Diagnosis, Tata Laksana Obesitas Pada Remaja
Diagnosis, Tata Laksana Obesitas Pada Remaja
ISBN
Tim Penyusun
Damayanti Rusli Sjarif
Lanny Christine Gultom
Aryono Hendarto
Endang Dewi Lestari
I Gusti Lanang Sidiartha
Maria Mexitalia
iii
Sambutan
Badriul Hegar
Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI 2011-2014
v
Kata Pengantar
Angka kejadian overweight dan obesitas anak secara global meningkat dari
4,2% pada tahun 1990 menjadi 6,7% pada tahun 2010. Kecenderungan
ini diperkirakan akan mencapai 9,1 % atau 60 juta ditahun 2020. Di
Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, secara
nasional menunjukkan bahwa masalah overweight dan obesitas pada
anak umur 5 sampai 12 tahun berturut-turut sebesar 10,8% dan 8,8%,
sudah mendekati perkiraan angka dunia di tahun 2020. Peningkatan
obesitas tersebut di sertai dengan peningkatan ko-morbiditas yang
berpotensi menjadi penyakit degeneratif di kemudian hari misalnya
penyakit jantung koroner, hipertensi, DM Tipe 2, dll.
Sulitnya tata laksana obesitas menyebabkan pencegahan menjadi
prioritas utama. Kompetensi dokter spesialis anak dalam mendeteksi
dini early adiposity rebound serta menata laksana segera dengan
pendekatan pola makan serta aktifitas yang sehat perlu dimiliki oleh
seluruh dokter spesialis anak di Indonesia.
Untuk mewujudkan hal tersebut, UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik IDAI
berinisiatif untuk membuat Rekomendasi Diagnosis,Tata laksana serta
Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja agar terdapat persamaan
persepsi dalam pelaksanaannya.
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah membimbing
kami dalam menyelesaikan Rekomendasi ini. Kami menyadari bahwa
Rekomendasi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu diperlukan
masukan dari sejawat dokter spesialis anak yang mengamalkannya.
Akhir kata terima kasih pada PP IDAI atas dukungan moral dalam
penyelesaian Rekomendasi ini.
Tim Penyusun
vii
Daftar Isi
Tim Penyusun .............................................................................
iii
Sambutan ......................................................................................
vii
ix
Pendahuluan .................................................................................
Rekomendasi 1 ............................................................................
Anamnesis .......................................................................
Rekomendasi 2 ............................................................................ 22
............................................
Pola aktivitas yang benar ............................................
Modifikasi perilaku ........................................................
Rekomendasi 3 ............................................................................
22
24
28
29
Rekomendasi 4 ............................................................................ 30
Farmakoterapi ................................................................ 30
Rekomendasi 5 ............................................................................ 33
Pencegahan primer
Pencegahan sekunder
Pencegahan tersier
............................................ 33
............................................ 35
............................................ 36
Kesimpulan ................................................................................. 37
................................................................................. 38
Kepustakaan ................................................................................. 48
Lampiran
ix
1. Pendahuluan
Obesitas merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin
sering ditemukan di berbagai negara. Prevalensi overweight dan
obes pada anak di dunia meningkat dari 4,2% di tahun 1990
menjadi 6,7% di tahun 2010, dan diperkirakan akan mencapai
9,1% di tahun 2020.1 Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 20132 didapatkan prevalensi obesitas pada (1) anak
balita di tahun 2007, 2010, dan 2013 berdasarkan berat badan
menurut tinggi badan lebih dari Z score 2 menggunakan baku
antropometri anak balita WHO 2005 berturut-turut 12,2%,
14,0%, dan 11,9%, serta (2) anak berusia 5-12, 13-15, dan 16-18
tahun berturut-turut 8,8%, 2,5%, dan 1,6% berdasarkan indeks
massa tubuh menurut umur lebih dari Z score 2 menggunakan
baku antropometri WHO 2007 untuk anak berumur 5-18 tahun.
Beberapa penelitian mengenai prevalensi obesitas pada anak
dan remaja telah dilakukan di Jakarta, Bali, dan Semarang,
yaitu (1) Djer3 mendapatkan prevalensi anak obes di dua sekolah
dasar negeri di Jakarta Pusat 9,6% dari 488 anak, (2) Meilany4
mendapatkan prevalensi anak obes di tiga sekolah dasar swasta
di Jakarta Timur 27,5% dari 2292 anak, (3) Susanti5 mendapatkan
prevalensi obesitas pada anak sekolah dasar usia 10-12 tahun
di lima wilayah DKI Jakarta 15,3% dari 600 anak, (4) Adhianto
dkk.6 mendapatkan prevalensi obesitas 11% dari 552 anak
berusia 11-17 tahun di kota Denpasar dan Badung, (5) Dewi dkk.7
mendapatkan prevalensi obesitas 15% dari 241 anak berusia
6-10 tahun di dua sekolah dasar negeri di Bali, dan (6) Mexitalia
dkk.8 mendapatkan prevalensi obesitas 10,6% dari 1157 anak
usia 6-7 tahun di kota Semarang. Penelitian Multisenter 10 PPDSA
di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada anak
usia sekolah dasar rata-rata 12,3%.9
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
Rekomendasi 1
Gizi lebih dan obesitas pada anak dan remaja ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan
antropometris, dan deteksi dini komorbiditas yang dibuktikan
dengan pemeriksaan penunjang terkait.
