Anda di halaman 1dari 18

DEPARTEMEN ILMU THT-KL MEI 2023

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN

REFERAT
KARSINOMA NASOFARING

Disusun oleh:
Muh. Rizki Abd. Malik
10119210036

Pembimbing :
dr. Andre Iswara, Sp.THT-BKL

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU THT-KL


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2023
BAB I
PENDAHULUAN

Karsinoma Nasofaring (KNF) merupakan keganasan yang muncul pada


daerah nasofaring (area di atas tenggorok dan di belakang hidung). Karsinoma ini
terbanyak merupakan keganasan tipe sel skuamosa. KNF terutama ditemukan
pada pria usia produktif (perbandingan pasien pria dan wanita adalah 2,18:1) dan
60% pasien berusia antara 25 hingga 60 tahun. Pada daerah Asia Timur dan
Tenggara didapatkan angka kejadian yang tinggi. Angka kejadian tertinggi di
dunia terdapat di provinsi Cina Selatan yakni sebesar 25 - 50 kasus KNF diantara
100.000 penduduk. KNF sangat jarang ditemukan di daerah Eropa dan Amerika
Utara dengan angka kejadian sekitar. 1

Di Indonesia, karsinoma nasofaring merupakan salah satu jenis keganasan


yang sering ditemukan, berada pada urutan ke - 4 kanker terbanyak di Indonesia
setelah kanker leher rahim, kanker payudara dan kanker paru. Karsinoma
nasofaring merupakan kanker yang paling sering terjadi sekitar 60% dari kasus
kanker kepala leher diikuti oleh kanker thyroid, kanker laring, dan hipofaring,
orofaring, mulut, kelenjar ludah, dan insidensi terbanyak keempat setelah kanker
cervix, mammae dan paru. Penyebab karsinoma nasofaring yaitu infeksi virus
Epstein-Barr (EBV) dan atau Human Papiloma Virus (HPV), dengan faktor risiko
merokok serta mengkonsumsi alkohol, selain itu adalah genetik/keturunan,
terpapar sinar radiasi, kelainan/defisiensi nutrisi dan penurunan daya tahan tubuh.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas yang tumbuh di daerah


nasofaring dengan predileksi di fosa Rossenmuller dan atap nasofaring.
Karsinoma nasofaring merupakan kanker yang mengenai daerah nasofaring,
yakni daerah dinding di bagian belakang hidung.

B. Anatomi Faring

Faring (saluran napas atas) adalah struktur atau lorong yang penting bagi
sistem pernapasan karena udara harus melewatinya sebelum memasuki sistem
pernapasan, yang dimulai dengan laring, atau kotak suara. Faring, juga disebut
sebagai saluran napas bagian atas atau saluran pernapasan atas, adalah area
posterior antara hidung dan mulut di atas dan laring dan kerongkongan di bawah.
Area ini berfungsi sebagai jalan masuk untuk makanan dan cairan serta udara,
membuatnya menjadi umum untuk sistem pencernaan dan pernapasan. Karena
alasan ini, faring tidak dianggap sebagai bagian dari sistem pernapasan. Faring
memiliki tiga divisi, seperti nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Bagian
dalam faring berkomunikasi posterior dengan rongga tertentu, hidung di atas
(nasofaring), mulut (orofaring), dan laring di bawah (laringofaring), serta
kerongkongan Langit-langit keras dan langit-langit lunak membentuk atap rongga
mulut. Aspek posterior bawah langit-langit lunak disebut uvula, ini menandai
batas antara nasofaring dan orofaring. Laringofaring terletak di atas dan posterior
ke laring dan memanjang dari batas atas epiglotis ke tempat laringofaring
menyempit untuk bergabung dengan kerongkongan. 3
Gambar 1.1 Anatomi Nasofaring
(Hendrik dan Prabowo, 2017)
Selama tindakan menelan, epiglotis membalik ke bawah dan menutupi
pembukaan laring, dan ini mencegah makanan dan cairan memasuki laring dan
bronkus. merupakan suatu ruang berstruktur tabung berdinding muskuloskeletal
dan berbentuk kuboid yang berada di belakang rongga
hidung dengan ukuran panjang sekitar 3-4 cm, lebar 4 cm dan tinggi 4 cm dengan
batas-batas sebagai berikut :
1. Pada bagian anterior adalah bagian akhir dari cavum nasalis atau choanae.
2. Pada bagian superior adalah dasar tulang tengkorak (basis cranii) dari rongga
sinus sfenoidales sampai dengan bagian ujung atas clivus.
3. Pada bagian posterior adalah clivus, jaringan mukosa dari faring sampai
palatum molle, serta vertebra cervical 1-2.
4. Pada bagian inferior adalah sisi atas palatum molle (soft palate) dan orofaring.
5. Pada bagian lateral adalah parafaring, otot-otot mastikator faring, tuba
eustachius, torus tubarius dan fossa Rossenmulleri.3

