Referat Hipertensi
Referat Hipertensi
REFERAT
“PENDAHULUAN/PENGANTAR PROMOSI KESEHATAN”
Disusun oleh :
Muh. Rizki Abd. Malik
NPM : 10119210036
Pembimbing :
dr. Andi Sakurawati, M.M.Kes
Puji syukur saya sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan berkat-Nya, saya dapat menyelesaikan dan memenuhi Penulisan
Referat tentang “Pendahuluan/pengantar promosi kesehatan”, untuk memenuhi
tugas di Departemen IKM-IKK, pada tingkat 2 Mahasiswa Program Profesi
Dokter (MPPD).
Saya menyadari bahwa dalam penulisan Referat ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan segala bentuk saran serta
masukan bahkan kritikan yang membangun dari beragai pihak. Akhirnya kami
berharap semoga referat ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan
pengetahuan tentang hipertensi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................5
A. Definisi..........................................................................................................5
B. Epidemiologi.................................................................................................5
C. Klasifikasi.....................................................................................................6
D. Etiologi dan Faktor Risiko............................................................................7
E. Patofisiologi..................................................................................................9
F. Diagnosis.....................................................................................................10
G. Penatalaksanaan..........................................................................................13
H. Komplikasi..................................................................................................16
I. Pencegahan..................................................................................................16
BAB III. KESIMPULAN.....................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19
DAFTAR TABEL
ii
1. Tabel 1. Klasifikasi hipertensi pada dewasa bersdasarkan ACC/AHA6...........6
2. Tabel 2. Klasifikasi hipertensi pada dewasa bersdasarkan JNC VII7...............7
3. Tabel 3. Klasifikasi hipertensi pada dewasa bersdasarkan ISH8.......................7
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Banyak penyakit yang kerap dihadapi ketika praktek klinik setiap harinya
salah satunya adakah hipertensi. Komplikasi yang sangat ditakutkan dari
hipertensi adalah kerusakan berbagai organ. Rusaknya banyak organ traget yang
ditakutkan dan paling kerap ditemukan pada pasien hipertensi ialah masalah pada
jantung. Oleh karena itu diagnosis dini sangatlah penting dan sangat diperlukan
penatalaksanaan yang tepat sehingga morbiditas dan mortalitas yang mungkin
akan terjadi dapat dikurangi. Selain itu juga agar kerusakan lebih lanjut tidak
terjadi.1,2
Menurut WHO (2023), di seluruh dunia ada sekitar 1,28 miliar orang
dewasa yang dengan rentan usia 30 hingga 79 tahun. Satu dari sejumlah target
global dalam mencegah kasus penyakit tidak menular yaitu berkurangnya
prevalensi hipertensi sejumlah 33% antara tahun 2010 dan 2030. Menurut Survei
Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018), data prevalensi hipertensi di Indonesia adalah
34,1%. Angka ini menunjukkan bahwa kejadian hipertensi mengalami
peningkatan sebesar 25,8% dari prevalensi hipertensi pada Riskesdas Tahun 2013.
Sementara di Maluku Utara, didapatkan penduduk yang menderita hipertensi
sebanyak 24,65% dari total penduduk di Maluku Utara.3–5345
1
Yogiantoro M. Pendekatan Klinis Hipertensi. In: Setiati S, Idrus A, Sudoyo AW,
Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakid Dalam. Edisi
Keenam. Jilid II. Jakarta: Interna Publishing; 2015. p. 2261-2285.
2
Muhadi. JNC 8: Evidence-based Guideline Penanganan Pasien Hipertensi Dewasa.
CDK-236. 2016; 43(1): 54-59
3
World Health Organitazion [Internte]. Hypertension. WHO Global. 2023 [cited 2023
Mei 1]. Available from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hypertension
4
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Laporan Nasional Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas 2018). Badan Litbang Kesehatan. Jakarta. 2019
5
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Laporan Provinsi Maluku Utara Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018). Badan Litbang Kesehatan. Jakarta. 2019
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
B. Epidemiologi
5
Menurut Survei Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018), data prevalensi
hipertensi di Indonesia adalah 34,1%. Angka tersebut menunjukkan bahwa
kejadian hipertensi mengalami peningkatan sebesar 25,8% dari prevalensi
hipertensi pada Riskesdas Tahun 2013. Kasus hipertensi di Indonesia yang
terdiagnosis diprediksi hanya sekitar 1/3, selebihnya tidak terdiagnosis.4
C. Klasifikasi
6
Tabel 2. Klasifikasi hipertensi pada dewasa bersdasarkan JNC VII7
1. Genetik
Dalam hipertensi, banyak gen yang turut berperan. Insidens darah
tinggi lebih banyak ditemui dalam monozigot (satu sel telur) dari
8
Setiani R, Wulandari SA. Hubungan Faktor Genetik dengan Kejadian Hipertensi:
Scoping Review. Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains (JIKS). 2023; 5(1): 60-66.
