Anda di halaman 1dari 27

Referat

Hipertensi

Oleh : Luluk Ayu Safira


Pembimbing : dr. Fera The, M.Kes

Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Dan


Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran
Universitas Khairun 2023
01 Pendahuluan
Pendahuluan
Penyakit yang banyak dijumpai dalam praktek klinik sehari-hari adalah hipertensi

Menurut WHO (2023), diperkirakan 1,28 miliar orang dewasa yang berusia antara
30 sampai 79 tahun di seluruh dunia menderita hipertensi

Menurut Survei Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018), data prevalensi hipertensi di


Indonesia adalah 34,1%.

Di Maluku Utara prevalensi hipertensi dengan usia 18 tahun ke atas adalah


24,65%
02 Tinjauan
Pustaka
A. Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan
darah meningkat persisten yaitu sama dengan
atau lebih dari 140/90 mmHg.
harus dibuktikan dengan pemeriksaan tekanan darah
secara berkala

Isolated systolic hypertention (ISH)


Isolated diastolic hypertention
(ISH)
B. Epidemiologi
Hipertensi dapat terjadi pada semua populasi

Dengan meningkatnya umur seseorang, maka


risiko seseorang tersebut menderita hipertensi
juga akan meningkat.

Menurut WHO (2023), diperkirakan 1,28


miliar orang dewasa yang berusia antara 30
sampai 79 tahun di seluruh dunia menderita
hipertensi
C. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi pada dewasa bersdasarkan ACC/AHA
Kategori Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah
Darah sistolik Diastolik
Normal < 120 mmHg dan < 80 mmHg
Meningkat 120-129 mmHg dan < 80 mmHg
(Elevated)
Hipertensi
Stadium 1 130-139 mmHg atau 80-89 mmHg
Stadium 2 ≥ 140 mmHg atau ≥ 90 mmHg
Klasifikasi hipertensi pada dewasa Klasifikasi hipertensi pada dewasa
bersdasarkan JNC VII bersdasarkan ISH
Kategori Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah
Darah sistolik Diastolik Tekanan Darah sistolik Diastolik
Normal < 120 mmHg dan < 80 mmHg Normal < 130 mmHg dan < 85 mmHg
Prehipertensi 120-139 mmHg atau 80-89 mmHg Normal-Tinggi 130-139 mmHg dan/atau 85-89 mmHg
Hipertensi Hipertensi
Stadium 1 140-159 mmHg atau 90-99 mmHg Derajat 1 140-159 mmHg dan/atau 90-99 mmHg
Stadium 2 ≥ 160 mmHg atau ≥ 100 mmHg Derajat 2 > 160 mmHg dan/atau > 100 mmHg
D. Etiologi dan Faktor Risiko
Penyebab hipertensi bersifat multifaktorial

Semua itu akan menyangkut kendali natrium (Na) di ginjal sehingga terjadilah
peningkatan tekanan darah

Hipertensi Primer

Hipertensi Sekunder
D. Etiologi dan Faktor Risiko

Genetik Obesitas

Stres Jenis Kelamin

Kurang Olahra Kebiasaan Merokok


E. Patofisiologi
1. Peran volume intravaskular

Asupan NaCl Autoregulasi


meningkat

Ginjal akan meningkatkan eskskresi garam TPR meningkat, CO menurun


yang bersamaan dengan urine
Jika melebihi batas fungsi ginjal
TPR vasodilatasi TD menurun
Ginjal akan menahan H2O yang akan
meningkatkan volume intravaskular
TPR vasokonstriksi TD meningkat
CO meningkat, tekanan darah meningkat
E. Patofisiologi
2. Peran kendali saraf autonom

Pengaruh lingkungan Reseptor di dinding vaskular

Aktivasi saraf simpatis Vasokonstriksi pembuluh darah

Kenaikan katekolamin, norepinephrine Denyut jantung meningkat,


CO meningkat

Diikat oleh reseptornya


TD meningkat
E. Patofisiologi
3. Peran renin angiotensin aldosteron Dipicu oleh factor risiko yang tidak
dikelola
(RAA)
Pembentukan angiotensinogen Korteks adrenal
renin
Angiotensin 1 Sekresi aldosteron
angiotensin converting enzym
Angiotensin II Retensi Na+
Retensi H2O
Ekskresi K+
Stimulasi factor pertembuhan Ekskresi Mg+
Aktivasi simpatis
Vasokonstriksi otot polos vaskular
E. Patofisiologi
4. Peran dinding vaskular pembuluh darah

Faktor risiko yang tidak dikelola

Perubahan hemodinamika tekanan darah


Peningkatan
progresifitas
Inflamasi, vasokonstriksi, thrombosis, aterosklerosis
rupture plak/erosi

Penebalan vascular biologi


F. Diagnosis
1. Anamnesis

Lama menderita Riwayat


hipertensi dan derajat Faktor-faktor pengobatan anti
tekanan darah risiko hipertensi

1 2 3 4 5

Indikasi adanya Gejala Faktor-faktor pribadi,


hipertensi sekunder kerusakan keluarga dan
organ lingkungan
F. Diagnosis
2. Pemeriksaan Fisik

