GANGGUAN AFEKTIF
KELOMPOK
Claudia Permata
135120301111055
Ainur Rochmach
135120301111073
Marsyah Rachmatika
135120301111083
Nadia Hanifah
135120307111061
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kehidupan setiap manusia terkadang tidak selalu berjalan mulus sesuai yang
diinginkan dan direncanakan. Terkadang terdapat berbagai hambatan untuk mencapai
keinginan tersebut. Jika hambatan tersebut tidak bisa dihadapi dan akhirnya gagal mencapai
keinginan ,kebanyakan orang akan merasa sedih, kecewa, dan bahkan mungkin ada yang
mengalami depresi.
Perasaan sedih atau depresi bukanlah hal yang abnormal dalam konteks peristiwa atau
situasi yang penuh dengan tekanan. Namun orang dengan gangguan mood (mood disorder)
mengalami gangguan mood yang luar biasa parah atau berlangsung lama dan mengganggu
kemampuan mereka dalam menjalani segala aktivitas mereka.
Sejumlah orang mengalami depresi berat bahkan ketika semua hal tampak berjalan lancer,
atau saat mereka menghadapi peristiwa yang sedikit membuat kesal yang dapat diterima
dengan mudah oleh orang lain. Sebagian lainnya mengalami perubahan mood yang ekstrem.
Mereka bagaikan menaiki roller coaster emosional dengan ketinggian yang membuat pusing
dan turunan yang bukan kepalang ketika dunia di sekitar mereka tetap stabil
RUMUSAN MASALAH
a) Apa saja karakteristik dari depresi dan episode manic?
b) Teori apa saja yang digunakan untuk menjelaskan tentang
gangguan afektif?
c) Apa saja penyebab seseorang melakukan bunuh diri?
d) Bagaimana perspektif teoritis tentang bunuh diri?
PEMBAHASAN
Pengertian Gangguan Afektif
Mood adalah kondisi perasaan yang terus ada yang mewarnai kehidupan
psikologis kita. Sedangkan gangguan mood atau mood disorder merupakan
gangguan mood yang luar biasa parah atau berlangsung lama dan mengganggu
kemampuan mereka untuk berfungsi dalam memenuhi tanggung jawab secara
normal.
Ada beberapa tipe gangguan mood, termasuk dua jenis gangguan depresi
yaitu gangguan depresi mayor dan gangguan distimik, serta dua jenis gangguan
perubahan mood yaitu gangguan bipolar dan gangguan siklotimik.
Gangguan depresi dianggap unipolar, karena gangguan ini hanya terjadi
pada satu arah atau kutub emosional-ke bawah. Gangguan yang melibatkan
perubahan mood disebut bipolar, yaitu gangguan yang melibatkan ekses baik
depresi maupun rasa girang, biasanya dalam pola yang saling bergantian.
2. Gangguan distimik
Gangguan-gangguan
perubahan
mood atau bipolar
1. Gangguan bipolar
2. Gangguan siklotimik
Keterangan
Perubahan pada mood (periode
terus menerus dari perasaan
terpuruk, depresi, sedih, atau
muram)
Penuh air mata/menangis
Meningkatnya iritabilitas (mudah
tersinggung), kegelisahan atau
kehilangan kesabaran
Perasaan tidak termotivasi atau
memiliki kesulitan untuk memulai
(kegiatan) di pagi hari atau bahkan
sulit bangun dari tempat tidur
Menurunnya tingkat partisipasi
Perubahan kognitif
Episode Manik
Merupakan suatu periode peningkatan euphoria yang tidak realistis,
sangat gelisah, dan aktivitas yang berlebihan yang ditandai dengan
perilaku yang tidak terorganisasi dan hendaya dalam penilaian. Orang
dengan episode manic tampak memiliki enrgi yang tidak terbatas dan
menjadi sangat suka bergaul meski mungkin pada titik dimana ia menjadi
sangat menuntut dan memaksa orang lain. Orang yang mengalami
sebuah episode atau manic merasa bersemangat dan akan memperolok
orang lain dengan memberikan lelucon yang keterlaluan. Mereka
cenderung memperlihatnkan penilaian yang buruk dan menjadi
argumentative, terkadang bertindak sangat jauh seperti merusak baranbarang.
Episode Manik menurut PPDGJ III- DSM V
Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar merupakan suatu gangguan yang ditandai
dengan perubhan mood antar rasa girang yang eksrem dan depresi yang
parah. Bipolar disebabkan oleh adanya depresi manic. Episode manik
biasanya bertahan beberapa minggu hingga beberaap bulan, umunya
lkebih singkat durasinya dan berakhir tiba-tiba dari pada depresi mayor.