7
heterozigot (berlainan sel telur), apabila salah satu mengidap darah
tinggi.9
2. Obesitas
Hipertensi pada obesitas dikaitkan dengan fisiologis yang berubah
yang mendeskripsikan keterkaitan antara berat badan yang berlebih
dengan tekanan darah, yakni terjadi resistensi insulin dan
hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem reninangiotensin, dan
fisik pada ginjal yang berubah.10
3. Jenis kelamin
Hipertensi pada wanita mempunyai unsur risiko yang lebih rendah
daripada laki-laki untuk berkembang menjadi penyakit kardiovaskuler.
Hal tersebut disebabkan oleh hormon estrogen pada perempuan yang
belum mengalami menopause mempermudah naiknya kadar High
Density Lipoprotein (HDL). Tingginya Kadar kolesterol HDL inilah yang
bisa melindungi dan mencegah timbulnya proses aterosklerosis.10
4. Stres
Hormon adrenalin berperan dalam peningkatan tekanan darah. Stress
dapat meningkatkan hormon adrenalin yang akan memicu jantung untuk
lebih cepat memompa darah sehingga peningkatan tekanan darah akan
terjadi meningkat.10
5. Kurang olahraga
Ketika menjalankan olahraga, pembuluh darah mengalami
pelebaran. Selain itu, risiko tekanan darah tinggi akan meningkat jika
minim menjalankan aktivitas fisik dikarenakan seseorang akan lebih
mudah untuk menjadi gemuk.9,10
6. Pola asupan garam dalam diet
9
Nuraini B. Risk Factors Of Hypertension: Artikel Review. Jurnal Majority. 2015; 4(5):
10-19.
10
Putriastuti L. Analisis Hubungan Antara Kebiasaan Olahraga Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Pasien Usia 45 Tahun Keatas. Jurnal Berkala Epidemiologi, 2016; 4(2):
225–236.
8
Konsentrasi natrium dalam cairan ekstraseluler akan naik jika
berlebihan dalam mengkonsumsi natrium. Kondisi tersebut akan
mengakibatkan peningkatan volume darah, yang akan berpengaruh pada
terjadinya hipertensi.10
7. Kebiasaan merokok
Terjadinya hipertensi serta risiko timbulnya stenosis arteri renal yang
mengalami ateriosklerosis bisa dikatikan dengan perokok berat.10
E. Patofisiologi
9
angiotensin 1 menjadi angiotensin II. Selanjutnya, angiotensin II ini akan
bekerja pada reseptor-reseptor yang terkait ialah reseptor AT1, AT2,
AT3, AT4. Sistem RAA tersebut dapat dipicu oleh tidak terkelolanya
faktor risiko, maka tekanan darah akan meningkat, hipertensi
aterosklerosis makin progresif.1
4. Peran dinding vaskular pembuluh darah
Ketika tidak ada pengelolaan faktor risiko, akan mengakibatkan
berubahnya hemodinamika tekanan darah, hipertensi akan semakin
meningkat serta akan terjadi perubahan vaskular biologi, penebalan pada
dinding pembuluh darah akibat dari lesi vaskular atau remodelling,
diantaranya dampak dari: inflamasi, vasokonstriksi, trombosi, ruptur,
plak/erosi yang dari semua itu akan berakhir pada kejadian
kardiovaskular.1
F. Diagnosis
The silent killer ialah sebutan lain dari hipertensi. Biasanya, penderita
hipertensi tidak memiliki keluhan. Penderita baru akan memiliki keluhan
selepas terjadinya komplikasi di target organ damage. Secara sistematik
pemeriksaan yang dijalankan adalah seperti dibawah ini:1
1. Anamnesis
Anamnesis mencakup:1
a. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
b. Hipertensi sekunder dengan ditandai adanya indikasi
1) Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi
2) Memiliki keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal
polikistik)
3) Ditemukannya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri,
pemakaian obat-obat analgesik dan obat/bahan lain.
