yang
lemah
imannya,
menimbulkan
lemah
moralnya
yang
Kadang-kadang ada suatu sistem yang memberi peluang untuk tidak mentaati etika
profesi yang berlaku. Umpama jabatan hakim. Ia sebagai pegawai negeri tunduk
pada hukum kepegawaian Pegawai Negeri Sipil (eksekutif). Padahal Hakim sebagai
unsur yudikatif ia harus melaksanakan fungsi yudikatif yang harus bebas dari
pengaruh siapapun.
d. Pengaruh materialisme dan konsumerisme
Karena tidak tahan terhadap pengaruh materialisme dan konsumerisme banyak
anggota profesi tertentu yang kadang-kadang mengabaikan dan melanggar etika
profesinya.
Langkah untuk mengatasi agar etika dipatuhi oleh setiap anggota profesi, antara
lain pertama: peningkatan kualitas iman, melalui pembinaan mental yang kontinyu
dan melaksanakan ajaran agama yang dianutnya secara benar dan sempurna, kedua:
perlu sanksi yang jelas, tegas, mengikat dan berat bagi pelanggar etika profesi. Sebab
pada dasarnya pelanggaran yang dilakukan oleh orang yang berilmu seharusnya lebih
berat sanksinya dibanding pelanggaran yang dilakukan oleh orang bodoh.
Dalam rangka menegakkan etika bagi setiap profesi baik profesi pada umumnya
maupun profesi luhur, maka ditentukanlah prinsip-prinsip yang wajib ditaati. Prinsipprinsip ini umumnya dituangkan dalam kode etik profesi yang bersangkutan. Kode
etik disusun oleh mereka yang memiliki profesi tersebut. Hal itu biasanya disusun
oleh lembaga/institusi profesi tersebut. Umpamanya disebutkan Kode Etik Profesi
guru dan dosen ialah aturan tertulis yang harus dipedomani oleh setiap guru dan dosen
dalam melaksanakan tugas profesi sebagai guru dan dosen. Apabila salah satu anggota
kelompok profesi tersebut berbuat menyimpang dari kode etiknya atau melanggar
etika yang seharusnya ia taati, maka kelompok proefesi itu akan tercemar di mata
masyarakat, dan ia akan diberi sanksi sebagaimana yang disebutkan dalam kode
etiknya.
B. Sanksi Pelanggaran Kode Etik
Ketentuan tentang tanggung jawab guru dan dosen sebagaimana tersebut dalam
Pasal 77 dan 78 UU No. 14 Tahun 2005 ditetapkan sebagai berikut:
1. Sanksi bagi guru :
1) Guru yang diangkat oleh Pemerintah atau pemerintah daerah yang tidak
menjalankan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dikenai sanksi
sesuai dengan peraturan perundang-undang.
2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. Teguran.
b. Peringatan tertulis.
c. Penundaan pemberian hak guru.
d. Penurunan pangkat.
e. Pemberhentian dengan hormat, atau
f. Pemberhentian tidak dengan hormat.
3) Guru yang berstatus ikatan dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 yang
tidak melaksanakan tugas sesuai dengan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja
bersama diberi sanksi sesuai dengan perjanjian ikatan dinas.
4) Guru yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan yang
diselenggarakan
oleh
masyarakat,
yang
tidak
menjalankan
kewajiban
Teguran.
b.
Peringatan tertulis.
c.
d.
e.
f.
4) Dosen yang berstatus ikatan dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 yang
tidak melaksanakan tugas sesuai dengan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja
bersama diberi sanksi sesuai dengan perjanjian ikatan dinas.
5) Dosen yang dikenai sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat
(3), dan ayat (4) mempunyai hak membela diri.