Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Kista adalah rongga patologis yang dibatasi epitelium. Kista berisi cairan atau setengah
cairan yang bukan akumulasi dari pus atau darah. Lapisan epitelium itu sendiri dikelilingi oleh
jaringan ikat fibrokolagen.1
Kista dermoid adalah neoplasma jinak yang berasal dari jaringan ektodermal dan
mesodermal. Kista dermoid merupakan kista developmental yang timbul oleh terperangkapnya
sel totipotent atau oleh proses implantasi epithelium dengan bentuk terminasi kongenital atau
acquired. Kista dermoid kebanyakan merupakan kelainan kongenital yang biasanya muncul pada saat
kelahiran atau muncul pada massa infant. Kista dermoid merupakan bentuk histologi paling sederhana
dari teratoma. Biasanya ditemukan dalam bentuk kista unilobular, tetapi kadang multilobular.2

Kista dermoid ini mencakup 1,6-6,9% dari semua kista pada kepala-leher. Sebanyak 7%
dari kista dermoid terdapat di kepala-leher, dimana sekitar 23% berlokasi di dasar mulut dan 6%
diantaranya terdapat pada daerah submandibula. 2
Histopatologi dari kista dermoid terdiri dari elemen ektodermal dan mesodermal. Kista
dibatasi oleh epitel squamosa, isinya terdiri dari dari debris keratin dan dikelilingi oleh jaringan
ikat yang terdiri dari dari folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea. Kista dermoid
pada regio kepala dan leher dapat muncul pada area periorbita, rongga mulut, rongga hidung,
submental dan submandibular. Lesi kista sebaiknya dieksisi seawal mungkin untuk mencegah
terjadinya komplikasi. Komplikasi kista dermoid tergantung predileksi kista dermoid. Operasi
enukleasi maupun eksisi komplit dari massa kista dilakukan untuk mencegah terjadinya
rekuensi.1,2

BAB II
TNJAUAN PUSTAKA
2.1

Anatomi
Batas-batas orofaring adalah ujung bawah dari palatum mole dan superior tulang hyoid

inferior. Batas anterior dibentuk oleh inlet orofaringeal dan pangkal lidah, dan perbatasan
posterior dibentuk oleh otot-otot konstriktor superior dan media dan mukosa faring. Orofaring
berhubungan dengan rongga mulut melalui saluran masuk orofaringeal, yang menerima bolus
makanan. Inlet orofaringeal terbuat dari lipatan palatoglossal lateral, tepat di anterior tonsil
palatina. Lipatan itu sendiri terbuat dari otot palatoglossus, yang berasal dari palatum mole itu
sendiri dan mukosa diatasnya. Di inferior, terdapat sepertiga posterior lidah, atau pangkal lidah,
meneruskan perbatasan anterior orofaring. Valekula, yang merupakan ruang antara pangkal lidah
dan epiglotis, membentuk perbatasan inferior dari orofaring. Ini biasanya setara dengan tulang
hyoid. Pada dinding-dinding lateral orofaring terdapat sepasang tonsil palatina di fosa anterior
yang dipisahkan oleh lipatan palatoglossal dan posterior oleh lipatan palatopharyngeal. Tonsil
adalah massa jaringan limfoid yang terlibat dalam respon imun lokal untuk patogen oral.3
Otot-otot yang membentuk dinding posterior orofaring adalah otot konstriktor faring
superior dan menengah dan membran mukosa diatasnya yang saling tumpang tindih. Saraf
glossopharingeus dan otot faring stylopharyngeus memasuki faring pada perbatasan antara
konstriktor superior dan tengah.3

Gambar 1. Anatomi Orofaring


2.2 Definisi
Kista dermoid adalah neoplasma jinak yang berasal dari jaringan ektodermal dan
mesodermal. Kista dermoid merupakan kista developmental yang timbul oleh terperangkapnya
sel totipotent atau oleh proses implantasi epithelium dengan bentuk terminasi kongenital atau
acquired. Kista dermoid kebanyakan merupakan kelainan kongenital yang biasanya muncul pada
saat kelahiran atau muncul pada massa infant. Kista dermoid merupakan bentuk histologi paling
sederhana dari teratoma. Biasanya ditemukan dalam bentuk kista unilobular, tetapi kadang
multilobular.1,2
2.3 Epidemiologi
Kista dermoid merupakan kasus yang jarang terjadi. Kasusnya sering didiagnosa pada
masa kanak-kanak. Meskipun neoplasma ini terlihat saat kelahiran, usia saat munculnya kasus
dapat sangat bervariasi. Pada region kepala dan leher dapat terjadi pada area periorbital, dorsum
nasi, dasar mulut, fossa infratemporal dan bagian anterior leher. Sekitar 7% dari semua kista
dermoid yang terlihat pada region kepala dan leher. Periorbital merupakan tempat yang paling
sering dilaporkan terjadinya kista dermoid pada region kepala leher yaitu sekitar 70%.1,2