4) Episode lemah otot dan tetani (aldosteronisme)
c. Sejumlah faktor risiko
10
1) Pasien atau keluarga pasien memiliki Riwayat hipertensi atau
kardiovaskular
2) Kegemukan, pola makan
3) Pada pasien atau keluarganya mempunyai riwayat
hiperlipidemia
4) Pasien atau keluarganya mempunyai riwayat diabetes melitus
5) Rutin merokok
d. Gejala kerusakan organ
1) Ginjal : “haus, poliuria, nokturia, hematuri, hipertensi yang
disertai kulit pucat anemis”
2) Otak dan mata : “sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan,
transien ischemic attacks, defisit sensoris atau motoris”
3) Jantung : “palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki, tidur
dengan bantal tinggi (lebih dari 2 bantal)”
4) Arteri perifer : “ekstremitas dingin, klaudikasio intermiten”
e. Pengobatan anti hipertensi sebelumnya
f. Faktor-faktor pribadi, keluarga dan lingkungan
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut:1
a. Habitus tubuh
1) Tinggi dan berat badan, pengukuran indeks massa tubuh
2) Lingkar pinggang
b. Tanda HMOD (Hypertension-Mediated Organ Damage)
1) Perbandingan tekanan darah kedua lengan (paling tidak sekali)
2) Pemeriksaan neurologis dan status kognitif
3) Palpasi dan auskultasi jantung serta arteri karotis
4) Pemeriksaan funduskopi untuk retinopati hipertensi
5) Palpasi arteri perifer
c. Hipertensi sekunder
1) Tanda penyakit tiroid
2) Perbandingan pulsasi radial dan femoral
11
3) Auskultasi jantung dan arteri renalis untuk murmur yang
menandakan koarktasio aorta atau hipertensi renovaskuler
4) Tanda penyakit Cushing atau akromegali
5) Inspeksi kulit: “bercak cafe-au-lait pada neurofibromatosis
(phaeochromocytoma)”
6) Palpasi ginjal untuk meraba pembesaran pada penyakit ginjal
polikistik
12
pengukuran tambahan. Untuk menentukan tekanan darah, gunakan hasil
rata-rata pengukuran dari minimal dua dari hasil pengukuran terakhir.11,12
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi menakupi: “tes darah rutin,
glukosa darah (sebaiknya puasa), kolesterol total serum, kolesterol LDL
dan HDL serum, trigliserida serum (puasa), asam urat serum, kreatinin
serum, kalium serum, hemoglobin dan hematokrit, urinalisis,
elektrokardiogram”. Evaluasi pasien hipertensi juga dibutuhkan guna
mencari tahu adanya penyakit penyerta sistemik.1
G. Penatalaksanaan
1. Non Farmakologis
Telah dibuktikan jika pola hidup sehat dapat menurunkan tekanan
darah, dan biasanya memiliki dampak signifikan dalam menurunkan
risiko masalah kardiovaskular. Terapi awal hipertensi derajat 1 pada
individu tanpa faktor risiko kardiovaskular tambahan adalah mengadopsi
rencana gaya hidup sehat yang wajib dipertahankan paling tidak selama 4
sampai 6 bulan. Sangat dianjurkan untuk menjalankan terapi farmakologi
jika tekanan darah tidak menurun seperti apa yang diharapkan setelah
jangka waktu tertentu.13
Ada sejumlah pola hidup sehat yang dianjutkan oleh banyak
quidelines yakni sebagai berikut:13
a) Penurunan berat badan. Lebih memperkaya asupan buah-buahan dan
sayuran sebagai pengganti makanan tidak sehat.
b) Mengurangi asupan garam. Asupan garam yang disarankan yaitu
tidak lebih dari 2 gr/ hari.
c) Olahraga. Penurunan tekanan darah bisa dipermudah dengan
melakukan olahraga sebanyak 30 –60 menit/ hari secara teratur,
13
Soenarta AA, Erwinanti, Mumpuni ASS, Barack R, Lukito AA, Hersunarti N, dkk.
Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular. Perhimpunan Dokter
Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). Jakarta. 2015
13
minimal 3 hari/ minggu. Bagi pasien yang tidak sempat untuk
melakukan olahraga, maka sangat disarankan untuk berjalan kaki,
menaiki tangga atau mengendarai seperda dalam aktifitas rutin
sehari-harinya.
d) Meminimalkan konsumsi alkohol. Membatasi atau menghentikan
penggunaan alkohol membuat penurunan tekanan darah menjadi
lebih mudah.
e) Berhenti merokok. Merokok adalah satu dari sejumlah faktor risiko
utama penyakit kardiovaskular yang harus dihindari.