Tahapan yang dilakukan dalam mengevaluasi anak dan remaja
obes dengan gizi lebih atau obesitas adalah sebagai berikut:29,30
Anamnesis terkait obesitas untuk mencari tanda atau gejala
yang dapat membantu menentukan apakah seorang anak
mengalami atau berisiko obesitas
Pemeriksaan fisis dan evaluasi antropometris
Pemeriksaan penunjang yang meliputi analisis diit,
pemeriksaan laboratorium, pencitraan, ekokardiografi, dan
respirometri atas indikasi
Penilaian komorbiditas
Anamnesis
Anamnesis faktor risiko medis dan perilaku yang harus diperoleh
pada saat evaluasi anak dan remaja overweight atau obesitas
tercantum pada Tabel 1.29-31
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
Temuan
Evaluasi kemungkinan kerusakan hipotalamus yang disebabkan tumor otak, iradiasi, atau trauma
Riwayat risiko kesehatan yang terkait obesitas di dalam keluarga, seperti penyakit kardiovaskular dini (< 55
tahun), peningkatan kolesterol, hipertensi, atau diabetes melitus tipe-2
Riwayat obesitas di dalam keluarga untuk mencari faktor genetik sebagai penyebab obesitas
Pola makan : kebiasaan makan (apakah menerapkan food rules), perilaku abnormal terkait makanan, dsb
Tanda dan gejala risiko kesehatan yang terkait obesitas pada anak seperti mengorok, sering terbangun pada
saat tidur di malam hari, menstruasi dini, nyeri panggul, dsb
Riwayat tumbuh-kembang untuk mencari obesitas yang disebabkan faktor endogen, sebagai contoh:
Remaja
Early adiposity rebound, yaitu indeks massa tubuh (IMT) terendah yang terjadi lebih dini dan cepat
(<5 tahun)
Prenatal
Umum
Anamnesis
Tabel 1. Identifikasi faktor risiko medis dan perilaku yang berkaitan dengan obesitas
Perawakan pendek
Nyeri kepala
(Sumber: dikutip dan dimodifikasi dari Sjarif DR. Hot topics in pediatrics II. 200229, Sjarif DR. Nutrition Growth-Development. 200630,
Standar Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.31)
Depresi
Merokok
Riwayat sosial/psikologis
Dislipidemia
Hipertensi
Penyakit kardiovaskular
NIDDM
Obesitas
Riwayat keluarga
Nyeri perut
Kelainan genetik
Delayed development
Khusus
(Sumber: dikutip dan dimodifikasi dari Williams CL, dkk. Ann N Y Acad Sci. 1997.32)
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
Pemeriksaan antropometris
Lemak tubuh yang berlebihan pada obesitas berhubungan
dengan peningkatan risiko kesehatan, khususnya faktor risiko
kardiovaskular. Indeks massa tubuh (IMT) dan pengukuran berat
badan terhadap tinggi badan merupakan metode yang berguna
untuk menilai lemak tubuh dan diukur dengan cara berat badan
(dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat dari tinggi badan (dalam
meter).10,35 Konsensus internasional untuk penentuan gizi lebih
adalah berdasarkan grafik indeks massa tubuh (grafik IMT)
berdasarkan usia dan jenis kelamin. Saat ini ada tiga klasifikasi
yang digunakan untuk anak dan remaja yaitu CDC 2000 (Center
for Disease Control and Prevention 2000), IOTF (International
Obesity Task Force), dan WHO 2006 (World Health Organization
2006).10,35,36 Berdasarkan hal tersebut dan untuk kepentingan klinis
praktis dalam menentukan klasifikasi mana yang dapat digunakan
sebagai uji tapis obesitas, maka data Riskesdas 2010 tersebut
dianalisis kembali dan selanjutnya diklasifikasi menggunakan
grafik IMT berdasarkan CDC 2000, IOTF, dan WHO 2006.37
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
10
Dada
Perut
Ekstremitas
Genitalia
Akantosis nigrikans
Kulit
Hipertensi jika tekanan darah sistolik atau diastolik > P95 untuk
usia, jenis kelamin, dan tinggi badan pada 3 kali pemeriksaan
Perawakan pendek
Tanda vital
Antropometri
Khusus
Penjelasan
Leher
Gejala
Kepala
Umum
Sistem
Tabel 3. Pemeriksaan fisis serta dampak dan gejala yang perlu dicari pada anak dan remaja dengan obesitas
11
NAFLD*
Wheezing
Nyeri abdomen
Hepatomegali
Dada
Abdomen
polidaktili
Blount disease
Bowing of tibia
Sindrom Prader-Willi
Undescended testis
Mikropenis
Stadium Tanner
Hipotiroidism
Kondisi ini pada umumnya tidak bergejala; NAFLD: nonalcoholic fatty liver disease.
(Sumber: dikutip dan dimodifikasi dari Barlow SE and The Expert Committee Pediatrics. 200710,dan Standar Pelayanan Medis Ikatan
Dokter Anak Indonesia.31)
Ekstremitas
Sistem reproduksi
Goiter
Leher
Hipertrofi tonsil
Tenggorokan
Pseudotumor serebri
Papiledema, paralisis n. VI
kranialis
Sindrom Cushing
Striae violaceous
Mata
Iritasi, inflamasi
Tabel 4. Perbandingan prevalensi gizi lebih dan obesitas pada balita Riskesdas
2010 berdasarkan grafik IMT CDC 2000, WHO 2006 dan IOTF
CDC, Center Disease for Control and Prevention; WHO, World Health organization; IOTF,
International Obesity Task Force.
