Anda di halaman 1dari 15

Tabel 5.

2 Identifikasi masalah program satus gizi di UPTD Puskesmas Kecamatan


Pontianak Barat (Dinkes, 2015).
No

Indikator

1.
2.
3.

Cakupan kunjungan ibu hamil K4


Cakupan pemberian Vit A Ibu Nifas
Cakupan Imunisasi TT 2+ pada Ibu
Hamil
Cakupan Komplikasi Kebidanan
yang ditangani
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh
Bidan atau Tenaga Kesehatan yang
memiliki kompetensi kebidanan
Neonatus dengan komplikasi yang
ditangani
Cakupan kunjungan Neonatus
Cakupan kunjungan bayi
Cakupan pelayanan Anak Balita
Cakupan Kepesertaan KB Aktif

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Target
%
96
95

Capaian
%

Masalah
%

96
98
96
95
95
80
80
70

Variabel Pemantauan Gizi Kurang dan Gizi Buruk dengan Faktor Terkait dengan
Berat Badan
No
.

Variabel

1.

Cakupan Balita yang Dipantau Pertumbuhan (D/S)

2.

Cakupan Balita yang Naik BB (N/D)

25

26

3.

Cakupan ASI Ekslusif

Tabel 5.4 Penetapan Prioritas Masalah


No.
1.

Importance

Daftar Masalah

T R

JumlahP=
IxTxR

P S

RI

DU

SB

PB

PC

5 5

5 5

800

3 3

5 5

625

5 4

5 5

775

Cakupan Balita
yang Dipantau
pertumbuhan D/S

2.

Cakupan Balita yang


Naik BB (N/D)

3.

Cakupan ASI
Eksklusif

Cakupan Balita menjadi prioritas masalah karenaketerkaitannya dengan


masalah-masalah lain seperti cakupan Balita yang naik berat badan (N/D) dan
juga cakupan ASI Eksklusif.
Besarnya masalah (Prevalence = P) dan akibat yang ditimbulkan masalah
(severity) = S, beberapa alasan terkait dengan dasar pemenuhan prioritas masalah
dimana keakuratan data D/S dapat menjaring gizi buruk secepat mungkin, data
yang dimiliki didapat bahwa angka capaian menurun dalam tiga tahun terakhir
bahkan target yang ditetapkan oleh Kota Pontianak turun 10%. Target capaian D/S
sendiri turun menjadi 70% pada tahun 2013 dan 2014 dari target pada tahun 2012

27

80%, hal ini dikarenakan kurangnya capaian D/S. Rendahnya angka cakupan
balita yang ditimbang di Puskesmas Saigon merupakan masalah yang menjadi
prioritas, dikarena rendahnya angka cakupan tersebut menggambarkan banyaknya
bayi yang tidak ditimbang. Indikator ini berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi
pada balita, cakupan pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi serta
pelayanan prevalensi gizi kurang pada balita. Dengan cakupan D/S yang rendah
cakupan N/D, cakupan vitamin A, cakupan imunisasi, cakupan Bawah Garis
Merah (BGM), dan cakupan gizi buruk tidak akan mencapai nilai yang baik pula
Karena itulah masalah ini diberikan nilai P dan S paling maksimal 5.
Kenaikan besarnya masalah (rate of increase) = RI, hal ini didasarkan pada
cakupan D/S selama 3 tahun terakhir mengalami penurunan yang cukup signifikan
dari 83,84% pada tahun 2012, turun menjadi 76,68% pada tahun 2013, dan
53,88% pada tahun 2014, maka nilai 5 terkait dengan rendahnya capaian ini akan
mengakibatkan besarnya masalah perbaikan gizi.
Derajat keinginan masyarakat tidak terpenuhi (degree of unmeet needs) = DU,
pendasaran ini terkait dengan keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi (DU)
karena secara umum sebagian besar ibu/keluarga ingin balitanya ditimbang,
namun beberapa ibu/keluarga tidak menganggap D/S merupakan hal yang
penting, maka dari itu nilai 3 kami berikan terkait dengan dasar diatas.
Keuntungan sosial karena selesainya masalah (social benefit) = SB, hal ini
didasarkan pada permasalahan penimbangan, jika masalah D/S ini dapat teratasi
maka masalah-masalah lain seperti BGM, gizi buruk dapat segera teratasi atau
minimal terskrining sejak awal.
Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern) = PB, dilihat
dari data diatas dan beberapa aspek diskusi melalui pembuat program dan
lokakarya mini dapat dilihat dimana masih banyak ibu/keluarga yang tidak mau
melakukan penimbangn balita secara rutin setiap bulan.
Suasana politik (political climate) = PC, Suasana politik diberi nilai 5 karena
dukungan dari pemerintah berupa optimalisasi posyandu, program Kesehatan Ibu
dan Anak(KIA), dan pembiayaan agar cakupan D/S dapat mencapai target setinggi
mungkin.