2. Farmakologis
Pengobatan yang disarankan pada panduan penatalaksanaan
hipertensi saat ini guna mendapatkan target tekanan darah ialah
penggunaan terapi obat kombinasi. Jika memungkinkan dan tersedia
secara luas, maka bisa diberikan dalam bentuk pil tunggal berkombinasi
(single pill combination), yang bertujuan untuk menaikkan kepatuhan
pasien dalam melakukan pengobatan.1
Terapi kombinasi awal jika dibandingkan dengan monoterapi dosis
maksimal, maka lebih efektif terapi kombinasi awal. Jika dengan
kombinasi 2 obat hipertensi masih tidak terkontrol maka bisa
ditambahkan obat ketiga; akan tetapi kombinasi 3 obat tidak disarankan
menjadi terapi awal..11
Ada lima golongan obat antihipertensi utama yang kerap kali
menjadi rekomendasi :12
a. Diuretik (Tiazid)
Golongan diuretik yang menjadi pilihan utama adalah
klortalidon dengan dosis harian 12,5-25 mg. Obat tersebut terpilih
karena memiliki waktu paruh yang panjang dan sudah terbukti secara
ilmiah dalam menurunkan risiko penyakit serebrovaskuler.
Pemberian obat ini dibutuhkan perhatian ekstra pada pasien yang
memiliki riwayat gout akut.
b. Penghambat ACE (Angiotensin Converting Enzym)
14
Golongan obat ini yang sering digunakan adalah captopril
dengan dosis harian 12,5-15 mg. Obat ini tidak boleh diberikan
secara bersamaan dengan inhibitor renin termasuk ARB. Obat ini
tidak boleh diresepkan pada pasien yang memiliki riwayat
angioedema saat mengkonsumi penghambat ACE sebelumnya.
Hindari pemberian obat ini pada orang hamil.
c. ARB (Angotensin Reseptor Blocker)
Golongan obat ini yang sering digunakan adalah candesartan
dengan dosis harian 8-32 mg. Obat ini tidak boleh diberikan secara
bersamaan dengan inhibitor renin dan tidak boleh diresepkan pada
pasien yang memiliki riwayat angioedema saat mengkonsumsi ARB.
Hindari pemberian obat ini pada orang hamil.
d. CCB (Calcium Channel Blockers)
Golongan obat ini terbagi menjadi dihidropiridin dan non-
dihidropiridin. Golongan dihidropiridin yang sering digunakan
adalah amlodipin dengan dosis harian 2,5-10 mg. sedangkan untuk
golongan non-dihidropiridin yang sering digunakan adalah diltiazem
dengan dosis 120-360 mg.
e. Beta Blocker
Golongan obat ini terbagi menjadi yang selektif dan non-
selektif. Propanolol merupakan obat beta blocker golongan non-
selektif yang sering digunakan dengan dosis harian 80-160 mg.
Sedangkan untuk beta blocker selektif yang sering digunakan adalah
bisoprolol dengan dosis 2,5-10 mg.
Disarankan untuk menjaga tekanan darah di bawah 130/80 mmHg
pada individu hipertensi dengan komorbid penyakit lainnya, seperti
stroke. Masih menjadi perdebatan target penurunan tekanan darah pada
hipertensi esensial karena membutuhkan pengawasan dalam jangka
panjang; xtekanan darah < 130/80 mmHg dapat menajdi pertimbangan
target dalam menurunkan hipertensi.11
15
H. Komplikasi
I. Pencegahan
Pencegahan primer bisa dilakukan oleh orang yang belum terjangkit
hipertensi namun memiliki faktor risiko hipertensi atau memiliki potensi
terkena hipertensi. Sejumlah strategi yang bisa dijalankan guna pencegahan
menyangkut pengubahan gaya hidup diantaranya:14
1. Menurunkan berat badan dengan target atau mempertahankan berat
badan di rentan indeks massa tubuh 18,5 hingga 22,9 kg/m2
2. Menerapkan program diet sesuai dengan Dietary Approaches to Stop
Hypertension (DASH), yakni memperkaya mengkonsumsi buah-buahan,
sayuran, serta makanan atau minuman yang mengandung susu yang
rendah lemak dengan kandungan lemak tersaturasi dan lemak total
rendah.