Bradney mencatat kista dermoid pada region nasal untuk bagian superficial sekitar 61%,
perluasan ke kartilago nasal 16%, lempen kribriformis sekitar 12%, os nasal 10%, sel-sel udara
etmoidal 1%, sedangkan presentase di rongga mulut sekitar 23,3% dan 12,6% muncul pada
rongga hidung dan 6% pada submandibular. New and erich menyatakan predileksi terjadinya
kista dermoid tidak dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin.4
2.4 Etiopatogenesis
Penyebab terjadinya kista dermoid masih kontroversi. Kista dermoid biasanya muncul
selama masa embrionik yang terhenti. New dan Erich mengusulkan 3 teori mengenai penjelasan
dari patogenesis, yaitu:1,2
1. Teori Sisa Totipotensial, disebut juga teratoma kongenital. Kista dermoid muncul dari
sel totiptent yang berasal dari sel germinal ektodermal dan mesodermal, atau dari
jaringan pluripotent yang terperangkap selama proses penggabungan arkus brakhial
pertama dan kedua.
2. Teori Kongenital Inclusion, menyatakan masuknya lapisan germinal kedalam jaringan
yang lebih dalam dan bergabung dalam satu garis kemudian terjadi kegagalan penutupan
yang lengkap selama masa embrionik dan debris-debris epitel hidup terperangkap
didalamnya.
3. Teori Implantasi Dapatan yaitu adanya indikasi terjadinya kejadian traumatik sehingga
terjadi implantasi kompnen germinal kedalam jaringan yang lebih dalam. Bisa juga
kejadiannya iatrogenik termasuk sel epitel atau berasal dari oklusi duktus glandula
sebasea.
2.5

Histopatologi
Gambaran histologi kista dermoid secara umum dibatasai oleh epitel squamosa berlapis,

dapat muncul dalam bentuk kista atau solid. Disebut kista apabila berisi material keratin seperti
keju, sedangkan tumor solid dermoid secara umum bertangkai dan terdiri jaringan ikat dan
lapisan fibro-fatty yang tebal. Lapisan dinding kista biasanya terdiri dari epitel squamosa
keratinizing yang secara khas muncul bersamaan dengan folikel rambut, otot polos, kelenjar
keringat dan kelenjar sebasea.5
2.6

Klasifikasi

Meyer membagi kista dasar mulut secara histopatologi yang terdiri dari tiga varian yaitu :
Kista epidermoid, true dermoid cyst, dan kista teratoma. Kista epidermoid adalah ruang atau
rongga yang dibatasai dengan epitel simple squamosa dan dinding fibrous dan tidak terdapat
struktur adneksa kulit. Kista dermoid yang sebenarnya adalah dibatasi dengan epitel keratinizing
dan adanya identifikasi struktur adneksa kulit yaitu folikel rambut, kelenjar keringat, dan
kelenjar sebasea. Kista teratoma disebut juga kista kompleks, dimana terdiri dari tiga lapisan
embrionik yaitu ektodermal, mesodermal, dan endodermal. Komposisi teratoma lebih rumit,
komponen pada tumor ini mengandung unsure yang berdiferensiasi baik dari tulang, tulang
rawan, gigi, jaringan ikat, otot, jaringan fibrosa, limfoid, dan saraf. Semua subtipe ketiganya
terdiri dari material keratin.4
2.7 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis sesuai tempat munculnya lesi kista.
Bila muncul dirongga mulut, lesi kista yang sering muncul yaitu pada dasar mulut. Elevasi
unilateral dasar mulut diduga suatu kista yang berlokasi pada bagian lateral diatas otot
geniohioid atau mungkin diatas otot genioglossus dibawah mukosa. Kista dermoid dapat berupa
gambaran massa kista atau bentuk tumor solid. Ukuran kista biasanya bervariasi dari beberapa
millimeter sampai lebih 12 cm. Diagnosis preoperative juga didukung oleh pemeriksaan
penunjang seperti Ultrasound, Computer Tomografi (CT), MRI, dan aspirasi sitologi jarum halus.
Namun diagnosis pasti dari suatu kista dermoid yaitu dengan pemeriksaan histopatologi.2

