Rp. 5 miliar.

11 | P a g e

Longsor di Garut

Awal Januari 2003 bencana Longsor terjadi Mandalawangi di Garut. Bencana


tersebut menewaskan tidak kurang dari 15 orang dan puluhan rumah rusak berat.
Longsor terjadi karena rusaknya hutan sebagai wilayah penyangga. Tahun 1990 luas
hutan di Jabar mencapai 791.519 hektar atau sekitar 22% dari seluruh luas Jabar,
jumlah tersebut menyusut drastis hingga 323.802 hektar tahun 2002 atau sama 9 %
dari luas keseluruhan daratan di Prov. Jabar yang 3.555.502 hektar. Jumlah tersebut
diperkirakan terus bertambah, dan Jabar terus akan rawan terhadap bencana banjir
dan tanah longsor.

Banjir dan Tanah Longsor di NTT

Pada tanggal 29 Maret - 2 April 2003, hujan badai terjadi di Ende, Nusa Tenggara
Timur. Hujan deras disertai badai tersebut mmengakibatkan banjir dan tanah
longsor. Korban meninggal sebanyak 42 orang, ratusan rumah dan bangunan hancur.
Korban yang meninggal banyak diakibatkan karena terbawa arus.

b.

12 | P a g e

Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan terbesar tahun ini terjadi di Palangkaraya. Bancana ini


mengakibatkan bandara tertutup asap, dan kota Palangkaraya gelap tertutup asap
pada siang hari. Ketika bencana terjadi dua hari anak-anak sekolah dasar di
palangkaraya diliburkan untuk menghindari asap. Bencana kebakaran hutan juga
terjadi di Riau, Jambi, dan Lampung. Kerugian terjadi bukan hanya hilangnya hutan
ratusan hektar, namun juga penyakit ISPA, macetnya roda perekonomian serta
transportasi.
Api sebagai alat atau teknologi awal yang dikuasai manusia untuk
mengubah lingkungan hidup dan sumberdaya alam dimulai pada
pertengahan hingga akhir zaman Paleolitik, 1.400.000-700.000 tahun lalu.
Sejak manusia mengenal dan menguasai teknologi api, maka api dianggap
sebagai modal dasar bagi perkembangan manusia karena dapat digunakan
untuk membuka hutan, meningkatkan kualitas lahan pengembalaan,
memburu satwa liar, mengusir satwa liar, berkomunikasi sosial disekitar api
unggun dan sebagainya (Soeriaatmadja, 1997).
Analisis terhadap arang dari tanah Kalimantan menunjukkan bahwa hutan
telah terbakar secara berkala dimulai, setidaknya sejak 17.500 tahun yang
lalu. Kebakaran besar kemungkinan terjadi secara alamiah selama periode
iklim yang lebih kering dari iklim saat itu. Namun, manusia juga telah
membakar hutan lebih dari 10 ribu tahun yang lalu untuk mempermudah
perburuan dan membuka lahan pertanian. Catatan tertulis satu abad yang
lalu dan sejarah lisan dari masyarakat yang tinggal di hutan membenarkan
bahwa kebakaran hutan bukanlah hal yang baru bagi hutan Indonesia
(Schweithelm, J. dan D. Glover, 1999).
Menurut Danny (2001), penyebab utama terjadinya kebakaran hutan di
Kalimantan Timur adalah karena aktivitas manusia dan hanya sebagian
kecil yang disebabkan oleh kejadian alam. Proses kebakaran alami menurut
Soeriaatmadja (1997), bisa terjadi karena sambaran petir, benturan
longsuran batu, singkapan batu bara, dan tumpukan srasahan. Namun
menurut Saharjo dan Husaeni (1998), kebakaran karena proses alam
tersebut sangat kecil dan untuk kasus Kalimatan kurang dari 1 %.
Kebakaran hutan besar terpicu pula oleh munculnya fenomena iklim ElNino seperti kebakaran yang terjadi pada tahun 1987, 1991, 1994 dan 1997
(Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup dan UNDP, 1998).
Perkembangan kebakaran tersebut juga memperlihatkan terjadinya
perluasan penyebaran lokasi kebakaran yang tidak hanya di Kalimantan
Timur, tetapi hampir di seluruh propinsi, serta tidak hanya terjadi di
kawasan hutan tetapi juga di lahan non hutan.

13 | P a g e

Penyebab kebakaran hutan sampai saat ini masih menjadi topik perdebatan,
apakah karena alami atau karena kegiatan manusia. Namun berdasarkan
beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab utama kebakaran
hutan adalah faktor manusia yang berawal dari kegiatan atau permasalahan
sebagai berikut:
1.
Sistem perladangan tradisional dari penduduk setempat yang
berpindah-pindah.
2.
Pembukaan hutan oleh para pemegang Hak Pengusahaan Hutan
(HPH) untuk insdustri kayu maupun perkebunan kelapa sawit.
3.
Penyebab struktural, yaitu kombinasi antara kemiskinan, kebijakan
pembangunan dan tata pemerintahan, sehingga menimbulkan konflik antar
hukum adat dan hukum positif negara.
Perladangan berpindah merupakan upaya pertanian tradisional di kawasan
hutan dimana pembukaan lahannya selalu dilakukan dengan cara
pembakaran karena cepat, murah dan praktis. Namun pembukaan lahan
untuk perladangan tersebut umumnya sangat terbatas dan terkendali karena
telah mengikuti aturan turun temurun (Dove, 1988). Kebakaran liar
mungkin terjadi karena kegiatan perladangan hanya sebagai kamuflasa dari
penebang liar yang memanfaatkan jalan HPH dan berada di kawasan HPH.
Pembukaan hutan oleh pemegang HPH dan perusahaan perkebunan untuk
pengembangan tanaman industri dan perkebunan umumnya mencakup areal
yang cukup luas. Metoda pembukaan lahan dengan cara tebang habis dan
pembakaran merupakan alternatif pembukaan lahan yang paling murah,
mudah dan cepat. Namun metoda ini sering berakibat kebakaran tidak
hanya terbatas pada areal yang disiapkan untuk pengembangan tanaman
industri atau perkebunan, tetapi meluas ke hutan lindung, hutan produksi
dan lahan lainnya.
Sedangkan penyebab struktural, umumnya berawal dari suatu konflik antara
para pemilik modal industri perkayuan maupun pertambangan, dengan
penduduk asli yang merasa kepemilikan tradisional (adat) mereka atas
lahan, hutan dan tanah dikuasai oleh para investor yang diberi pengesahan
melalui hukum positif negara. Akibatnya kekesalan masyarakat
dilampiaskan dengan melakukan pembakaran demi mempertahankan lahan
yang telah mereka miliki secara turun temurun. Disini kemiskinan dan
ketidak adilan menjadi pemicu kebakaran hutan dan masyarakat tidak akan
mau berpartisipasi untuk memadamkannya.

14 | P a g e

c.

Kekeringan

Musim kemarau ini hampir seluruh Pulau jawa dilanda kekeringan. Wonogiri adalah
salah satu daerah terparah. Daerah ini dari tahun ke tahun mengalami bencana
kekeringan. Dampak yang terjadi bukan hanya rawan pangan karena tidak adanya
panen, namun krisis air bersih kemudian juga melanda berbagai wilayah yang
mengalami kekeringan. Untuk mengatasi kekeringan Bupati Wonogiri meminta
kepada pemerintah pusat untuk menyediakan pengadaan 100 unit sumur pantek dan
bantuan 77 unit pompa air. Untuk mengatasi penyediaan air bersih meminta proyek
rehabilitasi embung rakyat senilai Rp. 231,4 miliar. Dan untuk rehabilitasi hutan
diperkirakan dana mencapai Rp. 223, 9 miliar.
Kekeringan juga terjadi di Bojonegoro. Kekeringan di kota ini menyerbabkan areal
sawah seluas 1000 hektar tidak bisa penen. Konflik horisontal berebut air juga
terjadi antar warga. Konflik ini makin meruncing ketika petani yang sudah telanjur
menebar benih tidak teraliri oleh irigasi. Mereka berharap pemerintah bersedia
untuk menaikkan air dari dalam tanah dengan menyedot air dari sungai Bengawan
Solo tidak mendapat tanggapan, hingga akhirnya pipa PDAM Bojonegoro jebol dan
airnya dapat mengaliri sawah. Meski demikian hal ini disesalkan oleh pihak PDAM
karena jebolnya PDAM Bojonegoro sangat merugikan pendapatan PDAM.

