Anda di halaman 1dari 24

Bagian Ilmu Kesehatan Tht-Kl

Oktober 2015

Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin

BENDA ASING ESOFAGUS

OLEH :
Siti Nurul Ain Binti Dulmt
C 111 11860
Zafirah Binti Rosdi
C 111 11856
PEMBIMBING:
dr. Renato Vivaldi Kuhuwael

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN THT- KL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2015

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini menyatakan bahwa:

Nama : Siti Nurul Ain Binti Dulmat (C 111 11860)


Zafirah Binti Rosdi ( C 111 11856)
Judul : Benda Asing Esofagus

Telah menyelesaikan tugas refarat dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian
Ilmu Kesehatan THT- KL Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, Oktober 2015

Mengetahui,

Pembimbing,

dr. Renato Vivaldi Kuhuwael

BAB 1
PENDAHULUAN
Benda asing esofagus adalah benda yang tajam maupun tumpul atau makanan
yang tersangkut dan terjepit di esophagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun
tidak sengaja. Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing merupakan masalah
utama anak usia 6 bulan sampai 6 tahun, dan dapat terjadi pada semua umur pada tiap
lokasi di esophagus, baik ditempat penyempitan fisiologis maupun patologis dan
dapat pula menimbulkan komplikasi fatal akibat perforasi.(1) Benda asing yang
tersangkut pada esophagus biasanya ditemukan pada 4 tempat penyempitan fisiologi
pada esophagus yaitu cincin krikofaringeal, persilangan antara esophagus dan arkus
aorta, persilangan esophagus dan bronkus utama sinistra, dan sfingter bawah.(2)
Secara klinis, masalah yang timbul akibat benda asing esophagus dapat dibagi
dalam golongan anak dan dewasa. Faktor predisposisi pada anak antara lain belum
tumbuhnya gigi molar untuk dapat menelan dengan baik, koordinasi proses menelan
dan sfingter laring yang belum sempurna pada kelompok usia 6 bulan 1 tahun. Pada
dewasa tertelan benda asing sering dialami oleh pemabuk atau pemakai gigi palsu
yang telah kehilangan sensasi rasa (tactile sensation) dari palatum dan pada penderita
gangguan jiwa.Gejala yang timbul berupa rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di
tenggorok (gagging), disfagia, muntah.(3)
Secara prinsip, benda asing di saluran nafas dan esophagus ditatalaksana
dengan pengangkatan segera secara endoskopik dalam kondisi yang paling aman dan
trauma yang paling minimum. Benda asing di esophagus dikeluarkan secara
esofagoskopi menggunakan esofagoskop kaku serta menggunakan cunam yang sesuai
dengan benda asing itu. Tindakan bronkoskopi harus segera dilakukan, apalagi bila
benda asing bersifat organic karena benda asing organic seperti kacang-kacangan
mempunyai sifat higroskopik, mudah menjadi lunak dan mengembang oleh air serta
menyebabkan iritasi pada mukosa.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi
2.1 a. Anatomi
Esofagus merupakan bagian saluram cerna yang menghubungkan hipofaring
dengan lambung, kira-kira 23 cm dibawah diafragma. Dimulai dari batas bawah
tulang rawan krikoid atau setinggi vertebra C6, berjalan sepanjang leher, mediastinum
superior dan posterior, didepan vertebra servikal dan torakal dan berakhir pada
orificium kardia lambung setinggi vertebra torakal 11. Esofagus terletak di posterior
jantung dan trakea, di anterior vertebra dan menembus hiatus diafragma tepat di
anterior aorta. Introitus esophagus setinggi servikal 6, berjalan dalam rongga thoraks,
menembus diafragma setinggi torakal 10 dan 11. Panjang esophagus pada bayi adalah
7cm-14cm, dewasa 25cm dan berdiameter sekitar 2.54cm.(4)
Dinding esophagus terdiri dari empat lapisan yaitu:
1. Mukosa
Terbentuk dari epitel berlapis gepeng bertingkat yang berlanut ke
faring bagian atas, dalam keadaan normal bersifat alkali dan tidak
tahan terhadap isi lambung yang sangat asam.
1. Submukosa
Mengandung sel-sel sekretoris yang menghasilkan mucus yang dapat
mempermudahkan

jalannya

makanan

sewaktu

menelan

dan

melindungi mukosa dari cedera akibat zat kimia.


2. Muskularis
Otot bagian esophagus merupakan otot rangka. Sedangkan otot pada
separuh bagian bawah merupakan otot polos, bagian yang diantaranya
terdiri dari campuran otot rangka dan otot polos.
3. Lapisan bagian luar (serosa)
Terdiri dari jaringan ikat yang jarang menghubungkan esophagus
dengan struktur-struktur yang berdekatan, tidak adanya serosa

mengakibatkan penyebaran sel-sel tumor lebih cepat (bila ada kanker


esophagus) dan kemungkinan bocor setelah operasi lebih besar.