2.8 Penatalaksanaan
Pilihan terapi adalah operasi eksisi (eksisi komplit) atau enukleasi melalui pendekatan
intraoral atau ekstraoral. Operasi dikerjakan untuk menegakkan diagnosa patologis, memperbaiki
secara kosmetik deformitas akibat lesi, dan untuk mencegah infeksi juga untuk mencegah
degenerasi malignansi dan mencegah rekurensi. Pendekatan intraoral direkomendasikan untuk
kista orofaring seperti kista sublingual maupun kista ditempat lain di orofaring dengan ukuran
diameter lesi yang masih kecil sampai ukuran sedang dan posisinya masih diatas otot milohioid.
Sedangkan eksisi ekstraoral untuk kista yang berlokasi diruang submandibula atau inferior
milohioid, dan untuk lesi kista yang besar yang meluas ke milohioid.2,4

2.9 Komplikasi
Komplikasi secara alamiah adalah jinak, tapi pada kebanyakan kasus sering mengalami
rekurensi bila dinding kista tidak dieksisi dengan sempurna. Selain itu komplikasi yang dapat
terjadi akibat tindakan operatif seperti perdarahan, pembengkakan pada dasar mulut dan lidah,
distress pernapasan, obstruksi jalan napas akibat elevasi lidah.4

BAB III
LAPORAN KASUS
.1. Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Tanggal Pemeriksaan

: An. A
: 1 bulan 5 hari
: Laki-laki
: Praya, Lombok Tengah
: 4 Juni 2014

.2. Anamnesis (Heteroanamnesis)

Keluhan Utama:
Ibu pasien mengeluh anaknya tidak dapat menyusu

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien merupakan rujukan dari RSUD Praya dengan obstruksi saluran napas atas et
causa suspect kista dermoid orofaring. Pasien dibawa berobat oleh orang tuanya
karena anaknya tidak dapat menyusu sejak 5 hari yang lalu. Dimana setiap pasien
menyusu pada ibunya, ASI tersebut sulit tertelan. Selain itu Ibu pasien mengeluh jika
anaknya bernapas mengeluarkan bunyi seperti mendengkur dan anaknya terlihat sesak.
Ibu pasien mengaku terdapat riwayat batuk pada pasien sejak 5 hari yang lalu dan
terdapat riwayat pilek sejak 5 hari yang lalu berwarna putih jernih. Riwayat demam
pada pasien disangkal. Riwayat muntah pada pasien disangkal. Riwayat BAK normal
berwarna kuning bening 4 x/hari. Riwayat BAB berwarna hijau kekuningan 2
x/hari.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Pasien sejak lahir jika bernapas mengeluarkan suara seperti mendengkur, terutama saat
pasien tidur.

Riwayat Penyakit Keluarga/Sosial:


Pasien tidak memiliki keluarga dengan keluhan yang serupa.

Riwayat Pengobatan

Ibu pasien pernah membawa anaknya pada usia 2 minggu ke salah satu dokter umum
dengan keluhan jika bernapas mengeluarkan suara seperti mendengkur dan diberikan
obat tetes untuk pengencer dahak.

Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Ibu pasien tidak pernah mengalami sakit berat saat hamil seperti tekanan darah tinggi,
pingsan, kencing manis, ataupun sakit kepala. Selama hamil Ibu pasien rutin kontrol
ke salah satu dokter spesialis kandungan setiap bulan. Pasien lahir spontan di
puskesmas dan dibantu oleh bidan dengan berat badan pada saat lahir 3 kg dan
panjang badan saat lahir 50 cm.

.3. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis :

Keadaan umum
: sedang
Kesadaran
: compos mentis
Tanda vital
:
- Nadi
: 100 x/menit
- Suhu
: 36,8oC
- Respirasi : 48 x/menit
Berat Badan
: 3,5 kg
Panjang Badan
: 55 cm
Lingkar Kepala
: 35,8 cm

Status Lokalis :
o Kepala

: Normochepali, deformitas pada wajah tidak ada, pasien tampak

sesak
o Mata

: Konjungtiva : anemia (-/-), sclera : icterus (-/-)

o Hidung

: Simetris, deviasi septum (-), napas cuping hidung (-), sekret (+)

berwarna putih jernih.


o Mulut

: Mukosa bibir basah, sianosis (+), terlihat massa berwarna putih

kemerahan dengan permukaan licin pada bagian rongga mulut.


o Leher
o Thorak
Inspeksi :

: Pembesaran kelenjar getah bening (-)

Bentuk dan ukuran simetris


Pergerakan dinding dada simetris.
Retraksi (+) subcostal minimal

Palpasi:

Pergerakan dinding dada simetris.