Palpebra adalah lipatan tipis kulit, otot, dan jaringan fibrosa yang
berfungsi melindungi struktur-struktur mata yang rentan. Palpebra superior dan
inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi bola
mata bagian inferior. Pada pelpebra terdapat rambut halus, yang hanya tampak
dengan pembesaran.1
Kelopak mata atas lebih lebar dan mobile dibandingkan dengan kelopak
mata bawah, dan mempunyai otot penggerak yaitu otot levator palpebra. Fisura
palpebra, terletak pada tepi bebas kelopak mata dan bergabung pada kantus lateral
dan medial. Kantus lateral relatif tidak mempunyai keistimewaan khusus. Kantus
medial sekitar 2 mm di bawah kantus lateral (jarak ini relatif lebih lebar pada
orang Asia). Kantus medial yang merupakan area kecil berbentuk segitiga yang
memisahkan kedua bola mata, dimana lacrimal caruncle terletak.2
Ketika melihat lurus ke depan, kelopak mata atas menutupi bagian atas
dari kornea sekitar 2 sampai 3 mm, dimana kelopak mata bawah hanya menutupi
sampai di limbus. Ketika mata ditutup, kelopak mata atas menutupi seluruh
bagian kornea. Malposisi pada kelopak mata bawah adalah umum, terutama pada
orang tua. Ektropion adalah bergulir keluarnya kelopak mata bawah sehingga
tidak lagi kontak dengan kornea. Sedangkan entropion menggambarkan inversi
kelopak mata yang dapat menyebabkan bulu mata mengarah ke dalam (trikiasis)
yang dapat menyebabkan iritasi kornea.2
Setiap margin kelopak mata tebalnya 2 sampai 3 mm. 2/3 anterior dari
kelopak mata merupakan kulit dan 1/3 posterior merupakan mukosa konjunctiva.
Sebuah garis abu-abu yang tajam terletak anterior dari mucocutaneous junction,
berhubungan dengan lokasi dari bagian siliaris dari orbicularis oculi dan
merupakan surgical landmark, karena insisi pada titik ini menyebabkan kelopak
mata terpisah menjadi lamela anterior dan posterior. Bulu mata terletak di depan
garis abu-abu dan muara sirkular kelenjar tarsal (kelenjar meibom) terletak di
belakangnya.2
Gambar 1. Kelopak mata dan anterior bola mata. 1. Pupil, 2. Plica semilunaris, 3.
Lacrimal caruncle, 4. Kantus medial, 5. Konjunctiva, 6. Kelopak mata atas, 7.
Bulu mata, 8. Kantus lateral, 9. Margin kelopak mata, 10. Iris, 11. Kelopak mata
bawah.
Kelopak mata terdiri atas tujuh lapisan. Dari superficial ke dalam terdapat
lapisan kulit dan jaringan subkutan, lapisan otot orbikularis okuli, septum orbita,
lemak orbita, lapisan otot retraktor, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapisan
membrane mukosa (konjungtiva palpebrae).1