Sejumlah orang dengan gangguan bipolar yang muncul berulang
berusaha untuk bunuh diri. Bunuh diri bagi penderita gangguan bipolar
digunakan sebagai penyelesaian dari depresi.
DSM membedakan dua tipe umum dari gangguan bipolar, yaitu
gangguan bipolar 1 dan gangguan bipolar 2 (APA, 2000). Gangguan
bipolar 1 orang mengalami paling tidak 1 episode manic secara penuh.
Gangguan bipolar 2 diasumsikan dengan suatu bentuk manic yang lebih
ringan. Pada gangguan bipolar 2 seseorang mengalami satu atau lebih
episode-episode depresi mayor dan paling tidak satu episode hipomanik.
Namun orang tersebut tidak pernah mengalami suatu episode manic
secara penuh. Gangguan bipolar biasanya berkembang disekitar usia 20
tahun baik pada pria maupun wanita. Dan hanya sekitar 1 dari 3 orang
dengan gangguan bipolar yang mdapat penanganan (Goelman, 1994 c).
sayangnya, sekitar 1 dari 5 orang tidak mendapat penanganan kemudian
melakukan bunuh diri (Hilts, 1994).
Episode Depresif
Gangguan
-
Gangguan Siklotimia
Suatu gangguan mood yang ditandai oleh pola kronis dari
perubahan mood yang ringan yang tidak cukup parah untuk
diklasifikasikan sebagai gangguan bipolar.
Gangguan Distimia
Gangguan depresi mayor merupakan gangguan yang parah
dan ditrandai oleh perubahan yang relative tiba-tiba dari kondisi
seseorang yang sebelumnya. Bentuk yang lebih ringan dari depresi
tampaknya disebabkan oleh suatu perkembangan kronis yang
sering kali bermula pada masa kanak-kanak atau remaja (Klein dkk.,
2000 a, 2000 b). sebelumnya formulasi diagnostic dari tipe
kesedihan yang kronis ini disebut neurosis depresi atau kepribadian
depresi (Brodi, 1995 a). Disebut seperti itu dalam usaha untuk
memperhitungkan sejumlah ciri yang umumnya terkait dengan
neurosis seperti bermula saat awal mula masa kanak-kanak dan
umumnya berada pada tingkat keprahan yang ringan. DSM
menyebut bentuk depresi ini sebagai gangguan dostimik (dysthymic
disorder) atau distimia (dysthimia) yang diambil dari akar bahasa
yunani dys yang berarti buruk atau sulit dan thymos berarti sepirit.
Orang dengan gangguan distik merasakan sepirit yang buruk
atau keterpurukan sepanjang waktu. Namun mereka tidak
mengalami depresi yang sangat parah seperti yang diamlami oleh
orang yang mengalami gangguan depresi mayor. Dalam gangguan
distimik muncul istilah depresi ganda (double depretion) dapat
dikenakan pada mereka yang mengalami episode depresi mayor
yang berlapis dengan gangguan distimik yang bertahan lebih lama
(Keller, Hirschfeld, Hanks, 1997). Bukti-bukti terakhir menunjukkan
bahwa tampaknya hampir semua orang dengan destimia pada
akhirnya akan mengalami depresi ganda (Klein dkk., 2000 a).
Depresi Pascamelahirkan
Ibu-ibu baru mengalami perubahan mood, periode-periode penuh air
mata, dan masa-masa sensitive setelah melahirkan anak. Perubahanperubahan mood ini disebut maternity blus, pospartumblus atau baby
blus (kemurungan setelah melahirkan). Hal ini biasanya berlangsung
selama beberaoa hari dan dianggap sebagai suatu respon yang norml
terhadap perubahan hormonal yang terjadi pada waktu kelahiran bayi.
3. Pendekatan Kognitif
Teoritikus kognitif percaya bahwa pikiran yang terdistorsi
memainkan suatu peran kunci dalam perkembangan depresi. Aaron
Black dan kolega-koleganya telah mengembangkan suatu
pendekatan penanganan yang multikomponen, disebut terapi
kognitif (cognitive terapy), yang berfokus pada membantu orang
dengan depresi belajar untuk menyadari dan mengubah pola
berpikir mereka yang disfungsional. Orang yang depresi cenderung
untuk berfokus pada bagaimana perasaan mereka dan bukan pada
pikiran-pikiran yang mungkin mungkin mendasari kondisi perasaan
mereka. Artinya, mereka biasanya memberikan lebih banyak
perhatian pada bagaimana buruknya perasaan mereka dibanding
pada
pikiran-pikiran
yang
kemungkinan
memicu
atau
mempertahankan mood yang depresi.
Terapi kognitif, seperti terapi perilaku, melibatkan suatu
bentuk terapi yang relative singkat, biasanya 14 hingga 16 sesi
mingguan (Butler & Beck, 1995). Terapis menggunakan suatu
kombinasi dari teknik-teknik behavioral dan kognitif untuk
membantu klien mengidentifikasi dan mengubah pikiran-pikiran
yang disfungsional serta mengembangkan perilaku yang lebih
adaptif.
4. Pendekatan Biologis
Pendekatan-pendekatan biologis yang paling umum untuk
menangani gangguan mood melibatkan penggunaan obat-obatan
antidepresan dan terapi elektrokonvulsif untuk depresi serta litium
karbonat untuk gangguan bipolar.
a. Obat-obatan Antidepresan. Obat-obatan antidepresan yang
digunakan untuk menangani depresi mencakup beberapa kelas
dari antidepresan: tricyclic antidepressants (TCAs), monoamine
oxidase (MAO) inhibitors, dan selective serotonin-reuptake
inhibitors (SSRIs). Semua obat-obatan ini meningkatkan tingkat
(berfungsinya) otak dan, mungkin, fungsi dari neurotransmitter.
b. Penanganan Obat untuk Gangguan Bipolar. Obat litium
karbonat, bentuk bubuk dari litium berelemen metalik, adalah
pengobatan yang paling luas dipakai dan direkomendasikan
untuk gangguan bipolar. Litium efektif dalam menstabilkan mood
orang yang menderita gangguan bipolar dan dalam mengurangi
episode-episode kambuh dari manic dan depresi (Baldessarini &
Tondo, 2000; Grof & Alda, 2000). Namun litium umumnya lebih
efektif dalam menangani simtom-simtom manic daripada depresi
(Sachs dkk., 1994). Akan tetapi penanganan dengan litium
bukanlah sesuatu yang mujarab. Paling tidak 30 % hingga 40%
pasien yang mengalami manic gagal untuk berespon pada obat
ini atau juga tidak dapat menoleransinya (Dubovsky, 2000; Duffy
dkk., 1998).
c. Terapi Elektrokonvulsif lebih umum disebut terpi kejutan
(shock terapy), terus menimbulkan kontroversi. Ide mengalirkan
arus listrik ke otak seseorang mungkin tampak biadab. Namun
ECT adalah suatu penanganan yang secara umum aman dan
efektif bagi penderita depresi berat, serta dapat membantu
menghilangkan depresi pada banyak kasus di mana penanganan
yang lain telah gagal.
Bunuh Diri
Siapa yang Bunuh Diri?
Bunuh diri adalah penyebab kematian utama yang ketiga di antara orangorang dengan usia 15 hingga 24 tahun di Amerika Serikat, setelah
kecelakaan yang tidak disengaja dan pembunuhan. Angka bunuh diri di
antara remaja dan dewasa muda naik hampir tiga kali lipat pada periode
tahun 1952 hingga 1995 (Centers for Dsease Control, 2001c). Namun
angka bunuh diri meningkat seiring peningkatan usia dan paling tinggi
terdapat di antara orang dewasa usia 65 tahun dan lebih, terutama pria
kulit putih yang lanjut usia (USDHHS, 1999a; National Strategy for Suicide
Prevention, 2001; Pearson & Brown, 2000).
Mengapa Orang Melakukan Bunuh Diri?
Tidak semua bunuh diri terkait dengan gangguan psikologis.
Sejumlah orang yang menderita penyakit fisik yang sangat menyakitkan
dan tanpa harapan mencari pelarian dan penderitaan mereka dengan cara
mengakhiri hidup mereka. Bunuh diri semacam ini terkadang disebut
bunuh diri yang rasional dengan keyakinan bahwa hal itu didasarkan
pada keputusan yang rasional bahwa hidup tidak lagi berharga untuk
dijalani dengan adanya penderitaan yang berkepanjangan. Namun,
mungkin banyak dari kasus-kasus ini penilaian dan kemampuan penalaran
orang tersebut bisa saja dipengaruhi oleh suatu gangguan psikologis yang
mendasar dan potensial yang dapat ditangani, seperti depresi. Bunuh diri
yang lain dimotivasi oleh keyakinan agama atau politik yang tertanam
kuat, seperti dalam kasus orang yang mengorbankan dirinya sendiri pada
suatu aksi protes melawan pemerintahannya.
Percobaan bunuh diri sering kali terjadi dalam upaya merespons
terhadap peristiwa hidup yang penuh tekanan, terutama kejadian keluar
seperti kematian pasangan, teman dekat, atau kerabat; perceraian atau
perpisahan; seorang anggota keluarga meninggalkan rumah; atau
kehilangan teman dekat. Orang yang mempertimbangkan bunuh diri pada
saat stress kemungkinan kurang memiliki keterampilan memecahkan
masalah dan kurang dapat menemukan cara-cara alternative untuk
coping dengan stresor yang mereka hadapi.