Bencana Alam di Indonesia (1998-2007)


Jenis

Jumlah
Kejadian

Korban
Jiwa

Kerugian (juta
rupiah)

Banjir

302

1066

191.312

Longsor

245

645

13.928

Gempa bumi

38

306

100.000

Gunung berapi

16

n.a

Angin topan

46

4.015

15 | P a g e

Jumlah

647

2022

Sumber : Bakornas PB.

E. Metode Penelitian
History

BAB II
Landasan Teori
A. Pengertian
Sebagai permulaan Karya Tulis ini dan untuk memudahkan pengertian dan
persamaan persepsi dalam identifikasi teori dan pembahasan selanjutnya.
Berikut akan diuraikan mengenai pengertian berbagai terminology yang
digunakan.
1.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
2. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor.
3. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi,
gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
4. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.

16 | P a g e

5. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian


upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko
timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan
rehabilitasi.
6. Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi
ancaman bencana.
7. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah
yang tepat guna dan berdaya guna.
8. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan
sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya
bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.
9. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
10. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani
dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan
evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,
pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan
sarana.
11. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah
pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya
secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada
wilayah pascabencana.
12. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan
sarana, kelembagaan pada wilayahpascabencana, baik pada tingkat
pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya
hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala
aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
13. Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa
menimbulkan bencana.
14. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis,
hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan
teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi
kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi
kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.
15. Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan
kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan

17 | P a g e

memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan


melakukan upaya rehabilitasi.
16. Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui
pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam
bencana.
17. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat
bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa
kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi,
kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
18. Bantuan darurat bencana adalah upaya memberikan bantuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat.
19. Status keadaan darurat bencana adalah suatu keadaan yang
ditetapkan oleh Pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar
rekomendasi Badan yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana.
20. Pengungsi adalah orang atau kelompok orang yang terpaksa atau
dipaksa keluar dari tempat tinggalnya untuk jangka waktu yang belum pasti
sebagai akibat dampak buruk bencana.
21. Korban bencana adalah orang atau sekelompok orang yang
menderita atau meninggal dunia akibat bencana.

2.
Penelitian yang Relevan
Untuk menyusun Karya Tulis ini, penulis mengambil referensi dari
pengamatan yang telah dilakukan oleh berbagai pihak yang memang
memiliki keahlian yang relevan, terutama dalam topik ini adalah para
pemerhati dan peneliti lingkungan. Berbagai penelitian telah dilakukan,
karena memang masalah ini menyangkut manusia secara
keseluruhan.Sebagai pemicu untuk memulai penelitian, ada beberapa
pertanyaan yang harus dicari jawabannya dalam penelitian yang akan
dilakukan. Berikut ini adalah pertanyaan kunci yang melandasi penelitian
tersebut:
Apa itu Bencana Alam?
Apa efek-efek yang dibawa oleh Bencana Alam?
Apa bukti-bukti yang menyatakan bahwa Bencana Alam disebabkan oleh
aktvitas manusia?
Apa yang dapat dan harus dilakukan berkenaan dengan Bencana Alam?
Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti di seluruh

18 | P a g e

dunia akan dijelaskan di bawah ini:


1. Pada tanggal 26/04/2002, Para ilmuwan menyatakan temperatur Global
selama 3 bulan pertama di tahun 2002 telah mengalami peningkatan, dan
lebih tinggi dari temperatur yang pernah dicapai buni dalam 1000 tahun
terakhir. Penelitian ini dimotori oleh Dr. Geoff Jenkins, direktur UK
governments Hadley Centre yang khusus meneliti dan memprediksikan
perubahan iklim dunia.
2. Pada tanggal 24/12/1999, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
James Baker, sekretaris dari U.S. National Oceanic and Atmospheric
Administration, bersamaa dengan Peter Ewins, ketua dari British
Meteorological Office, memperingatkan bahwa iklim dunia berubah dengan
cepat, dan manusia harus segera menindaki perubahan ini dengan mencoba
untuk mengurangi emisi karbon dioksida ke udara.
3. Pada tanggal 01/03/1999, American Geophysical Union, suatu badan
keilmuan internasional yang membawahi sekitar tiga puluh lima ribu
ilmuwan yang mengkhususkan diri pada penelitian tentang Bumi dan
planet-planet mengeluarkan pernyatan yang berani mengenai perubahan
iklim dan hubungannya dengan gas-gas efek rumah kaca. Pernyataan ini
dikeluarkan setelah mengadakan serangkaian penelitian mengenai
pemanasan Global.
4. Pada tanggal 17/01/2002, didapatkan data dari statelit dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh NASA di Langley Research Centre, yang
membantah pernyataan Richard Lindzen, seorang skeptis, yang menyatakan
bahwa pengurangan jumlah awan di daerah tropis akan menyebabkan
pendinginan terhadap bumi dan mengatasi pemanasan Global yang
mungkin terjadi. Hasil penelitian NASA menunjukkan bahwa awan-awan
ini akan memperkuat efek rumah kaca, dan memicu terjadinya pemanasan
Global.
5. Pada tanggal 18/12/2001, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
Organisasi Meteorologi Dunia memperingatkan bahwa temperatur Global
mengalami peningkatan tiga kali lebih cepat dibandingkan dengan waktuwaktu lalu.
D. Hipotesis
Pemanasan Global memang benar-benar ada.
Pemanasan Global telah lama terjadi.
Pemanasan Global terjadi karena gas-gas yang dihasilkan seperti
Co2,No2, dan lain-lain.
Adanya gas-gas seperti Co2 dan No2 menyebabkan radiasi sinar matahari
yang sampai ke bumi terperangkap karena efek rumah kaca.
Adanya pemanasan Global menyebabkan suhu di permukaan bumi

19 | P a g e

semakin lama semakin meningkat.


Dari penelitian yang telah dilakukan sejumlah ilmuwan, pemanasan
Global membawa dampak negatif bagi bumi.

BAB III
DESKRIPSI

BAB IV
PEMBAHASAN
Secara geologis letak wilayah Indonesia yang dilalui oleh 2 jalur
pegunungan mediterania di sebelah barat dan pegunungan sirkum pasifik di
sebelah timur menyebabkan Indonesia banyak memiliki gunung api yang
aktif dan rawan terjadi bencana. Bncana alam yang sering terjadi di wilayah
Indonesia antara lain : banjir, kemarau panjang, tsunami, gempa bumi,
gunung berapi dan tanah longsor.
Masih jelas dalam ingatan kita rentetan kejadian bencana alam yang banyak
menyebabkan terjadi nya korban jiwa, seperti terjadinya tsunami di Aceh
dan Nias, gempa bumi dahsyat di Tasikmalaya serta Padang, tanah longsor
di Cianjur, bahkan banjir di berbgai daerah yang kerap datang setiap musim
hujan.

Peran serta masyarakat dan pemerintah


Banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan oleh pemerintah dan
masyarakat dalam mengantisipasi terjadinya bencana alam. Mulai dari
persiapan peralatan untuk mendeteksi terjadinya bencana seperti misalnya
pada bencana tusnami dan gunung meletus, pembuatan jenis bangunan yang

20 | P a g e

tahan terhadap bencana gempa, pengelolaan tata kota dan kesadaran warga
masyarakat untuk menanggulangi bencana banjir ataupun pemeliharaan
daerah hulu sungai dan pegunungan serta hutan untuk mencegah terjadinya
tanah longsor.
Untuk masalah yang berkaitan dengan keadaan lingkungan, tentu hal ini
juga membutuhkan peran serta aktif dari masyarakat dalam menjaga dan
melestarikan lingkungan yang dapat dimulai dari lingkungan disekitar
tempat tinggalnya.