Perkusi:

Sonor (+/+) pada kedua lapang paru.

Auskultasi:

No

Cor: S1 S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-)


Pulmo:
- Vesikuler (+) pada seluruh lapang paru.
- Suara napas tambahan rhonki (-/-), wheezing (-/-), stridor inspirasi (+)

Pemeriksaan Telinga
Pemeriksaan Telinga

Auricula Dextra

Auricula Sinistra

.
1.

Tragus

2.

Daun telinga : aurikula, Bentuk dan ukuran telinga Bentuk dan ukuran telinga
preaurikuer, retroaurikuler.

Nyeri tekan (-), edema (-)

Nyeri tekan (-), edema (-)

dalam batas normal, lesi dalam batas normal, lesi


pada kulit (-), hematoma (-), pada kulit (-), hematoma (-),
massa (-), fistula (-), nyeri massa (-), fistula (-), nyeri
tarik aurikula (-).

3.

Liang telinga (MAE)

Serumen (-), hiperemis (-), Serumen (-), hiperemis (-),


edema (-),
otorhea (-).

4.

Membran timpani

tarik aurikula (-).

furunkel

(-), edema

(-),

furunkel

(-),

otorhea (-).

Intak, retraksi (-), hiperemi Intak, retraksi (-), hiperemi


(-), bulging (-), edema (-), (-), bulging (-), edema (-),
perforasi (-), cone of light perforasi (-), cone of light
(+).

(+).

Pemeriksaan Hidung
Inspeksi

Hidung luar

Nasal Dextra

Nasal Sinistra

Bentuk (normal), inflamasi Bentuk : Bentuk (normal),


(-), deformitas (-), massa (-).

inflamasi (-), massa (-).

Vestibulum nasi

Normal, ulkus (-)

Cavum nasi

Bentuk (normal), mukosa

Normal, ulkus (-)


Bentuk (normal), mukosa

hiperemi (-), sekret serous (+),

hiperemi (-), sekret serous (+),

massa (-)

massa (-)

Deviasi (-), benda asing(-),

Deviasi (-), benda asing (-),

perdarahan (-), ulkus (-).

perdarahan (-), ulkus (-).

Rinoskopi Anterior :

Septum nasi
Konka media & inferior

Hipertrofi (-), hiperemi (-), Hipertrofi (-), hiperemi (-),


kongesti (-).

kongesti (-).

Pemeriksaan Sinus Paranasal


Nyeri Tekan

Sinus

Dextra

Sinistra

Dextra

Sinistra

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

dilakukan

dilakukan

dilakukan

dilakukan

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

dilakukan

dilakukan

dilakukan

dilakukan

Maksilaris
Frontalis

Transiluminasi

Pemeriksaan Tenggorokan
No.

Pemeriksaan

Keterangan

1.

Bibir

Mukosa bibir basah, tampak sianosis

2.

Mulut

Mukosa mulut basah, berwarna merah muda,


plak (-)

3.

Bucal

Warna merah muda, hiperemi (-)

4.

Gigi

Belum ada pertumbuhan gigi

5.

Lidah

Ulkus (-), pseudomembran (-).

6.

Uvula

Bentuk normal, hiperemi (-), edema (-),


pseudomembran (-).

7.

Palatum mole

Ulkus (-), hiperemi (-)

8.

Faring

Mukosa hiperemi (-), edema (-), ulkus (-), sekret


(-), arkus

faring simetris, tampak massa

menonjol di orofaring (+).


9.

Tonsila Palatina

Gambar

Hiperemi (-)

:
Tampak massa
kistik dengan
permukaan licin
berwarna putih
kemerahan pada
pangkal lidah

Pemeriksaan leher
Pembesaran KGB leher (-), massa colli (-)

3.4 Diagnosis
Observasi dyspnea et causa sumbatan jalan napas atas suspect kista dermoid orofaring
DD : - Kista epidermoid
-

Lipoma

3.5 Planning

Planning Diagnosis :
- Pemeriksaan laboratorium DL, GDS, Elektrolit
- USG
Planning Terapi :
- Pro Ekstirpasi massa kista
- Oksigenasai 2 lpm
- IVFD D5 NS 12 tpm
- Posisikan pasien miring ke salah satu sisi
- Suction sekret yang keluar secara berkala pada hidung dan mulut
KIE

Menjelaskan kepada orang tua pasien bahwa pasien kemungkinan besar menderita
massa yang terdapat di rongga mulut sehingga perlu dilakukan pemeriksaan USG
untuk mengetahui jenis dari massa tersebut.