3. Pengurangan asupan garam stiap harinya yaitu tidak melampaui 6 g
Natrium Klorida atau satu sendok teh garam dapur. Bahan makanan
tinggi garam yang wajib dihindari:
14
Lukito AA, Harmeiwaty E, Situmorang TD, Hustrini NM, Kuncoro AS, Barack R, dkk.
ABC Hipertensi: Diagnosis dan Tatalaksana Hipertensi. Perhimpunan Dokter Hipertensi
Indonesia (PERHI). Jakarta. 2015
16
a. Makanan yang dibuat dengan campuran garam dapur dan atau
baking powder dan soda misalnya: “roti, biskuit, kue-kue asin,
keripik asin, dan makanan kering yang asin”
b. Makanan yang diawet dalam kaleng misalnya: “ikan sardin, corned-
beef (kornet), sosis, sayuran, dan buah-buahan dalam kaleng”
c. Makanan yang pengolahannya dengan campuran garam
dapur/pengawet misalnya: “daging asap, ham, bacon, dendeng, sosis,
abon, ikan asin, ebi, udang kering, terasi, telur asin, telur pindang,
acar, asinan, dan taoco”
d. Minuman bergas misalnya soft drink (minuman ringan)
e. Bumbu-bumbu misalnya: “kecap, maggi, bumbu penyedap, saus
tomat, sambal botol, monosodium glutamate (MSG)”
f. Margarin, mentega, dan keju
4. Meningkatkan aktivitas fisik. Latihan fisik ialah jenis aktivitas fisik yang
melibatkan gerakan tubuh berulang yang direncanakan, terstruktur, dan
terjadwal dengan tujuan meningkatkan kebugaran fisik. Latihan aerobik
dan latihan penguatan otot disarankan sebagai bentuk latihan. Telah
dibuktikan dalam beberapa penelitian bahwa gaya hidup aktif, yang
mencakup peningkatan aktivitas fisik sedang setidaknya selama 30 menit
setiap hari, dapat menurunkan kemungkinan terkena hipertensi hingga 30
hingga 50%.
5. Tidak merokok. Nikotin, yang ada dalam rokok yang dihisap, juga
merangsang hipertensi. Sebagai radikal bebas yang merusak endotel
pembuluh darah, nikotin dapat meningkatkan penggupalan darah pada
pembuluh darah (agregasi trombosit) serta pembekuan darah di
pembuluh darah, yang membantu perkembangan aterosklerosis.
BAB III
KESIMPULAN
17
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan sistolik
melebihi 140 mmHg dan atau melebihi 90 mmHg untuk tekanan diastoliknya
berdasarkan hasil rata-rata dari dua atau tiga kali pemeriksaan. Salah satu yang
menjadi tujuan tata laksana hipertensi yaitu agar kualitas hidup pasien lebih baik
dan mencegah agar komplikasi tidak terjadi. Pengelolaan diet pada pasien
hipertensi memegang peranan penting dalam tata laksananya. Sangat diperlukan
perhatian yang dilakukan melalui evaluasi status kesehatan dan monitoring dan
evaluasi asupan makanan oleh tim kesehatan untuk mempertahankan status gizi
atau untuk mencegah status gizi menurun. Pada dasaranya pelayanan tersebut
merupakan kerja sama dari suatu tim terpadu yang didalamnya terdiri dari dokter
sebagai klinisi, perawat yang membantu dokter dalam praktik klinisnya, serta ahli
gizi dan petugas kesehatan lain yang juga dibutuhkan agar terapi yang diberikan
kepada pasien mencapai target terapi.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
10. Putriastuti L. Analisis Hubungan Antara Kebiasaan Olahraga Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Pasien Usia 45 Tahun Keatas. Jurnal Berkala
Epidemiologi, 2016; 4(2): 225–236.
11. Adrian SJ, Tommy. Hipertensi Esensial: Diagnosis dan Tatalaksana Terbaru
pada Dewasa. CDK-274. 2019; 46(3): 172-178.
12. Lukito AA, Harmeiwaty E, Situmorang TD, Hustrini NM, Kuncoro AS,
Barack R, dkk. Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2021: Update
Konsensus Perhi 2019. Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (PERHI).
Jakarta. 2021
13. Soenarta AA, Erwinanti, Mumpuni ASS, Barack R, Lukito AA, Hersunarti N,
dkk. Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). Jakarta.
2015
14. Lukito AA, Harmeiwaty E, Situmorang TD, Hustrini NM, Kuncoro AS,
Barack R, dkk. ABC Hipertensi: Diagnosis dan Tatalaksana Hipertensi.
Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (PERHI). Jakarta. 2015
20