Persiapan yang harus dilakukan


Seringkali karena bencana alam datang secara tiba-tiba, kita menjadi panik
dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, yang terpikirkan adalah untuk
segera lari menyelamatkan diri. Masalah yang lain lain seperti rumah dan
harta benda tidak akan terpikirkan sama sekali. Walaupun demikian tidak
ada salah nya untuk mempersiapkan diri terhadap kemungkinan terjdinya
bencana, dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen penting yang ada
di dalam rumah. Hal ini dimaksudkan apabila bencana sudah selesai, maka
para korban bencana pun masih harus tetap melanjutkan hidup dan
dokumen tersebut dapat digunakan untuk bekal melanjutkan hidup.
Sebaiknya satukan dokumen-dokumen penting yang ada, di dalam satu tas
yang mudah untuk di bawa keluar saat akan menyelamatkan diri. Dokumendokumen tersebut dapat berupa:

Ijasah pendidikan,
Surat kepemilikan tanah,rumah, kendaraan dll,
Akta lahir dan kartu keluarga,
Polis asuransi beserta nomor agen yang dapat dihubungi,
Surat wasiat,
Nomor telepon anggota keluarga.

Menghadapi bencana dan menghindari jatuhnya korban jiwa


Apabila terjadi kejadian bncana, maka rasa panik, bingung dan ketakutan
akan segera menyerang.

21 | P a g e

Tak jarang jatuhnya korban jiwa lebih karena di sebabkan ketakutan dan
kepanikan yang terjadi bukan karena akibat langsung dari terjadinya
bencana. Berikut hal-hal yang dapat dijadikan pedoman untuk menghadapi
terjadinya bencana supaya dapat menghindari adanya korban jiwa.

Bencana Gempa Bumi


Jika bencana gempa bumi mengguncang secara tiba-tiba, berikut ini 10
petunjuk yang dapat dijadikan pegangan dimanapun anda berada.
Di dalam rumah
Getaran akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu itu, anda harus
mengupayakan keselamatan diri anda dan keluarga anda.Masuklah
kebawah meja untuk melindungi tubuh anda dari jatuhan benda-benda.
Jika anda tidak memiliki meja, lindungi kepala anda dengan bantal. Jika
anda sedang menyalakan kompor, maka matikan segera untuk mencegah
terjadinya kebakaran.
Di sekolah
Berlindunglah dibawah kolong meja, lindungi kepala dengan tas atau buku,
jangan panik, jika gempa mereda keluarlah berurutan mulai dari jarak yang
terjauh ke pintu, carilah tempat lapang, jangan berdiri dekat gedung,tiang
dan pohon.
Di luar rumah
Lindungi kepala anda dan hindari benda-benda berbahaya. Di daerah
perkantoran atau kawasan industri, bahaya bisa muncul dari jatuhnya kacakaca dan papan-papan reklame. Lindungi kepala anda dengan tangan, tas
ataupun yang anda bawa.
Di gedung, mall, bioskop, dan lantai dasar mall
Jangan menyebabkan kepanikan atau korban kepanikan. Ikuti semua
petunjuk dari petugas atau satpam.
Di dalam lift

