Refarat Corpus Alienum Di Esophagus
Refarat Corpus Alienum Di Esophagus
Oktober 2015
Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
OLEH :
Siti Nurul Ain Binti Dulmt
C 111 11860
Zafirah Binti Rosdi
C 111 11856
PEMBIMBING:
dr. Renato Vivaldi Kuhuwael
LEMBAR PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas refarat dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian
Ilmu Kesehatan THT- KL Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Mengetahui,
Pembimbing,
BAB 1
PENDAHULUAN
Benda asing esofagus adalah benda yang tajam maupun tumpul atau makanan
yang tersangkut dan terjepit di esophagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun
tidak sengaja. Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing merupakan masalah
utama anak usia 6 bulan sampai 6 tahun, dan dapat terjadi pada semua umur pada tiap
lokasi di esophagus, baik ditempat penyempitan fisiologis maupun patologis dan
dapat pula menimbulkan komplikasi fatal akibat perforasi.(1) Benda asing yang
tersangkut pada esophagus biasanya ditemukan pada 4 tempat penyempitan fisiologi
pada esophagus yaitu cincin krikofaringeal, persilangan antara esophagus dan arkus
aorta, persilangan esophagus dan bronkus utama sinistra, dan sfingter bawah.(2)
Secara klinis, masalah yang timbul akibat benda asing esophagus dapat dibagi
dalam golongan anak dan dewasa. Faktor predisposisi pada anak antara lain belum
tumbuhnya gigi molar untuk dapat menelan dengan baik, koordinasi proses menelan
dan sfingter laring yang belum sempurna pada kelompok usia 6 bulan 1 tahun. Pada
dewasa tertelan benda asing sering dialami oleh pemabuk atau pemakai gigi palsu
yang telah kehilangan sensasi rasa (tactile sensation) dari palatum dan pada penderita
gangguan jiwa.Gejala yang timbul berupa rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di
tenggorok (gagging), disfagia, muntah.(3)
Secara prinsip, benda asing di saluran nafas dan esophagus ditatalaksana
dengan pengangkatan segera secara endoskopik dalam kondisi yang paling aman dan
trauma yang paling minimum. Benda asing di esophagus dikeluarkan secara
esofagoskopi menggunakan esofagoskop kaku serta menggunakan cunam yang sesuai
dengan benda asing itu. Tindakan bronkoskopi harus segera dilakukan, apalagi bila
benda asing bersifat organic karena benda asing organic seperti kacang-kacangan
mempunyai sifat higroskopik, mudah menjadi lunak dan mengembang oleh air serta
menyebabkan iritasi pada mukosa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi
2.1 a. Anatomi
Esofagus merupakan bagian saluram cerna yang menghubungkan hipofaring
dengan lambung, kira-kira 23 cm dibawah diafragma. Dimulai dari batas bawah
tulang rawan krikoid atau setinggi vertebra C6, berjalan sepanjang leher, mediastinum
superior dan posterior, didepan vertebra servikal dan torakal dan berakhir pada
orificium kardia lambung setinggi vertebra torakal 11. Esofagus terletak di posterior
jantung dan trakea, di anterior vertebra dan menembus hiatus diafragma tepat di
anterior aorta. Introitus esophagus setinggi servikal 6, berjalan dalam rongga thoraks,
menembus diafragma setinggi torakal 10 dan 11. Panjang esophagus pada bayi adalah
7cm-14cm, dewasa 25cm dan berdiameter sekitar 2.54cm.(4)
Dinding esophagus terdiri dari empat lapisan yaitu:
1. Mukosa
Terbentuk dari epitel berlapis gepeng bertingkat yang berlanut ke
faring bagian atas, dalam keadaan normal bersifat alkali dan tidak
tahan terhadap isi lambung yang sangat asam.
1. Submukosa
Mengandung sel-sel sekretoris yang menghasilkan mucus yang dapat
mempermudahkan
jalannya
makanan
sewaktu
menelan
dan
Dinding otot esophagus (kecuali tidak adanya serosa) mengikuti pola dasar
bagian saluran pencernaan lain. Ia terdiri dari tunika adventitia atau fibrosa serta
tunika muskularis, submukosa dan tunika mukosa. Lapisan eksterna suatu tunika
adventitia dari jaringan ikat tidak teratur dan saraf. Lapisan otot esophagus terdiri dari
stratum longitudinal luar dan sikular dalam. Otot rangka dominan dalam sepertiga
atas, sedangkan otot polos menutupi sepertiga distal. Tunika muskularis longitudinal
terdapat pada kebanyakan esophagus, kecuali dalam bagian paling proksimalnya.