Gambar 1.0: Anatomi dari esophagus

Dinding otot esophagus (kecuali tidak adanya serosa) mengikuti pola dasar
bagian saluran pencernaan lain. Ia terdiri dari tunika adventitia atau fibrosa serta
tunika muskularis, submukosa dan tunika mukosa. Lapisan eksterna suatu tunika
adventitia dari jaringan ikat tidak teratur dan saraf. Lapisan otot esophagus terdiri dari
stratum longitudinal luar dan sikular dalam. Otot rangka dominan dalam sepertiga
atas, sedangkan otot polos menutupi sepertiga distal. Tunika muskularis longitudinal
terdapat pada kebanyakan esophagus, kecuali dalam bagian paling proksimalnya.
Setinggi itu, lapisan luar membentuk dua pita longitudinal menyebar, yang melekat
ke cartilage cricodea, sehingga memaparkan muskularis circularis di posterior.
Lapisan dalam tunika muskularis circularis lebih tipis daripada longitudinal serta
bersambung dengan musculus constrictor pharynx inerior di atas dan fibril obliqua
lambung bawah.(4-6)

Gambar 1.1: Anatomi lapisan otot pada esophagus.

Persarafan utama esofagus dilakukan oleh serabut-serabut simpatis dan


parasimpatis dari sistem otonom. Serabut serabut parasimpatis dibawa oleh nervus
vagus yang dianggap merupakan saraf motorik. Selain persarafan ekstrinsik tersebut,
terdapat juga jala-jala longitudinal (pleksus Allerbach) dan berperan untuk mengatur
peristaltik esofagus normal. (4-6)

Gambar 1.2: Anatomi dari cabang persarafan dan pembuluh darah di esofagus.

Gambar 1.3: Anatomi dari cabang persarafan dan pembuluh darah di esofagus.

Gambar 1.4: Anatomi dari esofagus

Peranan esofagus adalah menghantarkan makanan dan minuman dari faring ke


lambung. Pada kedua hujung esofagus terdapat otot sfingter. Otot krikofaringeus
membentuk sfingter esofagus bagian atas dan terdiri atas serabut-serabut otot rangka.
Bagian esofagus ini secara normal berada dalam keadaan tonik atau kontraksi kecuali
pada waktu menelan. Sfingter esofagus bagian bawah, walaupun secara anatomis
tidak nyata, bertindak sebagai sfingter dan berperan sebagai sawar terhadap refluks isi
lambung ke dalam esofagus. Dalam keadaan normal, sfingter ini menutup, kecuali

bila makanan masuk kedalam lambung atau waktu muntah. Oesophagus memiliki 3
tempat penyempitan, antara lain pada sfingter oesophageal (pharyngoesophageal
junction), di belakang dr arcus aorta, dan pada hiatus oesophagus saat menembus
diaphragm.(4-6)

2.1 b. Fisiologi
Makanan yang telah masuk ke dalam mulut dan dikunyah oleh gigi, masuk ke
dalam kerongkongan (esophagus) melalui faring (tekak). Faring merupakan saluran
persimpangan antara rongga hidung ke tenggorokan dan rongga mulut ke esophagus.
Esophagus merupakan saluran panjang dan tipis sebagai jalan makanan yang telah
dikunyah dari mulut ke lambung. Pada esophagus tidak terjadi proses pencernaan.
Panjang esophagus kurang lebih 20 cm dan lebarnya 2 cm. Bagian dalam esophagus
selalu dibasahi cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar mukosa sehingga makanan
menjadi basah dan licin. Pada dinding esophagus terdapat otot-otot yang dapat
mengatur gerakan kembang kempis pada saat mendorong makanan yang berbentuk
gumpalan-gumpalan (disebut bolus) agar masuk ke dalam lambung. Gerakan otot
demikian disebut gerak peristaltik.(6)
Esofagus terutama berfungsi menghantarkan bahan yang dimakan dari faring
ke lambung secara peristaltik (5-15 detik). Pada bagian atas dan bawah esofagus
terdapat spingter dimana yg berperan sbg barier terhadap refluk isi lambung ke
esofagus dan dalam keadaan normal berada dalam kondisi tonik atau berkontriksi
kecuali waktu menelan. Mukosa esofagus bersifat alkali dan tidak tahan terhadap isi
lambung yg asam. Lapisan submukosa mengandung selsel sekretoris yg
menghasilkan mukus/lendir , mukus mempermudah jalannya makananan waktu
menelan. Kecepatan peristaltik dari esofagus yakni 2 4 cm/dtk. Sedangkan bolus
sampe ke lambung sektar 5 15 detik.(6)

Gambar 1.5: Pada kiri gambar kelihatan proses peristaltic makanan yang berlangsung di esophagus dan
pada kanan gambar kelihatan bagian organ tubuh yang terlibat dengan proses pencernaan.

Fisiologi Sistem Pencernaan


Transpor dan pencampuran makanan dalam saluran pencernaan (6)
1. Mengunyah
Mengunyah makanan bersifat penting untuk pencernaan semua makanan,
tetapi terutama sekali untuk sebahagian besar buah dan sayur-sayuran mentah
karena zat ini mempunyai membran selulosa yang tidak dapat dicerna diantara
bagian-bagian zat nutrisi yang harus di uraikan sebelum makanan dapat di
gunakan. Selain itu, mengunyah akan membantu pencernaan makanan karena
enzim-enzim pencernaan hanya akan bekerja pada permukaan partikel makanan.
Selain itu, menggiling makanan hingga menjadi partikel-partikel dengan
konsistensi sangat halus akan mencegah ekskoriasi traktus gastrointestinal dan
meningkatkan kemudahan pengosongan makanan dari lambung ke dalam usus
halus dan kemudian ke semua segmen usus berikutnya.
2. Menelan
Pada umumnya, menelan dapat dibagi menjadi (1) tahap volunter,
yang mencetuskan proses menelan, (2) tahap faringeal, yang bersifat

involunter dan membantu jalannya makanan melalui faring ke dalam


esofagus, dan (3) tahap esofageal, fase involunter lain yang mempermudah
jalannya makanan dari faring ke lambung.(7)
Tahap esofageal dari penelanan.
Esofagus terutama berfungsi untuk menyalurkan makanan dari faring
ke lambung, dan gerakannya diatur secara khusus untuk fungsi tersebut. Normalnya
esofagus memperlihatkan dua tipe peristaltik : peristaltik primer dan peristaltik
sekunder. Peristaltik primer hanya merupakan kelanjutan dari gelombang peristaltik
yang dimulai di faring dan menyebar ke esofagus selama tahap faringeal dari
penelanan. Gelombang ini berjalan dari faring ke lambung dalam waktu sekitar 8
sampai 10 detik. Makanan yang ditelan seseorang dalam posisi tegak biasanya
dihantarkan ke ujung bawah esofagus bahkan lebih cepat dari gelombang peristaltik
itu sendiri, sekitar 5-8 detik, akibat adanya efek gravitasi tambahan yang menarik
makanan ke bawah. Jika gelombang peristaltik primer gagal mendorong semua
makanan yang telah masuk esofagus ke dalam lambung, terjadi gelombang peristaltik
sekunder yang dihasilkan dari peregangan esofagus oleh makanan yang tertahan, dan
terus berlanjut sampai semua makanan dikosongkan ke dalam lambung. Gelombang
sekunder ini sebagian dimulai oleh sirkuit saraf mienterikus esofagus dan sebagian
oleh refleks-refleks yang dihantarkan melalui serat-serat aferen vagus dari esofagus
ke medula dan kemudian kembali lagi ke esofagus melalui serat-serat eferen vagus.
Susunan otot faring dan sepertiga bagian atas esofagus adalah otot lurik.
Karena itu, gelombang peristaltik di daerah ini hanya diatur oleh impuls saraf rangka
dalam saraf glosofaringeal dan saraf vagus. Pada duapertiga bagian bawah esofagus,
ototnya merupakan otot polos, namun bagian esofagus ini juga secara kuat diatur oleh
saraf vagus yang bekerja melalui hubungannya dengan sistem saraf mienterikus.
Sewaktu saraf vagus yang menuju esofagus terpotong, setelah beberapa hari pleksus
saraf mienterikus esofagus menjadi cukup terangsang untuk menimbulkan gelombang

peristaltik sekunder yang kuat bahkan tanpa bantuan dari refleks vagal. Karena itu,
sesudah paralisis refleks penelanan, makanan yang didorong dengan cara lain ke
dalam esofagus bagian bawah tetap siap untuk masuk ke dalam lambung.
Relaksasi reseptif dari lambung. Sewaktu gelombang peristaltik esofagus
berjalan ke arah lambung, timbul suatu gelombang relaksasi, yang dihantarkan
melalui neuron penghambat mienterikus, mendahului peristaltik. Selanjutnya, seluruh
lambung dan sedikit lebih luas bahkan duodenum menjadi terelaksasi swaktu
gelombang ini mencapai bagian akhir esofagus dan dengan demikian mempersiapkan
lebih awal untuk menerima makanan yang didorong ke bawah esofagus selama proses
menelan.
Fungsi sfingter esofagus bagian bawah ( sfingter gastroesofageal)
Pada ujung bawah esofagus,meluas dari sekitar dua sampai lima sentimeter
diatas perbatasan dengan lambung, otot sirkular esofagus berfungsi sebagai sfingter
esofagus bagian bawah atau sfingter gastroesofageal. Secara anatomis,sfingter ini
tidak berbeda dengan bagian esofagus yang lain. Secara fisiologis normalnya sfingter
tetap berkonstriksi secara tonik (dengan tekanan intraluminal pada titik ini di
esofagus sekitar 30 mmHg), berbeda dengan bagian tengah esofagus antara sfingter
bagian atas dan bagian bawah, yang normalnya tetap berelaksasi. Sewaktu gelombang
peristaltik penelanan melewati esofagus, relaksasi reseptif akan merelaksasi sfingter
esofagus bagian bawah medahului gelombang peristaltik dan mempermudah
dorongan makanan yang ditelan ke dalam lambung. Sangat jarang, sfingter tidak
berelaksasi dengan baik, mengakibatkan keadaan yang disebut akalasia.(6)
Isi lambung bersifat sangat asam dan mengandung banyak enzim proteolitik.
Mukosa esofagus, kecuali pada seperdelapan bagian bawah esofagus, tidak mampu
menahan kerja pencernaan yang lama dari sekresi getah lambung. Konstriksi tonik
dari sfingter esofageal bagian bawah akan membantu untuk mencegah refluks yang
bermakna dari isi lambung ke dalam esofagus kecuali pada keadaan abnormal.(6)

Pencegahan tambahan terhadap refluks dengan penutupan seperti katup di


ujung distal esofagus. Faktor lain yang mencegah refluks adalah mekanisme seperti
katup pada bagian esofagus yang pendek yang terletak tepat di bawah diafragma
sebelum mencapai lambung. Peningkatan tekanan intraabdominal akan mendesak
esofagus pada titik ini ke dalam pada saat yang bersamaan ketika tekanan ini
meningkatkan tekanan intragastrik. Jadi, penutupan seperti katup ini, pada esofagus
bagian bawah akan mencegah tekanan abdominal yang tinggi yang berasal dari
desakan isi lambung ke dalam esofagus. Kalau tidak, setiap kali kita berjalan, batuk
atau bernafas kuat, kita mungkin mengeluarkan asam ke dalam esofagus.(6)

2.2. Definisi.
Benda asing esofagus adalah obyek dari luar tubuh yang bukan milik di
esophagus yang tersangkut dan terjepit seperti gigi palsu ,baterai, koin dan lain-lain
bergantung umur dan jenis kelamin. Potensi menjadi berbahaya apabila obyek tajam
termasuk. Bedanya makanan yang tertahan di esophagus (food impaction) oleh kerna
adanya penyakit seperti esophagitis lebih mudah untuk diberi tindakan dari benda
asing esophagus.(1,2)
2.3 Epidemiologi.
Morbiditas dan mortalitas yang tinggi tergantung pada komplikasi yang
terjadi. Benda asing di esophagus sering ditemukan di daerah penyempitan fisiologis
esophagus. Benda asing yang bukan makanan kebanyakan tersangkut di servikal
esophagus, biasanya di otot krikofaring atau arkus aorta, kadang-kadang di daerah
penyilangan esophagus dengan bronkus utama kiri pada sfingter kardio
esophagus.70% dari 2394 kasus benda asing esophagus ditemukan di daerah servikal,
dibawah sfingter krikofaring, 12% didaerah hipofaring dan 7,7% didaerah esophagus
torakal.Dilaporkan

48%

kasus

benda

asing

yang

tersangkut

di

daerah

esofagogaster menimbulkan nekrosis tekanan atau infeksi lokal.(1,2,) Pada orang


dewasa benda asing yang tersangkut dapat berupa makanan atau bahan yang tidak

dapat dicerna seperti biji buah-buahan, gigi palsu, tulang ikan, atau potongan daging
yang melekat pada tulang.(1,2,7)
2.4 Etiologi (1,7,8)
Pada anak penyebabnya antara lain anomali kongenital, termasuk stenosis
kongenital, web, fistel trakeoesofagus, dan pelebaran pembuluh darah. Pada orang
dewasa sering terjadi akibat mabuk, pemakai gigi palsu yang telah kehilangan sensasi
rasa palatum, gangguan mental, dan psikosis.1 Peristiwa tertelan dan tersangkutnya
benda asing merupakan masalah utama pada anak usia 6 bulan sampai 6 tahun dan
dapat terjadi pada semua umur pada tiap lokasi di esofagus, baik di tempat
penyempitan fisiologis maupun patologis dan dapat pula menimbulkan komplikasi
fatal akibat perforasi.(1,7)
Benda asing yang tersangkut pada esofagus biasanya ditemukan pada 4
tempat penyempitan fisiologi pada esofagus yaitu cincin krikofaringeal, persilangan
antara esofagus dan arkus aorta, persilangan esofagus dengan bronkus utama sinistra,
dan sfingter bawah. Gejala yang biasanya timbul seperti, disfagia, pirosis, odinofagi
dan regurgitasi.
Faktor predisposisi antara lain belum tumbuhnya gigi molar untuk dapat
menelan dengan baik, koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang belum
sempurna pada kelompok usia 6 bulan sampai 1 tahun, retardasi mental, gangguan
pertumbuhan dan penyakit-penyakit neurologik lain yang mendasarinya. Pada orang
dewasa tertelan benda asing sering dialami oleh pemabuk atau pemakai gigi palsu
yang telah kehilangan sensasi rasa (tactile sensation) dari palatum, pada pasien
gangguan mental dan psikosis.1,3 Selain itu juga, kebiasaan misalkan memegang
dengan gigi benda-benda seperti uang logam, mainan dan lain-lain.(1)

2.5. Faktor-Faktor Predisposisi

Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam saluran


cerna, antara lain :(1,2,7)
1

Faktor individual; umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat


tinggal.

Kegagalan mekanisme proteksi yang normal, antara lain: keadaan tidur,


kesadaran menurun, alkoholisme dan epilepsi.

Faktor fisik: kelainan dan penyakit neurologik.

Proses menelan yang belum sempurna pada anak.

Faktor dental, medical dan surgical, misalnya tindakan bedah, ekstraksi gigi,
belum tumbuhnya gigi molar pada anak usia kurang dari 4 tahun.

Faktor kejiwaan, antara lain: emosi, gangguan psikis.

Faktor kecerobohan, antara lain; meletakkan benda asing di mulut, persiapan


makanan yang kurang baik, makan atau minum tergesa-gesa, makan sambil
bermain, memberikan kacang atau permen pada anak yang gigi molar nya
belum tumbuh.

2.6 Gejala Klinis


Gejala sumbatan akibat benda asing esofagus tergantung pada ukuran,bentuk
dan jenis benda asing, lokasi tersangkutnya benda asing (apakah berada di daerah
penyempitan esofagus yang normal atau patologis), komplikasi yang timbul akibat
benda asing tersebut dan lama benda asing tertelan. Gejala permulaan benda asing
esofagus adalah rasa nyeri didaerah leher bila benda asing tersebut tersangkut di
daerah servikal. Bila benda asing tersangkut di esofagus bagian distal timbul rasa
tidak enak di daerah substernal atau nyeri di punggung.(1,2,3)
Gejala disfagia bervariasi tergantung pada ukuran benda asing. Disfagia lebih
berat bila terjadi edema mukosa yang memperberat sumbatan, sehingga timbul rasa

sumbatan esofagus yang persisten. Gejala lain ialah odinofagia yaitu rasa nyeri ketika
menelan makanan atau ludah, hipersalivasi, regurgitasi dan muntah. Kadang-kadang
ludah berdarah. Nyeri di punggung menunjukkan tanda perforasi atau mediastinitis.
Gangguan napas dengan gejala dispne, stridor dan sianosis terjadi akibat penekanan
trakea oleh benda asing.(1)
2.7 Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan anamnesis yang lengkap, gambaran klinis, dengan
gejala dan tanda, pemeriksaan radiologic dan endoskopik. Tindakan endoskopik
dilakukan untuk diagnostik dan terapi. Diagnosis tertelan benda asing, harus
dipertimbangkan pada setiap anak dengan rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di
tenggorok (gargling), batuk, muntah. Gejala ini diikuti dengan disfagia, berat badan
menurun, demam, gangguan pernafasan. Harus diketahui dengan baik ukuran, bentuk
dan jenis benda asing, dan apakah mempunyai bagian yang tajam. Nyeri didaerah
leher bila benda asing tersangkut didaerah servikal. Bila benda asing tersangkut di
esophagus bagian distal timbul rasa tidak enak didaerah substernal atau nyeri
dipunggung.(1,2,7,9)
Pemeriksaan fisik
Terdapat kekakuan lokal pada leher bila benda asing terjepit akibat edema
yang timbul progresif. Bila benda asing ireguler menyebabkan perforasi akut,
didapatkan tanda pneumo-mediastinum, emfisema leher dan pada auskultasi
terdengar suara getaran didaerah prekordial atau interskapula. Bila terjadi
mediastinitis, tanda efusi pleura unilateral atau bilateral dapat dideteksi. Perforasi
langsung ke rongga pleura dan pneumothorak jarang terjadi, tetapi dapat timbul
sebagai komplikasi tindakan endoskopi.(1,2,
Pada anak-anak gejala nyeri atau batuk dapat disebabkan oleh aspirasi ludah
atau minuman dan pada pemeriksaan fisik didapatkan ronkhi, mengi (wheezing),
demam, abses leher atau tanda emfisema subkutan. Tanda lanjut, berat badan

menurun dan gangguan pertumbuhan. Benda asing yang berada didaerah servikal
esophagus dan dibagian distal krikofaring, dapat menimbulkan gejala obstruksi
saluran nafas dengan stridor, karena menekan dinding trakea bagian posterior
(tracheo-esophageal party wall), radang dan edema periesofagus. Gejala aspirasi
rekuren akibat obstruksi esophagus sekunder dapat menimbulkan pneumonia,
bronkiektasis dan abses paru.(1,7)
Pemeriksaan Penunjang
Foto rontgen polos esofagus servikal dan torakal anterior posterior dan lateral
dilakukan pada semua pasien tertelan benda asing . Benda asing radiopak seperti uang
logam, mudah diketahui lokasinya. Benda asing radiolusen seperti plastik,aluminium
dan lain-lain

dapat diketahui dengan tanda inflamasi periesofagus dan

hiperinfalamasi hipofaring dan esofagus bagian proksimal. Foto rontgen leher posisi
lateral dapat menunjukkan tanda perforasi, dengan trakea dan laring tergeser ke
depan, gelembung udara di jaringan, adanya bayangan cairan atau abses bila perforasi
telah berlangsung beberapa hari.(1,10,12)
Pemeriksaan esofagus dengan kontras (esofagogram) dilakukan apabila foto
polos tidak menunjukkan gambran benda asing dengan memperlihatkan gambaran
filing defect persistent (1). Esofagogram sebaik-baiknya tidak dilakukan pada benda
asing radiopak karena densitas benda asing biasanya sama dengan zat kontras,
sehingga akan menyulitkan penilaian ada tidaknya benda asing. Resiko lain adalah
terjadinya aspirasi bahan kontras. Bahan kontras Barium lebih baik karena sifatnya
kurang toksis terhadap saluran napas bila terjadi aspirasi kontras.(11,12)
CT scan dan MRI masing-masing menunjukkan gambaran inflamasi jaringan lunak
dan abses. Sementara MRI menunjukkan gambaran semua keadaan patologik
esofagus.(1)

Gambar 1,6: Pada posisi posteroanterior dan lateral memperlihatkan gambaran radiopak berbentuk
coin pada esofagus.

2.8 Diagnosa Banding


Diagnosa banding bisa dilihat daripada gambaran klinis yang ada seperti
disphagia, stridor ,sianosis, odinofagia dan lain-lain. Berdasarkan gambaran klinis
yang ada contohnya disphagia penyakit atau kelainan bisa menyebabkan dysphagia
adalah akalasia, Ca esophagus, striktur esophagus. Gambaran klinis stridor pada
anak-anak bisa di diagnosa banding dengan pharyngitis, stenosis subglotid dan lainlain. (13)
Anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang sangat penting
dalam menegakkan diagnosa, selain menyingkirkan penyebab lainnya.

2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan corpus alienum esofagus tergantung pada sejumlah faktor,
seperti lokasi anatomi, bentuk dan ukuran benda asing, durasi impaksi, keahlian
dokter bedah dan ketersediaan instrumen yang tepat. Penatalaksanaan dengan cara
esophagoscopy kaku untuk menghilangkan benda asing tetap merupakan metode
yang terbaik. Namun, ada juga mode pengobatan lain yang dilaporkan dalam

literature seperti penggunaan esophagoscopy fleksibel, esophagotomy serviks dan


penggunaan kateter forley bersama fluoroscopic (7)
Benda asing di esofagus dikeluarkan dengan tindakan esofagoskopi dengan
menggunakan cunam yang sesuai dengan benda asing tersebut. Bila benda asing telah
berhasil dikeluarkan harus dilakukan esofagoskopi ulang untuk menilai adanya
kelainan-kelainan esofagus yang telah ada sebelumnya.(7,12,15)
Prosedur untuk melakukan esofagoskopi:
1. Pasien baring terlentang di meja operasi dalam anestesi umum dan
endotrakeal tube (ETT) telah terpasang, kepala pasien dimiringkan ke
kanan dan di ekstensikan.
2. Dilakukan tindakan asepsis dan antiseptic pada lapangan operasi,
pasang douk steril.
3. Esofagoskop bagian proksimal dipegang dengan tangan kanan
sementara bagian distal dipegang oleh tangan kiri seperti memegang
tongkat bilyar.
4. Jari tengah dan jari manis tangan kiri memegang bibir atas dan
mengait gigi incisivus.
5. Jari telunjuk dan ibu jari kiri memegang bagian distal esofagoskop
serta menarik bibir agar tidak terjepit di antara pipa esofagoskop
dengan gigi.
6. Esofagoskop didorong tangan kiri seperti memegang pena pada bagian
distal
7. Esofagoskop dimasukkan secara vertical ke dalam mulut melalui
ujung kanan mulut, pada saat ini kepala penderita diangkat sedikit
sampai vertex berada kira-kira 1 sentimeter dari meja.
8. Identifikasi valekula, epiglottis, plika farigo-epiglotik dan laring.
9. Esofagoskop disusupkan di sisi kanan lidah sampai dinding posterior
faring menuju arytenoid yang merupakan penunjuk ke sinus
piriformis, esofagoskop diteruskan melalui sinus piriformis kanan dan
melalui penyempitan krokofaringeal. Tampak corpus alienum.

10. Ekstraksi corpus alienum dengan menggunakan forceps yang


bersesuaian.
11. Esofagoskopi dikeluarkan dari esofagus.
12. Esofagoskopi selesai, dipasangkan nasogastric tube pada pasien.

Gambar 1.7: contoh alat esofagoskop yang digunakan pada esofagoskopi

Aplikasi utama untuk esophagoscopy fleksibel adalah diagnosis. Prosedur ini


sangat berguna pada pasien usia lanjut dengan mobilitas tulang belakang terbatas dan
pada pasien dengan ketinggian yang rendah dan leher yang pendek. Esophagoscope
fleksibel digunakan dengan anestesi lokal dan sedasi yang dimonitor. Untuk
memudahkan kontrol sekresi dan perjalanan instrument kedalam esofagus, pasien
ditempatkan dalam posisi tertekuk dan berbaring di satu sisi. Menggunakan insuflasi,
ahli bedah akan mendeteksi dan memasuki cricopharyngeus dan melakukan
visualisasi yang aman dan rinci pada esofagus. Jika keganasan dicurigai, specimen
akan disikat dan dikirim untuk pemeriksaan sitologi atau forsep digunakan untuk
memperoleh spesimen untuk analisis histologis.(15)
Esophagoskopi kaku dapat digunakan untuk mengobati berbagai masalah,
termasuk benda asing, perdarahan (misalnya, dari varises esofagus), dan tumor
endobronkial. Esophagoskopi kaku digunakan dengan pasien di bawah anestesi

umum. Pasien ditempatkan dalam posisi terlentang dengan leher diekstensi.


Esophagoskop tersebut kemudian diteruskan sisi kanan lidah, dengan endoscopist
menggunakan tangan kiri untuk dudukan instrumen. Tangan kanan digunakan untuk
stabilisasi akhir proksimal lingkup, penyedotan, dan penyisipan instrumen melalui
lumen esophagoscope tersebut. Bibir esophagoscope diposisikan anterior untuk
manipulasi epiglotis dan visualisasi dari sinus piriformis dan aritenoid. Ruang
lingkup tersebut kemudian diteruskan sinus piriformis ke cricopharyngeus (yaitu,
katup esofagus superior). Ibu jari kiri kemudian digunakan untuk memajukan
instrumen bawah kerongkongan. Jika tidak ada lesi utama dicatat pada penyisipan
esophagoscope itu, pemeriksaan hati-hati dari mukosa harus dilakukan selama
penarikan instrumen. (15)
Komplikasi seperti perforasi esofagus mungkin timbul terutama ketika
instrumen untuk esophagoscopy kaku yang tidak pantas dan ahli bedah kurang
berpengalaman. Selain itu, benda tajam pada setiap titik impaksi dapat menyebabkan
perforasi sebelum ekstraksi. Ia dapat menyebabkan mediastinitis dan kematian.
Sering kali perforasi dapat dihindari ketika benda asing ditarik ke dalam lingkup
sebelum ekstraksi. (7)
Benda asing tajam yang tidak berhasil dikeluarkan dengan esofagoskopi harus
segera dikeluarkan dengan pembedahan, yaitu servikotomi, torakotomi atau
esofagotomi, tergantung lokasi benda asing tersebut. Bila dicurigai adanya perforasi
yang kecil segera dipasang pipa nasogaster agar pasien tidak menelan, baik makanan
maupun ludah dan diberikan antibiotika berspektrum luas selama 7-10 hari untuk
mencegah timbulnya sepsis. Benda asing tajam yang telah masuk ke dalam lambung
dapat menyebabkan perforasi di pylorus. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi
dengan sebaik-baiknya, untuk mendapatkan tanda perforasi sedini mungkin dengan
melakukan pemeriksaan radiologi untuk mengetahui posisi dan perubahan letak
benda asing. Bila letak benda asing menetap selama 2 kali 24 jam maka benda asing
tersebut harus dikeluarkan secara pembedahan (laparatomi).(1, 2)

Gambar 1.8: Contoh ilustrasi gambaran esofagus yang kelihatan ketika dilakukan
esofagoskopi.

Benda asing uang logam di esofagus bukan keadaan gawat darurat, namun
uang logam tersebut harus dikeluarkan sesegera mungkin dengan persiapan tindakan
esofagoskopi yang optimal untuk mencegah komplikasi. Benda asing baterei bundar
(disk/button batery) di esofagus merupakan benda yang harus segera dikeluarkan
karena risiko perforasi esofagus yang terjadi dengan cepat dalam waktu kurang lebih
4 jam setelah tertelan akibat nekrosis esofagus.(1, 3)

Gambar 1.9: gambaran radiologi anak secara AP dan lateral yang tertekan baterei bundar

BAB III

KESIMPULAN
Benda asing adalah masalah yang lazim pada bidang THT, khususnya pada
bidang THT anak, seringkali diikuti berbagai komplikasi, beberapa mengalami
keparahan. Pada tahun awal kehidupan anak mengalami penjelajahan dan interaksi
dengan lingkungan. Ketika anak mulai dapat merangkak dan berjalan, anak mulai
berrinterkasi dengan banyak benda yang biasanya anak suka memasukan bendabenda tersebut ke dalam lubang mulut, telinga, hidung, dan sampai tenggorokan.
Pada pasien dewasa masalah benda asing biasanya terjadi akibat kesengajaan
atau tidak sengaja yang biasanya dapat diakibatkan oleh serangga, ataupun benda
asing lainnya. Karena benda asing bisa menjadi suatu keadaan yang darurat maka
perlu segera dilakukan tindakan untuk mengangkat benda asing tersebut. Namun
terkadang terjadi kesulitan dalam pengangkatan benda asing dalam THT.
Pengangkatan benda asing bergantung pada faktor-faktor dari benda asing sendiri,
dokter yang kompeten dengan alat-alat yang memadai, dan kerjasama dari pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1.
Juniaf MH. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala & Leher. Jakarta, Indonesia: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia 2007.
2.
Marasabessy SN, Mengko SK, Palandeng OI. Benda Asing Esofagus
Di Bagian/SMF THT-KL. Jurnal e-Clinic (eCl). 2015;3(1).
3.
Asroel HA. Ekstraksi Benda Asing di Bronkus dan Esofagus. Majalah
Kedokteran Nusantara. 2007;40(2).
4.
Waugh.A,Grant.A.Ross and Wilson Anatomy & Physiology in Health
and Illness.9th edition.United Kingdom: Churchill Livingstone 2001;chap 12
.pg.304
5.
Andre D,Edwin L.Buku Ajar Bedah (Sabiston's Essentials
Surgery.Philadelphia.W.B.Saunders Co.1995.chap 21.pg.460-464

of

6.
Fox Human Physiology 8th. Edition. United States of America: The
McGraw-Hill Companies; 2003.
7.
L.O O, U.S E. The Challenges of Rigid Esophagoscopy in The
Management of Esophageal Foreign Bodies in Port Harcourt. International
Journal of Medicine and Medical Sciences. 2012;2(5):108-13.
8.
Harrison,Decker,Menachem B. Management of ingested foreign
bodies. American Society for Gastrointestinal.2011; 73 (6)
9.

Lintzenich C.R, Esophageal Disorder. Bailey's Head and Neck

Surgery Otolaryngology.5th edition. USA.Lippicont.2014,vol 1.pg 857


10.

Borgstein J. Foreign bodies. The basic Ear Nose Throat.pg 91-98

11.

Holinger L.D, Barretto R.L Foreign Bodies Of The Airway And

Esophagus.

Otolaryngology

Head

and

Neck

Surgery.

4 th

edition.USA.Elsevier.2005.pg 4343-4362
12.

Lalwani A.K Foreign Bodies.Current Diagnosis and Treatment

Otolaryngology

Head

and

Neck

Surgery.2 nd

edition.USA.Mc

Graw

Hill.2007.chap 38.
13.

Bailey B.J, Johnson J. Caustic Ingestion and Foreign Bodies in the

Aerodigestive

Tract.Head

edition.USA.Lippincot.200.chap 82.

and

Neck

Otolaryngology.4 th

14.

Singhi S.C, Baranwal A.K, Narasimhappa G.M. Impacted Esophageal

Foreign

Body

Mistaken

for

Chronic

Pharyngitis.Indian

Journal

of

Pediatric.2009;76
15.

James

B.S,

Philip

A.W,

Otorhinolaryngology.PMPH-USA.chap 85

John

J.B.

Ballenger's

Anda mungkin juga menyukai