22 | P a g e

Jangan menggunakan lift saat terjadi gempa bumi atau kebakaran. Jika anda
merasakan getaran gempa bumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah
semua tombol. Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan
mengungsilah. Jika anda terjebak di dalam lift, hubungi manajer
gedungdengan menggunakan interphone jika tersedia.
Di kereta api
Berpeganganlah dengan erat pada tiang sehingga anda tidak akan terjatuh
seandainya kereta dihentika secara mendadak. Bersikap tenanglah
mengikuti penjelasan dari petugas kereta. Salah mengerti terhadap
onformasi petugas kereta atau stasiun akan mengakibatkan kepanikan.
Di dalam mobil
Saat terjadi gempa bumi besar, anda akan merasa seakan-akan roda mobil
anda gundul. Anda akan kehilangan control terhadap mobil dan susah
mengendalikannya. Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil anda di kiri jalan
dan berhentilah. Ikuti instruksi dari radio mobil, jika harus mengungsi maka
keluarlah dari mobil,biarkan mobil tak terkunci.
Di gunung atau pantai
Ada kemungkinan longsor akan terjadi dari atas gunung, menjauhlah
langsung ke tempat aman. Di pesisir pantai, bahayanya datang dari tsunami.
Jika anda merasakan getaran dan tanda-tanda tsunami tampak, cepatlah
mengungsi kedataran tinggi.

Bencana Banjir Bandang


Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba yang di
sebabkan oleh karena tersumbatnya sungai maupun karena penggundulan
hutan di sepanjang sungai sehingga merusak rumah-rumah penduduk
maupun menimbulkan korban jiwa.
Yang harus dilakukan setelah banjir :
Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk
mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena bencana.

23 | P a g e

Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih


memungkinkan untuk di sebrangi.
Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret arus
banjir. Segera mengamanan brang-barang berharga ke tempat yang
lebih tinggi.
Jika air terus meninggi hubungi instansi yang terkait dengan
penanggulangan bencana seperti kantor kepala desa, lurah ataupun
camat.
Yang harus dilakukan setelah banjir :
Secepatnya membersihkan rumah, dimana lantai pada umunya
tertutup lumpur dan gunakan antiseptic untuk membunuh kuman
penyakit.
Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya
penyakit diare yang sering berjangkit setelah kejadian banjir.
Waspada terhadap kemungkinan binatang berbisa seperti ular dan
lipan atau binatang penyebar penyakit seperti tikus, kecoa, lalat dan
nyamuk.
Usahakan selalu waspada apabila kemunh\gkinan terjadi banjir
susulan.

Bencana Tanah Longsor


Longsoran merupakan salah satu jenis gerakan masa tanah atau batuan,
ataupun pencampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari
terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Tanah
longsor tejadi karena ada gangguan kestabilan pada tanah atau batuan
penyusun lereng.
Strategi dan upaya penanggulangan upaya bencana tanah longsor :
-

Hindarkan daerah rawan bencana untuk pembangunan pemukiman


dan fasilitas utama lainnya.
Mengurangi tingkat keterjalan lereng.
Meningkatkan/memperbaiki atau memelihara drainase baik
permukaan air maupun air tanah. Fungsi drainase adalah untuk
mejauhkan air dari lereng, menghindari air meresap ke dalam lereng
atau menguras air ke dalam lereng keluar lereng. Jadi drainase harus

24 | P a g e

dijaga agar jangan sampai tersumbat atau meresapkan air kedalam


tanah.
Pembuatan bangunan penahan, jangkar(anchor) dan pilling.
Terasering dengan sistem drainase dengan tepat (drainse pada terasteras di jaga jangan menjadi jalan meresapkan air ke dalam tanah).
Penghijaun dengan tanaman yang sitem perakaran nya dalam dan
jarak tanam yang tepat(khusus untuk lereng curam, dengan
kemiringan lebih dari 40 derajat atau sekitar 80% sebaiknya tanaman
tidak terlalu rapat serta diseling-selingi dengan tanaman yang lebih
pendek dan ringan, di bagian dasar ditanam rumput).
Mendirikan bangunan dengan fondasi yang kuat.
Melakukan pemadatan tanah disekitar perumahan.
Pengenalan daerah rawan longsor.
Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan.
Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk secara
tepat ke dalam tanah.
Fondasi tiang pancang sangat diasarankan untuk menghindari bahaya
liquefaction.
Utilitas yang ada di dalam tanah harus bersifat fleksibel. Dalam
beberapa kasus relokasi sangat disarankan.