28

Kelayakan teknologi (technical feasibility) = T , secara umum fasilitas untuk


memantau pertumbuhan balita seperti dacin, meteran, Kartu Menuju Sehat
(KMS), adalah alat yang sederhana dan sudah pasti tersedia.
Sumber daya yang tersedia (Resources availability) = R, penguatan sumber
daya yang tersedia, permasalahan kebutuhan sumber daya setiap tahunnya
menjadi masalah yang selalu dibicarakan maka dengan berbagai pertimbangan,
diberikan nilai 5 karena ketersedian kader untuk melaksanakan D/S masih belum
memenuhi kriteria minimal jumlah kader yang terdapat di posyandu.
Penetapan prioritas berdasarkan teknik kriteria diatas maka prioritas masalah
yang dipilih adalah Cakupan Balita yang dipantau pertumbuhan (D/S). Adapun
urutan prioritas masalah yang berhasil ditetapkan adalah sebagai berikut :
1) Cakupan balita yang dipantau pertumbuhan D/S
2) Cakupan ASI Ekslusif
3) Cakupan balita yang naik BB (N/D)
5.3 Identifikasi Penyebab Masalah
5.3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep disusun berdasarkan diskusi dengan penanggung jawab
bagian status gizi, kader posyandu pelaksana kegiatan, kepala puskesmas
dan dokter penanggung jawab, serta hasil lokakarya mini di Puskesmas
Saigon Kecamatan Pontianak Timur serta hasil pemikiran dan observasi
penulis. Kerangka konsep tersebut tertera di bawah ini:

29

Cakupan balita yang dipantau pertumbuhan D/S

Hasil pencatatan dan pelaporan D/S

Pengetahuan, siakp, perilaku, sosial ekonomi dan pendidika


Umpan Balik
Lingkungan
pelaksanaan
Pencatatan dan
pelaporan
Letak
posyandu yang kurang strategis
Sosialisasi

Pelayanan kesehatan lain yang dilakukan penimbang

Koordinasi
Dana

Promkes

sweeping

Sarana
Alat medis

Proses

Alat non medis

Waktu
Kualitas
Perekrutan
Tempat
Koordinasi pembagian tugas

Kuantitas

Target Tenaga kesehatan

Pelatihan
Penyuluhan
penghargaan

perencanaan
Struktur organisasi
pengorganisasian

Metode

Input

30

Gambar 5.1. Diagram fishbone


Dari diagram fishbone diatas, masih diperlukan penentuan penyebabpenyebab masalah yang paling memiliki peranan dalam mencapai
keberhasilan program.
5.3.2

Estimasi Penyebab Masalah


Masalah dalam kurangnya cakupan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS)akan

dibahas

sesuai

dengan

pendekatan

sistem

yang

mempertimbangkan seluruh faktor baik dari unsur man, money, method,


machine. Daftar masalah berdasarkan kerangka konsep yaitu:
a. Letak posyandu yang kurang strategis.
b. Kurangnya jumlah kader karena kurangnya kesadaran masyarakat
secara sosial untuk ikut berpartisi.
c. Kurangnya dukungan dari tokoh masyarakat akan pentingnya
posyandu diwilayah setempat terkait dengan sasaran berdasarkan
batas wilayah.
d. Kurangnya kesadaran orang tua balita tentang pentingnya pemantauan
pertumbuhan, sehingga sebagian besar kegiatan posyandu dilakukan
dengan kunjungan rumah.
e. Masih kurang optimalnya kinerja kader di posyandu, seperti masih
banyaknya format 6 yang tidak terisi.
f. Kurangnya koordinasi pelaporan penimbangan balita di fasilitas
kehehatan lain untuk melaporkan hasil penimbangan balita yang
termasuk masyarakat wilayah kerja Puskesmas Saigon.
g. Masih banyak kader yang belum mengerti dengan batas wilayah kerja
posyandu, jumlah sasaran balita, ibu hamil, dll, sehingga saat
penentuan besarnya cakupan seperti (D/S) jumlah (S) sasaran balita
posyandu masih di kira-kira.
Berdasarkan hasil analisa estimasi penyebab masalah tersebut,
diketahui terdapat 5 penyebab masalah yang kemudian masalah tersebut
dipilih berdasarkan sistem skoring oleh seluruh anggota kelompok.