Habitus Tubuh Tanda HMOD Hipertensi Sekunder


 Tinggi dan berat badan,  Pemeriksaan neurologis  Inspeksi kulit
Pengukuran indeks massa dan status kognitif  Palpasi ginjal
tubuh  Pemeriksaan funduskopi  Auskultasi jantung dan
 Lingkar pinggang untuk retinopati hipertensi arteri renalis
 Palpasi dan auskultasi  Perbandingan pulsasi
jantung serta arteri karotis radial dan femoral
 Palpasi arteri perifer  Tanda penyakit Cushing
 Perbandingan tekanan atau akromegali
darah kedua lengan  Tanda penyakit tiroid
F. Diagnosis
2. Pemeriksaan Fisik

Pengukuran tekanan darah yang akurat


 Pasien duduk minimal 5 menit sebelum pemeriksaan
 Hindari rokok, kafein, olahraga minimal 30 menit sebelumnya
 Kandung kemih pasien juga harus dalam keadaan kosong
 Pasien dan pemeriksa tidak boleh bicara
 Alat telah dikalibrasi
 Lengan pasien diletakkan pada meja, posisi cuff pada lengan
pasien setinggi pertengahan sternum
 Ukuran cuff harus sesuai.
F. Diagnosis
2. Pemeriksaan Fisik

Pengukuran tekanan darah yang akurat


 Pengukuran pertama, tekanan darah diukur di kedua lengan
 Setelah 1-2 menit, ulangi pada lengan dengan TD tertinggi
 Palpasi a. radialis untuk menentukan sistolik saat pulsasi
hilang, cuff dikembangkan lagi sebanyak 20-30 mmHg
 Cuff diturunkan dengan kecepatan 2 mmHg per detik, sambil
mendengarkan bunyi Korotkoff
 Pengkuran TD dilakukan 3 kali dengan selang waktu 1-2
menit
 Jika hasil pengukuran pertama dan kedua berbeda >10 mmHg
maka lakukan pengukuran tambahan
 Gunakan hasil rata-rata pengukuran dari minimal dua dari
hasil pengukuran terakhir
F. Diagnosis
3. Pemeriksaan Penunjang

 Tes darah rutin  Ekokardiogram


 Glukosa darah  USG karotis da n femoral
 Kolesterol total serum  C-reactive protein
 Kolesterol LDL dan HDL serum  Mikroalbuminuria
 Trigliserida serum  Proteinuria
 Asam urat serum  Kreatinin urin
 Kreatinin serum  Funduskopi
 Kalium serum  Profil lemak
 Hemoglobin dan hematokrit
 Urinalisis
 Elektrokardiogram
G. Penatalaksaan
1. Non Farmakologi

Penurunan berat Mengurangi


Olahraga
badan asupan garam

Mengurangi Berhenti
konsumsi alkohol merokok
G. Penatalaksaan
2. Farmakologi

Lima golongan obat antihipertensi utama yang rutin


direkomendasikan

ACE inhibitors ARB Beta blocker

CCB Diuretik
G. Penatalaksaan
2. Farmakologi

 Penggunaan terapi obat kombinasi merupakan pengobatan yang dianjurkan


saat ini
 Terapi kombinasi awal jika dibandingkan dengan monoterapi dosis
maksimal, maka lebih efektif terapi kombinasi awal
 Jika dengan kombinasi 2 obat hipertensi masih tidak terkontrol maka dapat
ditambahkan obat ketiga
 Namun kombinasi 3 obat tidak direkomendasikan sebagai terapi awal
 Penambahan spironolakton untuk pengobatan hipertensi resisten, kecuali ada
kontraindikasi.
 Penambahan obat golongan lain pada kasus tertentu bila TD belum
terkendali dengan kombinasi obat golongan di atas
G. Penatalaksaan
2. Farmakologi

 Garis hijau lurus: kombinasi yang


dianjurkan;
 Garis hijau putus-putus: kombinasi yang
bermanfaat (dengan beberapa
keterbatasan);
 Garis hitam putus-putus: kombinasi yang
mungkin, tetapi kurang uji klinis;
 Garis merah lurus: kombinasi yang tidak
direkomendasikan
H. Komplikasi
Berbagai kerusakan organ target

Hipertrofi Angina atau Gagal jantung


ventrikel kiri infark miokard kongestif

Penyakit ginjal
Stroke, TIA
kronik

Penyakit arteri
perifer
I. Pencegahan
Beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk pencegahan
menyangkut pengubahan gaya hidup

Penurunan Kurangi
DASH
BB asupan garam

Meningkatan aktivitas
Tidak merokok
fisik aerobik
02 Kesimpulan
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah melebihi 140/90 mmHg berdasarkan hasil rata-rata
dari dua atau tiga kali pemeriksaan

Salah satu yang menjadi tujuan tata laksana hipertensi yaitu agar
kualitas hidup pasien lebih baik dan mencegah agar komplikasi
tidak terjadi

Pengelolaan diet pada pasien hipertensi memegang peranan


penting dalam tata laksananya
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai