Anda di halaman 1dari 25

EKSPLORASI GEOFISIKA

Metoda geofisika merupakan salah satu metoda yang umum digunakan dalam
eksplorasi endapan bahan galian. Metoda ini tergolong kepada metoda tidak langsung,
dan sering digunakan pada tahapan eksplorasi pendahuluan (reconnaissance),
mendahului kegiatan-kegiatan eksplorasi intensif lainnya.
Adapun tahapan-tahapan pekerjaan yang umum digunakan dalam metoda geofisika
adalah :
Survei pendahuluan (penentuan lintasan)
Pemancangan (penandataan titik-titik ukur) dalam areal target
Pengukuran lapangan
Pembuatan peta-peta geofisika
Penarikan garis-garis isoanomali
Penggambaran profile
Interpretasi anomali

1.

Metoda Gaya Berat

Secara umum metoda gaya berat merupakan metoda geofisika yang mengukur variasi
gaya berat (gravitational) di bumi. Metoda ini jarang digunakan pada tahapan lanjut
eksplorasi bijih, namun cukup baik digunakan untuk mendefinisikan daerah target
spesifik untuk selanjutnya disurvei dengan metoda-metoda geofisika lain yang lebih
detil.
Adanya variasi medan gravitasi bumi ditimbulkan oleh adanya perbedaan rapat massa
(density) antar batuan. Adanya suatu sumber yang berupa suatu massa (masif, lensa,
atau bongkah besar) di bawah permukaan akan menyebabkan terjadinya gangguan
medan gaya berat (relatif). Adanya gangguan ini disebut sebagai anomali gaya berat.
Karena perbedaan medan gayaberat ini relatif kecil maka diperlukan alat ukur yang
mempunyai ketelitian yang cukup tinggi. Alat ukur yang sering digunakan adalah
eksplorasi geofisika

-1

Gravimeter. Alat pengukur gayaberat di darat telah mencapai ketelitian sebesar 0.01
mGal dan di laut sebesar 1 mGal.
Beberapa endapan seperti zinc, bauksit, atau barit sangat sulit dideteksi melalui
metoda magnetik maupun elektrik, namun dapat dideteksi dengan metoda gaya berat
(gravity), tapi hanya untuk mengetahui profil batuan sampingnya (tidak dapat
langsung mendeteksi bijihnya) melalui anomali densiti.
Dasar teori yang dipakai dalam metoda ini adalah Hukum Newton tentang gravitasi
bumi. Untuk bumi yang berbentuk bulat, homogen, dan tidak berotasi, maka massa
bumi (M) dengan jari-jari (R) akan menimbulkan gaya tarik pada benda dengan massa
(m) di permukaan bumi sebesar :
F =

M
R2

m = gm ,

dengan (g) adalah percepatan gaya berat vertikal permukaan bumi.


Harga rata-rata gayaberat di permukaan bumi adalah 9.80 m/s 2. Satuan yang
digunakan adalah gayaberat adalah milliGal (1 mGal = 10-3 Gal = 10-3 cm/s2) atau
ekivalen dengan 10 gu (gravity unit). Variasi gaya berat yang disebabkan oleh variasi
perbedaan densitas bawah permukaan adalah sekitar 1 mGal (100 m/s2).
Karena bentuk bumi bukan merupakan bola pejal yang sempurna, dengan relif yang
tidak rata, berotasi serta ber revolusi dalam sistem matahari, tidak homogen. Dengan
demikian variasi gayaberat di setiap titik permukaan bumi akan dipengaruhi oleh 5
faktor, yaitu :
lintang
ketinggian
topografi
pasang surut
variasi densitas bawah permukaan
sehingga dalam pengukuran dan interpretasi, faktor-faktor tersebut harus diperhatikan
(dikoreksi).
1.1

Prosedur Lapangan
eksplorasi geofisika

-2

Targetan observasi harus mempunyai kontras densiti yang jelas (significant) agar dapat
dideteksi oleh gravimetri. Grid (lintasan) yang umum digunakan cukup lebar yaitu
antara 200 m s/d 1 km (500 ft s/d 1 mil). Setiap titik pengamatan diusahakan bebas
dari angin, pohon-pohon, pengaruh (getaran) tanah, dll. Elevasi setiap titik observasi
harus diketahui dengan akurat karena akan diperhitungkan dalam pengkoreksian hasil
pembacaan alat. Begitu juga dengan waktu setiap pengukuran.
Series dari hasil perhitungan akan diplot pada kertas grafik terhadap waktu (Gambar
1).

Gambar 1. Contoh pemplotan hasil pengukuran (0,01 mgal = 0,1 g.u).


(Parasnis, 1973, p 239)

1.2

Koreksi Hasil Observasi

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa, harga pengukuran gayaberat di


permukaan bumi dipengaruhi oleh 5 faktor. Sedangkan dalam melakukan survei
gayaberat diharapkan satu faktor saja yaitu variasi densitas bawah permukaan,
sehingga pengaruh 4 faktor lainnya (lintang, ketinggian, topografi, pasang surut) harus
direduksi atau dihilangkan dari harga pembacaan alat.
a. Koreksi lintang (latitude)
Koreksi terhadap titik pengukuran terhadap kutub bumi.
eksplorasi geofisika

-3

g 51723 sin21 sin2 0 gu , dimana 1 dan 0 adalah koordinat titik

pengukuran dan titik base.


b. Koreksi elevasi (Free-Air Correction)
Koreksi ini merupakan koreksi terhadap pengaruh ketinggian pengukuran terhadap
medan gravitasi bumi.
FAC = 3,086 h gu, dimana h adalah elevasi titik pengukuran.
c. Koreksi Bouguer (Bougeur correction)
Koreksi massa lapisan yang diasumsikan berada diantara titik amat dengan bidang
referensi (lihat Gambar 2).

Gambar 2. Koreksi Bougeour (Parasnis, 1973, p 242)


BC = 3,086 h gu, dimana h adalah elevasi titik pengukuran.

d. Koreksi topografi (Terrain correction)


Koreksi topografi, Tc, adalah koreksi pengaruh topografi terhadap gayaberat pada
titik amat, akibat perbedaan ketinggian antara titik observasi dengan base. Dapat
dihitung dengan menggunakan Hammer Chart (lihat gambar 3).

eksplorasi geofisika

-4

Gambar 3.

1.3

Model yang digunakan untuk koreksi topografi dan diagram


perhitungan (Parasnis, 1973, p 245 dan 246).

Anomali Bouguer

Merupakan anomali yang dicari dengan cara mereduksi hasil pengukuran lapangan
dengan koreksi-koreksi seperti yang telah diuraikan di atas.
g = {gobs g + (3,086 0,4191) h + T} gu
Contoh penentuan anomali dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Contoh penentuan Anomali Bougeour

2.

Metoda Magnetik
eksplorasi geofisika

-5

Beberapa tipe bijih seperti magnetit, ilmenit, dan phirotit yang dibawa oleh bijih
sulfida menghasilkan distorsi dalam magnet kerak bumi, dan dapat digunakan untuk
melokalisir sebaran bijih. Disamping aplikasi landsung tersebut, metoda magnetik
dapat juga digunakan untuk survei prospeksi untuk mendeteksi formasi-formasi
pembawa bijih dan gejala-gejala geologi lainnya (seperti sesar, kontak intrusi, dll).
Penggunaan metoda magnetik didalam prospek geofisika adalah berdasarkan atas
adanya anomali medan magnet bumi akibat sifat kemagnetan batuan yang berbeda
satu terhadap lainnya. Alat untuk mengukur perbedaan kemagnetan tersebut adalah
magnetometer.
Gaya magnet (F) yang ditimbulkan oleh dua buah kutub yang berjarak (r) dengan
muatan masing-masing (m1) dan (m2) adalah :
F

1 m1.m2
.
.r

r2

, dimana : adalah permeabilitas magnetik medium.

Kuat medan magnetik (H) pada suatu titik dengan jarak (r) dari muatannya adalah :
H

m
r 2

.r

Jika suatu benda berada dalam medan magnetik dengan kuat medan (H), maka akan
terjadi polarisasi magnetik (I) sebesar : I = k.H,
dimana k adalah kerentanan (susceptibilities) magnetik.
Polarisasi magnetik (I) disebut juga dengan intensitas magnetisasi pada suatu medan
magnet lemah. Kerentanan magnetik yang merupakan sifat kemagnetan suatu
benda/batuan yang besarannya dalam satuan SI atau dalam emu yang diberikan oleh
hubungan sebagai berikut :
k = 4.k
dimana k adalah kerentanan magnetik dalam satuan emu dan k dalam SI.
Medan magnetik yang terukur oleh magnetometer (B) adalah medan magnet induksi,
sebagai berikut :

eksplorasi geofisika

-6

B 0H 0kH
(1 k) 0H
(1 k ) B0

Faktor (1+k) dilambangkan dengan r atau dikenal dengan permeabilitas magnetit


relatif. Jika k diabaikan, maka 0r = , yang dikenal sebagai permeabilitas absolut
(ohm.dt/m).

2.1

Sifat Umum Kemagnetan Batuan

Medan magnet bumi secara sederhana dapat digambarkan sebagai medan magnet
yang ditimbulkan oleh batang magnet raksasa yang terletak didalam inti bumi, namun
tidak berimpit dengan pusat bumi. Medan magnet ini dinyatakan dalam besar dan arah
(vektor) dimana arahnya dinyatakan dalam deklinasi (penyimpangan terhadap arah
utara-selatan geografis) dan inklinasi (penyimpangan terhadap arah horizontal).
Kuat medan magnet yang terukur dipermukaan sebagian besar berasal dari dalam
bumi (internal field) mencapai lebih dari 90%, sedangkan sisanya adalah medan
magnet dari kerak bumi, yang merupakan target didalam eksplorasi geofisika, dan
medan dari luar bumi (external field).
Karena medan magnet dari dalam bumi merupakan bagian yang terbesar, maka medan
ini sering juga disebut sebagai medan utama yang dihasilkan oleh adanya aktivitas di
dalam inti bumi bagian luar (salah satu konsep adanya medan utama ini adalah dari
teori dinamo).
Mineral-mineral dengan sifat magnet yang cukup tinggi antara lain :
Oksida-oksida besi : FeO Fe2O3 TiO2
Sulfida-sulfida dalam series troilite-phyrotit

2.2

Kerentanan (susceptibilities) Batuan

Kerentanan magnetik merupakan parameter yang menyebabkan timbulnya anomali


magnetik dan karena sifatnya yang khas untuk setiap jenis mineral, khususnya logam,
maka parameter ini merupakan salah satu subjek didalam prospek geofisika.
eksplorasi geofisika

-7

Telah diketahui bahwa adanya medan magnet bumi menyebabkan terjadinya induksi
magnetik yang besarnya adalah penjumlahan dari medan magnet bumi dan magnet
batuan dengan kerentanan magnetik yang cukup tinggi. Besaran ini adalah total medan
magnet yang terukur oleh magnetometer apabila remanan magnetiknya dapat
diabaikan.
Setiap jenis batuan mempunyai sifat dan karakteristik tertentu dalam medan magnet
yang dimanifestasikan dalam parameter kerentanan magnetik batuan atau mineralnya
(k). Dengan adanya perbedaan dan sifat khusus dari tiap jenis batuan atau mineral
inilah yang melandasi digunakannya metoda magnetik untuk kegiatan eksplorasi
maupun kepentingan geodinamika. Pada Tabel 1 dapat dilihat daftar kerentanan
magnetik (k) beberapa jenis batuan dan mineral yang umum dijumpai.

Tabel 1

Kerentanan magnet dalam beberapa batuan dan mineral (Telford, 1990.,


dan Parasnis, 1973).
Tipe
Batuan
Dolomite
Limestones
Sandstones
Shales
Amphibolite
Schist
Phyllite
Gneiss
Quartzite
Serpentine
Granite
Rhyolite
Dolorite
Diabase
Porphyry
Gabbro
Basalts
Diorite
Peridotite
Andesite
Porfiri

Kerentanan
(x 103)
0 - 0.9
0 - 0.3
0 - 20
0.01 - 15
0.7
0.3 - 3.0
1.5
0.1 - 25
4.0
3 - 17
0 - 50
0.2 - 35
1 - 35
1 - 160
0.3 - 200
1 - 90
0.2 - 175
0.6 - 120
90 - 200
160
0.22 - 210

Tipe
Mineral
Graphite
Quartz
Rock salt
Gypsum
Calcite
Coal
Clays
Chalcopyrite
Siderite
Pyrite
Limonite
Hematite
Chromite
Ilmenite
Magnetite

Kerentanan
(x 103)
0.1
-0.01
-0.01
-0.01
-0.001 - 0.01
0.02
0.2
0.4
1-4
0.05 - 5
2.5
0.5 - 35
3 - 110
300 - 3500
1200 - 19200

Berdasarkan sifat magnetik yang ditunjukkan oleh kerentanan magnetiknya, batuan


dan mineral dapat diklasifikasikan dalam :
eksplorasi geofisika

-8

Diamagnetik, mempunyai kerentanan magnetik (k) negatif dan kecil artinya bahwa
orientasi elektron orbital substansi ini selalu berlawanan arah dengan medan
magnet luar. Contohnya : graphite, marble, quarts dan salt.
Paramagnetik, mempunyai harga kerentanan magnetik (k) positif dan kecil
Ferromagnetik, mempunyai harga kerentanan magnetik (k) positif dan besar yaitu
sekitar 106 kali dari diamagnetik/paramagnetik.
Sifat kemagnetan substansi ini dipengaruhi oleh keadaan suhu, yaitu pada suhu diatas
suhu Curie, sifat kemagnetannya hilang. Efek medan magnet dari substansi
diamagnetit dan hampir sebagian besar paramagnetik adalah lemah.

2.3

Penyajian Data Lapangan

Hasil pengukuran oleh magnetometer umumnya disajikan dalam bentuk Peta Anomali
Magnetik dengan kontur yang mencerminkan harga anomali yan sama. Dari peta ini,
untuk kepentingan eksplorasi masih memerlukan proses lebih lanjut untuk
memperoleh daerah targetan atau daerah prospek.
Suatu hal yang penting dalam pengolahan data survei magnetik adalah zero level, dan
pekerjaan interpretasi dimulai dari daerah zero level tersebut (lihat Gambar 5)

Gambar 5. Penentuan magnetic zero level (Parasnis, 1973 p 38).

eksplorasi geofisika

-9

2.4

Interpretasi

Suatu contoh sederhana hasil interpretasi dari hasil pengukuran lapangan dapat dilihat
pada Gambar 6.

Gambar 6.

Anomali magnetik tubuh bijih suatu mineral (Parasnis, 1973 p 39)

Dari interpretasi data magnetik, parameter-parameter tubuh bijih yang akan


diperhitungkan adalah :
Kedalaman dari permukaan
Panjang (dimensi) endapan
Arah endapan
Batas bawah endapan
Ketebalan dari penampang
Intensitas magnetik untuk memperkirakan tipe tubuh bijih

2.5

Contoh Model Anomali Magnetik

Pada Gambar 7 dapat dilihat peta iso magnetik hasil survei magnetik batuan
predominantly granulit pada daerah Udal Center Sweden, dengan nilai maksimum
1600. Kemudian dari peta kontur tersebut dibuat penampang melintang yang

eksplorasi geofisika

- 10

memotong daerah anomali, dan diinterpretasikan susunan batuan serta titik anomali
(bijih) yang akan ditentukan (Gambar 8)

Gambar 7. Peta isoanomali

Gambar 8. Penampang AA dan BB

3.

Metoda Potensial Diri (Self Potential)

Metoda potensial diri pada dasarnya merupakan metoda yang menggunakan sifat
tegangan alami suatu massa (endapan) di alam. Hanya saja perlu diingat bahwa
anomali yang diberikan oleh metoda potensial diri ini tidak dapat langsung dapat
eksplorasi geofisika

- 11

dikatakan sebagai badan bijih tanpa ada pemastian dari metoda lain atau pemastian
dari kegiatan geologi lapangan.
Karena pengukuran dalam metoda potensial diri diperoleh langsung dari hubungan
elektrik dengan bawah permukaan, maka metoda ini tidak baik digunakan pada
lapisan-lapisan yang mempunyai sifat pengantar listrik yang tidak baik (isolator),
seperti batuan kristalin yang kering.
Potensial diri yang ada di alam dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
The small background potenstials, yang mempunyai interval (fraksi) sampai
dengan puluhan mV. Potensial alami ini juga dapat bernilai minus.
Potensial mineralisasi, yang mempunyai orde dari ratusan mV sampai dengan
ribuan mV.
Secara umum, peralatan yang digunakan pada metoda potensial diri ini terdiri dari
elektroda, kabel, dan voltmeter. Elektroda yang digunakan terbuat seperti tabung
panjang yang diisi dengan larutan CuSO4 dengan porosnya terbuat dari dari tembaga.
Tipe lainnya dikenal dengan elektroda Calomel yang diisi oleh KCl-HgCl2 (lihat
Gambar 9). Voltmeter digunakan sebagai penghubung elektroda-elektroda.

Gambar 9. Elektroda yang digunakan dalam metoda potensial diri

eksplorasi geofisika

- 12

Ada dua alternatif dalam melakukan pengukuran metoda potensial diri ini :
Cara yang pertama, salah satu elektroda tetap, sedangkan yang satu lagi bergerak
pada lintasannya.
Cara yang kedua, kedua elektroda bergerak bersamaan secara simultan, katakanlah
dengan interval 50 m.
Hasil pengukuran digrafikkan antara jarak (m) dengan hasil pengukuran (mV). Jika
gradien hasil pengukuran memperlihatkan gradien yang tinggi (negatif ke positif yang
tinggi) terhadap zero level dapat dijadikan sebagai indikator anomali (titik infleksi),
lihat Gambar 10.

Gambar 10.

Potensial diri dan gradien potensial diri sepanjang penampang


melintang tubuh bijih.

Hasil dari survei potensial ini disajikan dalam bentuk peta isopotensial, dan
interpretasi dilakukan terhadap daerah anomali dengan menggunakan penampang
melintang yang memotong daerah anomali.

4.

Metoda Tahanan Jenis (Resistivity)

eksplorasi geofisika

- 13

Metoda geolistrik adalah salah satu metoda geofisika untuk menyelidiki kondisi bawah
permukaan, yaitu dengan mempelajari sifat aliran listrik pada batuan di bawah
permukaan bumi. Penyelidikan ini meliputi pendeteksian besarnya medan potensial,
medan elektromagnetik dan arus listrik yang mengalir di dalam bumi baik secara
alamiah (metoda pasif) maupun akibat injeksi arus ke dalam bumi (metoda aktif) dari
permukaan.Dengan metoda elektrik (salah satunya tahanan jenis) mempunyai prinsip
dasar mengirimkan arus ke bawah permukaan, dan mengukur kembali potensial yang
diterima di permukaan. Hanya saja perlu diingat bahwa untuk daerah dengan formasi
yang bersifat isolator metoda elektrik ini tidak efektif.
Pada Gambar 11 dapat dilihat sebaran arus pada permukaan akibat arus listrik yang
dikirim ke bawah permukaan. Garis tegas menunjukkan arus yang dikirim mengalami
respon oleh suatu lapisan yang homogenous. Sedangkan arus putus-putus
menunjukkan arus normal dengan nilai yang sama. Garis-garis tersebut disebut dengan
garis equipotensial.

Gambar 11. Garis-garis equipotensial


Berdasarkan harga resistivitas listriknya, batuan/mineral dapat dikelompokkan menjadi
tiga :
konduktor baik (10-8<<1.m)
konduktor sedang (1<<107.m)
konduktor baik (>107.m)

eksplorasi geofisika

- 14

4.1

Faktor Geometri

Dalam melakukan eksplorasi tahanan jenis (resistivitas) diperlukan pengetahuan


secara perbandingan posisi titik pengamatan terhadap sumber arus. Perbedaan letak
titik tersebut akan mempengaruhi besar medan listrik yang akan diukur. Besaran
koreksi terhadap perbedaan letak titik pengamatan tersebut dinamakan faktor
geometri. Faktor geometri diturunkan dari beda potensial yang terjadi antara
elektroda potensial MN yang diakibatkan oleh injeksi arus pada elektroda arus AB,
yaitu :
V VM - VN

I 1
1 1
1

2 AM BM AN BN

1
1 1
1
2



AM BM AN BN
V
K
I

V
I

Gambar 12.Susunan jarak elektoda arus dan potensial


Faktor geometri K, merupakan unsur penting dalam perdugaan geolistrik baik
pendugaan vertikal maupun horizontal, karena faktor geometri akan tetap untuk posisi
AB dan MN yang tetap.

4.2

Konfigurasi Susunan Alat

Untuk mempermudah pekerjaan dan perhitungan interpretasi, penempatan elektroda


diatur menurut aturan tertentu. Beberapa aturan tersebut antara lain :
a. Metoda Wenner

eksplorasi geofisika

- 15

Gambar 13.Konfigurasi alat untuk metoda Wenner


Dengan K=2a
Keuntungan dan keterbatasan metoda Wenner :
Sangat sensitif terhadap perubahan lateral setempat (gawir/lensa setempat)
Karena bidang equipotensial untuk benda homogen berupa bola, data lebih mudah
diproses atau dimengerti
Jarak elektroda arus dengan potensial relatif lebih pendek dari sehingga daya
tembus alat sama lebih besar
Memerlukan tenaga/buruh lebih banyak.
b. Metoda Schlumberger

Gambar 14.Konfigurasi alat untuk metoda Schlumberger


2
2
Dengan K (L l )

2l

Keuntungan dan keterbatasan metoda Schlumberger :


Tidak terlalu sensitif terhadap adanya perubahan lateral setempat, sehingga metoda
ini dianjurkan untuk penyelidikan dalam
Elektoda potensial tidak terlalu sering dipindahkan, sehingga mengurangi jumlah
tenaga/buruh yang dipakai
Perbandingan AB/MN harus diantara 2,5 < AB/MN < 50.
c. Metoda Double-dipole (Dipole-dipole)
eksplorasi geofisika

- 16

Dengan

r2

K
- r2
a

Gambar 15.Susunan konfigurasi metoda Dipole-dipole


d. Metoda Pole-dipole

Gambar 16.Susunan konfigurasi alat untuk metoda Pole-dipole


Dengan K

4.3

2ab
b-a

Interpretasi Data

Pada Gambar 17 dapat dilihat contoh grafik hasil pengukuran lapangan dan
interpretasi bawah permukaan yang diperkirakan.

Gambar 17.Apparent resistivity dan interpretasi profil hasil pengukuran.


eksplorasi geofisika

- 17

Metoda yang digunakan dalam interpretasi data tahanan jenis ini adalah metoda
pencocokan kurva (curve mutching). Metoda ini dilakukan karena dari data hasil
pengukuran lapangan yang kita dapatkan adalah harga resistivitas semu (apparent
resestivity) sebagai fungsi dari spasi elektrodanya, as = f(AB/2) atau log as = log
f(AB/2).
Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam metode ini, yaitu :
Interpretasi lapangan, yaitu penentuan bentangan maksimal dan penentuan tipe
kurva lapangan
Interpretasi awal untuk menentukan harga resistivitas masing-masing lapisan
dengan menggunakan kurva standar dan kurva bantu (curve matching partial).
Setelah diperoleh nilai resistivitas lapisan dan ketebalannya, maka selanjutnya dapat
kita interpretasikan jenis batuan berdasarkan tabel resistivity beberapa jenis batuan
(Tabel 2)
Interpretasi akhir, Pada tahap ini hasil interpretasi pendahuluan harus
dikonfirmasikan dengan data lainnya, misalnya data geologi, sehingga informasi
yang disajikan lebih lengkap.

Tabel 2. Harga tahanan jenis beberapa jenis batuan


Tipe Batuan
Granite
Dacite
Andecite
Diabas
Basalt
Tuff
Marble
Soil (lapukan batuan kompak)
Clay (lempung)
Alluvial dan pasir
Limestone (batu gamping)
Konglomerat
Surface water (pada batuan sedimen)
Air payau (3%)
Air laut

Resistivity Range (ohm.m)


3.10-2 - 106
2.104(wet)
4,5.104(wet) - 1,7.102(dry)
20 - 5.107
10 - 1,3.107
2.103(wet) - 105(dry)
102 - 2,5.10 8(dry)
10 - 2.103
1 - 100
10 - 800
50 - 107
2,5 - 104
10 - 100
0 -15
0-2

eksplorasi geofisika

- 18

5.

Metoda Seismik Refleksi

Tujuan utama dari suatu survei seismik refleksi adalah memberikan informasi
mengenai geologi

bawah

permukaan.

Metoda

seismik refleksi ini dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu :


Seismik dangkal (shallow seismic reflection) yang umumnya digunakan dalam
eksplorasi batu bara dan bahan tambang lainnya.
Seismik dalam yang umum digunakan untuk eksplorasi daerah prospek
hidrokarbon.
Prinsip dasar dari metoda seismik pantul ini adalah pengiriman sinyal ke dalam bumi,
dan karena adanya bidang perlapisan (bidang kontak) maka bidang tersebut dapat
menjadi bidang pantul (reflektor).
Sinyal yang dikirim melalui alat peledak (S) direfleksikan oleh bidang reflektor oleh
titik refleksi (R), dan sinyal yang dipantulkan direkam oleh detektor berupa geofon
(G). Jika h adalah ketebalan lapisan, maka waktu (t) yang dibutuhkan oleh sinyal
untuk sampai ke detektor adalah :
Untuk satu lapisan :
t

2h
, dimana V1 adalah kecepatan rambat gelombang pada lapisan 1
V1

Untuk dua lapisan :


t1

2h1
,
V1

t2

2h1 2(h2 h1)

V1
V2

dimana kecepatan rambat dan waktu dapat diketahui, sehingga ketebalan masingmasing lapisan dapat dihitung.
S

V1

h1

V1

h1
h2

V2

eksplorasi geofisika

- 19

Gambar 18.Sketsa prinsip dasar seismik refleksi


Karena banyaknya aspek yang dibahas dalam seismik ini, maka dalam tulisan ini hanya
membahas hal-hal praktis saja.
5.1 Parameter-parameter yang Harus Diperhatikan
Kualitas data seismik sangat ditentukan oleh kesesuaian parameter lapangan yang
digunakan dengan kondisi geologi dan kondisi permukaan daerah survei. Disamping
itu parameter lapangan juga harus disesuaikan dengan target eksplorasi yang ingin
dicapai. Jadi keberhasilan suatu survei seismik sangat ditentukan dari desain parameter
lapangan digunakan.
Beberapa parameter lapangan yang harus ditentukan dan disesuaikan dengan kondisi
lapangan adalah sebagai berikut :
Jumlah dan susunan geopon
Interval sampling
Jumlah bahan peledak dan kedalaman lubang bor
Jarak antar titik tembak
Jarak antara geopon
Geometri penembakan
Filter (high-cut dan low-cut).
Parameter lapangan dirancang berdasarkan data geologi dan data geofisika yang ada,
dan penentuannya dilakukan dengan uji coba secara langsung di lapangan. Parameter
dipilih berdasarkan optimasi keterbatasan parameter lapangan dalam memecahkan
problem yang muncul. Selain itu faktor ekonomis juga merupakan pertimbangan
utama dalam optimasi ini.
5.2. Cara Penentuan Parameter Lapangan
a. Analisa noise (gangguan)
Analisa noise ditujukan untuk mendeskripsikan parameter fisis sinyal dan noise
sehingga desain parameter lapangan dapat dilakukan dengan baik. Analisa (test)
noise ini dilakukan paling awal sebelum survei seismik dimulai. Noise adalah
eksplorasi geofisika

- 20

gelombang yang tidak diharapkan dan sering muncul pada saat perekaman seismik.
Biasanya mengganggu sinyal refleksi.
b. Susunan geopon (array geophone)
Tujuan dari penentuan array geophone ini adalah untuk mendapatkan bentuk
susunan geophone yang dapat berfungsi meredam noise (ground roll) secara
optimal sehingga signal to noise ratio-nya (S/N ratio) tinggi. Untuk menaikkan
(S/N ratio) ground roll harus diredam dengan cara menebarkan geophone.
c. Test kedalaman dan jumlah dinamit
Tujuan test ini adalah untuk menentukan kedalaman pemboran dan jumlah dinamit
yang paling optimum, artinya dapat memberikan hasil perekaman seperti yang
diharapkan tetapi juga dengan biaya yang ekonomis.
d. Jarak titik tembak
Untuk melakukan pemilihan jarak terdekat dan terjauh ini, kita kaitkan dengan
target dari survei. Untuk memilih jarak terdekat biasanya digunakan acuan target
terdangkal, sedangkan untuk jarak terjauh kita gunakan acuan target terdalam.
e. Geometri Penembakan
Informasi struktur geologi dan data geofisika yang ada di daerah penyelidikan
sangat diperlukan untuk menentukan geometri penembakan. Pemilihan cara
penembakan, tergantung pada kedalaman zona prospek dan kompleksitas struktur
bawah permukaan. Pemilihan geometri penembakan berguna untuk memfokuskan
energi seismik sehingga efektifitas sumber menjadi lebih optimal.
f. Filter (low cut dan high cut)
Penentuan filter low-cut dan high-cut ini kita lakukan pada instrumen yang kita
gunakan. Pemilihan high cut filter dapat ditentukan atas dasar sampling rate yang
digunakan karena sampling rate menentukan besarnya frekuensi aliasing. Pemilihan
besarnya low cut filter ditujukan untuk meredam noise berfrekuensi lebih rendah
dari frekuensi geophone yang digunakan apabila noise tersebut terlalu
menenggelamkan sinyal.
g. Sampling rate
eksplorasi geofisika

- 21

Penentuan besar kecilnya sampling rate bergantung pada frekuensi maksimum


sinyal yang ingin direkam pada daerah survei tersebut. Tetapi pada kenyataannya,
besarnya sampling rate dalam perekaman sangat bergantung pada kemampuan
instrumentasi perekaman yang digunakan, dan biasanya sudah ditentukan oleh
pabrik pembuat instrumen tersebut. Penentuan sampling rate ini akan memberikan
batas frekuensi tertinggi yang terekam akibat adanya aliasing.

5.3

Prosedur Pengambilan Data di Lapangan

a. Pemasangan patok
Sebelum dilakukan pengukuran seismik, maka terlebih dahulu harus ditentukan
posisi koordinat (X, Y, dan Z) dari tiap-tiap titik geophone maupun shot point.
Penentuan koordinat ini dapat dilakukan dengan menggunakan theodolith ataupun
GPS. Titik-titik tersebut, kemudian ditandai dengan patok yang sudah mempunyai
harga koordinat terhadap referensi tertentu.
b. Pemasangan geophone
Geophone dipasang sesuai dengan rencana tipe penembakan yang akan dilakukan
dan disusun berurutan. Pemasangan geophone diusahakan sedekat mungkin dengan
patok yang sudah diukur koordinatnya.
c. Pemasangan sumber peledak
Sumber peledak dipasang sesuai dengan rencana tipe penembakan
d. Persiapan alat perekaman data seismik
Sebelum melakukan penembakan

alat perekam harus dicek terlebih dahulu,

sehingga data yang dihasilkan cukup optimal.


e. Penembakan
Penembakan hanya dapat dilakukan ketika alat perekam data seismik sudah
dilakukan pengecekan dan terpasang dengan baik.
f. Pencatatan data pengamatan pada observer log

eksplorasi geofisika

- 22

Data pengamatan dan kejadian selama berlangsungnya pengukuran kemudian


disalin pada buku observer log.

6.

Seismik Refraksi

Jika gelombang seismik melewati dua medium yang mempunyai kecepatan rambat
yang berbeda, maka gelombang tersebut akan terbiaskan (refraksi). Jika gelombang
yang datang membentuk sudut i1 dan dipantulkan dengan sudut i2 dari garis normal
(Gambar 19A), maka :
sin i2 V2

, dimana V1 dan V2 adalah kecepatan rambat pada masing-masing media.


sin i1 V1

Jika V2 lebih besar daripada V1, maka sudut refraksi lebih besar daripada sudut
normal, dan disebut sebagai sudut ic.
V
sin ic 1 .
V2

Jika gelombang rambat bergerak di sepanjang bidang pantul, maka sudut yang
dibentuk disebut dengan sudut kritis (lihat Gambar 19B)

Gambar 19 Refraksi sinar (atas), dan terbentuknya sudut kritis (bawah).


Jika jarak dari break point diketahui, maka dapat diperoleh ketebalan lapisan antara
bidang refraksi, yaitu :
eksplorasi geofisika

- 23

x
h c
2

V2 V1
V1 V2

Contoh grafik hasil survei refraksi dan interpretasi bawah permukaan dapat dilihat
pada Gambar 20.

Gambar 20.Kurva time-distances


6.1

Perencanaan Survei

Tahap pertama dari suatu perencanaan survei seismik refraksi adalah memilih lokasi
dan panjang lintasan survei dengan menggunakan peta topografi daerah penyelidikan.
Lokasi lintasan survei harus di set untuk mencapai tujuan survei secara efisien, yaitu
menggunakan informasi yang ada pada peta topografi dan peta geologi. Rekaman titik
penerima kedatangan pertama (first arrival) merupakan gelombang langsung dan
kedatangan pertama (first break) dari gelombang refraksi tidak muncul.
6.2

Pengambilan Data

Untuk mendapatkan kualitas rekaman seismik refraksi yang tinggi dan mengandung
bentuk first break yang tajam perlu dilakukan beberapa teknik, diantaranya adalah
stacking, mempertinggi kekuatan sumber dan filtering. Sistem perekam seismik yang
bisa digunakan adalah system perekam seismik 24 channel. Sedangkan sumber seismik
yang sering digunakan adalah dinamit. Bila menggunakan dinamit sebagai sumber,
perlu dipilih tempat yang tepat untuk melakukan peledakan, yaitu tempat dimana
energi dinamit dapat terkonversi menjadi energi seismik secara efektif. Biasanya,
eksplorasi geofisika

- 24

dinamit diledakkan di dalam lubang bawah permukaan. Bila jarak sumber ke penerima
lebih dari seratus meter, akan lebih baik meledakkan dinamit di dalam air dengan
kedalaman lebih dari 50 cm atau membuat lubang lebih dalam sehingga ledakan
dinamit menjadi lebih efektif.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Parasnis, D.S., Mining Geophysics., Elsevier Scientifics Publishing Company,


New York, 1973

2.

Telford, W.M., L.P. Goldart., R.E. Sheriff., Applied Geophysics, Second


Edition, Cambridge University Press., 1990

3.

____________, Buku Pegangan Kuliah Lapangan Geofisika, edisi kedua,


Program Studi Teknik Geofisika, Jurusan Teknik Geologi,
FTM-ITB, 1997

eksplorasi geofisika

- 25

Anda mungkin juga menyukai