31

Masing-masing anggota kelompok memilih estimasi penyebab masalah


tersebut dengan penetapan peringkat, dimana setiap penyebab masalah
yang berada di peringkat pertama memiliki skor5, peringkat kedua
memiliki skor4, dan seterusnya hingga peringkat lima memiliki skor1.
Sistem skoringyang telah dilakukan dapat dilihat dibawah ini:
Tabel 5.5 Estimasi Penyebab Masalah
Skor

No

Daftar Masalah

1
2

Letak Posyandu yang kurang strategis.


Motivasi kader
Kurangnya dukungan dari tokoh
masyarakat
Kurangnya kesadaran orang tua balita
tentang pentingnya pemantauan
pertumbuhan
Masih banyak kader yang belum mengerti
dengan batas wilayah kerja posyandu

3
4
5

Total

2
5

3
5

1
5

1
4

7
19

17

11

Berdasarkan sistem skoringyang telah dilakukan, didapatkan tiga


penyebab masalah yang memiliki skorpaling tinggi, yang kemudian
dilakukan perhitungan penentuan prioritas penyebab masalah berdasarkan
tabel di bawah ini yaitu:
Tabel 5.6 Prioritas Masalah Berdasarkan Estimasi Penyebab Masalah

No
1

Importance

Daftar Masalah
Motivasi kader

T R

Jumlah
P=
IxTxR

P S

RI

DU

SB

PB

PC

5 5

3 5

910

5 5

3 4

348

4 4

3 5

405

Kurangnya kesadaran
orang tua balita tentang
2

pentingnya pemantauan
pertumbuhan

Masih banyak kader yang


belum mengerti dengan
batas wilayah kerja

32

posyandu

Berdasarkan besarnya masalah yang menjadi prioritas masalah adalah


motivasi kader dikarenakan berpengaruh terhadap kinerja kader dan pada
akhirnya berhubungan dengan capaian program.
Besarnya masalah (Prevalence = P) diberikan nilai 5 dikarenakan
motivasi kader merupakan hal yang penting yang berhubungan dengan
kinerja kader. Meskipun dengan jumlah kader yang sedikit, namun
memiliki motivasi yang besar, maka target akan tercapai.

Hal ini

merupakan masalah yang penting karena semakin sedikitnya masyarakat


yang mau bekerja sukarela sebagai kader posyandu, terutama di daerah
perkotaan.
Akibat yang ditimbulkan masalah (severity) = S diberikan nilai 5
karena motivasi kader yang rendah akan berakibat rendahnya kinerja
kader, hal ini akan berakibat sulitnya posyandu mencapai target capaian
D/S meskipun dengan jumlah kader yang mencukupi dalam setiap
posyandu.
Kenaikan besarnya masalah (rate of increase) = RI, jumlah kader
tidak bertambah dan berkurang secara signifikan setiap tahunnya, namun
capaian target tiga tahun terakhir semakin menurun. Hal ini menunjukkan
motivasi kader semakin menurun dari tahun ke tahun.
Keuntungan sosial karena selesainya masalah (social benefit) = SB
diberikan nilai 5 dikarenakan jika permasalahan motivasi kader ini dapat
diatasi, maka dengan kader yang terbatas, capaian D/S diharapkan akan
meningkat dan mencapai target. Karena motivasi mempengaruhi kinerja
seseorang dalam menyelesaikan pekerjaannya, maka dengan memperbaiki
motivasi kerja kader, akan memperbaiki kinerja kader dalam melakukan
penimbangan bayi.
Derajat keinginan masyarakat tidak terpenuhi (degree of unmeet
needs) = DU diberikan nilai 5 dikarenakan, masyarakat pasti
menginginkan pelayanan yang maksimal dalam di setiap pelayanan

33

kesehatan. Kurangnya motivasi kader dalam memberikan pelayanan akan


berakibat pada tidak optimalya kerja kader, yang mengakibatkan
ketidakpuasan masyarakat ketika dating ke Posyandu. Karena hal ini,
masyarakat akan berpikir dua kali untuk datang ke posyandu karena malas
untuk mengantri.
Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern) = PB
diberikan nilai 4 dikarenakan, dalam hal ini kader merupakan anggota
dalam wilayah itu sendiri, dimana memerlukan tingkat kepedulian sosial
yang tinggi untuk menjadi pekerja sukarela di posyandu. Jika masyarakat
tidak peduli, maka akan berakibat pada kurangnya masyarakat yang
bersedia menjadi pekerja sukarela sehingga sulit untuk mencari sumber
daya manusia sebagai kader yang memiliki motivasi yang tinggi.
Suasana politik (political climate) = PC diberikan nilai 5 dikarenakan
untuk melihat keseriusan pemerintah daerah berkeinginan posyandu
menjadi garda utama pelayanan kesehatan masyarakat, karena posyandu
langsung terjun dan berhubungan langsung dengan masyarakat. Dalam hal
ini suasana politik mendukung.
Sumber daya yang tersedia (Resources availability) = R diberikan
nilai 5 dikarenakan permasalahn utama adalah kurangnya jumlah kader,
maka sudah jelas bahawa sumber daya manusia yang mau dan bisa
menjadi kader dinilai masih kurang sehingga penting unuk dicari
pemecahan masalahnya.
Kelayakan teknologi (technical feasibility) = T ,

secara umum

fasilitas yang digunakan untuk menambah jumlah kader yang optimal


diperlukan.
5.4 Perencanaan Penyelesaian Masalah, Alternatif, dan Penentuan Prioritas
Penyelesaian Masalah
Beberapa alternatif penyelesaian masalah dapat diajukan untuk menyelesaikan
permasalahan mengenai rendahnya persentase(%) cakupan balita yang dipantau
pertumbuhan D/S. Kurangnya kader yang berpartisipasiAlternatif penyelesaian

34

masalah dapat diajukan untuk menyelesaikan permasalahan adalah sebagai


berikut:
5.4.1

Lokakarya mini tingkat kelurahan.


a. Tujuan:
1) Capaian target terpenuhi.
2) Mengetahui permasalahan dilapangan.
3) Silaturahmi antara puskesmas dan kader-kader.
4) Mengetahui informasi terbaru mengenai jumlah sasaran dan
perkebangan wilayah dilapangan
b. Sasaran: Kader posyandu dan pelaksana gizi
c. Bentuk kegiatan:
1. Pemaparan hasil capaian, masalah, evaluasi kegiatan setiap
posyandu oleh kepala puskesmas dan pelaksana kegiatan gizi.
2. Diskusi dengan kelurahan dan RT/RW, terkait kerjasama dengan
kader dalam pelaksaan kegiatan terutama pembahasan mengenai
sasaran di wilayah kerja.
3. Diskusi dengan seluruh kader mengenai hambatan dalam
pelaksanaan dan intervensi terhadap evaaluasi pelaksaan yang

5.4.2

terhambat.
Penyuluhan mengenai

pentingnya

partisipasi

kader, pembaharuan

teknologi dalam kegiatan dan silaturahmi antar kader.


a. Tujuan:
1) Meningkatkan motivasi kader
2) Memberikan semangat kepada kader mengenai pentingnya kader
dilapangan
3) Mempermudah kader dalam bekerja di lapangan dan mendapatkan
info-info dari puskesmas terkait dengan kegiatan.
4) Mempertahankan semangat kader dan kegiatan lain yang bisa
menjaga silaturahmi.
b. Sasaran: Kader dan bapak/ibu rumah tangga, RT terkait

c. Bentuk Kegiatan:
1)Penyuluhan mengenai tata cara pencatatan yang baik dan benar
2)Penyuluhan pentingnya rasa sosial untuk meningkatkan kesehatan
di wilayah dan mencegah angka kesakitan dan kematian balita
akibat gizi buru, melalui penyuluhan dan leaflet.

35

3)Penggunaan gadget, sosial media dan media-media elektronik


ataupun

internet

dalam

menjaring

kader

setempat

dan

mengoptimalkan kerja kader melalui teknologi


4)Arisan kader, masak-memasak, acara keagamaan dan acara-acara
perlombaan
5.4.3

untuk

mempererat

hubungan

silaturahmi

dan

menjaring kader baru.


Membuat acara tahunan berupa penghargaan kader terbaik dan posyandu
terbaik.
a. Tujuan:
1) Untuk menjaring kader-kader baru agar mau ikut berpartisipasi
sebagai tenaga suka rela di posyandu
2) Untuk memberikan motivasi kader agar bekerja lebih baik dari
sebelumnya
3) Untuk memberikan motivasi pada posyandu agar memberikan
pelayanan yang lebih baik pada masyarakat
4) Menghargai kerja keras para kader
b. Sasaran: posyandu, kader, dan masyarakat
c. Bentuk kegiatan:
1)Penilaian kinerja kader yang dilakukan oleh petugas puskesmas
setiap pelaksanaan posyandu.
2)Melakukan evaluasi masing-masing posyandu berdasarkan jumlah
capaian.
3)Memberikan penghargaan berupa alat-alat rumah tangga dan
sembako kepada pemenang.

5.5 Penentuan Prioritas Penyelesaian Masalah


Penentuan prioritas penyelesaian masalah dilakukan untuk memilih alternatif
penyelesaian masalah yang paling menjanjikan. Sebelum melakukan pemilihan
sebaiknya dicoba memadukan berbagai alternatif penyelesaian masalah terlebih
dahulu. Bila tidak dapat dilaksanakan barulah dilakukan pemilihan. Cara
pemilihan yang dianjurkan adalah dengan menggunakan teknik kriteria matriks.
Kriteria yang dimaksud adalah:

36

5.5.1

Efektivitas penyelesaian masalah


Cara ini dilakukan dengan memberikan nilai 1 untuk alternatif
penyelesaian masalah yang paling tidak efektif sampai nili 5 untuk yang
paling efektif. Untuk menentukan efektivitas ini digunakan kriteria
tambahan sebagai berikut:
a. Besarnya masalah yang dapat diselesaikan/M (magnitude)
b. Pentingnya penyelesaian masalah yang dikaitkan

dengan

kelanggengan selesainya masalah/I (importance)


c. Sensitivitas, yang dikaitkan dengan kecepatan dalam menyelesaikan
5.5.2

masalah/V (vulnerability)
Efisiensi penyelesaian masalah
Nilai efisiensi dikaitkan dengan biaya/C (cost) yang diperlukan untuk
melaksanakan penyelesaian masalah. Semakin besar biaya dianggap
semakin tidak efisien (dinilai sampai dengan 5), sedangkan makin kecil
biaya dianggap semakin efisien (diberi nilai 1). Prioritas didapatkan
dengan membai hasil perkalian nilai MxIxV dengan nilai C. Penyelesaian
masalah dengan nilai P tertinggi adalah prioritas penyelesaian masalah
yang dipilih.
Setelah dijelaskan mengenai alternatif penyelesaian masalah yang
dapat dilaksanakan maka langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas
alternatif penyelesaian masalah dengan menggunaan tabel matriks berikut:

Tabel 5.7 Prioritas Alternatif Penyelesaian Masalah


Alternatif Pemecahan Masalah
1.
2.

Lokakarya mini
Penyuluhan mengenai pentingnya
partisipasi
teknologi

3.

kader,
dalam

pembaharuan
kegiatan

dan

Efektivitas
M I
V
2 3
4

Jumlah
(MxIxV/C)
8

18,5

16

Efisiensi (C)

silaturahmi antar kader.


Membuat acara tahunan berupa
penghargaan kader terbaik dan
posyandu terbaik

37

Dari tabel diatas bahwa yang mendapat nilai terbesar adalah alternatif
jalan keluar pertama, yaitu mengadakan penyuluhan mengenai pentingnya
partisipasi kader, pembaharuan teknologi dalam kegiatan dan silaturahmi
antar kader di wilayah kerja Puskesmas Saigon.
Pemilihan/penentuan prioritas cara pemecahan masalah ini dilakukan
dengan memakai teknik kriteria matriks. Dari berbagai alternatif cara
pemecahan masalah yang telah dibuat maka akan dipilih satu cara
pemecahan masalah yang dianggap paling baik dan memungkinkan.
Untuk nilai efektivitas (M), angka 5 diberikan pada alternatif kedua
dan ketiga. Angka ini diberikan atas penimbangan bahwa alternatif kedua
dan ketiga dapat menyelesaikan masalah lebih baik daripada alternatif
petama. Dengan pengadaan penyuluhan mengenai pentingnya partisipasi
kader, pembaharuan teknologi dalam kegiatan dan silaturahmi antar kader
dapat memberikan wawasan dan perbandingan dengan kader-kader yang
kerjanya lebih baik, di harapkan memberikan nilai postif bagi kader-kader
yang lain. Selain itu perlu adanya penghargaan terhadap kerja keras kader.
Dengan adanya kegiatan tersebut diharapkan motivasi kader untuk bekerja
lebih baik akan meningkat.
Untuk nilai efektivitas (I), angka 5 adalah diberikan pada alternatif
kedua. Alternatif kedua mendapat angka 5 karena dengan penyuluhan
mengenai pentingnya partisipasi kader, pembaharuan teknologi dalam
kegiatan dan silaturahmi antar kaderdapat meningkatkan motivasi kader
secara lama dibandingkan alternatif ketiga. Kader yang termotivasi hanya
mengejar penghargaan akan bertahan sebentar dikarenakan motivasi kader
yang datang dari diri sendiri.
Untuk nilai efektivitas (V), angka 4 diberikan pada alternatif ke-1 dan
ke-3. Hal ini dikarenakan alternatif ke-1 dan ke-3 dirasa akan lebih mudah
dan cepat untuk dilaksanakan, disbanding alternatif kedua yang perlu
persiapan yang lebih lama. Angka 3 diberikan pada alternatif ke-2, karena
untuk menagadakan penyuluhan memerlukan banyak tenaga, waktu dan

38

melibatkan banyak pihak terkait dibandingkan dengan alternatif ke-1 dan


ke-3 yang memerlukan tenaga dan waktu yang lebih sedikit.
Angka 3 diberikan pada alternatif ke-1untuk nilai efisiensi. Angka ini
diberikan karena alternatif ke-1 tersebut dinilai cost effective yaitu biaya
pengadaan lokakarya mini murah dibanding biaya pengadaan suatu
penyuluhan dan pengadaan suatu acara penghargaan.
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa
penyuluhan

mengenai

pentingnya

partisipasi

kader,

pembaharuan

teknologi dalam kegiatan dan silaturahmi antar kader merupakan prioritas


penyelesaian masalah yang diharapkan menigkatkan motivasi kader untuk
bekerja di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kec. Pontianak Timur.
Contoh program bank sampah secara umum

Tujuan :
a. Menarik motivasi kader untuk lebih giat
b. Menarik minat kader lain untuk ikut berpartisipasi
c. Ikut serta dalam kebersihan lingkungan
d. Memperoleh dana tambahan untuk kader
Sasaran : Kader dan warga

Bentuk kegiatan :
a. Puskesmas memfasilitasi penggunaan posyandu dalam
kaitannya dengan penggunaan fasilitas untuk pihak ketiga
b. Posyandu menjadi bank sampah di wilayah kerja posyandu
tersebut
c. Pihak ke 3 akan membeli sampah plastik dengan harga
kesepakatan, yang dikumpulkan kader dan warga
d. Kader dapat mengumpulkan setiap sampah plastic jika
berkunjung ke rumah warga
e. Warga yang membawa sampah akan mendapatkan kupon
yang nantinya akan ditukarkan dengan sejumlah uang
f. Kader mendapatkan uang dari hasil bank sampah

Contoh program sponsorship

Tujuan :
a. Menarik motivasi kader untuk lebih giat

39

b. Menarik minat kader lain untuk ikut berpartisipasi


Sasaran : Kader
Bentuk kegiatan :
a. Puskesmas memfasilitasi dalam pertemuan puskesmas dan
sponsor atau badan, atau pihak swasta yang ingin melakukan
kegiatan sosial di wilayah puskesmas.
b. Puskesmas memberikan legalitas

terkait

penggunaan

posyandu dalam kegiatan terkait sponsorship


c. Bekerjasama terkait lamanya waktu yang dibutuhkan sponsor

dan reward yang diberikan sponsor kepada kader

Anda mungkin juga menyukai