(Sumber: dikutip dan dimodifikasi dari Sjarif dan Pustika. PIT 2012.37)
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
12
13
Komorbiditas
Obstructive
sleep apnea
Prevalensi
dalam/luar
negeri (%)
38,2/79,9
Anamnesis
Pemeriksaan fisis
yang spesifik
Pembesaran tonsil
40-42
Sering
tidur
terbangun
saat
-/20,6
Nonalcoholic
fatty liver
disease
(NAFLD)43-44
-/48,1
Kolelitiasis/
-/
6,1
Diabetes
melitus tipe220,46
0/0,4
Hepatomegali
ringan.
Seringkali
gejala
tanpa
-/-
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
14
Kolesistitis45
S i n d r o m
polikistik
ovarium47,48
Hirsustism, jerawat
yang berlebihan,
dan akantosis
nigrikans
Pemeriksaan penunjang
Level of
Evidence39
Polisomnografi
IA
II B
IB
IV
Konsul Hepatologi
Kadar glukosa darah puasa 126 mg/dL atau kadar glukosa
darah sewaktu 200 mg/dL
Kadar gula darah puasa 100 mg/dL disebut sebagai prediabetes, yang merupakan risiko diabetes di kemudian hari
Konsul Endokrinologi
Pemeriksaan TSH, prolaktin, testosteron total dan
bebas, DHEAS (dehydroepiandrosterone sulfate), 17-OH
progesteron, FSH, LH, estradiol
15
Komorbiditas
Hipotiroid49
Prevalensi
dalam/luar
negeri (%)
-/8,33
Anamnesis
Kelelahan
Pemeriksaan fisis
yang spesifik
Goiter
Penurunan prestasi
akademik
Perlambatan
pertumbuhan linier
Benjolan di leher
Sindrom
Cushing
Primer50
-/-
Moon facies
Buffalo hump
Perawakan pendek,
dan
Striae violaceous
Hirsustism,
jerawat, hipertensi,
hiperpigmentasi
Pubertas
prekoks50
-/-
Timbulnya
perkembangan seks
sekunder < 9 tahun
Pertumbuhan rambut
pada anak laki-laki
pubis dan aksila
atau < 8 tahun pada
anak perempuan
Kulit wajah berminyak dan
berjerawat
Perkembangan
payudara pada
perempuan
Pembesaran testis
pada laki-laki
Pseudotumor
serebri51
-/0,02
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
16
Gambaran diskus
optikus kabur
Pemeriksaan penunjang
Level of
Evidence39
Konsul Endokrinologi
Konsul Endokrinologi
Konsul Neurologi
17
Hipertensi22,52
Prevalensi
dalam/luar
negeri (%)
49/50
Anamnesis
Dislipidemia53,54
Depresi17,55
Blount disease/
tibia vara56
Tekanan darah
sistolik atau diastolik
>P95 menurut usia,
jenis kelamin, dan
persentil tinggi
badan pada 3
kali pemeriksaan
berdasarkan
National Heart,
Lung, and Blood
Institute
88,4/45,8
Xanthelasma (jarang
ditemukan)
22/30
Cemas, ketidakpuasan
terhadap bentuk
tubuh, makan berlebih,
kelelahan, dan kesulitan
tidur.
Afek datar
Ekstremitas bawah
bengkok (kaki
pengkor)
-/2,5
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
18
Pemeriksaan fisis
yang spesifik
Tanda-tanda
pelecehan fisik dan
seksual
Pemeriksaan penunjang
Level of
Evidence39
IV
Konsul Nefrologi
IB
: < 75 mg/dL
IV
19
Prevalensi
dalam/luar
negeri (%)
Anamnesis
Slipped
capital femoral
epiphysis57
-/-
Pemeriksaan fisis
yang spesifik
Panjang tungkai
yang berbeda
71,4/55,4
Iritasi dan
infeksi kronik
pada lipatan
kulit59
-/50,42
Sindrom
Genetik10,35
-/-
Laserasi dan
ulserasi pada lipatan
kulit
Gangguan belajar
Stigmata tertentu
sesuai sindrom
terkait
Perawakan pendek
Delayed development,
dsb
Tes IQ
Sindrom
19,6-42/
Defisiensi
besi21,60
55/38,8
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
20
Konjungtiva anemis
Pemeriksaan penunjang
Level of
Evidence39
IV
III B
III B
CRP
21
Rekomendasi 2
Prinsip tata laksana gizi lebih dan obesitas pada anak adalah
menerapkan pola makan yang benar, aktivitas fisis yang benar,
dan modifikasi perilaku dengan orangtua sebagai panutan.
