TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi ISPA
Infeksi Saluran Pernafasan Akut, disingkat ISPA, merupakan infeksi
saluran pernafasan yang bersifat akut yang mengenai sistem pernafasan
bagian atas dan bawah. Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu atau
lebih bagian dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran nafas bagian atas)
hingga jaringan di dalam paru-paru (saluran bagian bawah).1,2,8
Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan, dan
akut, dimana pengertiannya adalah sebagai berikut:
1) Infeksi
Adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia
dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2) Saluran pernafasan
Yang dimaksud dengan saluran pernafasan adalah organ mulai dari
hidung sampai alveoli, termasuk adneksanya yaitu sinus, rongga telinga
tengah, dan pleura.
3) Akut
Adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut.9
2. Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru
(alveoli)
yang
disebabkan
terutama
oleh
bakteri
dan
merupakan
penisilin.
Semua
radang
telinga
akut
harus
mendapat
antibiotik.8,10,11
Klasifikasi berdasarkan frekuensi nafas, tarikan dinding dada bagian
bawah, bunyi nafas (stridor):8
a)
Pneumonia
Batuk, demam lebih dari 380 C disertai sesak nafas. Frekuensi nafas
lebih dari 40 x / menit, ada tarikan dinding dada bagian bawah.
Umur
Nafas Normal
0 2 bulan
30 50 x / menit
60 x / menit
2 12 bulan
25 40 x / menit
50 x / menit
1 5 tahun
20 30 x / menit
40 / menit
Kriteria
Batuk bukan pneumonia
2 bulan
<5 tahun
Pneumonia
Pneumonia berat
Bukan pneumonia
< 2 bulan
Pneumonia berat
Gejala Klinis
Tidak ada napas cepat dan tidak ada
tarikan dinding dada bagian bawah
Adanya nafas cepat dan tidak ada
tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam
Adanya tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam
Tidak ada napas cepat dan tidak ada
tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam yang kuat
Adanya napas cepat dan tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam
yang kuat
4. Patogenesis
Terjadinya kuman yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli
menyebabkan reaksi radang berupa sembab seluruh alveoli yang terkena
disusul dengan infiltrasi sel-sel radang. Sebagai awal pertahanan tubuh,
terjadi fagositosis kuman penyakit oleh sel-sel radang melalui proses
psedopisitoplasmik yang mengelilingi dan memfagosit bakteri tersebut.12
Pada waktu terjadi proses infeksi, akan tampak empat zona pada
daerah peradangan tersebut, adapun zona tersebut adalah sebagai berikut:
1. Zona luar
Alveoli yang terisi kuman pneumokokus (Streptococcus pneumonia) dan
cairan sembab.
2. Zona permukaan konsolidasi
Terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah.
3. Zona konsolidasi yang luas
5. Gambaran Klinis
Gambar 2.1. Patogenesis Pneumonia12
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia anakbalita berkisar antara
ringan sampai sedang hingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil
berupa penyakit berat mengancam kehidupan dan perlu rawat-inap. Secara
umum gambaran klinis pneumonia diklasifikasi menjadi 2 kelompok.
Pertama, gejala umum misalnya demam, sakit kepala, maleise, nafsu makan
kurang, gejala gastrointestinal seperti mual, muntah dan diare. Kedua, gejala
respiratorik seperti batuk, napas cepat (tachypnoe/ fast breathing), napas
sesak (retraksi dada/chest indrawing), napas cuping hidung, air hunger dan
sianosis. Hipoksia merupakan tanda klinis pneumonia berat. Anak pneumonia
dengan hipoksemia 5 kali lebih sering meninggal dibandingkan dengan
pneumonia tanpa hipoksemia. Pada foto thorak menunjukkan infiltrasi
melebar.8,10,12
6. Cara Penularan Penyakit Pneumonia
Pada umumnya pneumonia termasuk kedalam penyakit menular yang
ditularkan melalui udara. Sumber penularan adalah penderita pneumonia yang
menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk atau bersin dalam bentuk
droplet. Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya kuman penyebab
pneumonia kedalam saluran pernapasan yaitu bersama udara yang dihirup, di
samping itu terdapat juga cara penularan langsung yaitu melalui percikan
droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan berbicara
kepada orang di sekitar penderita, transmisi langsung dapat juga melalui
ciuman, memegang dan menggunakan benda yang telah terkena sekresi
saluran pernapasan penderita.1,11
10
bakteri
yang ikut
berperan
terutama
Streptococcus
Bakteri Patogen
E. Coli, Streptococcus group B, Listeria
monocytogenes
1-3 bulan
Usia prasekolah
Usia sekolah
Staphylococcus aureus
Chlamydia pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae
Streptococcus pneumoniae
2) Faktor intrinsik
11
a. Umur
Umur mempengaruhi mekanisme pertahanan tubuh seseorang.
Bayi dan Balita mempunyai mekanisme pertahanan tubuh yang
masih lemah dibanding dengan orang dewasa sehingga Balita
masuk ke dalam kelompok yang rawan terkena infeksi, misalnya
diare, ISPA dan pneumonia.
b. Status gizi
Status gizi sangat berpengaruh terhadap daya tahan tubuh.