Gambar 2. Anatomi palpebra


Bulu mata (dalam bahasa Yunani : blepharo) adalah rambut-rambut
pendek, halus dan melengkung yang terdiri dari 2 sampai 3 lapisan yang tumbuh
pada tepi kelopak mata. Bulu mata berfungsi melindungi bola mata dari debris
dan benda asing. Bulu mata kelopak mata bagian atas lebih panjang, lebih banyak,
dan melengkung keatas dimana bulu mata kelopak mata bagian bawah lebih
pendek, lebih sedikit dan melengkung ke bawah sehingga tidak saling bertemu
dan mengganggu ketika kedua kelopak mata ditutup.2,3
Pada fase embryo, bulu mata tumbuh dari jaringan ektoderm pada umur
kehamilan 22 sampai 26 minggu. Bulu mata membutuhkan waktu 7 sampai 8
minggu untuk tumbuh kembali setelah dicabut tetapi penyabutan bulu mata secara
terus-menerus dan konstan dapat menyebabkan kerusakan permanen. Warna bulu
mata dapat berbeda dari rambut pada umumnya, walaupun mereka dapat berwarna
lebih gelap pada seseorang dengan rambut warna gelap dan berwarna lebih terang
pada orang dengan rambut warna terang.2,3
C. Definisi
Trikiasis adalah suatu kelainan dimana bulu mata mengarah ke dalam bola
mata yang dapat menggosok kornea atau konjunctiva yang dapat menyebabkan
iritasi. Trichiasis harus dibedakan daripada entropion, dimana pada entropion
terjadi pelipatan palpebra ke arah dalam. Kemungkinan dimana terjadinya
entropion dan trikiasis bersamaan dapat terjadi, dan dibutuhkan terapi untuk
keduanya.4,5
D. Epidemiologi
Trikiasis dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering ditemukan
pada orang dewasa. Belum ditemukan bukti adanya predileksi pada ras-ras
tertentu ataupun jenis kelamin.2
E. Etiologi dan Patofisiologi
Setiap orang dapat terjadi trikiasis, namun umumnya lebih sering terjadi
pada orang dewasa. Trikiasis dapat disebabkan oleh infeksi pada mata,
peradangan pada palpebra, kondisi autoimun, dan trauma. Proses penuaan juga
merupakan penyebab umum terjadinya trikiasis, karena kulit yang kehilangan
elastisitas.6
Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan resiko terjadinya trikiasis
sebagai berikut1,6 :

 Trakoma
Trakoma adalah suatu bentuk konjungtivitis folikular kronik yang
disebabkan oleh Chlamydia trachomatis. Penyakit ini dapat mengenai
semua umur tetapi lebih banyak ditemukan pada orang muda dan anak-
anak. Infeksi Chlamydia trachomatis ini menyebabkan reaksi inflamasi
yang predominan limfositik dan infiltrat monosit dengan plasma sel dan
makrofag dalam folikel. Infeksi konjungtiva yang rekuren menyebabkan
inflamasi yang kronik dan menyebabkan terbentuknya suatu jaringan parut
pada konjungtiva tarsus superior sehingga mengakibatkan perubahan
bentuk  pada tarsus yang selanjutnya dapat mengubah bentuk palpebra
superior  berupa membaliknya bulu mata ke arah bola mata (trikiasis) atau
seluruh tepian palpebra (entropion) sehingga bulu mata terus-menerus
menggesek kornea.1,4

Gambar 3. Palpebra superior: tampak trakoma dengan jaringan sikatrik4

 Blefaritis ulseratif
Merupakan peradangan margo palpebra dengan tukak akibat infeksi
staphylococcus. Pada blefaritis olseratif terdapat krusta berwarna
kekuningan, serta skuama yang kering dan keras, yang bila keduanya
diangkat akan terlihat ulkus yang kecil dan mengeluarkan darah disekitar
bulu mata. Penyakit ini sangat infeksius. Ulserasi berjalan lanjut dan lebih
dalam sehingga merusak follikel rambut mengakibatkan rontok (madarosis),
dan apabila ulkus telah menyembuh akan membentuk jaringan parut atau
sikatrik. Sikatrik ini akan menimbulkan tarikan sehingga menyebabkan bulu
mata tumbuh mengarah ke bola mata (trikiasis).1,4
Gambar 4. Blefaritis ulseratif. Tampak krusta dan eritema pada margo palpebra4

Gambar 5. Tampak madarosis pada bagian lateral palpebra inferior4


 Hordeolum eksterna
Hordeolum eksterna adalah inflamasi supuratif akut yang terjadi
pada glandula Zeis atau Moll.1

Gambar 6. Hodeolum eksterna palpebra superior1


Dapat disebabkan oleh kebiasaan menggaruk mata dan hidung,
blafaritis kronik dan diabetes mellitus. Dapat juga disebabkan oleh infeksi
Staphylococcus aureus. Hordeolum eksterna terbagi menjadi dua stadium
yaitu stadium sellulitis dan stadium abses. Pada stadium selulitis hanya
didapatkan tanda-tanda inflamasi seperti gambaran edema yang berbatas
tegas, kemerahan dan teraba keras. Sedangkan pada stadium abses, telah
tampak gambaran pus pada margo palpebra yang dapat mempengaruhi bulu
mata.1
 Konjungtivitis membranous
Konjungtivitis membranous adalah suatu penyakit inflamasi yang
terjadi pada konjungtiva yang disebabkan oleh infeksi Corynebacterium
diphtheriae, ditandai dengan terbentuknya membran pada konjungtiva.1

Gambar 7. Konjungtivitis membranous1


Saat ini, penyakit ini sudah sangat jarang dijumpai oleh karena
menurunnya angka kejadian difteri. Hal ini disebabkan karena immunisasi
difteri berjalan sangat efektif. Corynebacterium diphtheriae menyebabkan
inflamasi hebat pada konjungtiva dan menyebabkan deposisi eksudat
fibrin pada permukaan dan bagian yang lebih dalam pada konjungtiva
sehingga akhirnya terbentuk membran. Membran biasanya terbentuk pada
konjungtiva palpebra. Pengelupasan membran dihubungkan dengan
adanya nekrosis koagulatif. Akhirnya penyembuhan berlangsung dengan
terbentuknya jaringan granulasi. Penyakit ini terbagi menjadi tiga stadium
yaitu stadium infiltrasi, supurasi, dan sikatrisasi. Pada stadium sikatrisasi,
permukaan konjungtiva yang telah tertutup oleh jaringan granulasi
mengalami epitelisasi. Penyembuhan luka terjadi melalui pembentukan
jaringan parut atau sikatrik yang dapat menyebabkan terjadinya trikiasis
dan xerosis konjungtiva.4
 Entropion
Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian
tepi atau margo palpebra kearah dalam. Hal ini menyebabkan 'trichiasis'
dimana bulu mata yang biasanya mengarah keluar kini menggosok pada
permukaan mata.1,5
Entropion bisa ditemukan pada semua lapisan umur namun
entropion khususnya entropion involusional lebih sering ditemukan pada
orangtua. Entropion lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Hal
ini mungkin disebabkan lempeng tarsal pada wanita rata-rata lebih kecil
dibandingkan pada pria. Entropion involusional biasanya ditemukan lebih
sering pada palpebra inferior sedangkan entropion sikatrik lebih sering pada
palpebra superior dan paling sering didahului oleh trakhoma.1,5

Gambar 8. Sikatrikal entropion1


 Distikiasis
Distikiasis adalah terdapatnya pertumbuhan bulu mata abnormal atau
terdapatnya duplikasi bulu mata daerah tempat keluarnya saluran meibom.
Berbentuk lebih halus, tipis dan pendek dibanding bulu mata normal.1
Gambar 9. Distikiasis
Dapat tumbuh ke dalam sehingga mengakibatkan bulu mata
menusuk ke jaringan bola mata atau trikiasis. Bersifat kongenital dominan.
Biasanya disertai kelainan kongenital lainnya.1

Selain dari penyakit-penyakit diatas, pentingnya membedakan tipe-tipe


kelainan dari bulu mata yang dapat menyebabkan trikiasis, dimana
penatalaksanaannya dapat berbeda tergantung dari penyebabnya. Pembagian
trikiasis berdasarkan kelainan bulu mata yaitu sebagai berikut7,8 :
- Acquired metaplastic eyelashes. Biasanya disebabkan peradangan kelopak
mata seperti meibomitis atau trauma akibat pembedahan, dimana epitel
kelenjar meibom mengalami perubahan metaplastik menjadi folikel rambut.
Hal ini menyebabkan pertumbuhan bulu mata lebih posterior daripada normal
dimana dapat mengarah ke belakang.
- Congenital metaplastic eyelashes. Kelainan kongenital dimana kelenjar
meibom menjadi multipoten berkembang menjadi folikel-folikel rambut.
Barisan kedua dari bulu mata tumbuh dari permukaan kelenjar meibom. Bulu
mata yang tumbuh tersebut mengarah secara vertikel, dan pada anak-anak
dapat ditoleransi dikarenakan oleh adanya tear film yang bagus dan sedikit
mengurangi sensasi kornea.
- Misdirected eyelashes9. Pertumbuhan bulu mata yang normal, namun akibat
dari sedikit jaringan parut pada margin kelopak mata menyebabkan
perubahan arah dari bulu mata ke dalam.
- Marginal entropion. Pembalikan dari margin kelopak mata akibat dari proses
parut dari lamela posterior kelopak mata.

F. Gambaran Klinik
Pasien dapat mengeluhkan sensasi benda asing, iritasi pada permukaan
bola mata yang kronik, lesi pada kelopak mata, gatal, nyeri pada mata, dan mata
bengkak. Abrasi kornea sampai dapat terjadi ulkus kornea, injeksi konjungtiva,
keluarnya cairan mucus, dan pandangan menjadi kabur dapat menyertai penyakit
ini.1,4
G. Diagnosis Banding
Trikiasis dapat didiagnosis banding dengan entropion. Entropion adalah
pelipatan kelopak mata ke arah dalam yang dapat disebabkan oleh involusi,
sikatrik, atau congenital. Gangguan ini selalu mengenai kelopak mata bawah dan
merupakan akibat gabungan kelumpuhan otot-otot retractor kelopak mata ,
mikrasi ke atas muskulus orbikularis preseptal, dan melipatnya tarsus ke atas.1
H. Penatalaksanaan
Jika hanya sedikit bulu mata yang terlibat, epilasi mekanik dapat
menangani sementara. Pertumbuhan baru biasanya dalam tiga hingga empat
minggu. Penanganan permanen merusak folikel bulu mata yang terlibat. Hal ini
dilakukan dengan elektrolisis atau cryotherapy.5,6
Gambar 10. Elektrolisis. Sebuah jarum di insersikan ke dalam folikel rambut
dengan bantuan slit lamp atau dengan mikroskop.6
Kekurangan metode elektrolisis yaitu sulitnya menempatkan jarum tepat
pada folikel rambut yang akan dirusak sehingga berisiko untuk menyebabkan
kerusakan mukosa dan struktur sekitarnya yang akhirnya akan menyebabkan
terbentuknya sikatrik yang lebih luas dan trikiasis yang lebih hebat.1,4
Jika melibatkan area tepi palpebra yang lebih luas, dapat dilakukan bedah
beku atau cryotherapy yaitu suatu teknik pengrusakan folikel rambut dengan
menggunakan suhu yang sangat dingin (nitrogen oksida). Folikel silia bulu mata
sensitif terhadap dingin dan dapat rusak pada temperatur -20ᵒC hingga -30ᵒC.
Ablasi laser dari folikel bulu mata juga dilaporkan bermanfaat. Pada kebanyakan
kasus, penatalaksanan ulang penting selama beberapa sesi untuk mengeliminasi
seluruh bulu mata yang terlibat. Jika entropion ditemukan, tepi palpebra sebaiknya
dikoreksi sebagai tambahan untuk menghilangkan bulu mata yang terlibat. Bila
hampir semua bulu mata mengalami trikiasis, maka koreksi bedah dapat
dianjurkan. Prosedur bedah yang dilakukan sama dengan prosedur yang dilakukan
pada entropion sikatrik, salah satunya yaitu dengan teknik modifikasi Ketssey’s.6
Gambar 11. Cryotherapy6
Pada teknis modifikasi ketssey’s (Transposition of tarsoconjunctival
wedge), sebuah insisi horizontal dibuat sepanjang sulkus subtarsalis, (2-3 mm
diatas margo palpebra) termasuk konjungtiva dan tarsal plate. Bagian terbawah
dari tarsal plate di tempel pada margo kelopak mata. Penjahitan matras dilakukan
setelah pemotongan bagian atas dari tarsal plate dan jahitan tersebut timbul pada
kulit 1 mm di atas margo kelopak mata.5

Gambar 12. Teknik modifikasi Ketssey’s5


Terapi medikamentosa dengan menggunakan kloramphenikol ointment
dapat membantu mencegah terjadinya kerusakan kornea. Pada trachomatous
trichiasis, dapat pula digunakan doxycycline sebagai terapi untuk mencegah
terjadinya proses sikatrisasi yang lebih luas sehingga secara tidak langsung
mencegah terjadinya trikiasis.5
I. Komplikasi
Apabila tidak ditangani dengan segera trikiasis dapat menyebabkan
komplikasi seperti iritasi pada permukaan bola mata yang kronik, abrasi kornea,
terjadi ulkus kornea, perforasi, sampai terjadinya infeksi bola mata. Komplikasi
lebih lanjut dapat menyebabkan kebutaan.
J. Prognosis
Prognosis umumnya baik. Tindak lanjut perawatan berkala dan perhatian
terhadap komplikasi, kekambuhan, atau komplikasi kornea dapat
meningkatkankan prognosis jangka panjang.10
BAB III
PEMBAHASAN

Pada pasien ini berdasarkan hasil anamnesis didapatkan keluhan


merasa ada yang mengganjal pada kedua bola matanya yang dirasakan
sejak lama dan memberat sejak 1 bulan. Keluhan disertai nyeri,
penglihatan buram dan air mata keluar berlebihan.
Pada pemeriksaan status oftalmologi didapatkan pada mata kiri
dan mata kanan didapatkan visus 20/50, OS : entropion (+), ODS
trichiasis (+), OD : hiperemis (+).
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status oftalmologi
yang telah dilakukan didapatkan gejala-gejala yang sesuai dengan
diagnosis trichiasis. Pada kasus ini ditemukan bulu mata yang
mengarah ke arah yang salah dan menyentuh kornea. Gambaran
tersebut sesuai dengan gambaran umum trichiasis, tetapi dapat juga
disertai dengan adanya entropion.
Penatalaksanaan pada pasien diberikan pengobatan berupa
antibiotik salep sebagai profilaksis dari suatu infeksi dan diberikan air
mata buatan atau artificial tears bertujuan untuk membersihkan kotoran
pengiritasi dan toksik pada lapisan air mata serta melindungi
permukaan mata.
Pada kasus trichiasis, tatalaksana yang harus dilakukan berupa
tindakan epilasi yaitu mencabut bulu mata secara manual dengan
forsep) yang dimana tindakan ini merupakan metode sementara, dan
tingkat rekurensi bisa terjadi dalam 3 – 4 minggu. Pada pasien ini,
karena jumlah bulu mata yang terlalu banyak Pada pasien ini, karena
jumlah bulu mata yang terlalu banyak yang mengarah ke arah dalam
dan menyentuh kornea. Maka, disarankan untuk dilakukan elektrolisis
yang dimana metode ini akan melakukan penghancuran folikel bulu
mata dengan listrik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Du T, Xiao J, Qiu Z, Wu K. The effectiveness of intensity-modulated radiation


therapy versus 2D-RT for the treatment of nasopharyngeal carcinoma: A systematic
review and meta-analysis. PLoS One. 2019;14(7):e0219611.
2. Jicman Stan D, Niculet E, Lungu M, Onisor C, Rebegea L, Vesa D, Bezman L,
Bujoreanu FC, Sarbu MI, Mihailov R, Fotea S, Tatu AL. Nasopharyngeal
carcinoma: A new synthesis of literature data (Review). Exp Ther Med. 2022
Feb;23(2):136
3. Hendrik., Prabowo, I., 2017. Kanker(carcinoma) Nasofaring. Surakarta:
UNSPress
4. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et al. Fetal growth and
development. In: Cunnigham FG, Leveno KL, Bloom SL, et al, eds. Williams
Obstetrics. 23rd ed. New York, NY: McGraw-Hill; 2010:chap 4
5. Manners, Ruth. 2011. Information factsheet : ingrowing eyelashes (trichiasis
& distichiasis).
6. Ilyas, Sidharta. 2008. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
7. The Eye M. D. association. 2014. Trichiasis. American Academy of
Ophtalmology.
8. Unknown. 2012. Clinical Management Guidelines Trichiasis. The College of
Optometrists.
9. Khooshabeh, Ramona. 2002. Focus On : The Unwanted Eyelash. The Royal
College of Ophthalmologist issue 24.
10. Barber K, Dabbs T. Morphological observation on patients with presumed
trichiasis. Br J Ophthalmol 1988; 72(1): 17-22.
11. Robert H Graham, MD. Trichiasis. Department of Ophthalmology, Mayo
Clinic, Scottsdale, Arizona.

Anda mungkin juga menyukai