Bencana Tsunami
Tsunami dapat diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang
yang dtimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan
impulsif tersebut bisa berupa gempa tektonik, erupsi vulkanik atau
longsoran. Kecepatan tsunami yang naik ke daratan berkurang menjadi
sekitar 25-100 Km/jam dan ketinggian air tsunami yang pernah tercatat
terjadi di Indonesia adalah 36 meter yang terjadi pada saat letusan gunung
api Krakatau pada tahun 1883.
Di Indonesia pada umumnya tsunami terjadi dalam waktu kurang dari 40
manit setelah terjadinya gempa bumi besar di bawah laut. Adanya tsunami
tidak bisa diramalkan dengan tepat kapan terjadinya, akan tetapi kita bisa
menerima pringatan akan terjadinya tsunami sehingga kita masih ada waktu
untuk menyelamatkan diri.

25 | P a g e

Penyelamatan diri saat terjadi tsunami


Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempa bumi, air laut
dekat pantai surut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari
menuju ke tempat yang tinggi(perbukitan atau bangunan tinggi) sambil
memberitahukan teman-teman yang lain.
Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal tengah laut serta mendengar
berita dari pantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan
perahu ke laut jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali,
jangan segera turun ke daerah yang rendah. Biasanya gelombang berikutnya
akan menerjang. Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan
pertolongan pertama pada korban.

Bencana gunung berapi


Letusan gunung berapi adalah merupakan bagian dari aktivitas vulkanik
yang dikenal dengan istilah erupsi. Hampir semua kegiatan gunung api
berkaitan dengan zona kegempaan aktif, sebab berhubungan dengan batas
lempeng. Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu
yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang
merupkan cairan pijar (magma). Magma akan mengintrusi batuan atau
tanah disekitarnya melaui rekahan-rekahan mendekati permukaan bumi.
Jika terjadi letusan gunung berapi
-

Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan


daerah aliran lahar.
Di tempat terbuka, lindungi diri dari letusan dan awan panas.
Persiapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan.
Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh seperti:
Baju lengan panjang, celana panjang, topi dan lainnya.
Jangan memakai lensa kontak.
Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung.
Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah dengan
kedua belah tangan.

Setelah terjadi letusan gunung berapi

26 | P a g e

Jauhi wilayah yang terkena hujan abu.


Bersihkan atap dari timbunan abu. Karena beratnya, bias merusak
atau meruntuhkan atap bangunan.
Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab
bisa merusak mesin.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari berbagai fakta yang ada, jelas terlihat bahwa bencana besar yang terjadi tidak
serta merta datang, namun didahului oleh adanya eksploitasi lingkungan, adanya
kebijakan yang tidak memenuhi aspirasi masyarakat, serta tidak adanya manajemen
bencana dari pemerintah.
Bencana-bencana tersebut seharusnya tidak perlu terjadi dan bisa diminimalisir oleh
pemerintah seandainya pemerintah berbesar hati untuk tidak mencampakkan alam
dengan dalih kebijakan pembangunan atau devisa. Sungguh bencana tersebut adalah
bencana yang terencana.
B. Saran
Saran yang dapat disampaikan setelah pembahasan makalah ini adalah :
1. Kepada pemerintah agar meningkatkan manajemen bencana agar sedini
mungkin dapat diantisipasi terjadinya bencana alam di Indonesia.
2. Kepada masyarakat agar lebih menjaga lingkungan karena bagaimanapun
bencana yang terjadi tidak terlepas dari kerusakan lingkungan.

27 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA

1. Rahman, Dhohir Taufik dan Wartono Tarsisius. 2000. Indonesia : Negara


Bencana. Jakarta : Yudhistira.

2. http://www.google.com//sejuta_bencana_terencana_di_Indonesia. Diakses
Pebruari 2008.
3. http://medicastore.com/index.php?
mod=sendMail&page=artikel&id=295http://medicastore.com/index.php?
mod=sendMail&page=artikel&id=295
4. www.Downloadmakalahskripsi.com/2010/08/makalah-bencana-alamindonesia.html

28 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai