Gangguan Afektif
Gangguan Afektif
PENDAHULUAN
( meskipun tidak semata mata) dijumpai pada pasien yang berkembang ke arah
mania atau dalam penyembuhan dari mania.
Dasar umum untuk gangguan ini tidak diketahui. Penyebabnya merupakan
interaksi antara faktor biologis, faktor genetika, dan faktor psikososial. Kelainan
metabolit amin biogenic dalam darah, urin dan cairan serebrospinal ditemukan
pada pasien, pola penurunan terjadi melalui mekanisme yang kompleks.
Norepinefrin dan serotonin dipercaya mengambil peranan dalam gangguan
afektif dari sisi biologis. Sedangkan banyak klinisi menyatakan bahwa psikososial
juga sangat mengambil peranan penting dalam kejadian ini.
Tingginya angka kejadian gangguan afektif di Indonesia menjadi hal
penting untuk mengetahui gangguan afektif lebih dalam lagi .
BAB II
DEFINISI GANGGUAN AFEKTIF
BAB III
KLASIFIKASI GANGGUAN AFEKTIF
kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah
tangga.
Pada depresi sedang mood yang rendah berlangsung terus dan individu
mengalami simtom fisik juga walaupun berbeda-beda tiap individu. Perubahan
gaya hidup saja tidak cukup dan bantuan diperlukan untuk mengatasinya
3.5.1 Siklotimia
Siklotimia adalah Gangguan Bipolar ringan yang awitannya berangsu
angsur, biasanya sebelum usia 21 tahun. Perjalanan siklotimia biasanya
berkelanjutan atau intermiten. Jarang sekali ditemukan periode eutimik diantara
episode. Perpindahan mood dapat terjadi akibat faktor presipitasi yang tidak
begitu bermakna.
3.5.2 Distimia
Gangguan distimik adalah gangguan mood yang terdepresi, dengan
karakteristik perjalanan penyakit kronik dengan onset yang tidak tiba
tiba.Gangguan distimik harus dibedakan dengan gangguan depresi kronik, karena
pada gangguan distimik tidak pernah ditemukan episode gangguan depresi mayor.
Hampir sepanjang hari pasien mengeluhkan mood yang terdepresi,dsn keluhsn ini
sudah berlangsung selama sedikitnya 2 tahun.Apabila kondisi ini terjadi pada
anak dan remaja, yang perlu diperhatikan manifestasinya adalah dalam bentuk
mudah marah.
10
BAB IV
PATOFISIOLOGI GANGGUAN AFEKTIF
Dahulu virus sempat dianggap sebagai penyebab penyakit ini. Serangan
virus pada otak berlangsung pada masa janin dalam kandungan atau tahun
pertama sesudah kelahiran. Namun, gangguan bipolar bermanifestasi 15 20
tahun kemudian. Telatnya manifestasi itu karena diduga pada usia 15 tahun
kelenjar timus dan pineal yang memproduksi hormon yang mampu mencegah
gangguan psikiatrik berkurang fungsinya 50 %.
Penyebab gangguan afektif multifaktor. Mencakup aspek bio-psikososial.
Secara biologis dikaitkan dengan faktor genetika dan gangguan neurotransmitter
di otak. Secara psikososial dikaitkan dengan pola asuh masa kanak kanak, stress
yang menyakitkan, stress kehidupan yang berat dan berkepanjangan.
Sejak ditemukannya obat yang meringankan gejala gangguan afektif,
peneliti mulai menduga adanya hubungan antara gangguan neurotransmitter
dengan gangguan afektif. Neurotransmitter tersebut adalah dopamine, serotonin,
noradrenaline.
11
BAB V
ETIOLOGI
Dasar umum untuk gangguan ini tidak diketahui. Penyebabnya merupakan
interaksi antara faktor biologis, faktor genetik, dan faktor psikososial. Kelainan
metabolit amin biogenik seperti hydroxyindoleacetic acid (5 HIAA), homovanillic
acid (HVA), 3-metoksi-4-hidroksifenilglikol (MHPG) dalam darah, urin, dan
cairan serebrospinal dilaporkan ditemukan pada pasien. Pola penurunan genetika
terjadi melalui mekanisme yang kompleks. Bukan hanya tidak mungkin untuk
menyingkirkan faktor psikososial, namun faktor nongenetik mungkin memainkan
peranan kausatif dalam perkembangan gangguan ini pada sekurangnya beberapa
orang pasien.
Faktor biologi
Hingga saat ini neurotransmitter monoamine seperti norepinefrin, dopamine,
serotonin,dan histamine menjadi focus teori dan masih diteliti hingga saat ini.
Sebagai biogenik aminnorepinefrin dan serotonin adalah neurotransmitter yang
paling berpengaruh dalam patofisiologi gangguan mood ini.
Norepinefrin. Teori ini merujuk pada penurunan regulasi dan penurunan
sensitivitas dari reseptor adrenergik dan dalam klinik hal ini dibuktikan oleh
respon pada penggunaan anti depresan yang cukup baik sehingga mendukung
adanya peran langsung dari system noradrenergik pada depresi. Bukti lainnya
melibatkan reseptor
12
Serotonin.
Teori ini didukung oleh respon pengobatan SSRI (selective serotonin
reuptakeinhibitor ) dalam mengatasi depress. Rendahnya kadar serotonin dapat
menjadi factor resipitat depresi, beberapa pasien dengan dorongan bunuh diri
memiliki konsentrasiserotonin yang rendah dalam cairan cerebropinalnya dan
memiliki kadar konsentrasirendah uptake serotonin pada platelet.
Dopamine.
Selain dari norepinefrin dan serotonin, dopamine juga diduga memiliki
peran.Data memperkirakan bahwa aktivitas dopamine dapat mengurangi depresi
dan meningkat pada mania. Dua teori mengenai dopamine dan depresi adalah
bahwa jalur mesolimbicdopamine tidak berfungsi terjadi pada depresi dan
dopamine reseptor D hipoaktif pada keadaan depresi.
Faktor genetik
Studi pada keluarga. Data dari studi ini mengatakan 1 orang tua dengan
gangguan mood,anaknya akan memiliki risiko antara 10-25% untuk menderita
gangguan mood. Jikakedua orang tuanya menderita gangguan mood, maka
kemungkinannya menjadi 2 kalilipat. Risiko ini meningkat jika ada anggota
keluarga dari 1 generasi sebelumnya daripadakerabat jauh. Satu riwayat keluarga
gangguan bipolar dapat meningkatkan risiko untuk gangguan mood secara umum,
dan lebih spesifik pada kemungkianan munculnya bipolar.
13
Studi pada anak kembar. Studi ini menunjukan bahwa gen hanya
menjelaskan 50-70%etiologi dari gangguan mood. Studi ini menunjukan rentang
gangguan mood padamonozigot sekitar 70-90% dibandingkan dengan kembar
dizigot sekitar 16-35%.
Faktor psikososial
Stress dari lingkungan dan peristiwa dalam hidup seseorang. Penelitian telah
membuktikan faktor lingkungan memegang peranan penting dalam Gangguan
perkembangan bipolar. Faktor lingkungan yang sangat berperan pada kehidupan
psikososial dari pasien dapat menyebabkan stress yang dipicu oleh faktor
lingkungan. Stress yang menyertai episode pertama dari Gangguan bipolar dapat
menyebabkan perubahan biologik otak yang bertahan lama. Perubahan bertahan
lama tersebut dapat menyebabkan perubahan keadaan fungsional berbagai
neurotransmitter dan sistem pemberian signal intraneuronal. Perubahan mungkin
termasuk hilangnya neuron dan penurunan besar dalam kontak sinaptik.
Hasilakhir perubahan tersebut adalah menyebabkan seseorang berada pada resiko
yanglebih tinggi untuk menderita Gangguan mood selanjutnya, bahkan tanpa
adanyastressor eksternal.
14
BAB VI
EPIDEMIOLOGI
Gangguan afektif adalah masalah yang bisa dialami oleh siapapun di dunia
ini. Menurut sebuah penelitian di Amerika, 1 dari 20 orang di Amerika setiap
tahun mengalamigangguan afektif, dan paling tidak 1 dari 5 orang pernah
mengalami gangguan afektif sepanjang sejarah kehidupan mereka. Di Indonesia,
banyak kasus depresi terjadi sebagai akibat dari krisis yang melanda beberapa
tahun belakangan ini. Masalah PHK, sulitnya mencari pekerjaan, sulitnya
mempertahankan pekerjaan dan krisis keuangan adalah masalah yang sekarang ini
sangat umum menjadi pendorong timbulnya gangguan afektif di kalangan
profesional.
Didapatkan fakta bahwa gangguan alam perasaan (mood) baik tipe bipolar
(adanya episode manik dan depresi) dan tipe unipolar (hanya depresi saja)
memiliki kecenderungan menurun kepada generasinya, berdasar etiologi biologik.
Gangguan bipolar lebih kuat menurun ketimbang unipolar. 50% pasien bipolar
mimiliki satu orangtua dengan gangguan alam perasaan/gangguan afektif, yang
tersering unipolar (depresi saja). Jika seorang orangtua mengidap gangguan
bipolar maka 27% anaknya memiliki risiko mengidap gangguan alam perasaan.
Bila kedua orangtua mengidap gangguan bipolar maka 75% anaknya memiliki
risiko mengidap gangguan alam perasaan. Selain itu,menurut hasil penelitian, Di
Amerika, tercatat 10%-26% wanita mengalami depresi saat hamil.
15
BAB VII
MANIFESTASI KLINIS
Episode Manik
Kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan
dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat
keparahan. Kategori ini hanya untuk satu episode manik tunggal ( yang pertama ),
termasuk gangguan afektif bipolar, episode manik tunggal.
7.1.1 Hipomania
Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania, afek yang meninggi atau
berubah disertai peningkatan aktivitas, menetap selama sekurang kurangnya
beberapa hari berturut turut, pada suatu derajat intensitas dan yang bertahan
melebihi apa yang digambarkan bagi siklotimia, dan tidak disertai halusinasi atau
waham.
Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial memang
sesuai dengan diagnosis hipomania, akan tetapi bila kakacauan itu berat atau
menyeluruh, maka diagnosis mania harus ditegakkan
16
Afek depresif
17
(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
Gejala lainnya :
-
Tidur terganggu
Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukannya.
18
Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor ) yang
mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk
melaporkan banyak gejalanya secara rinci.
19
Jika diperlukan, waham tau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau
tidak serasi dengan afek ( mood congruent )
Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari : episode depresif ringan,
episode depresif sedang, episode depresif berat.
Episode masing masing rata rata lamanya sekitar 6 bulan akan tetapi
frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan afektif bipolar.
20
7.2.8 Gangguan depresif berulang episode kini berat tanpa gejala psikotik :
7.2.9 Gangguan depresif berulang episode kini berat tanpa gejala psikotik :
Pada semua episode, sekurangnya ada dua episode telah berlangsung masing
masing selama minimal 2 minggu dengan ada waktu beberapa bulan tanpa
gangguan afektif yang bermakna.
21
7.3.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Tanpa Gejala Psikotik
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala
psikotik
7.3.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Dengan Gejala Psikotik
Episode yang sekarang harus memenuhu kriteria untuk mania dengan gejala
psikotik.
22
7.3.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau sedang
7.3.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat Tanpa Gejala
Psikotik
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat
tanpa gejala psikotik
7.3.6 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat Dengan Gejala
Psikotik
Pada semua episode harus ada sekurang kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau.
7.3.8 Gangguan afektif bipolar episode kini dalam remisi :
23
BAB VIII
DIAGNOSIS
8.1 Anamnesis
Sebagai tambahan pada pertanyaan yang rutin ditanyakan kepada pasien
gangguan afektif, seorang ahli kesehatan jiwa hendaknya menanyakan perihal
tentang pengalaman atau trauma yang menyebabkan seseorang terkena gangguan
afektif.
Ditemukannya gejala gangguan afektif saat anamnesa dapat diketahui
bagaimana reaksi penderita, arus fikir, peningkatan atau penurunan minat,
peningkatan atau penuruan aktifitas, peningkatan atau penurunan nafsu makan
dan gejala-gejala fisiknya, pun ketika penderita berhadapan dengan sesuatu yang
menjadi impulsnya. Juga, bagaimana, bagaimana gangguan afektif dapat
mempengaruhi aktifitas sehari-harinya, termasuk pekerjaan dan interaksi
sosialnya.
Peningkatan/penurunan
denyut jantung
Peningkatan/Penurunan
tekanan darah
24
Peningkatan
Berat Badan
Pemeriksaan Neurologis
Penurunan
Mood, afek dan perasaan : Pasien tersebut sering kali dibawa oleh anggota
keluarganya atau teman kerjanya karena penarikan sosial dan penurunan
aktifitas secara menyeluruh.
Sensorium dan Kognisi : Daya ingat, kira kira 50 70% dari semua
pasien terdepresi memiliki suatu gangguan kognitif yang sering kali
dinamakan pseudodemensia depresif, dengan keluhan gangguan
konsentrasi dan mudah lupa.
Episode Manik :
25
pengikatan
fisik
dan
Mood, afek dan perasaan : Pasien manik biasanya euforik dan lekas
marah. Mereka memiliki toleransi frustasi yang rendah, yang dapat
menyebabkan perasaan kemarahan dan permusuhan. Secara emosional
adalah labil, beralih dari tertawa menjadi lekas marah menjadi depresi
dalam beberapa menit atau jam.
Bicara : Pasien manik tidak dapat disela saat mereka bicara dan sering kali
rewel dan penganggu bagi orang orang disekitarnya. Saat keadaan
teraktifitas meningkat pembicaraan penuh gurauan, kelucuan, sajak,
permainan kata kata dan hal hal yang tidak relefan. Saat tingkat
aktifitas meningkat lagi, asosiasi menjadi longgar, kemampuan konsentrasi
menghilang, menyebabkan gagasan yang meloncat loncat (flight of
idea), gado gado kata dan neologisme. Pada kegembiraan manik akut
pembicaraan mungkin sama sekali inkoheren dan tidak dapat membedakan
dari pembicaraan skizofrenik.
Sensorium dan Kognisi : Secara kasar orientasi dan daya ingat adalah
intak walaupun beberapa pasien manik mungkin sangat euforik sehingga
mereka menjawab secara tidak tepat. Gejala tersebut disebut mania
delirium (delirious mania) oleh Emil Kraepelin.
26
Elektrolit
Konsentrasi elektrolit serum diukur untuk membantu masalah diagnostic,
terutama dengan natrium, yang berkaitan dengan depresi. Hiponatremi dapat
bermanifestasi sebagai depresi. Penatalaksanaan dengan lithium dapat berakibat
pada masalah ginjal dangangguan elektrolit. Kadar natrium rendah dapat berakibat
pada peningkatan kadar lithium dan toxisitas lithium. Oleh karena itu, skrining
kandidat untuk terapi litium maupun yang sedang dalam terapi lithium, mengecek
elektrolit merupakan indikasi.
Kalsium
Kalsium serum untuk mendiagnosis hiperkalsemi dan hipokalsemi yang
berkaitandengan perubahan status mental (e.g hiperparatiroid). Hiperparatiroid, ya
ng dibuktikan dengan peningkatan kalsium darah, mencetuskan depresi. Beberapa
antidepresan, sepertinortriptyline, mempengaruhi jantung, oleh karena itu,
mengecek kadar kalsium sangat penting.
Protein
27
Kadar protein yang rendah ditemukan pada pasien depresi sebagai hasil
dari
tidak
makan.Kadar
protein
rendah,
menyebabkan
meningkatkan
Hormone tiroid
Tes tiroid dilakukan untuk menentukan hipertiroid (mania) dan hipotiroid
(depresi).Pengobatan dengan lithium dapat menyebabkan hipotiroid, yang
berkontribusi pada perubahan mood secara cepat.
EKG
Banyak antidepresan, terutama trisiklik dan beberapa antipsikotik, dapat berefek
pada jantung dan membuat masalah konduksi. Lithium juga dapat berakibat pada
perubahan reversibel flattening atau inversi pada T wave pada EKG.
EEG
Alasan untuk penggunaan EEG pada pasien bipolar:
28
dilakukan
ECT.
Monitoring
EEG
saat
ECT
digunakan
untuk
29
BAB IX
TATALAKSANA
9.1 Farmakoterapi
30
Waktu paruh
31
250 500mg/h
4.5 - 15 mg/h
3x250 mg/h
3x250 mg/h
Penggolongan:
- Mania Akut
Divalproex
- Profilaksis Mania
: Lithium Carbonate
Indikasi penggunaan
Gejala sasaran sindrom mania yaitu :
1.
2.
Peningkatan aktifitas
Lebih banyak bicara dari biasanya atau adanya dorongan untuk berbicara
lebih
3. Adanya Flight of ideas
4. Rasa harga diri melambung
5. Berkurangnya kebutuhan tidur
6. Mudah teralih perhatian
7. Keterlibatan dalam aktifitas yang mengandung resiko tinggi
32
Terapi psikososial
Tiga jenis psikoterapi jangak pendek yaitu : terapi kognitif, terapi
interpersonal, dan terapi perilaku.
Tujuan terapi kognitif adalah menghilangkan episode depresif dan
mencegah rekurennya dengan membantu pasien mengidentifikasi dan uji
kognitif negatif; mengembangkan cara berpikir alternatif, fleksibel, dan
positif; dan melatih kembali respon kognitif dan perilaku yang baru.
Terapi interpersonal efektif di dalam pengobatan gangguan
depresif berat. Program tersebut terdiri dari 12-16 sesi mingguan. Terapi
ditandai dengan pendekatan terapetik aktif .
Terapi perilaku didasarkan pada hipotesisi bahwa pola perilaku
maladaptif menyebabkan seseorang mendapatkan sedikit umpan balik
positif dari masyarakat dan kemungkinan penolakan yang palsu. Dengan
demikian pasien belajar untuk berfungsi di dunia dengan cara tertentu di
mana mereka mendapatkan dorongan positif.
BAB X
PENCEGAHAN
1.
33
2.
3.
Buatlah pilihan yang sehat. Sehat tidur, makan, dan berolahraga kebiasaan
dapat membantu menstabilkan suasana hati Anda. Menjaga jadwal tidur
yang teratur sangat penting.
4.
Monitor suasana hati Anda. Melacak gejala Anda dan perhatikan tandatanda bahwa suasana hati Anda berayun di luar kendali sehingga Anda
dapat menghentikan masalah sebelum dimulai.
BAB XII
PROGNOSIS
Prognosa baik apabila :
-
34
baik
Penyalahgunaan NARKOBA
dibandingkan perempuan.5
Gangguan depersif berat bukan merupakan gangguan yang ringan. Keadaan
ini cenderung merupakan gangguan kronis, dan pasien cenderung mengalami
relaps. Pasien dengan gangguan bipolar I memiliki prognosis yang lebih buruk
dibandingkan pasien dengan gangguan depresif berat. Sepertiga dari semua pasien
gangguan bipolar I memiliki gejala kronis dan bukti bukti penurunan sosial yang
bermakna. 1
DAFTAR PUSTAKA
Adariian
Preda,
MD.
2011
Fobik
disorder.
Diunduh
dari
35
36