Tujuan tata laksana gizi lebih dan obesitas pada anak harus
disesuaikan dengan usia dan perkembangan anak, penurunan
berat badan mencapai 20% di atas berat badan ideal, serta
pola makan dan aktivitas fisis yang sehat dapat diterapkan
jangka panjang untuk mempertahankan berat badan tetapi tidak
menghambat pertumbuhan dan perkembangan.29
A. Pola makan yang benar
Pemberian diet seimbang sesuai requirement daily allowances
(RDA) merupakan prinsip pengaturan diet pada anak gemuk
karena anak masih bertumbuh dan berkembang dengan metode
food rules, yaitu:30,36,61,62
1. Terjadwal dengan pola makan besar 3x/hari dan camilan
2x/hari yang terjadwal (camilan diutamakan dalam bentuk
buah segar), diberikan air putih di antara jadwal makan
utama dan camilan, serta lama makan 30 menit/kali
2. Lingkungan netral dengan cara tidak memaksa anak untuk
mengonsumsi makanan tertentu dan jumlah makanan
ditentukan oleh anak
3. Prosedur dilakukan dengan pemberian makan sesuai
dengan kebutuhan kalori yang diperoleh dari hasil perkalian
antara kebutuhan kalori berdasarkan RDA menurut height
age dengan berat badan ideal menurut tinggi badan
Langkah awal yang dilakukan adalah menumbuhkan motivasi anak
untuk ingin menurunkan berat badan setelah anak mengetahui
berat badan ideal yang disesuaikan dengan tinggi badannya,
diikuti dengan membuat kesepakatan bersama berapa target
penurunan berat badan yang dikehendaki.63
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
22
23
24
25
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
26
Aerobik
dengan
intensitas
bugar
Anak
Aerobik
dengan
intensitas
sedang
Tipe
Latihan
fisis
Remaja
Kelompok Usia
Tabel 6. Contoh latihan fisis aerobik dengan intensitas sedang dan bugar serta aktivitas penguatan otot dan tulang untuk
anak dan remaja
27
Melompat, skipping
Melompat tali
Berlari
Olahraga, seperti senam,
bola basket, bola voli, tenis
Penguatan
tulang
Melompat, skipping
Melompat tali
Berlari
Olahraga, seperti senam, bola basket, bola voli, tenis
Sumber: dikutip dan dimodifikasi dari Center for Disease Control and Prevention. www.cdc.gov.73, U.S. Department of Health & Human
Services. www.health.gov.74)
Penguatan
otot
C. Modifikasi perilaku
Tata laksana diet dan latihan fisis merupakan komponen yang
efektif untuk pengobatan, serta menjadi perhatian paling besar
bagi ahli fisiologi untuk memperoleh perubahan makan dan
aktivitas perilakunya.75 Oleh karena prioritas utama adalah
perubahan perilaku, maka perlu menghadirkan peran orangtua
sebagai komponen intervensi.64
Beberapa cara pengubahan perilaku berdasarkan metode food
rules diantaranya adalah:29,61,62
a. Pengawasan sendiri terhadap berat badan, masukan makanan,
dan aktivitas fisis, serta mencatat perkembangannya
b. Kontrol terhadap rangsangan/stimulus, misalnya pada saat
menonton televisi diusahakan untuk tidak makan karena
menonton televisi dapat menjadi pencetus makan. Orangtua
diharapkan dapat meniadakan semua stimulus di sekitar anak
yang dapat merangsang keinginan untuk makan
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
28
Rekomendasi 3
Orangtua, anggota keluarga, teman, dan guru harus dilibatkan
dalam tata laksana obesitas
Peran orangtua dalam mengobati anak sangat efektif dalam
penurunan berat badan atau keberhasilan pengobatan. Orangtua
menyediakan nutrisi yang seimbang sesuai dengan metode food
rules. Seluruh anggota keluarga ikut berpartisipasi dalam program
diet, mengubah perilaku makan dan aktivitas yang mendukung
keberhasilan anak, serta menjadi bagian dari keseluruhan program
komprehensif tersebut.64 Guru dan teman sekolah juga diharapkan
ikut mendukung tata laksana obesitas, misalnya memberikan
pujian bila anak yang gemuk berhasil mengikuti program diet
atau menurunkan berat badannya, dan sebaliknya tidak mengejek
anak gemuk.
29
Rekomendasi 4
Terapi intensif berupa farmakoterapi dan terapi bedah dapat
diterapkan dengan persyaratan pada anak dan remaja obes
yang mengalami penyakit penyerta dan tidak memberikan
respons pada terapi konvensional
Farmakoterapi dan terapi bedah dapat diterapkan dengan
persyaratan pada anak dan remaja obes yang mengalami
penyakit penyerta dan tidak memberikan respons pada terapi
konvensional. Diet sangat rendah kalori (600-800 kalori/hari) tidak
boleh diterapkan pada anak dan remaja obes karena berisiko
menyebabkan pembentukan batu empedu, hiperurisemia,
hipoproteinemia, hipotensi ortostatik, halitosis, dan diare.76,77
Farmakoterapi
Secara umum farmakoterapi untuk obesitas dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu penekan nafsu makan (sibutramin),
penghambat absorbsi zat-zat gizi (orlistat), dan rekombinan
leptin untuk obesitas karena defisiensi leptin bawaan, serta
kelompok obat untuk mengatasi komorbiditas (metformin).
Belum tuntasnya penelitian tentang efek jangka panjang
penggunaan farmakoterapi obesitas pada anak, menyebabkan
belum ada satupun farmakoterapi tersebut di atas yang
diijinkan pemakaiannya pada anak di bawah 12 tahun oleh
U.S. Food and Drug Administration sampai saat ini.77 Sejak
tahun 2003, Orlistat 120 mg dengan ekstra suplementasi
vitamin yang larut dalam lemak disetujui oleh U.S. Food and
Drug Administration untuk tata laksana obesitas pada remaja
di atas usia 12 tahun. Studi klinis menunjukkan bahwa orlistat
dapat membantu menurunkan berat badan dari 1,31 sampai
3,37 kg lebih banyak dibandingkan plasebo.78
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
30
31
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
32
Rekomendasi 5
Pencegahan terjadinya gizi lebih dan obesitas terdiri dari 3
tahap, pencegahan primer dengan menerapkan pola makan
dan aktivitas fisis yang benar sejak bayi, pencegahan sekunder
dengan mendeteksi early adiposity rebound, dan pencegahan
tersier dengan mencegah terjadinya komorbiditas
Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan menggunakan dua strategi
pendekatan yaitu strategi pendekatan populasi untuk
mempromosikan cara hidup sehat pada semua anak dan remaja
beserta orang tuanya, serta strategi pendekatan pada kelompok
yang berisiko tinggi mengalami obesitas. Anak yang berisiko
mengalami obesitas adalah seorang anak yang salah satu atau
kedua orangtuanya menderita obesitas dan anak yang memiliki
kelebihan berat badan semenjak masa kanak-kanak. Usaha
pencegahan dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
dan di Pusat Kesehatan Masyarakat.85
Dokter harus mendiskusikan risiko jangka panjang yang potensial
dan mendorong orangtua untuk menerapkan strategi pencegahan
obesitas. Pada bayi 0-12 bulan, peran dokter anak adalah:10
1. Mendorong pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif sampai
usia 6 bulan dan meneruskan pemberian ASI sampai usia
12 bulan dan sesudahnya setelah pengenalan makan
padat dimulai
2. Mendorong orangtua untuk menawarkan makanan baru
secara berulang serta menghindari minuman manis dan
makanan selingan (french fries dan potato chips)
3. Tidak meletakkan televisi di dalam kamar tidur anak
4. Pengasuh selain orangtua harus menerapkan strategi yang
dianjurkan
Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia
33
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
34
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan dengan mendeteksi early
adiposity rebound. Anak mengalami peningkatan IMT pada tahun
pertama kehidupan. Indeks massa tubuh menurun setelah usia
9-12 bulan dan mencapai nilai terendah pada usia 5-6 tahun,
dan selanjutnya meningkat kembali pada masa remaja dan
dewasa. Nilai IMT paling rendah adalah disebut sebagai adiposity
rebound. Waktu terjadinya adiposity rebound merupakan periode
kritis untuk perkembangan obesitas pada masa anak. Adiposity
rebound yang terjadi lebih dini dan cepat (<5 tahun) berhubungan
dengan peningkatan risiko obesitas dan sindrom metabolik di
kemudian hari dijelaskan
dalam Gambar
1.87-89
ADIPOSITY
REBOUND
22
95
21
20
90
19
85
18
75
4.2
17
50
16
25
15
2.0
14
10
5
13
12
AGE (years)
Gambar 1. Adiposity rebound
35
Pencegahan tersier
Pencegahan tersier dilakukan dengan mencegah komorbiditas
yang dilakukan dengan menata laksana obesitas pada anak
dan remaja. Prinsip tata laksana obesitas pada anak berbeda
dengan orang dewasa karena faktor tumbuh kembang pada anak
harus dipertimbangkan. Tata laksana obesitas pada anak dan
remaja dilakukan dengan pengaturan diet, peningkatan aktivitas
fisis, mengubah pola hidup (modifikasi perilaku), dan terutama
melibatkan keluarga dalam proses terapi.10,79 Sulitnya mengatasi
obesitas menyebabkan kecenderungan untuk menggunakan jalan
pintas, yaitu diet rendah lemak dan kalori, diet golongan darah
atau diet lainnya serta berbagai macam obat. Penggunaan diet
rendah kalori dan lemak dapat menghambat tumbuh kembang
anak terutama di masa emas pertumbuhan otak, sedangkan diet
golongan darah ataupun diet lainnya tidak terbukti bermanfaat
untuk digunakan dalam tata laksana obesitas pada anak dan
remaja. Penggunaan obat dipertimbangkan pada anak dan remaja
obes dengan penyakit penyerta yang tidak memberikan respons
pada terapi konvensional.
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
36
Kesimpulan
Obesitas merupakan masalah kesehatan dunia pada anak dan
remaja yang semakin sering ditemukan di berbagai negara. Ikatan
Dokter Anak Indonesia mengeluarkan rekomendasi diagnosis dan
tata laksana obesitas pada anak dan remaja, yaitu:
1. Gizi lebih dan obesitas pada anak dan remaja ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan
antropometris, dan deteksi dini komorbiditas yang
dibuktikan dengan pemeriksaan penunjang terkait
2. Prinsip tata laksana gizi lebih dan obesitas pada anak
adalah menerapkan perilaku makan, aktivitas yang benar,
dan modifikasi perilaku dengan orangtua sebagai panutan
3. Orangtua, anggota keluarga, teman, dan guru harus
dilibatkan dalam tata laksana obesitas
4. Terapi intensif berupa farmakoterapi dan terapi bedah
dapat diterapkan dengan persyaratan pada anak dan
remaja obes yang mengalami penyakit penyerta dan tidak
memberikan respons pada terapi konvensional
5. Pencegahan terjadinya gizi lebih dan obesitas terdiri dari
3 tahap, pencegahan primer dengan menerapkan pola
makan dan aktivitas yang benar sejak bayi, pencegahan
sekunder dengan mendeteksi early adiposity rebound,
dan pencegahan tersier dengan mencegah terjadinya
komorbiditas
37
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
38
39
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
40
41
42
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
Komposisi
Jenis kelompok
makanan
Contoh
Yellow Food
Red Food
(Sumber: dikutip dan dimodifikasi dari www.thelunchboxclub.co.nz. Diakses pada tanggal 8 Agustus 2014)
Definisi
Green Food
43
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
44
45
Kandungan Serat
Bahan Makanan
URT
Gram
Anggur
15 buah sedang
125
Apel Merah
1 buah kecil
85
Apel Malang
1 buah sedang
75
S+
Arbei
6 buah sedang
135
K+
Belimbing
1 buah besar
149
S++, K+
Blewah
1 potong sedang
70
S+
Cempedak
7 biji sedang
45
S++
Duku
9 buah sedang
80
K+
Durian
2 biji besar
35
Jambu Air
2 buah besar
110
S+
Jambu Biji
1 buah besar
100
K+
Jambu Bol
1 buah kecil
90
S+
Jambu Monyet
1 buah besar
80
Jeruk Bali
1 potong
105
S+, K+
Jeruk Garut
1 buah sedang
115
S+, K+
Jeruk Manis
2 buah sedang
110
K+
Jeruk Nipis
1 gelas
135
K+
Kedondong
2 buah sedang
120
S++
Kemang
1 buah besar
105
Kesemek
buah
65
S+
Kolang-kaling
5 biji sedang
25
S++
Kurma
3 buah
15
Kiwi
1 buah
110
S+
Lontar
16 buah
185
S++
Lychee
10 buah
75
& Kalium
S++, K+
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
46
Kandungan Serat
Bahan Makanan
URT
Gram
Mangga
buah besar
90
Manggis
2 buah sedang
80
S++
Markisa
buah sedang
35
S++
Melon
1 potong besar
190
S+
Menteng
4 buah sedang
75
Nangka Masak
3 biji sedang
45
Nenas
buah sedang
95
Pala (daging)
4 buah sedang
120
S++
Peach
1 buah kecil
115
S++
Pear
buah sedang
85
S++
Pepaya
1 potong besar
110
S+, K+
Pisang Ambon
1 buah kecil
50
K+
Pisang Kepok
1 buah
45
K+
Pisang Mas
2 buah
40
S+, K+
2 buah kecil
40
K+
Plum
2 buah
140
S+
Rambutan
8 buah
75
Salak
2 buah sedang
65
Sawo
1 buah sedang
55
Semangka
2 potong sedang
180
Sirsak
gelas
60
S+
Srikaya
2 buah besar
50
S+
Strawberry
4 buah besar
215
S++
& Kalium
S++
S+
47
KEPUSTAKAAN
1.
2.
3.
Djer MM. Prevalensi obesitas pada anak usia sekolah dasar di SD Kenari 7 dan 8
Jakarta dan faktor-faktor yang memengaruhi. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia;
1998.
4.
Meilany TA. Profil klinis, laboratoris serta sikap dan perilaku murid sekolah dasar
dengan obesitas. Studi kasus di SD Tarakanita 5, SDI Al Azhar Rawamangun dan SDI
Al Azhar Kelapa Gading Jakarta. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia; 2001.
5.
Susanti TE. Prevalens dan faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar usia 10-12
tahun di lima wilayah DKI Jakarta. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia; 2007.
6.
7.
Dewi MR, Sidiartha IGL. Prevalensi dan faktor risiko obesitas anak sekolah dasar di
daerah urban dan rural. Medicina. 2013;44:15-21.
8.
Mexitalia M, Faizah Z, Hardian, Susanto JC. Hubungan pola makan dan aktivitas fisik
pada anak dengan obesitas usia 6-7 tahun di Semarang. M Med Indones. 2005;40:6270.
9.
10. Barlow SE and the Expert Committee. Expert committee recommendations regarding
the prevention, assessment, and treatment of child and adolescent overweight and
obesity: summary report. Pediatrics. 2007;120:S164-92.
11. Benson L, Baer HJ, Kaelber DC. Trends in the diagnosis of overweight and obesity in
children and adolescents: 1999-2007. Pediatrics. 2009;123:e153-8.
12. Pribadi A, Subardja D, Rustama DS, Fadil RMR. Relationship between the degree of
obesity and oral glucose tolerance in primary obese adolescents. Paediatr Indones.
2002;42:249-53.
13. Tangkilisan AH, Akune K. Some factors related to lipid profile in obese children at
junior high schools in Manado. Paediatr Indones. 2007;47:166-71.
14. Martuti S, Lestari ED, Soebagyo B. Prediktor penyakit kardiovaskular pada anak obes
usia sekolah dasar di Kotamadya Surakarta. Sari Pediatri 2008;10:18-23.
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
48
15. Himah R, Prawirohartono EP, Julia M. Association between obesity and lipid profile in
children 10-12 years of age. Paediatr Indones. 2008;48:257-60.
16. Siregar FZ, Panggabean G, Daulay RM, Lubis HM. Comparison of peak expiratory
flow rate (PEFR) before and after physical exercise in obese and non-obese children.
Paediatr Indones. 2009;49:20-4.
17. Harahap DF, Sjarif DR, Soedjatmiko, Widodo DP, Tedjasaputra MS. Identification of
emotional and behavior problems in obese children using Child Behavior Checklist
(CBCL) and 17-items Pediatric Symptom Checklist (PSC-17). Paediatr Indones.
2010;50:42-8.
18. Lestari ED, Hidayah D, Karini SM. Social maturity among obese children in Surakarta,
Indonesia. Paediatr Indones. 2006;46:174-178.
19. Hendarto A, Sastroasmoro S, Sjarif DR, Wijaya A. Hubungan antara leptin, adiponektin,
tumor necrosis factor-, C-reactive protein, asupan karbohidrat dan lemak terhadap
resistensi insulin pada anak lelaki superobese usia 5-9 tahun. Disertasi. Jakarta:
Universitas Indonesia; 2009.
20. Pulungan AB, Puspitadewi A, Sekartini R. Prevalence of insulin resistance in obese
adolescents. Paediatr Indones. 2013;53:167-72.
21. Febrianti Z, Oenzil F, Arbi F, Lubis G. Soluble transferrin receptor levels in obese and
non obese adolescents. Paediatr Indones. 2014;54:77-81.
22. Hariyanto D, Madiyono B, Sjarif DR, Sastroasmoro S. Hubungan ketebalan tunika
intima media arteri karotis dengan obesitas pada remaja. Sari Pediatri. 2009;11:15966.
23. Gultom LC, Sjarif DR, Ifran EKB, Trihono PP, Batubara JRL. Metabolic syndrome and
visceral fat thickness in obese adolescents. Paediatr Indones. 2007;47:124-9.
24. Malonda AA, Tangklilisan HA. Comparison of metabolic syndrome criteria in obese
and overweight children. Paediatr Indones. 2010;50:295-9.
25. Hill JO, Trowbridge FL. Childhood obesity: future directions and research priorities.
Pediatrics. 1998;101:570-4.
26. Guillaume M. Defining obesity in childhood: current practice. Am J Clin Nutr.
1999;70:S126-30.
27. Dietz WH. Health consequences of obesity in youth: childhood predictors of adult
disease. Pediatrics. 1998;101:518-25.
28. Whitaker RC, Wright JA, Pepe MS, Seidel KD, Dietz WH. Predicting obesity in young
adulthood from childhood and parental obesity. N Engl J Med. 1997;337:869-73.
29. Sjarif DR. Obesitas pada anak dan permasalahannya. Dalam: Trihono PP, Pujiarto
PS, Sjarif DR, Hegar B, Gunardi H, Oswari H, Kadim M, penyunting. Naskah lengkap
PKB-IKA XLV. Hot topics in pediatrics II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2002.h.219-34.
49
30. Sjarif DR. Pediatric nutritional care. Dalam: Pulungan AB, Hendarto A, Hegar B,
Oswari H, penyunting. Continuing Professional Development IDAI Jaya 2006.
Nutrition Growth-Development. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI
Jakarta; 2006.h.1-10.
31. Standar Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
32. Rosenbaum M, Leibel RL. The physiology of body weight regulation: relevance to the
etiology of obesity in children. Pediatric. 1998:101:523-39.
33. Maffeis C, Schutz Y, Grezzani A, Provera S, Piancentini G, Tato L. Meal-induced
thermogenesis and obesity: Is a fat meal a risk factor for fat gain in children? J Clin
Endocrinol Metab. 2001;86:214-9.
34. Williams CL, Campanaro LA, Squillace M, Bollella M. Management of childhood
obesity in pediatric practice. Ann N Y Acad Sci. 1997;817:225-40.
35. Krebs NF, Himes JH, Jacobson D, Nicklas TA, Guilday P, Styne D. Assessment of
child and adolescent overweight and obesity. Pediatrics. 2007;120:S193-228.
36. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Asuhan Nutrisi Pediatrik. UKK Nutrisi
dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2011.
37. Sjarif DR, Pustika E. Stunting pada anak Indonesia usia 0-18 tahun. Perbandingan
antara kurva CDC 2000 dan WHO 2006 (Abstrak). Dipresentasikan pada PIT 2012,
Bandung.
38. Wang Y, Chen HJ. Use of percentiles and Z-scores in anthropometry. Dalam: Preedy
VR, penyunting. Handbook of Anthropometry: Physical Measures of Human Form in
Health and Disease. New York: Spinger Science+Business Media, LLC 2012.h.29-48.
39. Oxford Center for Evidence-based Medicine. Levels of Evidence (March 2009).
Diunduh dari www.cebm.net. Diakses pada tanggal 8 Agustus 2014.
40. Supriyatno B, Said M, Hermani B, Sjarif DR, Sastroasmoro S. Risk factors of
obstructive sleep apnea syndrome in obese early adolescents: A prediction model
using score system. Acta Med Indones. 2010;42:152-7.
41. Marcus CL, Brooks LJ, Draper KA, Gozal D, Halbower AC, Jones J, dkk. Diagnosis
and management of childhood obstructive sleep apnea syndrome. Pediatrics.
2012;130:576-84.
42. Macavei VM, Spurling KJ, Loft J, Makker HK. Diagnostic predictors of obesityhypoventilation syndrome in patients suspected of having sleep disordered breathing.
J Clin Sleep Med. 2013;9:879-84.
43. Boyraz M, Hatipolu, Sari E, Akay A, Takin N, Ulucan K. Non-alcoholic fatty liver
disease in obese children and the relationship between metabolic syndrome criteria.
Obes Res Clin Pract. 2014;8:e356-63.
44. Chalasani N, Younossi Z, Lavine JE, Diehl AM, Brunt EM, Cusi K, dkk. The
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
50
51
59. Swiney J. The relationship between obesity and skin and soft tissue infections.
Capstone Project 2010.
60. Pinhas-Hamiel O, Newfield RS, Koren I, Agmon A, Lilos P, Phillip M. Greater
prevalence of iron deficiency in overweight and obese children and adolescents. Int
J Obesity. 2003;27:416-8.
61. D Arts-Rodas, D Benoit. Feeding problems in infancy and early child-hood:
Identification and management. Paediatr Child Health. 1998;3:21-7.
62. Bernard-Bonnin AC. Feeding problems of infants and toddlers. Can Fam Physician.
2006;52:1247-51.
63. Sjarif DR. Obesitas anak dan remaja. Dalam: Sjarif DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar
SS, penyunting. Buku Ajar Nutrisi dan Penyakit Metabolik. Edisi ke-1. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI; 2011.h.230-44.
64. Weaver KA, Piatek A. Childhood obesity. Dalam: Samour PQ, Helm KK, Lang CE,
penyunting. Handbook of pediatric nutrition. Edisi ke-2. Maryland: Aspen Publishers
Inc; 1999.h.173-89.
65. Neumann CG, Jenks BH. Obesity. Dalam: Levine MD, Carey WB, Crocker AC,
penyunting. Developmental-behavioral pediatrics. Edisi ke-2. Tokyo: WB Sanders
Co; 1992.h.354-63.
66. Pereira MA, Ludwig DS. Dietary fiber and body-weight regulation. Observations and
mechanisms. Pediatr Clin North Am. 2001;48:969-80.
67. Dietz WH, Bandini LG, Morelli JA, Ching PL. Effect of sedentary activity on resting
metabolic rate. Am J Clin Nutr. 1994;59:556-9.
68. Linder MC. Energy metabolism, intake, and expenditure. Dalam: Linder MC,
penyunting. Nutritional biochemistry and metabolism with clinical applications. Edisi
ke-2. London: Prentice-Hall International Inc; 1991.h.277-304.
69. Ilyas El. Aspek kebugaran pada obesitas anak. Dalam: Samsudin, Nasar SS, Sjarif
DR, penyunting. Naskah lengkap PKB-IKA XXXV. Masalah gizi gandan dan tumbuh
kembang anak. Jakarta: Bina Rupa Aksara; 1995.h.89-102.
70. Adiwinanto W, Soetadji A, Mexitalia M. Pengaruh olah raga terhadap indeks massa
tubuh dan tingkat kesegaran jasmani pada remaja obesitas. Tesis. Semarang:
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2007.
71. Anam MS, Mexitalia M, Widjanarko B, Pramono A, Susanto H, Subagio HW. Pengaruh
intervensi diet dan olah raga terhadap IMT, lemak, dan kesegaran jasmani anak obes.
Sari Pediatri. 2010;12:36-41.
72. Council on Sports Medicine and Fitness and Council on School Helath. Pediatrics.
2006;117:1247-51.
73. Center for Disease Control and Prevention. Physical activity for everyone. Diunduh
dari www.cdc.gov. Diakses pada tanggal 8 Agustus 2014.
Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja
52
74. U.S. Department of Health & Human Services. Active children and adolescents.
Physical activity guidelines for americans. Diunduh dari www.health.gov. Diakses
pada tanggal 8 Agustus 2014.
75. Wing RR, Greeno CG. Behavioural and psychosocial aspects of obesity and its
treatment. Baillieres Clin Endocrinol Metab. 1994;8:689-703.
76. Beguin Y, Grek V, Weber G, Sautois B, Paquot N, Pereira M, dkk. Acute functional
iron deficiency in obese subject during a very-low-energy all-protein diet. Am J Clin
Nutr. 1997;66:75-9.
77. Yanovski JA. Intensive therapies for pediatric obesity. Pediatr Clin North Am.
2001;48:1041-53.
78. Dunican KC, Desilets AR, Montalbano JK. Pharmacotherapeutic options for
overweight adolescents. Ann Pharmacother. 2007;41:1445-55.
79. Spear BA, Barlow SE, Ervin C, Ludwig DS, Saelens BE, Schetzina KE, dkk.
Recommendations for treatment of child and adolescent overweight and obesity.
Pediatrics. 2007;120:S254-88.
80. Kanekar A, Sharma M. Pharmacological approaches for management of child and
adolescent obesity. J Clin Med Res. 2010;2:105-111.
81. Park MH, Kinra S, Ward KJ, White B, Viner RM. Metformin for obesity in children and
adolescents: A Systematic Review. Diabetes Care. 2009;32:1743-5.
82. Brufani C, Crin A, Fintini D, Patera PI, Cappa M, Manco M. Systematic review of
metformin use in obese nondiabetic children and adolescents. Horm Res Paediatr.
2013;80:78-85.
83. Inge TH, Krebs NF, Garcia VF, Skelton JA, Guice KS, Strauss RS, dkk. Bariatric
surgery for severely overweight adolescents: concerns and recommendations.
Pediatrics. 2004;114:217-23.
84. Treadwell JR, Sun F, Schoelles K. Systematic review and meta-analysis of bariatric
surgery for pediatric obesity. Ann Surg. 2008;248:763-76.
85. Schmitz MK, Jeffrey RW. Public health intervention for the prevention and treatment
of obesity. Med Clin North Am. 2000;84:491-512.
86. American Academy of Pediatrics. Policy Statement. Children, adolescents, and the
media. Pediatrics. 2013;132:958-61.
87. Koyama S, Ichikawa G, Kojima M, Shimura N, Sairenchi T, Arisaka O. Adiposity
rebound and the development of metabolic syndrome. Pediatrics. 2014;133:e114-9
88. Ohlsson C, Lorentzon M, Norjavaara E, Kindblom JM. Age at adiposity rebound
is associated with fat mass in young adult males-The Good study. Plos One.
2012;7:e49404-11.
89. Gill TP. Key issues in the prevention of obesity. Br Med Bull. 1997;53:359-88.
Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia
53