Balita yang mempunyai status gizi baik maka akan mempunyai
daya tahan tubuh yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang
mempunyai status gizi kurang maupun buruk. Keadaan gizi yang
buruk
pneumonia.8
c. Status imunisasi
Cakupan imunisasi
akan
berperan
besar
dalam
upaya
(1997)
bahwa
sesungguhnya
anak
perempuan
12
e. ASI eksklusif
Kolustrum mengandung zat kekebalan 1017 kali lebih banyak
dari susu buatan. Zat kekebalan pada ASI melindungi bayi dari
diare, alergi dan infeksi saluran nafas terutama pneumonia. Bayi
yang diberi ASI eksklusif akan lebih sehat dan jarang sakit
dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI ekslusif.8
f. Defisiensi vitamin A
Pada kasus kekurangan vitamin A, fungsi kekebalan tubuh
menurun sehingga m udah terserang infeksi. Lapisan sel yang
menutupi trakea dan paru mengalami keratinisasi sehingga mudah
dimasuki oleh kuman dan virus yang menyebabkan infeksi saluran
nafas terutama pneumonia.14
g. Berat badan lahir rendah ( BBLR )
Berat badan lahir rendah menentukan pertumbuhan dan
perkembangan fisik dan mental pada masa Balita. Bayi dengan
BBLR
mempunyai
risiko
kematian
yang
lebih
besar
infeksi saluran
pernafasan lainnya.14
3) Faktor ektrinsik
Faktor ektrinsik yang dapat meningkatkan risiko kejadian dan
risiko kematian akibat pneumonia pada balita adalah:
a. Kondisi fisik rumah
Kondisi
rumah
yang
berhubungan
dengan
kejadian
pneumonia:
1. Kelembaban
Kelembaban adalah banyaknya uap air yang terkandung
dalam udara yang biasanya dinyatakan dalam persen.
Faktorfaktor kelembaban udara meliputi :
a) Dinding
Air hujan masuk dan meresap melalui poripori
13
kelembaban
yang
memenuhi
standar
antara
kelembaban
dan
penyakit
Berdasarkan
keputusan
menteri
Kesehatan
dalam
rumah
dibandingkan
dengan
luas
ruangan.
14
Berdasarkan
keputusan
829/Menkes/SK/VII/1999
menteri
Kesehatan
RI
No.
15
netrofil
Trombositosis
>
mengarah
500.000
khas
ke
pneumonia
untuk
streptokokus.
pneumonia
bakterial.
16
Infiltrat
interstisial,
ditandai
dengan
peningkatan
corakan
17
Infiltrat
alveolar,
merupakan
konsolidasi
paru
dengan
air
2. C-Reactive Protein
Adalah suatu protein fase akut yang disintesis oleh hepatosit. Sebagai
respon infeksi atau inflamasi jaringan, produksi CRP distimulai oleh
sitokin, terutama interleukin 6 (IL-6), IL-1 dan tumor necrosis factor
(TNF). Secara klinis CRP digunakan sebagai diagnostik untuk
membedakan antara faktor infeksi dan non infeksi, infeksi virus dan
bakteri, atau infeksi superfisialis dan profunda. Kadar CRP biasanya lebih
rendah pada infeksi virus dan bakteri. CRP kadang-kadang digunakan
untuk evaluasi respon terapi antibiotik.17
3. Uji Serologis
Uji serologis digunakan untuk mendeteksi antigen dan antibodi pada
infeksi bakteri atipik. Peningkatan IgM dan IgG dapat mengkonfirmasi
diagnosis.17
4. Pemeriksaan mikrobiologi
Pemeriksaan ini untuk diagnosis pneumonia anak tidak rutin dilakukan
kecuali pada pneumonia berat yang dirawat di Rumah Sakit. Untuk
pemeriksaan mikrobiolgik, spesimen dapat berasal dari usap tenggorok,
sekret nasofaring, bilasan bronkus, darah, pungsi pleura, atau aspirasi
paru. Diagnosis dikatakan definitif bila kuman ditemukan dari darah,
cairan pleura, atau aspirasi paru. Kecuali pada masa neonatus, kejadian
bakterimia sangat rendah sehingga kultur darah jarang yang positif. Pada
pneumonia anak dilaporkan hanya 10-30% ditemukan bakteri pada kultur
darah.17
18
Komplikasi
diberikan
untuk
menjaga
19
dan
murah.
Alternatifnya
adalah
co-amoxiclav,
ceflacor,
atau C. pneumoniae
co-amoxiclav,
ceftriaxone,
cefuroxime,
dan
cefotaxime.
h. Pemberian antibiotic oral harus dipertimbangkan jika terdapat
perbaikan setelah mendapat antibiotic intravena.16
Antibiotik untuk community acquired pneumonia:
a. Neonates < 2 bulan : Ampisilin + gentamisin
b. > 2 bulan :
Lini pertama Ampisilin bila dalam 3 hari tidak ada perbaikan
20
21
dan stridor.
Bersama dokter atau dibawah petunjuk dokter melatih kader.
Memberi penyuluhan terutama kepada ibu-ibu.
Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan
Puskesmas
sehubungan
dengan
pelaksanaan
program
pneumonia.
Memberikan penjelasan dan komunikasi perihal penyakit batuk
pilek biasa (bukan pneumonia) serta penyakit pneumonia kepada
ibu-ibu serta perihal tindakan yang perlu dilakukan oleh ibu yang
terdekat.
Mencatat kasus yang ditolong dan dirujuk.14
22
23
24