Setinggi itu, lapisan luar membentuk dua pita longitudinal menyebar, yang melekat
ke cartilage cricodea, sehingga memaparkan muskularis circularis di posterior.
Lapisan dalam tunika muskularis circularis lebih tipis daripada longitudinal serta
bersambung dengan musculus constrictor pharynx inerior di atas dan fibril obliqua
lambung bawah.(4-6)
Gambar 1.2: Anatomi dari cabang persarafan dan pembuluh darah di esofagus.
Gambar 1.3: Anatomi dari cabang persarafan dan pembuluh darah di esofagus.
bila makanan masuk kedalam lambung atau waktu muntah. Oesophagus memiliki 3
tempat penyempitan, antara lain pada sfingter oesophageal (pharyngoesophageal
junction), di belakang dr arcus aorta, dan pada hiatus oesophagus saat menembus
diaphragm.(4-6)
2.1 b. Fisiologi
Makanan yang telah masuk ke dalam mulut dan dikunyah oleh gigi, masuk ke
dalam kerongkongan (esophagus) melalui faring (tekak). Faring merupakan saluran
persimpangan antara rongga hidung ke tenggorokan dan rongga mulut ke esophagus.
Esophagus merupakan saluran panjang dan tipis sebagai jalan makanan yang telah
dikunyah dari mulut ke lambung. Pada esophagus tidak terjadi proses pencernaan.
Panjang esophagus kurang lebih 20 cm dan lebarnya 2 cm. Bagian dalam esophagus
selalu dibasahi cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar mukosa sehingga makanan
menjadi basah dan licin. Pada dinding esophagus terdapat otot-otot yang dapat
mengatur gerakan kembang kempis pada saat mendorong makanan yang berbentuk
gumpalan-gumpalan (disebut bolus) agar masuk ke dalam lambung. Gerakan otot
demikian disebut gerak peristaltik.(6)
Esofagus terutama berfungsi menghantarkan bahan yang dimakan dari faring
ke lambung secara peristaltik (5-15 detik). Pada bagian atas dan bawah esofagus
terdapat spingter dimana yg berperan sbg barier terhadap refluk isi lambung ke
esofagus dan dalam keadaan normal berada dalam kondisi tonik atau berkontriksi
kecuali waktu menelan. Mukosa esofagus bersifat alkali dan tidak tahan terhadap isi
lambung yg asam. Lapisan submukosa mengandung selsel sekretoris yg
menghasilkan mukus/lendir , mukus mempermudah jalannya makananan waktu
menelan. Kecepatan peristaltik dari esofagus yakni 2 4 cm/dtk. Sedangkan bolus
sampe ke lambung sektar 5 15 detik.(6)
Gambar 1.5: Pada kiri gambar kelihatan proses peristaltic makanan yang berlangsung di esophagus dan
pada kanan gambar kelihatan bagian organ tubuh yang terlibat dengan proses pencernaan.
peristaltik sekunder yang kuat bahkan tanpa bantuan dari refleks vagal. Karena itu,
sesudah paralisis refleks penelanan, makanan yang didorong dengan cara lain ke
dalam esofagus bagian bawah tetap siap untuk masuk ke dalam lambung.
Relaksasi reseptif dari lambung. Sewaktu gelombang peristaltik esofagus
berjalan ke arah lambung, timbul suatu gelombang relaksasi, yang dihantarkan
melalui neuron penghambat mienterikus, mendahului peristaltik. Selanjutnya, seluruh
lambung dan sedikit lebih luas bahkan duodenum menjadi terelaksasi swaktu
gelombang ini mencapai bagian akhir esofagus dan dengan demikian mempersiapkan
lebih awal untuk menerima makanan yang didorong ke bawah esofagus selama proses
menelan.
Fungsi sfingter esofagus bagian bawah ( sfingter gastroesofageal)
Pada ujung bawah esofagus,meluas dari sekitar dua sampai lima sentimeter
diatas perbatasan dengan lambung, otot sirkular esofagus berfungsi sebagai sfingter
esofagus bagian bawah atau sfingter gastroesofageal. Secara anatomis,sfingter ini
tidak berbeda dengan bagian esofagus yang lain. Secara fisiologis normalnya sfingter
tetap berkonstriksi secara tonik (dengan tekanan intraluminal pada titik ini di
esofagus sekitar 30 mmHg), berbeda dengan bagian tengah esofagus antara sfingter
bagian atas dan bagian bawah, yang normalnya tetap berelaksasi. Sewaktu gelombang
peristaltik penelanan melewati esofagus, relaksasi reseptif akan merelaksasi sfingter
esofagus bagian bawah medahului gelombang peristaltik dan mempermudah
dorongan makanan yang ditelan ke dalam lambung. Sangat jarang, sfingter tidak
berelaksasi dengan baik, mengakibatkan keadaan yang disebut akalasia.(6)
Isi lambung bersifat sangat asam dan mengandung banyak enzim proteolitik.
Mukosa esofagus, kecuali pada seperdelapan bagian bawah esofagus, tidak mampu
menahan kerja pencernaan yang lama dari sekresi getah lambung. Konstriksi tonik
dari sfingter esofageal bagian bawah akan membantu untuk mencegah refluks yang
bermakna dari isi lambung ke dalam esofagus kecuali pada keadaan abnormal.(6)
2.2. Definisi.
Benda asing esofagus adalah obyek dari luar tubuh yang bukan milik di
esophagus yang tersangkut dan terjepit seperti gigi palsu ,baterai, koin dan lain-lain
bergantung umur dan jenis kelamin. Potensi menjadi berbahaya apabila obyek tajam
termasuk. Bedanya makanan yang tertahan di esophagus (food impaction) oleh kerna
adanya penyakit seperti esophagitis lebih mudah untuk diberi tindakan dari benda
asing esophagus.(1,2)
2.3 Epidemiologi.
Morbiditas dan mortalitas yang tinggi tergantung pada komplikasi yang
terjadi. Benda asing di esophagus sering ditemukan di daerah penyempitan fisiologis
esophagus. Benda asing yang bukan makanan kebanyakan tersangkut di servikal
esophagus, biasanya di otot krikofaring atau arkus aorta, kadang-kadang di daerah
penyilangan esophagus dengan bronkus utama kiri pada sfingter kardio
esophagus.70% dari 2394 kasus benda asing esophagus ditemukan di daerah servikal,
dibawah sfingter krikofaring, 12% didaerah hipofaring dan 7,7% didaerah esophagus
torakal.Dilaporkan
48%
kasus
benda
asing
yang
tersangkut
di
daerah
dapat dicerna seperti biji buah-buahan, gigi palsu, tulang ikan, atau potongan daging
yang melekat pada tulang.(1,2,7)
2.4 Etiologi (1,7,8)
Pada anak penyebabnya antara lain anomali kongenital, termasuk stenosis
kongenital, web, fistel trakeoesofagus, dan pelebaran pembuluh darah. Pada orang
dewasa sering terjadi akibat mabuk, pemakai gigi palsu yang telah kehilangan sensasi
rasa palatum, gangguan mental, dan psikosis.1 Peristiwa tertelan dan tersangkutnya
benda asing merupakan masalah utama pada anak usia 6 bulan sampai 6 tahun dan
dapat terjadi pada semua umur pada tiap lokasi di esofagus, baik di tempat
penyempitan fisiologis maupun patologis dan dapat pula menimbulkan komplikasi
fatal akibat perforasi.(1,7)
Benda asing yang tersangkut pada esofagus biasanya ditemukan pada 4
tempat penyempitan fisiologi pada esofagus yaitu cincin krikofaringeal, persilangan
antara esofagus dan arkus aorta, persilangan esofagus dengan bronkus utama sinistra,
dan sfingter bawah. Gejala yang biasanya timbul seperti, disfagia, pirosis, odinofagi
dan regurgitasi.
Faktor predisposisi antara lain belum tumbuhnya gigi molar untuk dapat
menelan dengan baik, koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang belum
sempurna pada kelompok usia 6 bulan sampai 1 tahun, retardasi mental, gangguan
pertumbuhan dan penyakit-penyakit neurologik lain yang mendasarinya. Pada orang
dewasa tertelan benda asing sering dialami oleh pemabuk atau pemakai gigi palsu
yang telah kehilangan sensasi rasa (tactile sensation) dari palatum, pada pasien
gangguan mental dan psikosis.1,3 Selain itu juga, kebiasaan misalkan memegang
dengan gigi benda-benda seperti uang logam, mainan dan lain-lain.(1)
Faktor dental, medical dan surgical, misalnya tindakan bedah, ekstraksi gigi,
belum tumbuhnya gigi molar pada anak usia kurang dari 4 tahun.
sumbatan esofagus yang persisten. Gejala lain ialah odinofagia yaitu rasa nyeri ketika
menelan makanan atau ludah, hipersalivasi, regurgitasi dan muntah. Kadang-kadang
ludah berdarah. Nyeri di punggung menunjukkan tanda perforasi atau mediastinitis.
Gangguan napas dengan gejala dispne, stridor dan sianosis terjadi akibat penekanan
trakea oleh benda asing.(1)
2.7 Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan anamnesis yang lengkap, gambaran klinis, dengan
gejala dan tanda, pemeriksaan radiologic dan endoskopik. Tindakan endoskopik
dilakukan untuk diagnostik dan terapi. Diagnosis tertelan benda asing, harus
dipertimbangkan pada setiap anak dengan rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di
tenggorok (gargling), batuk, muntah. Gejala ini diikuti dengan disfagia, berat badan
menurun, demam, gangguan pernafasan. Harus diketahui dengan baik ukuran, bentuk
dan jenis benda asing, dan apakah mempunyai bagian yang tajam. Nyeri didaerah
leher bila benda asing tersangkut didaerah servikal. Bila benda asing tersangkut di
esophagus bagian distal timbul rasa tidak enak didaerah substernal atau nyeri
dipunggung.(1,2,7,9)
Pemeriksaan fisik
Terdapat kekakuan lokal pada leher bila benda asing terjepit akibat edema
yang timbul progresif. Bila benda asing ireguler menyebabkan perforasi akut,
didapatkan tanda pneumo-mediastinum, emfisema leher dan pada auskultasi
terdengar suara getaran didaerah prekordial atau interskapula. Bila terjadi
mediastinitis, tanda efusi pleura unilateral atau bilateral dapat dideteksi. Perforasi
langsung ke rongga pleura dan pneumothorak jarang terjadi, tetapi dapat timbul
sebagai komplikasi tindakan endoskopi.(1,2,
Pada anak-anak gejala nyeri atau batuk dapat disebabkan oleh aspirasi ludah
atau minuman dan pada pemeriksaan fisik didapatkan ronkhi, mengi (wheezing),
demam, abses leher atau tanda emfisema subkutan. Tanda lanjut, berat badan
menurun dan gangguan pertumbuhan. Benda asing yang berada didaerah servikal
esophagus dan dibagian distal krikofaring, dapat menimbulkan gejala obstruksi
saluran nafas dengan stridor, karena menekan dinding trakea bagian posterior
(tracheo-esophageal party wall), radang dan edema periesofagus. Gejala aspirasi
rekuren akibat obstruksi esophagus sekunder dapat menimbulkan pneumonia,
bronkiektasis dan abses paru.(1,7)
Pemeriksaan Penunjang
Foto rontgen polos esofagus servikal dan torakal anterior posterior dan lateral
dilakukan pada semua pasien tertelan benda asing . Benda asing radiopak seperti uang
logam, mudah diketahui lokasinya. Benda asing radiolusen seperti plastik,aluminium
dan lain-lain
hiperinfalamasi hipofaring dan esofagus bagian proksimal. Foto rontgen leher posisi
lateral dapat menunjukkan tanda perforasi, dengan trakea dan laring tergeser ke
depan, gelembung udara di jaringan, adanya bayangan cairan atau abses bila perforasi
telah berlangsung beberapa hari.(1,10,12)
Pemeriksaan esofagus dengan kontras (esofagogram) dilakukan apabila foto
polos tidak menunjukkan gambran benda asing dengan memperlihatkan gambaran
filing defect persistent (1). Esofagogram sebaik-baiknya tidak dilakukan pada benda
asing radiopak karena densitas benda asing biasanya sama dengan zat kontras,
sehingga akan menyulitkan penilaian ada tidaknya benda asing. Resiko lain adalah
terjadinya aspirasi bahan kontras. Bahan kontras Barium lebih baik karena sifatnya
kurang toksis terhadap saluran napas bila terjadi aspirasi kontras.(11,12)
CT scan dan MRI masing-masing menunjukkan gambaran inflamasi jaringan lunak
dan abses. Sementara MRI menunjukkan gambaran semua keadaan patologik
esofagus.(1)
Gambar 1,6: Pada posisi posteroanterior dan lateral memperlihatkan gambaran radiopak berbentuk
coin pada esofagus.
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan corpus alienum esofagus tergantung pada sejumlah faktor,
seperti lokasi anatomi, bentuk dan ukuran benda asing, durasi impaksi, keahlian
dokter bedah dan ketersediaan instrumen yang tepat. Penatalaksanaan dengan cara
esophagoscopy kaku untuk menghilangkan benda asing tetap merupakan metode
yang terbaik. Namun, ada juga mode pengobatan lain yang dilaporkan dalam
Gambar 1.8: Contoh ilustrasi gambaran esofagus yang kelihatan ketika dilakukan
esofagoskopi.
Benda asing uang logam di esofagus bukan keadaan gawat darurat, namun
uang logam tersebut harus dikeluarkan sesegera mungkin dengan persiapan tindakan
esofagoskopi yang optimal untuk mencegah komplikasi. Benda asing baterei bundar
(disk/button batery) di esofagus merupakan benda yang harus segera dikeluarkan
karena risiko perforasi esofagus yang terjadi dengan cepat dalam waktu kurang lebih
4 jam setelah tertelan akibat nekrosis esofagus.(1, 3)
Gambar 1.9: gambaran radiologi anak secara AP dan lateral yang tertekan baterei bundar
BAB III
KESIMPULAN
Benda asing adalah masalah yang lazim pada bidang THT, khususnya pada
bidang THT anak, seringkali diikuti berbagai komplikasi, beberapa mengalami
keparahan. Pada tahun awal kehidupan anak mengalami penjelajahan dan interaksi
dengan lingkungan. Ketika anak mulai dapat merangkak dan berjalan, anak mulai
berrinterkasi dengan banyak benda yang biasanya anak suka memasukan bendabenda tersebut ke dalam lubang mulut, telinga, hidung, dan sampai tenggorokan.
Pada pasien dewasa masalah benda asing biasanya terjadi akibat kesengajaan
atau tidak sengaja yang biasanya dapat diakibatkan oleh serangga, ataupun benda
asing lainnya. Karena benda asing bisa menjadi suatu keadaan yang darurat maka
perlu segera dilakukan tindakan untuk mengangkat benda asing tersebut. Namun
terkadang terjadi kesulitan dalam pengangkatan benda asing dalam THT.
Pengangkatan benda asing bergantung pada faktor-faktor dari benda asing sendiri,
dokter yang kompeten dengan alat-alat yang memadai, dan kerjasama dari pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Juniaf MH. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala & Leher. Jakarta, Indonesia: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia 2007.
2.
Marasabessy SN, Mengko SK, Palandeng OI. Benda Asing Esofagus
Di Bagian/SMF THT-KL. Jurnal e-Clinic (eCl). 2015;3(1).
3.
Asroel HA. Ekstraksi Benda Asing di Bronkus dan Esofagus. Majalah
Kedokteran Nusantara. 2007;40(2).
4.
Waugh.A,Grant.A.Ross and Wilson Anatomy & Physiology in Health
and Illness.9th edition.United Kingdom: Churchill Livingstone 2001;chap 12
.pg.304
5.
Andre D,Edwin L.Buku Ajar Bedah (Sabiston's Essentials
Surgery.Philadelphia.W.B.Saunders Co.1995.chap 21.pg.460-464
of
6.
Fox Human Physiology 8th. Edition. United States of America: The
McGraw-Hill Companies; 2003.
7.
L.O O, U.S E. The Challenges of Rigid Esophagoscopy in The
Management of Esophageal Foreign Bodies in Port Harcourt. International
Journal of Medicine and Medical Sciences. 2012;2(5):108-13.
8.
Harrison,Decker,Menachem B. Management of ingested foreign
bodies. American Society for Gastrointestinal.2011; 73 (6)
9.
11.
Esophagus.
Otolaryngology
Head
and
Neck
Surgery.
4 th
edition.USA.Elsevier.2005.pg 4343-4362
12.
Otolaryngology
Head
and
Neck
Surgery.2 nd
edition.USA.Mc
Graw
Hill.2007.chap 38.
13.
Aerodigestive
Tract.Head
edition.USA.Lippincot.200.chap 82.
and
Neck
Otolaryngology.4 th
14.
Foreign
Body
Mistaken
for
Chronic
Pharyngitis.Indian
Journal
of
Pediatric.2009;76
15.
James
B.S,
Philip
A.W,
Otorhinolaryngology.PMPH-USA.chap 85
John
J.B.
Ballenger's