Menjelaskan kepada orang tua pasien bahwa penyakit anaknya harus dilakukan
terapi secepat mungkin dengan cara mengambil massa yang berada pada rongga
mulut pasien untuk menghindari kemungkinan terburuk yaitu pasien dapat
meninggal karena tidak dapat bernapas.

3.7 Prognosis
Dubia et Bonam

3.8 Penemuan Intra Operasi

Gambar 2 . Massa kista berwarna putih kemerahan sebelum dilakukan ekstirpasi

Gambar 3. Keadaan orofaring setelah dilakukan ekstiparsi kista orofaring

Gambar 4. Massa kista orofaring

3.9 Diagnosa Post Operasi


Diagnosa : Sumbatan jalan napas et causa kista orofaring

BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien pada laporan kasus ini adalah seorang laki-laki berumur 1 bulan 5 hari dengan
diagnosis sumbatan jalan napas et causa kista orofaring. Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan
berdasarkan hasil heteroanamnesa dan pemeriksaan fisik dimana didapatkan bahwa ibu pasien
mengeluhkan anaknya tidak dapat menyusu sejak 5 hari yang lalu. Dimana setiap pasien
menyusu pada ibunya, ASI tersebut sulit tertelan. Selain itu Ibu pasien mengeluh jika anaknya
bernapas mengeluarkan bunyi seperti mendengkur dan anaknya terlihat sesak. Pada pemeriksaan
fisik tenggorokan dengan spatula lidah didapatkan massa kistik dengan permukaan licin
berwarna putih kemerahan yang menonjol pada pangkal lidah.
Dari informasi tersebut maka diagnosis dapat mengarah pada kista dermoid orofaring
walaupun jarang terjadi namun kasusnya sering didiagnosa pada masa kanak-kanak atau saat
kelahiran, dimana usia saat munculnya kasus dapat sangat bervariasi. Sekitar 7% dari semua
kista dermoid yang terlihat pada region kepala dan leher. Pemeriksaan penunjang yang bisa
dilakukan di pasien ini adalah USG untuk membantu membedakan antara vaskuler, massa solid,
dan lesi kistik. Untuk mengetahui diagnosis pasti dari suatu kista yaitu dengan pemeriksaan
histopatologi atau dilakukan biopsi pada kista tersebut. Namun, karena melihat letak kista yang
berada di rongga mulut sehingga biopsi harus dilakukan secara benar agar tidak menimbulkan
komplikasi seperti menimbulkan luka baru, merusak jaringan atau organ-organ disekitarnya,
perdarahan, dan dapat terjadi aspirasi cairan kista ke dalam saluran napas.
Terapi yang direncanakan untuk penderita ini adalah ekstirpasi kista. Hal ini sesuai
dengan literatur yang bertujuan untuk mengatasi komplikasi berupa sumbatan jalan napas
intermitten, dan dilakukan ekstirpasi komplit agar tidak terjadi rekurensi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sabiston. Kista dermoid. Dalam: Buku ajar bedah. Edisi ke 2. EGC: Jakarta. 2000. Halaman
717
2. Pryor SG, Lewis JE, Weaver AL. Pediatric dermoid cyst of the head and neck. In : Ameican
Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery. 2005. Pp 938-42
3. Seeley, Stephens & Tate. Respirotory System. In: Seeleys Anatomy and Physiology. 6th
edition. New York: McGraw-Hill Companies. 2004. Pp. 814-58.
4. Jadwani S, Misra B, Kallianpura S. Dermoid cyst of the floor of the mouth with abundant
hair. In: a case report maxillofacial oral surgery. 2008. Pp 388-390
5. Pincus LR. Congenital Neck Masses and cyst. In: Bayle, Byron, Head and Neck SurgeryOtolaryngology. 4th ed. Philadelpia. 2006. Pp 1212

LAPORAN KASUS
Observasi Dyspnea Et Causa Sumbatan Jalan Napas Atas Suspect
Kista Dermoid Orofaring

Disusun oleh :
Nisa Ladyasari
H1A 009 019
Pembimbing : dr. Hamsu Kadriyan, Sp.THT-KL, M.Kes

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN
RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2014

Anda mungkin juga menyukai